MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL &...
Transcript of MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL &...
MODUL PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
PROGRAM STUDI D III ILMU KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
HADIST & ALQURAN
Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:
م وأن الر أن رج رح الد رح فاحتقن الج صلى الل عليه وسلم أصابه ج ول الل لين لا في زمان رس ل دعا رج ج
صلى الل عليه وسلم ق ول الل من بني أنمار فنظرا إليه فزعما أن رس ما أطب فقال أو في الط ب ما أيك ال له
واء صلى الل عليه وسلم قال أنزل الد ول الل فزعم زيد أن رس ول الل الذي أنزل الدواء خير يا رس
“Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka. Kemudian luka
tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang dari Bani Anmar, kemudian
keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada
keduanya: “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran di antara kalian berdua?” Keduanya
bertanya: “Memangnya di dalam ilmu kedokteran terdapat kebaikan, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Dzat yang menurunkan penyakit telah menurunkan obatnya.” (HR. Malik dalam al-
Muwaththa: 1689 (2/943) dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya: 23886 (7/361).
VISI MISI PRODI KEBIDANAN
I. Visi Program Studi :
Pada tahun 2036 menjadi Program Studi D III Kebidanan yang unggul dan berdaya saing
global menghasilkan tenaga bidan profesional berlandaskan nilai-nilai islami dan
berjiwa enterpreuner.
II. Misi Program Studi :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam ilmu kebidanan yang terkini.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kebidanandan kesehatan.
3. Menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan di bidang kebidanan.
4. Menyelenggarakan perkuliahan Al Islam Kemuhammadiyahan.
III. Tujuan Program Studi:
1. Menghasilkan lulusan kebidanan yang mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan
di bidang kebidanan dan kesehatan yang terkini.
2. Menghasilkan karya ilmiah dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam bidang
kebidanan dan kesehatan dengan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bentuk pengabdian masyarakat.
3. Menghasilkan lulusan yang berjiwa enterpreneur di bidang kebidanan dan kesehatan.
4. Mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan dalam kehidupan.
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum warohmatullohi Wabarokatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal 2 untuk mahasiswa Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Modul praktikum ini digunakan sebagai acuan
bagi mahasiswa, pembimbing dan semua pihak untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan
praktikum sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah untuk mencapai kompetensi dalam
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal .
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Noenatal disusun atas
bantuan dan kerja sama semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih bagi
semua pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan kerjasama
tersebut dengan kebaikan pula. Amin
Penyusun menyadari Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan.
Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATA KULIAH
Program Pendidikan Diploma III Kebidanan mempunyai tujuan menghasilkan lulusan
bidan profesional yang berkualitas, baik dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai
dengan standar profesi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, mahasiswa diwajibkan
mengikuti kegiatan pembelajaran baik teori tatap muka, laboratorium kelas maupun
praktikum dan praktik klinik.
Pengalaman pembelajaran praktikum di laboratorium kelas sangat besar manfaatnya
karena mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan ketrampilan dengan alat bantu
yang menggambarkan situasi di lapangan sehingga dapat meningkatkan pemahaman teori
maupun ketrampilannya. Setelah menyelesaikan pembelajaran dilaboratorium mahasiswa
diberi kesempatan untuk mengikuti praktikum dilapangan, untuk lebih memahami dan
mendapatkan pengalaman nyata sebagai bekal praktik klinik pada semester berikutnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami masalah
yang menyertai pada kehamilan, persalinan atau nifasnya dengan permasalahan
kegawatdaruratan dengan pendekatan manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
Persalinan sungsang
Distosia bahu
Kompresi Bimanual
Tali pusat menumbung
Resusitasi BBL
BAB 2
MATERI
A. MATERI PERSALINAN SUNGSANG
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri. Persalinan letak sungsang adalah persalinan
untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian
bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan
lainnya.
Letak sungsang sendiri dibagi menjadi:
1. Letak bokong Murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank Breech“.
Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki dalam bahasa
Inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna
kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam bahasa Inggris kedua
letak tersebut disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki
atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna
dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Waktu Persalinan :
1. Pervaginam
a. Cara Bracht
Segera setelah bokong lahir. Bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong
sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
Bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau kepala maka segera
lanjut ke metode manual aid yang sesuai.
Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada
Lakukan hiperfordosis janin pada saat angulus scapula inferior tampak di bawah
simphisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke
arah perut ibu tanda tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
Letakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan napas
bayi oleh asisten, tali pusat di potong.
Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi/kontak dini.
o Catatan : bila pada tahap ini ternyata terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh
janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara
klasik atau multer (manual aid)
b. Cara Klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan dengan cara bracht
bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Prosedur :
Segera setelah bokong lahir . bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan
kaki lahir .
Tali pusat di kendorkan
Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu. Untuk melahirkan bahu
kiri bayi yang berada dibelakang
Dengan tangan kanan dan menariknya kea rah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada dibelakang
Masukkan dua jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan
lengan bayi. Untuk melahirkan dengan belakang bayi
Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral
dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara
yang sama
c. Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu
dan tangan tidak bisa lahir
Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang
sama seperti klasik kea rah belakang kontra lateral dari letak bahu depan
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan
bahu dan lengan belakang
d. Cara Louvset
Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan
Memutar bayi 180 derajad dengan lengan yang terjungkit ke arah penunjuk jaringan
yang muncul
Memutar kembali 180 derajad ke arah yang berlawanan ke kiri/ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik/Multer
e. Ekstraksi Kaki
Tangan kanan masuk secara obstetrik menulusuri bokong. Pangkal paha sampai lutut
kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
neksi. Tangan yang lain mendorong fundus ken bawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki di pegang dengan dua jari dan ditunjukkan keluar dari vagina sampai
batas lutut
Kedua tangan penolong memegang betis janin. Yaitu kedua ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis kaki ditarik
cunn ke bawah sampai pangkal paha lahir
Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha. Sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha
Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama di elevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir
bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir
Sebaiknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu maka yang akan lahir lebih
dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka
pangkal paha di tarik terus curam ke bawah
Setelah bokong kahir maka dilanjutkan cara ־b־ atau ־c ־ atau ־d־
f. Tehnik ektraksi bokong
Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila
kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera
dilahirkan.
Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan di letakkan di lipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha/kristas illaka
dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikkan ini, maka tangan
penolong yang lain mencekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah
Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simfisi, maka jari
telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha di tarik curam ke bawah sampai
bokong lahir
Setelah bokong lahir bayi di lahirkan secara ־batau ־ ־d־ atau ־c־
Catatan: ekstraksi bokong lebih berat/sukar dari pada ekstraksi kaki, oleh karena itu perlu
dilakukan perasat pinard pada presentasi bokong murni.
2. Perabdominal (Sectio Caesarea)
Sectio Caesarea dilakukan bila :
Diperkirakan sukar/ berbahaya persalinan pervaginam (Feto Pelvic Disproportion/ Skor
Zatuchni-Andros ≤ 3)
Tali pusat menumbung
Kemacetan persalinan
Premature/ serotinus
KPD/ Pre Eklampsi/ Eklampsi
A. Skenario Kasus
Buatlah kelompok studi untuk membahas artikel kasus patologi tentang persalinan
sungsang, kemudian lanjutkan role play dari kasus tersebut tentang pasien dengan persalinan
sungsang
B. Petunjuk Praktikum
Lakukan kegiatan praktikum sesuai dengan scenario kasus yang telah tersedia sebagai
seorang praktikan
C. Standart Operasional Prosedur
PERSALINAN SUNGSANG
TEKHIK MULLER & MAURICEAU
Pengertian Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah jika letak bayi
memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
Tujuan 1. Membantu persalinan aman & nyaman
2. Mencegah adanya kegawatdaruratan maternal neonatal
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat
a. Partus set
b. Perangkat untuk resusitasi bayi
c. Uterotonika (ergometrin meleat, oksitosin)
d. Anastesi local
e. Spuit 5 cc
f. Infus set & cairan infuse
g. Povidone iodine 10 %
h. Perangkata episiotomi & epnjahitan episiotomy
i. Duk steril / perlak untuk alas bokong
j. Kapas salvon
k. Handuk pribadi
l. Penampung darah & jaringan (bengkok, pispot, kendil)
m. Pelindung diri
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1. Persetujuan tindakan medik
2. Pakai pelindung diri
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir
4. Keringkan tangan dengan handuk pribadi
5. Posisikan ibu litotomi
6. Pakai sarung tangan
7. Bersihkan daerah perineum & kandung kemih
8. Pakai duk dibawah bokong pasien
9. Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan,
selaput ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan
penyulit.
10. Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama his
11. Mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan
tenaga mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik
lipat lutut, angkat kepala dan lihat pusar.
12. Pimpin berulangkali hingga bokong turun ke dasar panggul.
Lakukan episiotomi mediolateralis saat bokong membuka vulva
dan perineum sudah tipis.
13. Melahirkan bahu dan tangan bayi (pengeluaran bahu dengan
tangan secara muller dilakukan jika dengan bracht bahu dan
tangan tidak bisa lahir).
14. Melonggarkan tali pusat dan menunggu kaki janin lahir
seluruhnya.
15. Memegang bokong bayi sambil menarik lembut kearah bawah.
16. Melahirkan bahu dan lengan depan dengan ekstraksi
17. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua
kaki dengan cara yang sama seperti klasik, kearah belakang
kontra lateral dari bahu depan. Tarik badan bayi curam kebawah
sejauh mungkin sampai bahu depan Nampak dibawah simphysis.
Bila lengan belum lahir, lahirkan dengan menelusuri punggung,
scapula, fassa cubiti dan lipat siku.
18. Melahirkan bahu dan lengan belakang bayi dengan ekstraksi
tarik badan bayi keatas sampai bahu belakang lahir dengan
sendirinya, lahirkan lengan belakang dengan mengait lengan
bawah dengan kedua jari penolong
MANUAL AID (MAURICEAU)
19. Dilakukan bila dengan bracht kepala belum lahir
20. Meletakkan badan bayi diatas tangan kiri, letakkan seolah –
olah badan bayi menunggang kuda
21. Memasukkan jari tengah kedalam mulut bayi
22. Jari tengah masuk mulut bayi, dua jari lain pada maksila dan
menekan kearah badan bayi. Penekanan kearah badan bayi
bertujuan mempertahankan psoisi kepala agar tetap fleksi.
23. Mengcengkram / memegang leher bayi dari arah punggung.
24. Cengkraman dengan tangan kanan dari arah punggung. Jari
telunjuk menunjuk pada suboksiput. Dua jari lain pada leher
bayi.
25. Assisten menekan fundus uteri.
26. Hati –hati sebaiknya lakukan tindakan ini saat ada his yang
baik.
27. Menarik badan bayi curam kebawah.
28. Bersamaan dengan adanya his , assisten mendorong fundus,
tarik badan bayi curam kebawah, searah sumbu jalan lahir,
tarik badan bayi sampai suboksiput terlihat dibawah
symphysis.
29. Melakukan elevasi kepala bayi kearah atas (kearah perut ibu),
ingat bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik bayi, karena
dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka bayi.
30. Meletakkan bayi diatas perut ibu.
31. Untuk dilakukan pemotongan tali pusat, jangan sampai bayi
terjatuh.
32. Lahirkan plasenta dan lakukan prosedur seperti persalinan
normal.
33. Lakukan dekontamonasi.
34. Periksa tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan.
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
PERSALINAN SUNGSANG BRACTH
Pengertian Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah jika letak bayi
memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
Tujuan 1. Membantu persalinan aman & nyaman
2. Mencegah adanya kegawatdaruratan maternal neonatal
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat
1. Partus set
2. Perangkat untuk resusitasi bayi
3. Uterotonika (ergometrin meleat, oksitosin)
4. Anastesi local
5. Spuit 5 cc
6. Infus set & cairan infuse
7. Povidone iodine 10 %
8. Perangkata episiotomi & epnjahitan episiotomy
9. Duk steril / perlak untuk alas bokong
10. Kapas salvon
11. Handuk pribadi
12. Penampung darah & jaringan (bengkok, pispot, kendil)
13. Pelindung diri
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1. Persetujuan tindakan medik
2. Pakai pelindung diri
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir
4. Keringkan tangan dengan handuk pribadi
5. Posisikan ibu litotomi
6. Pakai sarung tangan
7. Bersihkan daerah perineum dan kandung kemih
8. Pakai duk dibawah bokong pasien
9. Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan,
selaput ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan
penyulit
10. Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada
his
11. Mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan
tenaga mendorong ke andomen dan anus. Kedua tangan
menarik lipat lutut, angkat kepala dan lihat ke pusar
12. Pimpin berulangkali hingga bokong turun ke dasar panggul.
Lakukan episiotomi mediolateralis saat bokong membuka
vulva dan perineum sudah tipis
13. Setelah bokong lahir dicengkram dengan cara bracht (kedua
ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari – jari yang
lain memegang daerah panggul)
14. Melonggarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian
dada
15. Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus capula infarior
tampak dibawah simphysis (dengan mengikuti gerak rotasi
anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu)
16. Gerakan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan
kepala
CARA KLASIK
17. Dilakukan jika dengan bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir
18. Segera setelah bokong lahir bokong dicengkram dan dilahirkan
sehingga bokong dan kaki lahir
19. Tali pusat dikendorkan
20. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan
tarik keatas
Dengan tangan kiri dan menariknya kearah kanan atas ibu untuk
melahirkan bahu kiri bayi yang berada dibelakang
Dengan tangan kanan dan menariknya kearah kiri atas ibu, untuk
melahirkan bahu kanan bayi yang berada dibelakang
21. Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu
belakang) sejajar dengan lengan bayi untuk melahirkan
belakang bayi
22. Setelah bahu dan lengan belakang kedua kaki ditarik kearah
bawah kontralateral dari langkah sebelumnya, untuk
melahirkan bahu dan lengan depan bayi dengan cara yang
sama
23. Meletakkan bayi diatas perut ibu. Untuk dilakukan
pemotongan tali pusat, jangan sampai bayi terjatuh
24. Lahirkan plasenta dan lakukan prosedur seperti persalinan
normal
25. Lakukan dekontaminasi
26. Periksa tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan
27. Cuci tangan
28. Beri informasi pada ibu hasil tindakan
29. Dokumentasikan hasil tindakan
Tahap Terminasi
30. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
31. Mencuci tangan
32. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
33. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
34. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
35. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
36. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
B. MATERI DISTOSIA BAHU
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan. Selain itu distosia bahu juga dapat di defenisikan sebagai ketidakmampuan
melahirkan bahu dengan mekanisme atau cara biasa.
Masalah persalinan
• Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)
• “Protracted active phase” pada kala I persalinan
• “Protracted” pada kala II persalinan
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada
gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.
AKIBAT :
A. BAGI IBU
1. Serviks ruptura
2. Vaginal ruptura
3. Simfisiolisis
4. Robekan vesika urinaria
5. Atonia uteri
6. Pendarahan karena atonia uteri dan robekan
B. BAGI JANIN
1. Paralisis pleksus brochialis
a. Paralisis Erb, C5 – C7 ; humurus abduksi dan internal rotasi serta siku
ekstensi.
b. Paralisi Klumpke, C8 – T1 ; siku fleksi tangan terlentang dan kaku
mencengkram
c. Sindrom hornes, bila diikuti nervus simpatikus
2. Fraktur tulang klavikula
3. Diskolasi persendian bahu
4. Dislokasi tulang leher
5. Asfiksia sampai dengan kematian janin.
DIAGNOSIS
Diagnosis hanya dapat dibuat jika kepala telah lahir. Kemudian akan timbul gejal-
gejala :
1. Jelas tampak kepala mundur kembali kearah perinium
2. Jarang terjadi resusitasi spontan. Oleh karena tambahan vulua, kepala
agaknya tidak mampu bergerak.
3. Kesulitan biasanya disadari ketika tarikan dari bawah dan dorongan dari atas
tidak berhasil melahirkan bayi.
4. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk mengesampingkan kemungkinan
penyebab kesulitan yang lain.
PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU :
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) untuk
penatalaksanaan pasien dengan riwayat distosia bahu pada persalinan yang lalu:
1. Perlu dilakukan evaluasi cermat terhadap perkiraan berat janin, usia kehamilan, intoleransi
glukosa maternal dan tingkatan cedera janin pada kehamilan sebelumnya.
2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas secara baik
dengan pasien dan keluarganya.
D. Skenario Kasus
Buatlah kelompok studi untuk membahas artikel kasus patologi tentang distosia bahu,
kemudian lanjutkan role play dari kasus tersebut.
E. Petunjuk Praktikum
Lakukan kegiatan praktikum sesuai dengan scenario kasus yang telah tersedia sebagai
seorang praktikan
F. Standart Operasional Prosedur
PERTOLONGAN DISTOSIA BAHU
Pengertian Kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba
salah satu metode persalinan bahu.
Kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul
Tujuan 1. Mengurangi angka kematian ibu dan bayi
2. Membantu pertolongan persalinan
3. Mencegah kecacatan fisik bayi
4. Mencegah cedera pada bayi
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Menyiapkan alat dan bahan
Saf 1 :
1.Partus set : - Arteri klem kocher 2 - ½ kocher
- Gunting tali pusat - Doek steril - Handschoen 2 pasang - Benang tali
pusat - Kassa secukupnya
2. Monoral
3. Kom obat berisi oksitosin 6 ampul, lidokain, ergometrin, salep mata
tetrasiklin, vit K, Hepatitis B
4. Spuit 3 cc 3 buah
5. Kom kapas kering
6. Kom air DTT
7. Betadine
8. Clorin spray
9. Nierbekken : 2 buah
10.Lampu sorot / head light
11. Kapas alkohol dalam tempatnya
Saf 2
1.Bak instrumen berisi hecting set
2.Emergency set
3.Jarum dan catgut Chromic
4.Delee/ Penghisap lendir
5.Piring plasenta
6.Larutan klorin untuk sarung tangan
7.Tempat spuit bekas
8.Tempat ampul bekas
9.Tensi meter
10. Stetoscope
11. Termometer
Saf 3
12. Cairan infus (RL )
13. Abocath No 16 G – 18 G
14. Wascom berisi air DTT
15. Wascom berisi larutan chlorin 0,5%
16. Torniket
17. Infus set makro
18. Gunting verband
19. Washlap 2 buah
20. Handschoen
21. Plastik Merah (Tempat Sampah Basah)
22. Plastik Kuning (Tempat Sampah Kering) Ember berisi larutan
detergen Barier Protection
23. APD (topipelindung, kacamata, masker, celemek)
24. Handuk 2 buah
25. Under pad
26. Sarung / selimut
27. Pembalut ibu
28. Perlengkapan ibu
29. Perlengkapanbayi
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1. Penolong cuci tangan
2. Memakai apron plastik, masker, kacamata
pelindungDTT/Steril
3. Memakai alas kaki / sepatu boot karet
4. Memakai sarung tangan
5. Dengan teknik satu tangan steril hisaplah oxitocyn 10 IU
dengan menggunakan spuit 3cc
6. Pemantauan dan dukungan
7. Mengamati adanya tanda-tanda persalinan kala II (ibu merasa
ingin meneran, merasa tekanan pada rectum, perineum
menonjol, vulva membuka )
8. Memberitahu ibu mengenai penemuan serta kemajuan
persalinan
9. Secara terus menerus memantau kemampuan ibu mengatasi
tingkat nyeri, hidrasi air ketuban, kondisi umum dan DJJ serta
penurunan bokong. Secara meyakinkan memberitahu tentang
penemuan setelah tiga pemeriksaan.
10. Mendorong ibu mengambil posisi yang dipilihnya untuk
memfasilitasi peneranan.
11. Asuhan dan bimbingan Meneran
12. Mengamati Perineum yang menonjol dan atau pembukaan
vulva dan anus
13. Terus menerus membantu dan mendorong ibu untuk minum
diantara selang waktu kontraksi
14. Dengan mempergunakan sarung tangan, bersihkan vulva dan
perineum dengan melap dari arah interior ke posterior
menggunakan kapas basah larutan DTT
15. Letakkan sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan lepaskan sarung tangan dari dalam keluar. Biarkan
sarung tangan terendam dalam larutan klorin tersebut
16. Periksa kembali denyut jantung janin.
17. Membantu keluarga untuk mendukung ibu dengan dorongan
verbal.
18. Mengelus perut ibu bila terjadi kontraksi, mengelapwajah ibu,
memberi minum, menggosok punggung bagian bawah,
membantu ibu ke posisi pilihannya.
19. Membimbing ibu meneran ketika his datang :
- Meneran ketika his datang
- Beristirahat antara kontraksi
- Memuji upaya kontrasnya
- Mendukung posisi yang memfasilitasi peneranan yang efektif
( dagu didada, punggung fleksi dan bukan melengkung secara
posterior).
- Berbaring miring atau merubah posisi disela-sela kontraksi
bila dikehendaki itu.
Membantu kelahiran bayi
20. Menggunakan sarung tangan DTT
21. Melakukan episiotomi secukupnya
22. Lakukan pertolongan persalinan Distosia bahu dengan
melakukan tindakan pertolongan persalinan dengan metode :
Lakukan Manuver Mc.Robert’s
23. dengan posisi ibu berbaring pada punggung, minta ibu untuk
menarik kedua lututnya sejauh mungkin kearah dadanya
24. Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus kearah
bawah (kearah naus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior
dibawah simfisis pubis
25. Secara bersamaan mintalah salah satu asisten untuk
memberikan sedikit tekanan supra pubis kearah bawah dengan
lembut
Jika Bahu Tetap Tidak Lahir
26. Masukksan satu tangan kedalam vagina dan lakukan
penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum bayi, utnuk
memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
27. jika perlu, lakukan penekanan pada bahu yang berada pada
posisi posterior
Jika Bahu Masih Tetap Tidak Lahir
28. Masukksan satu tangan kedalam vagina dan pegang tulang
lengan atas yang berada pada posisi posterior
29. Fleksikan lengan bayi dibagian siku dan letakkan lengan
tersebut melintang di dada bayi
Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah melakukan manuver-
mauver diatas, minta ibu untuk berganti posisi merangkak
30. Coba bantu kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan
cara melakukan tarikan perlahan-lahan pada bahu anterior
kearah atas dengan hati-hati
31. Segera setelah bahu anterior lahir
32. Lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlaha-lahan ke arah
bawah dengan hati-hati
33. Jika tetap tidak berhasil, rujuk ibu
34. Bereskan alat-alat, Alat-alat direndam dalam larutan
klorin 0,5 %
35. Cuci tangan
Tahap Terminasi
36 Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
37. Mencuci tangan
38. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
39. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal –
hal yang belum dimengerti
40. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
41. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
42. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
C. MATERI KOMPRESI BIMANUAL
Pengertian Kompresi Bimanual : Ada beberapa macam pengertian dari kompresi
bimanual,antara lain sebagai berikut:
1. Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera homorrage
postpartum.dinamakan demikian karena secara literature melibatkatkan kompresi uterus
diantara dua tangan.
2. Menekan rahim diantara kedua tangan dengan maksud merangsang rahim untuk
berkontraksi dan mengurangi perdarahan
3. Tindakan darurat yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan.
Kompresi bimanual dibagi dalam dua cara yaitu :
a) Kompresi bimanual eksterna
b) Kompresi bimanual interna
Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk mengendalikan
perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan sampai uterus
dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat dihentikan.ini dapat di uji dengan melepaskan
sesaat tekanan pada uterus dan kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah
perdarahan. Penolong dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna sambil penolong melakukan tahapan selanjutnya untuk penatalaksanaan
atonia uteri.
Kompresi Bimanual Interna (KBI)
Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan
sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada
perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di
depan serta jari-jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan
antara lain, yaitu tangan kanan melaksanakan massage pada uterus dan sekalian menekannya
terhadap tangan kiri. Kompresi bimanual interna melelahkan penolong sehingga jika tidak
lekas memberi hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain. Perasat Dickinson mudah
diselenggarakan pada seorang multipara dengan dinding perut yang sudah lembek. Tangan
kanan diletakkan melintang pada bagian-bagian uterus, dengan jari kelingking sedikit di atas
simfisis melingkari bagian tersebut sebanyak mungkin, dan mengangkatnya ke atas. Tangan
kiri memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage menekannya ke bawah ke arah
tangan kanan dan ke belakang ke arah promotorium. Kompresi bimanual interna dilakukan
saat terjadi perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan
post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir
G. Skenario Kasus
Buatlah kelompok studi untuk membahas artikel kasus patologi tentang kompresi bimanual,
kemudian lanjutkan role play dari kasus tersebut tentang pasien dengan perdarahan post
partum
H. Petunjuk Praktikum
Lakukan kegiatan praktikum sesuai dengan scenario kasus yang telah tersedia sebagai
seorang praktikan
I. Standart Operasional Prosedur
KOMPRESI BIMANUAL
Pengertian Merupakan tindakan yang efektif untuk mengendalikan
perdarahan misalnya akibat atonia uteri.
Tujuan 1. Penangan perdarahan post partum
2. Penanganan atonia uteri
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan alat
a) Pelindung diri
b) Set infus dan cairan infus
c) Alas bokong
d) Uterotonika
e) Larutan antiseptik
f) Oksigen
g) Antibiotic
h) Cunam tampon : 1
i) Klem ovum : 3
j) Spekulum sim
k) Spuit 5 cc : 2
l) Analgetik (pethidine 1-2 mg/kg BB)
m) Nelaton kateter
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1. Persetujuan tindakan medik
2. Pakai pelindung diri
3. Cuci tangan 7 langkah dibawah air mengalir sampai siku
4. Keringkan tangan dengan handuk pribadi
5. Lakukan pemeriksaan dengan benar sehingga dapat dipastikan
bahwa perdarahan disebabkan oleh atonia uteri.
6. Pasang infuse berisi aksitosin 20 UI ergometrin 0,4 mg,
tambahkan misoprostol apabila kontraksi uterus kurang baik.
7. Posisikan ibu litotomi
8. Pakai sarung tangan
9. Bersihkan daerah perineum dan kosongkan kandung kemih
10. Pasang duk dibawah bokong ibu
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL
11. Penolong berdiri di depan vulva, basahi tangan kanan dengan
larutan antiseptic. Dengan ibu jari dan telunjuk, sisihkan kedua
labium mayus ke lateral.
12. Masukkan tangan lain secara obstertik melalui introitus
kedalam lumen vagina.
13. Ubah tangan obstertik menjadi kepalan dan letakkan dataran
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada fomiks anterior
dan dorong segmen bawah uterus ke kranio anterior.
14. Letakkan telapak tangan luar pada dinding perut dan upayakan
untuk mencakup bagian belakang korpus uteri seluas /
sebanyak mungkin.
15. Lakukan kompresi uterus dengan jalan mendekatkan telapak
tangan luar dengan kepalan tangan dalam pada fomiks
anterior.
16. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
kontraksi uterus membaik.
17. Bila perdarahan belum berhenti keluarkan perlahan – lahan
tangan kanan dngan mengubah kepalan menjadi tangan
obstertik.
18. Masukkan kedua tangan kedalam wadah yang berisi larutan
klorin 0,5 % bersihkan sarung tangan dari darah atau cairan
tubuh pasien.
19. Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam
wadah tersebut.
20. Cuci tangan
21. Pakai sarung tangan DTT yang baru.
KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL
22. Penolong menghadap sisi kanan ibu.
23. Tekan ujung jari telunjuk, tengah dan manis satu tangan
diantara simphysis dan umbilicus pada korpus depan bawah
sehingga fundus uteri naik kea rah dinding abdomen.
24. Letakkan sejauh mungkin, telapak tangan lain di korpus uteri
bagian belakang dan dorong uterus kearah korpus depan.
25. Geser perlahan – lahar ujung ketiga jari tangan pertama kearah
fundus sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uteri
bagian depan.
26. Lakukan kompresi korpus uteri dengan jalan menekan dinding
belakang dan dinding depan iterus dengan telapak tangan kiri
dan kanan (meletakkan tangan belakang dan depan).
27. Perhatikan perdarahan pervaginam, bila perdarahan berhenti
pertahankan posisi tersebut hingga uterus dapat berkontraksi
dengan baik. Bila perdarahan beluim berhenti lanjutkan
langkah berikut.
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
28. Baringkan ibu diatas ranjang, penolong menghadap sisi
kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien berada
pada ketinggian yang sama dengan pinggul penolong.
29. Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak
menggunakan penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada
artikulasio koksae.
30. Pada pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan ujung
jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat paha yaitu
pada perpotongan garis lipat paha dengan horizontal yang
melalui titik 1 cm diatas dan sejajar dengan tepi atas
simphisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri tersebut
teraba dengan baik.
31. etelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari
dari titik pulsasi tersebut.
32. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari
telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilicus
kearah kolumma vertebralis dengan arah tegak lurus.
33. Dorongan kepalan tanagn kanan akan mengenai bagian
yang keras dibagian tengah/sumbu badan ibu dan apabila
tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis,
maka pulsasi arteri fermoralis (yang dipantau dengan ujung
jari telunjuk dan tengah tangan kanan) akan berkurang atau
berhenti (tergantung pada derajat tekanan pada aorta).
34. Perhatikan perubahan perdarahan pervagina (kaitkan
dengan perubahan pulsasi arteri fermoralis).
35. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi
tersebut dan lakukan masase uterus (oleh asisten) hingga
uterus berkontraksi dengan baik.
36. Rapikan pasien
37. Lakukan dekontaminasi
38. Periksa tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan
39. Cuci tangan
40. Beri informasi pada ibu hasil tindakan
41. Dokumentasikan hasil tindakan
Tahap Terminasi
42. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
43. Mencuci tangan
44. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang
telah dilakukan
45. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada
hal – hal yang belum dimengerti
46. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
47. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila
ia mempunyai masalah atau pertanyaan
48. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi
Dokumentasi
49. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
50. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan
ibu harus kembali)
51. RESUSITASI BBL ( BAYI BARU LAHIR )
Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir
dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus
dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi cukup bulan, apakah
bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika bayi lahir cukup
bulan, menangis, dan tonus ototnya baik, bayi dikeringkan dan Dipertahankan tetap
hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi berbaring di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari
ibunya. Bayi yang tidak memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau
lebih tindakan secara berurutan di bawah ini:
A. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan napas jika
diperlukan, mengeringkan, merangsang)
B. Ventilasi
C. Kompresi dada
D. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume
Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah
awal, menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke
langkah berikut didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu
pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP)
atau setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status oksigenasi.
Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:
1. Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital yaitu
frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai oksigenasi
karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.
2. Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara
dibanding dengan oksigen 100%.
3. Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen) ,
dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan oksimetri.
4. Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan trakea
secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada bayi dalam
keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).
5. Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui adanya
penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.
6. Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati
cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik
sedang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.
7. Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10
menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10
menit.
8. Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu untuk
penjepitan talipusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.
Langkah Awal
Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah
pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk membuka
jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan stimulasi napas.
Membersihkan jalan napas:
a. Jika cairan amnion jernih.
Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya
dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP.
b. Jika terdapat mekonium.
Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin pada
bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi. Tanpa
penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan perubahan praktek
yang saat ini dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan pengisapan endotrakeal
pada bayi dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar. Namun, jika usaha intubasi
perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan balon dan sungkup dilakukan
terutama jika terdapat bradikardia persisten.
Menilai kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen
Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting karena adanya
bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi. Persentil
oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma.
Penggunaan oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika:
1. Resusitasi diantisipasi
2. VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas
3. Sianosis menetap
4. Oksigen tambahan diberikan.
Pemberian oksigen tambahan
Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara atau oksigen
campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk mencapai SpO2
sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan udara kamar.
Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik resusitasi dengan oksigen
konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga didapatkan
frekuensi denyut jantung normal.
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung kurang dari 100
per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.
Pernapasan awal dan bantuan ventilasi
Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit untuk
mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit. Penilaian
ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung.
Tekanan akhir ekspirasi
Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) pada
bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir. Penggunaan CPAP ini
baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada
cukup bukti untuk mendukung atau tidak mendukung penggunaan CPAP di ruang bersalin.
Alat untuk ventilasi
Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak Mengembang
Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator. Laryngeal
Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif untuk bayi
>2000 gram atau ≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon sungkup
tidak berhasil dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA belum diteliti
untuk digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau
untuk pemberian obat melalui trakea.
Pemasangan intubasi endotrakeal
Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah:
1. Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.
2. Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.
3. Jika dilakukan kompresi dada.
4. Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir amat
sangat rendah.
Kompresi dada
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit setelah
ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio kompresi:ventilasi
tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara periodik
dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut jantung sama atau lebih
dari 60 per menit.
Medikasi
Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika frekuensi denyut
jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat dengan oksigen
100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume atau ke duanya
dapat dilakukan.
Epinefrin
Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis intrvena 0,01 –
0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat dipertimbangkan sambil menunggu
akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini belum dievaluasi. Konsentrasi epinefrin yang
digunakan untuk neonatus ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL).
Pengembang volume
Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan darah dan
frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap upaya resusitasi
lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan di ruang bersalin. Dosis 10 mL/kg, dapat
diulangi.
Perawatan pasca resusitasi
Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal, mempunyai risiko
untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan sirkulasi adekuat tercapai,
bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi gangguan.
Nalokson
Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di ruang bersalin
untuk bayi dengan depresi napas.
Glukosa
Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang meningkat untuk
terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah kejadian hipoksik iskemik.
Pemberian glukosa intravena harus dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan
menghindari hipoglikemia.
Hipotermia untuk terapi
Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur kehamilan 36
minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan berat. Hasil penelitian
ini menunjukkan mortalitas dan gangguan perkembangan neurologik yang lebih rendah pada
bayi yang diberi terapi hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia.
Penggunaan cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang
memadai.
Penghentian resusitasi
Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit.
Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.
J. Skenario Kasus
Buatlah kelompok studi untuk membahas artikel kasus patologi tentang resusitasi bayi baru
lahir, kemudian lanjutkan role play penangan dari kasus tersebut tentang pasien bayi dengan
resusitasi
K. Petunjuk Praktikum
Lakukan kegiatan praktikum sesuai dengan scenario kasus yang telah tersedia sebagai
seorang praktikan
L. Standart Operasional Prosedur
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
Pengertian tindakan resusitasi dari anak yang baru lahir dengan asfiksia saat
lahir.
Tujuan 1. Melakukan penilaian kegawatan napas dan sirkulasi
2. Mampu melakukan resusitasi bayi dan anak yang mengalami
gangguan pernapasan yang mengancam jiwa
3. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada
bayi dan anak.
4. Mampu memberikan napas bantu pada bayi dan anak yang
tidak bisa bernapas/apnu.
5. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada bayi dan anak
yang mengalami henti jantung.
Persiapan 1. Persiapan Tempat
2. Persiapan Alat
- Ambubag + sungkup
- Penghisap lendir / De Lee
- Stetoskop
- Handuk / kain bersih
- Larutan desinfektan
- Air bersih dan Sabun cair
- Jam tangan
BAHAN:
- Phantom bayi
PERLENGKAPAN :
- Meja resusitasi
- Lampu / alat pemancar panas
- Sarung tangan DTT 1 pasang
- Bengkok / nierbekken
Barak schort/ apron 1 buah
Prosedur
Tindakan
Tahap Persiapan
1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
- Letakkan peralatan pada tempat yang mudah dijangkau
- Usahakan alat dipersiapkan secara ergonomis untuk
memudahkan kita dalam melakukan tindakan
2. Cuci tangan yang efektif dengan sabun dan air yang
mengalir
3. Menggunakan hand schoen, Hand schoen tidak perlu steril
yang penting Bersih
4. Setelah bayi lahir, letakkan dibawah alat pemancar panas
5. Keringkan bayi, dan bungkus dengan kain bersih
- Pada saat membungkus pastikan bagian dada tidak tertutup
kainuntuk memudalikan pemantauan pernapasan bayi
6. Posisikan bayi agak ekstensi dan hisap lendir bayi
- Pastikan pandangan Penolong mata tidak tertutup saat
memegangsungkup
7. Nilai usaha bernapas, frekuensi denyut jantung dan warna
kulit bayi
8. Jika pernafasan bayi megap-megap, frekuensi jantung
kurang dari
100x/menit, warna kulit bayi sianosis,
9. Lakukan ransangan taktil dengan menepuk atau menyentil
telapak kakibayi, atau gosok punggung bayi
- Rangsangan taktil dilakukan masing-masing 2 kali
jika bayi belum menangis maka bersihkan jalan nafas,
posisikan bayi, jikabayibelum menangis
10. Pasang sungkup dengan tepat kemuka bayi
- Sungkup menutupi daerah mulut, hidung dan dagu bayi
11. Observasi pengembangan dada
12. Ventilasi dilakukan dengan kecepatan 40 - 60 kali/mnt,
kita lakukan
selama 30 detik
- Caranya dengan menghitung, tiap detik, hitungan pertama
pompa,hitungan kedua dan ketiga lepas, hitungan
selanjutnya pompademikian seterusnya.
13. Nilai kembali usaha bernapas, frekuensi denyut jantung
dan warna kulit bayi
14. Jika frekuensi jantung sudah lebih dari 100 x/ menit kita
berikan oksigen aliran bebas.
15. Jika frekuensi jatung kurang dari 100 x/ menit dan
pernafasan masih kurang dari 40 x/mnt, warna kulit
kebiruan, maka kita lakukan VTP kombinasi dengan
kompresi dada
16. Menyiapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam
tindakan:
- Balon sungkup
- Jam tangan
- Stetoskop
- Hand schoen
17. Usahakan alat dipersiapkan secara ergonomis untuk
memudahkan kitadalam melakukan tindakan
18. Memposisikan dua jam yaitu jari telunjuk dan jari tengah
atau kedua jari jempol ke 1/3 sternum
- Gunakan jari telunjuk dan jari tengah atau dapat
jugamenggunakan kedua jari jempol
19. Melakukan kompresi dada selama 3 kali setiap 2
detik dan berikan satukali nafas (ratio 3 : 1)
- Ventilasi dapat dilanjutkan
- Tekan rongga dada 1/3 sternum dengan dua ibu jari,
lakukanpenekanan sekitar 1,5 cm tiga kali setiap 2 detik dan
berikan satukali pernafasan. Dalam 1 menit memberikan 90
kompresi dan 30ventilasi (ratio 3:1)
20. Mengevaluasi denyut jantungnya kembali setelah 30 detik
- Jika masih < 60X /mnt, lanjutkan ventilasi dan kompresi
dada
- Jika > 60X/mnt, lanjutkan ventilasi hingga pernafasan
berjalanspontan, tetapi hentikan kompresi dada.
21. Evaluasi setiap 3 menit setelah itu.
- Nilai pernafasan
- Denyut jantung
- Dan warna kulit
22. Bereskan alat-alat
- Alat-alat direndam dalam larutan klorin 0,5 %
23. Cuci tangan
24. Dokumentasi
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
BAB III
EVALUASI
1. TUGAS MANDIRI
a. Saudara mahasiswa, setelah anda mendalami materi dari modul pratikum ini
selnajutnya tugas anda adalah membuat dokumentasi asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal berdasarkan manajemen kebidanan ! Konsulkan
tuga anda kepada pembimbing praktikum anda
b. Saudara mahasiswa, setelah anda membuat dokumentasi asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal maka tugas anda anda melakukan observasi klien
yang ada di lahan praktek!
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri Dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta:EGC
2. Varney,H.2006.Asuhan Kebidanan.Jakarta:EGC.
3. Saifudin, Abdul Bari. 2006, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal Jakarta: YBPSP
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. 2013.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia