MODUL PELATIHAN PETUNJUK BETERNAK ITIK · PDF file... (itik dara) yang ... Potensi lainnya...
Transcript of MODUL PELATIHAN PETUNJUK BETERNAK ITIK · PDF file... (itik dara) yang ... Potensi lainnya...
MODUL PELATIHAN
PETUNJUK BETERNAK ITIK
Oleh : Ir. Mangonar Lumbantoruan, MS.
Disajikan pada : PELATIHAN PERCONTOHAN USAHA TERNAK ITIK SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF (MPA) BAGI NELAYAN DI
DESA SIJAGO-JAGO DAN DESA TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH. Diselenggarakan atas kerjasama : CORAL REEF MANAGEMENT PLAN (COREMAP) REGIONAL TAPANULI TENGAH dengan LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN. 2006.
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia, itik merupakan unggas penghasil telur yang cukup potensil di samping ayam.
Ternak itik tersebar luas di seluruh pelosok tanah air di mana sebagian besar di antaranya masih
dipelihara secara ekstensif tradisional. Hanya di beberapa daerah, terutama di Jawa, peternak
telah mencoba memelihara itik secara sistem terkurung dengan memanfaatkan bahan pakan lokal
yang murah dan tersedia di daerah setempat.
Sifat-sifat Itik
Menurut sejarahnya, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara yaitu berupa itik liar
(Anas mocsha) atau wild mallard. Itik liar inilah yang dijinakkan hingga diperoleh berbagai jenis
itik yang kita kenal sekarang yang disebut Anas domestica. Dalam keadaan liar, itik bersifat
monogamus yaitu hidup berpasangan. Akan tetapi setelah diternakkan mereka menjadi bersifat
poligamus sehingga dapat dipelihara secara bersama-sama dalam satu kandang.
Itik dengan cepat dapat menyebar ke berbagai kawasan karena bersifat aquatik (hidup di
air). Selain itu, dalam hal makanan mereka bersifat omnivorus yaitu pemakan segala, mulai dari
biji-bijian, rumput-rumputan. Umbi-umbian dan bahan makanan yang berasal dari hewan.
Sifat khas lainnya dari itik adalah kakinya relatif pendek dibanding ukuran tubuhnya, di
antara jari kaki terdapat sejenis selaput yang membantunya berenang serta bulunya tebal dan
berminyak yang berfungsi menghalangi air masuk ke permukaan tubuhnya. Dengan sifat seperti
ini, meskipun sudah dijinakkan, itik cenderung menyukai hidup di air.
Dibanding ternak unggas lainnya, itik memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibanding ayam.
Sekalipun dipelihara dengan sistim pengelolaan sederhana itik masih mampu berproduksi
dengan baik.
2
Tingkat kematiannya relatif kecil (relatif tahan terhadap penyakit).
Bertelur di pagi hari sehingga pemungutan telur dapat dilakukan sekali sehari.
Sekalipun diberi pakan berkualitas rendah produksi telurnya masih menguntungkan.
Telurnya cocok diolah menjadi telur asin.
Manfaat Beternak Itik
Berbicara tentang manfaat atau keuntungan beternak itik tidak perlu diragukan. Di setiap
tahap umur dan setiap bagian tubuhnya itik memiliki nilai pasar tersendiri dengan harga jual yang
lumayan, mulai dari telur, daging, bibit, bulu, feses hingga itik afkir (tua) semuanya dapat
mendatangkan uang.
Jika tujuan beternak itik untuk menghasilkan telur konsumsi maka pejantan tidak perlu
dipelihara sehingga biaya pakan bisa lebih hemat. Lagi pula telur konsumsi sebaiknya bukan telur
yang dibuahi agar mutunya lebih baik dan dapat disimpan lebih lama. Namun bila yang ingin
dipanen adalah telur tetas maka pejantan wajib dipelihara. Selain itu, agar itik memperoleh bahan
makanan yang lebih beragam sehingga daya tetas telurnya semakin baik maka itik untuk tujuan
ini sebaiknya digembalakan atau dilepas dari kandang di sebagian hari. Itik yang digembalakan
akan memperoleh bahan makanan dari rawa-rawa atau sawah berupa tumbuhan air, ikan-ikan
kecil, cacing, keong dan lain-lain. Semuanya ini merupakan sumber protein nabati dan hewani
serta mineral dan vitamin yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan itik guna
mengkasilkan telur berdaya tetas tinggi.
Produk usaha ternak itik bukan hanya telurnya saja. Dengan bermodalkan alat-alat tetas dan
keterampilan sederhana, baik yang alami maupun buatan, peternak dapat menjadi produsen anak
itik (meri) atau DOD (day old duck). Harga jual meri jauh lebih tinggi dibanding telur sekalipun
baru berumur sehari (DOD). Bila harga jual telur misalnya Rp 600/butir maka harga seekor meri
paling tidak Rp 2500. Harga jual itik umur 3 – 4 minggu mencapai sekitar Rp 5000/ekor.
Bila sabar menunggu dan telaten maka peternak dapat membesarkan anak itik hingga
berumur 4 – 6 bulan (itik dara) yang memiliki harga jual yang lebih tinggi lagi yaitu sekitar Rp
25.000/ekor. Itik jantan umur 1.5 bulan dapat dijual sebagai itik pedaging (bebek panggang)
dengan harga sekitar Rp 10.000 – Rp 15.000 per ekor.
Potensi lainnya yang dapat dikembangkan dari usaha ternak itik adalah produksi bulu. Bulu
itik yang halus banyak digunakan sebagai pengisi mainan anak-anak, bantal, mantel, jas dan lain-
lain. Sedangkan batang bulu dan bulu kasar masih dapat dijadikan sebagai tepung bulu yang
bermanfaat sebagai sumber protein dalam ransum ternak. Bahkan feses (kotoran) itikpun masih
berpotensi mendatangkan keuntungan karena dapat digunakan sendiri atau dijual sebagai pupuk.
3
Kompos yang berasal dari alas kandang itik sangat cocok digunakan untuk memupuk tanaman
muda seperti sayur-sayuran.
Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa usaha ternak itik sangat potensil dijadikan sebagai
sumber mata pencaharian tambahan atau alternatif. Pilihan yang tersedia banyak, tergantung
masing-masing, bisa mengkhususkan diri pada telur konsumsi, telur tetas, anak itik atau bibit itik
yang sudah besar. Semuanya berpotensi memberikan keuntungan yang memadai.
Kesesuaian Usaha Ternak Itik dengan Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan
Berbagai manfaat yang disebut di atas dapat diperoleh tanpa harus memiliki modal dan
lahan yang besar serta pendidikan yang tinggi. Modal beternak itik tidak harus besar, baik untuk
kandang, bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan maupun lahan.
Kebutuhan modal utama adalah membeli bibit. Sebuah usaha ternak itik dapat dimulai dari
beberapa ekor atau beberapa puluh ekor bibit saja. Dengan kesabaran dan keuletan yang tinggi
bibit yang sedikit ini dapat dikembangkan secara bertahap menjadi ratusan bahkan ribuan hanya
dalam tempo sekitar 2 tahun.
Untuk membuat material kandang dapat digunakan bahan-bahan yang tersedia secara
lokal seperti bambu, batang kelapa, batang nyiur, rumbia dan lain sebagainya sehingga tidak perlu
mengeluarkan modal besar. Kebutuhan bahan pakan untuk itu dapat diandalkan dari ubi-ubian,
daun-daunan, dedak, ikan rucah, bekicot, kepiting dan hewan-hewan kecil lainnya serta sisa-sisa
dapur yang tidak selalu perlu dibeli. Selanjutnya, memelihara beberapa puluh ekor itik tidak perlu
lahan yang luas, cukup di pekaranngan seluas beberapa meter persegi saja. Bahkan ternak itik
juga dapat dipelihara disela-sela tanaman yang batangnya cukup tinggi seperti jagung, ubi kayu
dan berbagai jenis tanaman tahunan. Itik adalah pemakan gulma (tumbuhan pengganggu) yang
baik. Mereka akan memakan tumbuh-tumbuhan muda yang pendek sebab mudah direnggut.
Tentu saja bila hendak melepas itrik di sela-sela tanaman pertanian perlu ditunggu agar pucuknya
cukup tinggi serta batangnya cukup kokoh agar tidak rusak oleh renggutan atau cocoran mulut
itik.
Waktu yang tersita untuk mengurus ternak itik juga tidak terlalu banyak. Untuk puluhan ekor
itik paling-paling dibutuhkan sekitar 2 – 3 jam sehari yaitu untuk menyiapkan dan memberikanan
makanan, melepas dari dan memasukkan ke kandang serta membersihkan kandang. Pekerjaan-
pekerjaan seperti ini tidak menuntut pendidikan yang tinggi sehingga dapat dilakukan oleh anak-
anak atau orang yang sudah lanjut usia sekalipun.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa beternak itik sangat sesuai dengan
kondisi sosial ekonomi nelayan. Nelayan (kaum pria) umumnya bekerja di malam hari hingga
subuh sehingga pekerjaan menyediakan kebutuhan itik bisa dilakukan siang harinya seusai
4
beristirahat. Bahkan sebagian dari bahan pakan itik, khususnya yang berupa ikan rucah atau
hewan-hewan air yang tidak laku dijual, dapat disediakan oleh nelayan sambil melaut.
Sementara itu, sang istri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya dapat berperan mengurus
ternak itik sehari-hari.
Untuk memperoleh gambaran mengenai keuntungan beternak itik, ada baiknya kita
mempelajari pengalaman peternak itik di Kabupaten Brebes Jawa Tenngah. Kabupaten ini dikenal
sebagai penghasil telur asin. Di pelosok kota maupun desa di kabupaten ini mudah kita jumpai
toko atau kedai yang menjual telur asin. Tak pelak, telur asin menjadi trademark kabupaten
tersebut. Melimpahnya produksi telur asin di Brebes tak terlepas dari banyaknya sentra
peternakan itik di wilayah ini. Di Brebes tercatat 1.778 peternak itik yang tersebar dan bergabung
di lebih dari 10 kelompok tani ternak itik (KTTI). Jumlah itu jauh lebih banyak dibandingkan
dengan peternak unggas lain, seperti peternak ayam petelur yang 246 orang ataupun peternak
ayam pedaging yang hanya 99 orang.
Setiap tahunnya, lebih dari 100 juta butir telur diproduksi di peternakan-peternakan itik di
Brebes dari populasi itik sebanyak hanpir 900.000 ekor. Banyaknya warga Brebes yang
menggeluti profesi sebagai peternak itik tak terlepas dari keuntungan yang bisa dihasilkan dari
usaha ini. Dengan modal yang tidak terlalu besar dan perawatan yang mudah, seorang peternak
itik pemula (satu tahun) rata-rata bisa mendapat keuntungan bersih Rp 50.000 sampai Rp 150.000
per hari. Bahkan, apabila jumlah itiknya di atas 1.000 ekor, tak mustahil dia meraih keuntungan Rp
300.000 per hari.
Kegiatan beternak itik lambat laun menjadi kegiatan ekonomi utama dibandingkan dengan
bertani. Bahkan, tak sedikit petani yang menjadikan lahan pertaniannya, terutama lahan bawang
merah, untuk dijadikan areal peternakan itik.
Diperlukan waktu enam bulan bagi anak itik untuk tumbuh menjadi dewasa dan siap
bertelur. Minimal 60 persen dari itik yang dipelihara akan bertelur setiap hari. Bahkan, apabila
musim sedang bagus dan itik tidak stres, persentase bertelurnya bisa mencapai 80 persen.
Artinya, jika jumlah itik yang dipelihara 500 ekor, telur yang dihasilkan setiap harinya antara 300 -
400 butir. Salah seorang petani, Haryanto, memiliki 600 ekor itik di kandangnya, dengan produksi
350 butir sampai 400 butir telur setiap hari. Dengan harga telur itik Rp 700 - Rp 750 per butir
maka dalam sehari Haryanto memperoleh hasil penjualan sekitar Rp 300.000. Penghasilan kotor
itu dikurangi biaya pembelian pakan dan obat-obatan sekitar Rp 150.000. Dengan demikian,
dalam sehari Haryanto mendapat keuntungan bersih Rp 150.000. "Penghasilan saya sebagai
peternak itik cukup lumayan dibandingkan dengan waktu saya masih bertani. Namun, itu semua
harus dicapai dengan kerja keras. Tidak duduk-duduk saja," katanya.
5
Syahroni (58), Ketua KTTI Sumber Pangan, menuturkan bahwa beternak itik lebih
menjanjikan daripada bertani bawang maupun padi. Selain risikonya kecil, keuntungan ekonomi
yang diperoleh lebih stabil dan relatif lebih besar. "Waktu saya menjadi petani bawang merah,
kalau harganya bagus, sekali panen memang untung sangat besar. Namun, biaya perawatannya
juga besar. Selain itu, belakangan ini harga bawang merah jatuh akibat banyaknya bawang impor.
Kalau beternak itik, risiko-risiko semacam itu tidak ada. Harga telur memang naik-turun, tetapi
lebih stabil dibandingkan dengan harga bawang. Risikonya paling-paling harga pakan yang mahal,"
ungkap Syahroni.
Selain adanya kemudahan pasar, peternak itik di Brebes juga diuntungkan oleh banyaknya
sungai kecil yang mengalir di wilayah ini. Sungai-sungai ini memudahkan peternak
menggembalakan dan memberikan air minum bagi itik. "Keberadaan sungai sebenarnya tidak
mutlak. Namun, apabila ada, itu sangat membantu. Itik yang digembalakan akan lebih mudah
bertelur karena tidak gampang stres dan lemaknya terbakar," papar Kepala Kantor Peternakan
Kabupaten Brebes Nono Setyawan. Keuntungan lain yang dimiliki peternak itik, kata Nono, daya
tahan itik terhadap serangan penyakit cukup tinggi, termasuk flu burung yang kini menghantui
para peternak unggas di Indonesia. Ini tak terlepas dari faktor bawaan itik yang memang memiliki
kekebalan terhadap serangan virus tersebut.
Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara/i ingin menjadi seperti mereka? Tak perlu ragu apalagi
takut berangan-angan atau bermimpi. Asalkan sabar dan ulet serta disiplin, dalam waktu 2 – 3
tahun bapak, ibu atau saudara/I bisa seperti mereka. Kami dari Fakultas Peternakan Universitas
HKBP Nommensen Medan siap membantu dari segi pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk itu. Jangan sia-siakan kesempatan yang disediakan oleh Coremap.
II. MENGENAL BANGSA-BANGSA ITIK
Berdasarkan tipenya itik dapat dikelompokkan menjadi tiga kerlompok yaitu itik tipe
pedaging, petelur, dan dwi guna (gabungan). Sesuai dengan namanya itik petelur dapat
menghasilkan telur cukup tinggi, sedangkan itik pedaging mempunyai per tumbuhan yang cepat
dalam menghasilkan daging. Tipe gabungan, selain sebagai penghasil telur juga untuk produksi
daging.
Beberapa tipe itik lokal diberi nama sesuai dengan lokasinya dan mempunyai ciri
morphologi yang khas. Sebagai contoh : itik Tegal, Alabio, Bali, Cirebon, Magelang, Tasikmalaya,
Tangerang, Porsea, Mojosari dan lain-lain.
6
Berdasarkan rumpun keluarganya, itik lokal Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu (1) rumpun itik Jawa Barat dan Jawa Tengah, (2) rumpun itik Jawa Timur, Bali, dan Lombok;
dan (3) rumpun itik Alabio dan Medan/Porsea. Dari ketiga rumpun itu, bangsa itik yang cukup
terkenal adalah itik Tegal, Alabio, Mojosari, Bali dan Porsea. Itik-itik tersebut terutama dipelihara
untuk produksi telur, kecuali Alabio yang lazim diambil dagingnya. Pada pemeliharaan secara
intensif itik Alabio umur 72 minggu mampu bertelur 220 butir dengan berat telur rata-rata 62,9
g/butir, sedangkan kawin silang antara Alabio jantan dan itik Tegal betina (itik Alagal) mampu
berproduksi 249 butir per tahun dengan berat telur 65 g/butir.
Pemilihan itik sebagai bibit secara umum adalah sebagai berikut: 1) Mempunyai rata-rata
produksi telur tinggi, 2) Tidak pernah terserang penyakit menular, 3) Tidak cacat, 4) Lincah dan
Bentuk tubuh besar. Ada beberapa cara pengadaan bibit yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pembelian Telur Tetas. Pengadaan telur tetas ini bertujuan untuk ditetaskan sendiri.
Pemilihan telur tetas tentunya harus diadakan seleksi asal-usul ternak itu sendiri, usahakan
pembelian telur tetas berasal dari petemak yang mengkhususkan sebagai pembibitan.
Disamping itu mempunyai produksi telur tinggi, bibit atau induk tidak pernah terkena
penyakit yang dapat menurun.
b. Pengadaan Anak Itik. Pembelian anak itik sehari (day old duck) ini pun perlu pemilihan anak
itik yang cermat, seperti halnya pemilihan telur tetas, disamping itu bentuk fisik seperti tidak
cacat, lincah, clan mata bening.
c. Pengadaan Itik Dara. Pengadaan itik dara sebagai bibit seperti halnya dalam pemilihan telur
tetas dan anak itik, tetapi itik dara tidak rumit, dibandingkan cara pemilihan tersebut di atas.
Karena itik dara lebih mudah dalam menyeleksi bentuk dan kondisinya.
III. SISTIM PEMELIHARAAN
Umumnya itik di Indonesia dipelihara sebagai penghasil telur, hanya dibeberapa daerah itik
diusahakan sebagai penghasil daging clan petelur seperti di Bali (itik "betutu") dan Kalimantan
Selatan (itik panggang). Sistem pemeliharaan itik dapat dikelompokkan ke dalam tiga sistem, yaitu
sistem gembala, sistem lanting, dan sistem terkurung.
a. Sistem Gembala. Pemeliharaan itik sistem gembala merupakan cara pemeliharaan yang
paling banyak di jumpai di pedesaan, terutama di Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Sumatera
yaitu di daerah-daerah persawahan. Biasanya dipelihara dalam skala usaha kecil dan
merupakan usaha turun-temurun. Dalam penggembalaan, peternak selalu berpindah-pindah
sampai ratusan kilometer sehingga kadang-kadang tidak mempunyai tempat tinggal yang
7
tetap, dan bila itik tersebut tidak berproduksi lagi biasanya dijual. Beberapa kerugian dan
keuntungan dalam pemeliharaan sistem gembala, adalah sebagai berikut:
Kerugian
Produksi telurnya rendah
Ketersediaan pakan tergantung pada musim panen di sawah
Penggunaan pestisida yang semakin meningkat dapat memusnahkan sumber pakan
alami bagi itik.
Makin intensifnya sistem persawahan mengurangi jatah pakan alam.
Peternak harus selalu mengawasi ternaknya setiap saat.
Peternak harus selalu berpindah tempat.
Keuntungan
Kandang sangat sederhana.
Biaya pakan relatif rendah.
Kebutuhan tenaga kerja sedikit.
b. Sistem Lanting. Sistem Lanting hanya terdapat di Kabupaten Alabio, Kalimantan Selatan. Para
peternak memanfaatkan daerah rawa sebagai tempat pemeliharaan itik Alabio yang telah
lama di budidayakan oleh masyarakat setempat. Lanting merupakan rumah khusus peternak
itik yang terapung di atas rawa. Kolong-kolong rumah tersebut dimanfaatkan sebagai petak-
petak untuk kandang itik. Penggembala dilengkapi dengan sampan sebagai alat transportasi
untuk menggembalakan itik dan sekaligus untuk memasarkan telur-telur itik. Peternak
umumnya rata-rata memiliki sekitar 300 - 350 ekor. Pakan yang diberikan bergantung kepada
musim dan ketinggian permukaan air rawa. Pemberian pakan tambahan terutama pada waktu
musim pasang berupa udang segar yang dipotong-potong, ikan kecil yang direbus, keong yang
dicincang, dan bataag sagu. Produksi telur itik Alabio cukup tinggi dibandingkan dengan jenis-
jenis itik lainnya; hal ini didukung oleh tersedianya sumber pakan itik berupa ikan-ikan kecil
dan binatang air lainnya yang cukup banyak. Dengan sistem Lanting rata-rata produksi telur
berkisar antara 50 - 70%.
c. Sistem Terkurung. Pemeliharaan itik sistem terkurung cukup berkembang dan banyak
diusahakan oleh peternak. Dengan sistem ini peternak dapat memperoleh keuntungan lebih
besar dibandingkan dengan sistem lain. Resiko hilang atau mati relatif kecil, produksi telur
lebih tinggi, tidak bergantung pada musim clan kesehatan ternak lebih mudah dikontrol.
Sistem terkurung ini memerlukan biaya pakan relatif tinggi, biaya kandang dan perlengkapan
kandang cukup mahal, dan diperlukan keterampilan khusus dalam beternak.
8
IV. TATALAKSANA PEMELIHARAAN
4.1 Kandang
Indonesia merupakan negara tropis dengan suhu rata-rata cukup tinggi sehingga
merupakan lingkungan yang kurang baik bagi ternak itik. Kandang berfungsi untuk melindungi
ternak dari gangguan hewan pemangsa, tempat tidur clan istirahat, berkembang biak dan
mempermudah dalam pengontrolan . Sebagaimana unggas lainnya, kandang itik pun memerlukan
perawatan agar tidak cepat rusak. Bila terjadi kerusakan kandang perlu segera dilakukan
perbaikan agar tidak meluas. Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah ukuran dan bentuk
kandang agar disesuaikan dengan kebutuhan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan kandang yaitu:
a. Lokasi kandang. Dalam pembuatan kandang harus diperhitungkan tempat atau lokasi
kandang. Karena kesalahan dalam pemilihan lokasi kandang dapat merugikan peternak
maupun lingkungan di sekitarnya. Pemilihan lokasi kandang harus didasarkan pada keadaan
wilayah, lingkungan penduduk, ketersediaan sarana pendukung seperti air, penerangan,
sumber bahan pakan, transportasi, dan pemasaran. Lokasi peternakan sebaiknya jauh dari
perkotaan karena akan menimbulkan masalah dalam pembuangan limbah dan bau kotoran
yang kurang sedap. Disamping itu itik mudah stres terutama pada lingkungan yang bising .
Kandang harus jauh dari rumah atau sumber air untuk mencegah pencemaran. Kandang
sedapat mungkin terlindung dari masuknya sinar matahari secara langsung yang dapat
mempengaruhi kenyamanan di dalam kandang. Untuk menanggulangi hal-hal tersebut dapat
ditanam pohon pelindung di sekitar kandang agar udara menjadi sejuk terutama pada siang
hari.
b. Konstruksi Kandang. Perencanaan konstruksi kandang itik sangat penting agar usaha
peternakan itik dapat memberi nilai ekonomis . Pembuatan kandang hendaknya memberikan
manfaat kenyamanan dan kesehatan bagi itik. Kandang itik berbeda dengan kandang ayam,
kandang itik hanya digunakan untuk istirahat di malam hari dan bertelur di pagi hari. Pada
siang hari itik berada di halaman kandang tidak beratap yang dibatasi oleh pagar pagar.
Pembuatan kandang itik harus mempunyai dua ruang yaitu ruang tempat istirahat dan ruang
tempat bermain. Di antara dua ruang tersebut dibatasi dengan pagar dalam yang terbuat dari
belahan bambu. Pagar dalam ini biasanya mudah dipindah pindahkan terutama pada waktu
membersihkan lantai kandang. Tinggi pagar 40 - 50 cm, agar itik tidak masuk ke dalam
kandang pada siang hari.
c. Lantai Kandang. Lantai kandang maupun pelataran sebaiknya dibuat dari semen agar
memudahkan dalam pembersihan, tidak becek dan lembab . Lantai semen dibuat miring agar
9
air tidak tergenang, dialasi dengan sekam padi atau serbuk gergaji yang berfungsi sebagai
penyerap air. Luas lantai kandang itik harus disesuaikan dengan umur itik yang dipelihara
(Tabel 1). Itik tidak boleh terlalu padat agar keadaan lantai kandang tetap bersih dan kering.
Selain itu, kandang yang terlalu padat dapat menyebabkan kanibalisme pada itik muda.
Tabel 1 . Kebutuhan luas lantai kandang itik untuk usaha berskala kecil.
No. Umur (minggu) Kebutuhan lantai (m2) Kapasitas (ekor)
1 0 - 4 4 100
2. 4 – 8 9 100
3. 6 - 16 12 100
4. Dewasa 18 100
d. Atap Kandang. Pada prinsipnya atap kandang dapat dibuat dari bahan sederhana sampai yang
harganya mahal, tetapi harus memperhatikan faktor-faktor teknis dan ekonomis. Atap yang
paling sederhana adalah dari daun rumbia. Atap jenis ini harus dipelihara secara teratur dan
perlu diganti 2 - 3 tahun sekali. Atap rumbia membuat suasana kandang sejuk terutama pada
musim kemarau. Sedangkan atap dari seng atau asbes harganya relatif mahal, tetapi dapat
tahan lama. Atap seng dapat memantulkan panas dan berkilap, sehingga perlu dilakukan
pengecatan dengan cat bronze. Konstruksi atap merupakan bagian yang sangat penting. Ada
empat bentuk atap kandang itik untuk kondisi di Indonesia:
Atap dua muka dengan lubang angin.
Atap dua muka tanpa lubang angin
Atap satu muka dengan lubang angin
Atap satu muka tanpa lubang angin.
Mengingat kandang itik sangat mudah basah, maka disarankan agar atap dilengkapi
dengan lubang angin. Atap seperti ini lebih cocok dibandingkan dengan tanpa lubang angin.
Atap satu muka lebih cocok untuk peternak skala kecil dan sedang, sedangkan atap dua muka
untuk peternakan skala besar.
4.2 Pakan
Seperti halnya pada ayam ras dan ternak yang lainnya, makanan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan, demikian juga dengan
peternakan itik. Sebagai contoh, rendahnya produksi telur itik yang digembalakan di sawah-sawah
adalah karena kekurangan zat gizi yang tersedia dalam makanan di daerah padang
penggembalaan. Pada pemeliharaan itik secara intensif, maka semua kebutuhan zat gizi itik untuk
pertumbuhan dan produksi telur harus disediakan oleh peternak, sehingga dengan demikian biaya
yang dibutuhkan untuk pembelian pakan cukup tinggi yaitu kira-kira 60-70% dari biaya produksi.
10
Oleh karena itu pemberian makanan yang murah tetapi mengandung zat gizi yang dibutuhkan
sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan usaha peternakan itik. Kebutuhan biaya pakan
itik merupakan yang terbesar dari biaya produksi. Banyak petemak itik yang tidak dapat
melanjutkan usahanya karena tidak seimbangnya harga pakan dan produksi telur.
4.2.1 Kebutuhan Zat Gizi
Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan bertelur adalah:
air, protein, sumber energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan mineral.
a. Air. Air merupakan zat gizi yang penting terutama untuk proses metabolisme (pemecahan
atau pembentukan zat gizi dalam tubuh), pengangkutan zat gizi dan zat khusus didalam darah
serta untuk pengeluaran panas tubuh. Penyediaan air secara terus menerus sangat diperlukan
karma ternak itik tidak dapat minum air dalam jumlah banyak pada suatu saat. Kekurangan air
akan menyebabkan ternak kerdil bahkan mati. Berbeda dengan ayam, selain sebagai zat gizi
(diminum), air juga dibutuhkan itik untuk membasahi kepalanya. Oleh karena itu ke dalaman
air pada tempat minum harus dapat membasahi kepala itik.
b. Protein dan Energi. Protein adalah zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
menggantikan jaringan tubuh yang sudah tua dan untuk pembentukan antibodi yang berguna
untuk melawan penyakit di dalam tubuh. Penentuan kebutuhan protein selalu dihubungkan
dengan tingkat energi dalam pakan karma protein dapat dijadikan sebagai sumber energi dan
dibutuhkan dalam pembentukan protein. Untuk itik periode bertelur, pemberian pakan
dengan kadar protein tinggi (18%) dapat memproduksi telur lebih balk dibandingkan pakan
dengan kadar protein lebih rendah (16%), sedangkan energi metabolisme untuk itik yang
sedang bertelur adalah 2.700 Kkal/kg. Pemberian kadar protein yang lebih rendah
menyebabkan telur yang dihasilkan lebih kecil, sedangkan bila kadar energi pakan yang lebih
rendah akan menyebabkan penurunan produksi telur, tetapi tidak mempengaruhi berat telur.
c. Vitamin dan Mineral. Vitamin adalah zat gizi yang dibutuhkan sebagai pernbantu (katalis)
dalam proses pembentukan atau pemecahan zat gizi lain di dalam tubuh, jadi hanya
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Mineral dibutuhkan untuk membentuk kerangka (tulang)
tubuh, membantu pencernaan dan metabolisme dalam sel serta untuk pembentukan
kerabang (kulit) telur. Zat kapur atau (Calcium = Ca) dan fosfor (P) adalah zat mineral yang
paling banyak dibutuhkan. Kedua zat ini mempunyai hubungan yang saling terkait. Untuk itik
yang sedang bertelur dibutuhkan zat kapur dan fosfor yang cukup tinggi dalam pakannya
berkisar 3,0% Ca dan 0,60% P.
Penurunan zat kapur hingga 1,25% dalam pakan menyebabkan penurunan produksi
telur dan kerabang telur yang lebih tipis. Kekurangan zat fosfor akan menurunkan nafsu
11
makan dan menyebabkan pertumbuhan yang terlambat, serta penurunan produksi dan berat
telur. Penambahan garam dapur 0,2% hingga 0,5% sudah dapat menunjang pertumbuhan dan
produksi telur yang balk. Kebutuhan akan mineral lain (Mg, K, Zn, Fe, I, Mn, Mo, Se, Co, Cl)
dan vitamin adalah dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam praktek sehari-hari digunakan
campuran mineral dan vitamin (premix) yang telah banyak diperdagangkan dengan komposisi
yang telah disesuaikan, sehingga hanya perlu diberikan sebanyak 0,25 - 0,5 Kg premix untuk
tiap 100 Kg pakan.
Standar kebutuhan nutrisi secara lengkap untuk itik, khususnya itik petelur masih belum
ada. Selama ini para peternak menggunakan standar nutrisi untuk itik bibit. Kebutuhan nutrisi itik
yang sedang tumbuh dan dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan beberapa nutrisi itik petelur.
No.
Zat nutrisi
Anak (0 – 8 mg)
Dara (8 – 20 mg)
Dewasa (> 20 mg)
1. Energi metabolis (kkal/kg) 2.900 2.800 2.700
2. Protein kasar (%) 17 - 20 18 16 – 18
3. Ca (%) 0.6 – 1.0 0.6 – 1.0 2.9 – 3.25
4. P (%) 0.6 0.6 0.47
4.2.2 Bahan Pakan
Banyak bahan pakan alternatif (bahan pakan pilihan) yang bisa digunakan, namun dalam
mencari bahan yang akan dipakai hendaknya berpegang pada kadar protein dan energi yang
diperlukan itik. Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung,
menu, tepung singkong, polar, nasi keying, roti afkir dan mie afkir, namun dalam pemberiannya
sebaiknya tidak dalam bentuk keying, tetapi agak basah atau jika terlalu keras perlu direndam
sebelum diberikan pada itik. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi kering,
sehingga nasi tersebut menjadi agak lunak/lembek dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik.
Bahan pakan sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikan
rucah, cangkang udang dan keong, namun pemberiannya haruslah dalam ukuran yang cukup kecil
untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang
berbentuk tepung yang dapat diberikan kepada itik antara lain bungkil kelapa, tepung ikan,
bekicot dan sebagainya. Kandungan zat gizi beberapa bahan pakan disajikan pada Tabel 3.
Dedak Padi. Dedak path (bekatul) merupakan hash dari prows penggilingan path yang digiling,
jumlahnya sekitar 10% dari total berat path. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak
mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang cukup tinggi. Penggunaan dedak
path hingga 75% dalam ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur, asalkan
kandungan nutrisi yang lainnya cukup.
12
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Beberapa Bahan Pakan. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- No. Jenis Bahan Energi metabolis Protein kasar Fosfor Calsium Metionin Lisin (kkal.kg) (%) (%) (%) (%) (%) ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------- Dedak padi 2.400 12,00 1.0 0,20 0,25 0,45 Menir 2.660 10,30 0,12 0,09 0,17 0,30 Jagung 3.300 8,50 0,30 0,02 0,18 0,20 Bungkil kelapa 1.410 18,60 0,60 0,10 0,30 0,55 Tepung cangkang udang 2.000 30,00 1.15 7,86 0,57 1,50 Udang segar 2.900 54,20 1,40 4,20 0,57 1,50 Ikan rucah segar 3.122 64,33 3,37 4,15 1,79 5,07 Tepung ikan 2.960 55,11 2,85 5,30 1,79 5,07 Tepung bekicot 2.700 44.00 0,43 0,69 0,89 7,72 Polar 1.300 15,50 1,17 0,14 0,20 0,30 Limbah Roti - 10,50 0,13 0,17 - - Tepung Keong Mas - 46,20 0,35 2,98 0,30 1,37 Tepung Singkong 3.200 2,00 0,40 0,33 0,01 0,07
Singkong dan ubi jalar. Singkong dan ubi jalar merupakan tanaman yang mudah dijumpai dart
banyak dihasilkan di Indonesia. Bagian singkong dan ubi jalar yang dapat digunakan sebagai
bahan pakan itik adalah umbi gaplek. Tepung gaplek mempunyai kandungan karbohidat atau
sumber energi yang tinggi, hampir menyamai jagung, tetapi miskin akan protein (sekitar 2%).
Pada umbi singkong, sebagian besar sianida terdapat pada kulitnya. Pengupasan kulit umbi,
perendaman dan pengeringan dapat menurunkan kadar sianida tersebut. Tepung singkong
dapat digunakan dalam pakan ink hingga 30%. Pemberian dalam jumlah yang lebih tinggi akan
menyebabkan ternak mencret (diare).
Bekicot. Bekicot yang umumnya terdapat di pedesaan dapat digunakan sebagai sumber protein
untuk itik. Bekicot segar mengandung protein kasar sekitar 15%, kadar protein ini dapat
ditingkatkan dengan membuat tepung bekicot (dipisahkan dari kulit, dikeringkan lalu digiling).
Tepung bekicot yang dibuat dari bekicot mentah mengandung 52% protein, sedangkan yang
dibuat dari bekicot rebus mengandung 32,7% protein. Tepung bekicot mentah dapat
dicampurkan dalam pakan itik hingga 15%, sedangkan tepung bekicot rebus hingga 20%.
Keong Emas. Keong emas balk digunakan untuk campuran pakan itik karma hewan air ini
mengandung banyak protein dan kalsium. Pemberian dalam bentuk segar dapat menyebabkan
pengaruh negatif terhadap ternak, yaitu dapat menyebabkan penurunan produksi ternak
karma di dalam lendir keong tersebut terdapat suatu zat anti nutrisi yang dapat menghambat
pertumbuhan ternak, oleh sebab itu dianjurkan menggunakan keong Emas yang telah direbus,
karma zat anti nutrisi yang ada akan berkurang atau bahkan hilang setelah proses perebusan
selama 15-20 menu.
13
Cangkang Udang. Cangkang udang (terdiri dari kepala dan kulit) merupakan limbah yang
banyak ditemui di daerah pantai terutama di daerah yang mempunyai pabrik kerupuk udang
dan penampungan (pengolahan) udang untuk ekspor. Cangkang udang basah mempunyai
kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11% calcium dan
1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30°,% dapat meningkatkan produksi
telur itik cukup tinggi.
Ikan Rucah. Ikan rucah yang banyak dihasilkan di berbagai daerah dapat digunakan sebagai
sumber protein bagi itik. Pemberian ikan rucah akan Baling melengkapi kebutuhan protein jika
diberikan bersamaan dengan cangkang udang.
4.2.3 Penyusunan dan Pemberian Ransum
Menyusun ransum pada hakekatnya sama dengan mencampur bahan-bahan pakan yang
tersedia dengan perbandingan tertentu agar campuran tersebut dapat memenuhi kebutuhan itik
untuk berproduksi dengan baik. Yang banyak dilakukan orang untuk penyusunan ransum secara
sederhana adalah dengan cara coba-coba. Cara ini relatif mudah jika bahan pakan yang digunakan
tidak terlalu banyak jenisnya. Contoh susunan ransum disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Contoh Susunan Ransum (Per 100 kg) -------------------------------------------------------------------------------------------------------- No. Nama bahan jumlah (kg) Protein (%) ME (kkal/kg) Ca (%) P (%) --------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Bekatul 35 4,2 842 0,07 0,35 2. M e n i r 20 2,0 533 0,02 0,02 3. Jagung 25 2,12 825 0,05 0,08 4. Tepung Ikan 8,13 4,47 241 0,43 0,23 5. Bkl. kedelai 11,87 5,21 266 0,04 0,08 -------------------------------------------------------------------------------------------------------- Jumlah 100 18,00 2707 0,61 0,76 --------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari susunan ransum diatas dapat dilihat bahwa kandungan protein dan energi ransum
sudah sesuai dengan yang diinginkan, akan tetapi kapur (Ca) untuk itik petelur masih terlalu
rendah. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan bahan yang mempunyai kadar kapur tinggi
seperti tepung kapur, tepung tulang dan tepung kulit kerang. Dengan menambahkan tepung
kapur; sebanyak 6 kg maka kebutuhan zat kapur akan bertambah sebanyak 2,28% sehingga total
zat kapur dalam ransum menjadi 0,61% + 2,28% = 2,89%. Penambahan zat kapur ini tidak akan
merubah kandungan protein maupun energi dalam susunan ransum tersebut. Selain itu perlu juga
ditambahkan campuran vitamin dan mineral-mineral mikro (Premiks) yang banyak tersedia di
toko-toko makanan ternak Contoh lain susunan ransum itik petelur adalah sebagai berikut:
14
a. Dedak = 54,64 %
b. Menir = 13,66 %
c. Cangkang Udang Segar = 19,58 %
d. Ikan Rucah Segar = 9,11 %
e. Kapur = 2,75 %
f. Top Mix = 0,26 %
Semua bahan selain cangkang udang dan ikan rucah segar ditimbang untuk keperluan satu
minggu. Kemudian dicampur secara merata lalu dibagi menjadi 7 bagian dan masing-masing
bagian dimasukkan kedalam kantong plastik yang berbeda. Masing-masing kantong plastik berisi
untik kebutuhan sehari. Ikan rucah segar dan setengah bagian dari pakan campuran dalam
kantong plasti diberikan dalam bentuk agak basah pada pukul 07.00 (pagi), kemudian cangkang
udang segar dan setengah bagian dari pakan campuran tadi diberikan padfa pukul 15.00 (sore
hari) dalam bentuk agak basah yaitu dengan jalan menambahkan sedikit air supaya tidak mudah
ditiup angin dan memudahkan itik untuk mengkonsumsinya.
4.3. Penyakit Ternak itik
a. Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri. Ada beberapa penyakit yang sering menimbulkan
kerugian antara lain yang disebabkan oleh bakteri :
(1) Kolera Unggas.
Penyakit kolera pada unggas atau Fowl Cholera tergolong penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida. Penyakit ini dapat menyerang itik,
kalkun, ayam, dan entog.
Tanda-tanpa kolera unggas adalah kematian mendadak dan mortalitas tinggi.
Sedangkan tanpa-tanda kronis adalah gangguan pernafasan dan syaraf serta radang
persendian. Sumber penyebab kolera unggas ialah itik carrier (pembawa bibit
penyakit), yaitu itik yang dalam tubuhnya mengandung bibit penyakit tanpa
menampakkan gejala klinis, tetapi mempunyai kecenderungan menulari itik sehat. Ada
dua golongan itik yang dapat dikatagorikan sebagai carrier, yaitu:
Pembawa bibit penyakit setelah itik sembuh dari penyakit (Convalescence carrier)
Pembawa bibit penyakit akibat itik berhubungan langsung dengan penderita
(Contact carrier)
Bila itik carrier mengalami stres, misalnya kekurangan gizi, perubahan cuaca, infeksi
oleh penyakit lain, daya tahan tubuhnya menurun, maka kemungkinan terjadinya
peledakan penyakit besar sekali, terutama pada itik muda yang tergolong sangat peka.
Karena itu dianjurkan itik muda tidak dicampurkan dengan itik tua. Disamping itu
15
unggas lain, tikus, dan binatang kecil lainnya dapat merupakan sumber penularan pada
ternak itik. Itik penderita dapat menyebarkan kuman bibit penyakit melalui cairan
ekskreta mata, hidung, dan mulut, yang akan mencemari pakan dan air minum. Itik
sehat dapat juga tertulari bila mematuk cairan mata atau bangkai itik sakit. Bahkan pe
nyebaran penyakit yang lebih cepat adalah melalui petugas kandang yang berfungsi
rangkap, seperti menangani itik sakit sekaligus itik sehat . Karena itu disarankan
petugas jangan bertugas rangkap.
Penanggulangan Penyakit. Pengendalian penyakit kolera unggas terdiri dari tiga pokok
kegiatan, yaitu: program sanitasi, vaksinasi, dan pengobatan. Disamping itu, upaya
pengamanan terhadap penyakit menular yang perlu diperhatikan antara lain:
Pengunjung dilarang berlalu lalang di komplek peternakan
Petugas diberi tugas tetap dan khusus, tidak merangkap
Kandang isolasi dibuat cukup jauh dari komplek peternakan
Pakan dan minuman agar tidak tercecer dan terbuang di lantai, tidak mudah
dicemari kotoran dan debu
Hanya itik sehat yang boleh diternakka
Bila ada itik menunjukkan gejala kelainan, segera diisolasi dan didiagnosa
penyakitnya.
Usahakan agar menternakan itik seumur.
Lakukan pengafkiran (culling) terhadap ternak yang tidak memberikan harapan
setelah terjadi wabah.
Lakukan vaksinasi secara teratur. Ada dua jenis vaksin yang dianjurkan sebagai usaha
preventif, yaitu:
Vaksin kolera unggas adjuvan minyak galur lokal
Vaksin kolera unggas hidup avirulen, yang hanya mampu menimbulkan kekebalan
selama 8 minggu. Harus dipergunakan dalam waktu singkat, 2 - 3 hari. Kedua jenis
vaksin tersebut kualitasnya masih belum mantap.
Pengobatan. Terhadap itik sakit dapat diobati dengan sulfaquinoxalin, agribon, sulmet
dan sulfodimethoxin. Dapat juga digunakan obat antibiotika seperti aureomycin,
terramycin dan erythromycin. Dosis pemakaian obat disesuaikan dengan petunjuk label
yang ada pada botol atau menurut petunjuk dokter hewan. Obat-obatan tersebut
dapat dipergunakan dengan cara penyuntikan. Untuk menghindari resiko penyebaran
penyakit sebaiknya mempergunakan jarum suntik baru yang steril setiap kali
16
penyuntikan. Cara pengobatan lain juga dapat dilakukan dengan mencampur obat ke
dalam pakan atau air minum.
(2) Pasteurella anatipestifer
Pasteurella anatipestifer infection (infectious serositis, duck septicaemia, antipestifer
syndrome, new duck disease) adalah penyakit yang bersifat fatal pada itik dengan
gejala khusus pada alat pernafasan dan syaraf. Itik umur 1 - 8 minggu sangat peka
terhadap penyakit ini, sedangkan itik dewasa bersifat kronik. Penyakit ini secara
ekonomis dapat merugikan dengan angka mortalitas yang cukup tinggi, disertai
penurunan berat badan.
Tanda-tanda Penyakit. Anak itik menunjukkan gejala lemah, gangguan gerakan, diare
dan mengeluarkan cairan dari mata. Gejala pada gangguan syaraf yaitu keseimbangan
terganggu, tremor pada kepala dan leher. Isolasi agen penyakit didapatkan dari darah
jantung, otak, kantong hawa, paruparu, dan hati. Pada kasus akut, kematian dapat
mencapai 75%, sedangkan pada kejadian kronis infeksi lokal pada kulit dan persendian
tidak menimbulkan kematian .
Pengobatan
Sulfametazin 0,2 - 0,25% dala.m air minum atau pakan
Sulfaquinoxalin 0,025% dalam pakan
Novobiosin atau Lincomisin dalam pakan
Sulfadimitoxin-ormitropin dalam pakan
Pensilin dan Lincomisin-spektinomisin dengan suntikan.
(3) Botulilismus (Lumberneck, Western Duck Disease).
Penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum yang sering
ditemukan pada bangkai hewan dan tanaman busuk. Itik yang dipelihara secara
ekstensif sering memakannya.
Tanda-tanda Penyakit. Terjadi kelumpuhan dan kehilangan keseimbangan pada kaki,
leher, sayap yang disertai perosis, paralisis kemudian koma. Terjadi kekejangan pada
urat daging dan bulu biasanya penderita mati dalam waktu yang cepat.
Pengobatan. Menggunakan antitoksin polivalen (dosis penggunaan obat tertera pada
label botol obat). Dan dapat dicoba dengan obat laksatif (garam epson) .
(4) Salmonellosis
Salmonellosis pada itik disebabkan oleh beberapa serotipe Salmonella. Yang sering
ditemukan ialah paratiphoid dan biasanya menyerang itik muda secara akut, bila
menyerang yang tua bersifat kronis terutama Salmonella typhimurium dan S. enteridis.
17
Tanda-tanda Penyakit. Itik muda yang terserang menunjukkan gejala-gejala lesu,
dehidrasi dan diare. Walaupun angka morbiditas tinggi tetapi mortalitasnya rendah,
kurang dari 10%.
Pengobatan. Dapat dilakukan dengan nitrofuran, sulfa dan chlortetracyclin (0,04%)
serta sulfadimitoxin-ormetropin (0,04 - 0,08%) yang dapat diberikan dalam pakan.
Penyakit bakteri lainnya yang sering menyerang penyakit itik diantaranya Colibacillosis
dan Erysipelas.
b. Penyakit yang Disebabkan oleh Virus.
(1) Duck Virus Hepatitis (DVH)
Itik umur 1 - 4 minggu sangat peka, penyakit ini sangat cepat menyebar dengan angka
mortalitas 90%. Itik dewasa resisten terhadap DVH, tetapi dapat menjadi sumber
penularan karena biasanya menjadi carrier.
Itik yang terserang DVH umumnya akan mati dalam beberapa jam setelah gejala
penyakit timbul yaitu kejang-kejang. Penularan terjadi melalui kontak langsung, infeksi
per oral dan pernapasan. Tindakan desinfeksi harus dilakukan bila peternakan pernah
terserang panyakit DVH.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi pada itik umur 1
hari dengan vaksin aktip.
(2) Duck Virus Enteritis (DVE)
Duck Virus Enteritis (DVE), disebut juga duck plague, bersifat akut dan sangat fatal,
dapat menyerang itik dan angsa. Penyakit ini peka terhadap semua umur itik dan
sangat merugikan para peternak itik, terutama menimbulkan penurunan produksi telur
dan dapat menimbulkan kematian sampai 100%. Infeksi terjadi dengan kontak
langsung dari penderita atau lingkungan yang terkontaminasi terutama melalui air
limbah dengan masa inkubasi 3 - 7 hari. Penderita yang sembuh dapat bertindak
sebagai "carrier".
Penyakit penting lainnya yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah penyakit Avian
influenza, Cacar itik (Duck Pox) dan New Castle Disease (ND).
c. Penyakit yang Disebabkan oleh Cendawan. Salah satu penyakit yang diakibatkan cendawan
pada itik adalah Aspergillosis. Penyakit ini disebabkan oleh Aspergillus flavus dan A.
fumigatus. A. flavus dapat menghasilkan racun aflatoksin. Ternak itik sangat peka terhadap
racun aflatoksin. Aspergillus sering ditemukan pada bahan pakan misalnya jagung, bungkil
18
kacang tanah, bungkil kelapa dan tepung kedelai. Aflatoksin dapat menimbulkan kanker hati
pada itik, sehingga produksi telur terganggu sedangkan pada itik muda dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu, untuk menghindarkan bahaya keracunan aflatoksin harus
diusahakan agar bahan tersebut digunakan seminimal mungkin. Keracunan karena Aflatoksin
dapat menimbulkan
kerusakan pada hati,
penurunan nafsu makan,
pertumbuhan yang terlambat,
penurunan produksi telur, dan
dapat menimbulkan kematian pada anak itik
Pengendalian penyakit cendawan pada peternakan itik sistem gembala umumnya sangat
sulit dilakukan. Pencegahan aflatoksikosis dapat dilakukan dengan cara memelihara secara
intensif artinya itik dikandangkan yang terbuat dari bambu, kayu atau kawat kasa. Disamping
itu pemeliharaan kandang dan lantai harus bersih, pakan harus selalu segar, tidak tercemari
cendawan. Disarankan itik-itik yang terkena aflatoksikosis hendaknya dipotong untuk
mencegah kerugian yang lebih parah. Pengobatan yang sederhana dengan memberikan arang
aktif 1,5 -3% pada pakan yang terkontaminasi aflatoksin.
V. PENETASAN TELUR ITIK
Penetasan telur itik tidak berbeda dengan ayam, tetapi telur itik lebih sulit ditetaskan. Hal
ini disebabkan penetasan telur itik membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi dibanding telur
ayam. Adanya selaput renang di antara jari-jari itik yang sering mengotori telur pada saat
mengeram, sehingga telur tercemar mikro organisme. Pori-pori pada kerabang telur yang lebih
besar mempengaruhi proses evaporasi telur itik sewaktu ditetaskan.
5.1 Pemilihan Telur Tetas
Telur itik yang akan ditetaskan dipilih dari kelompok itik yang berproduksi tinggi dan
mempunyai jumlah pejantan dan betina minimum dengan perbandingan 1 : 8.
Telur itik yang akan ditetaskan harus bersih dari kotoran yang melekat pada kerabang telur
dan mempunyai bentuk telur normal serta mempunyai berat telur antara 65 - 75 gram.
Penyimpanan telur sebelum ditetaskan tidak boleh dari 7 hari dan disimpan pada kisaran
suhu 10 - 20°C.
5.2 Cara Penetasan
Hampir semua bangsa itik domestik yang dikenal sekarang tidak lagi memiliki sifat
mengeram. Hilangnya sifat mengeram ini disebabkan oleh proses dometikasi dan terjadinya
19
mutasi alamiah. Sebab itu, untuk pengembangannya perlu campur tangan manusia, baik
dengan bantuan unggas lain maupun dengan menggunakan mesin tetas. Hampir semua
bangsa itik (Anas platyrhynchos) mempunyai periode inkubasi 28 hari, kecuali entog (Carina
moschata) yang membutuhkan waktu 33 - 35 hari. Umumnya daya tetas telur itik masih jauh
di bawah standar penetasan telur ayam. Ada 3 faktor utama penyebab rendahnya daya tetas
telur itik, yaitu:
kontaminasi embrio oleh mikro organisme,
teknik inkubasi, dan
adanya inbreeding atau perkawinan dalam keluarga.
Pada dasarnya penetasan telur itik dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu penetasan
alamiah yang diatur oleh manusia dan secara buatan. Penetasan secara alamiah dengan
menggunakan entog atau ayam kampung. Penetasan telur dengan cara buatan biasanya
menggunakan mesin tetas listrik maupun lampu minyak atau kombinasi keduanya.
a. Penetasan Secara Alami. Entog yang digunakan sebagai "mesin tetas" hendaknya dipilih
yang sehat dan besar, mempunyai tingkah laku yang baik antara lain kebiasaan makan
yang teratur, tidak membuang kotoran di atas telur, dalam keadaan bulu yang basah
langsung mengeram, frekuensi turun dari tempat mengeram sedikit dan kondisi bulu
tidak kotor. Rata-rata entog dapat mengeram secara terus menerus selama 3 - 4 bulan,
bahkan entog yang baik mampu mengeram selama 7 bulan terus menerus.
Telur-telur yang telah siap untuk dieramkan, diletakkan dalam sangkar yang bersih
dan diatur sedemikian rupa agar setiap butir telur mendapat pemanasan dari entog
secara merata. Peneropongan telur (candling) pada hari ke 7, 16, dan 24 untuk melihat
telur-telur yang infertil dan embrio yang mati. Setelah menetas, meri-meri segera
dipindahkan ke tempat lain dan diganti dengan telur baru untuk periode penetasan
berikutnya. Hal serupa dapat dilakukan sampai 3 atau 4 kali.
b. Penetasan dengan Mesin Tetas. Bentuk dan kapasitas mesin tetas sangat bervariasi mulai
dari kotak kayu yang sederhana sampai mesin tetas berkapasitas ribuan telur dengan
pengontrol suhu dan kelembaban secara otomatis. Ada tiga tipe mesin tetas yaitu tipe
datar (flat type) yang hanya mempunyai kapasitas 50 - 600 butir, tipe cabinet (cabinet
type) dengan kapasitas 600 - 10.000 butir dan type berjalan (walking type).
Setelah siap untuk ditetaskan, maka tahap pertama adalah menyiapkan mesin
tetas. Mesin tetas dinyalakan selama 24 jam sampai suhu di dalamnya konstan yaitu
37,3°C dengan kelembaban relatip 75% sebelum telur-telur dimasukkan. Pengaturan suhu
dapat dilakukan dengan memutar tombol pengatur bila menggunakan mesin tetas listrik,
atau mengatur sumbu lampu bila menggunakan pemanas lampu minyak. Kelembaban
20
udara diatur dengan menggeser lubang ventilasi, bila kelembaban terlalu tinggi lubang
ventilasi dibuka lebar dan bila terlalu rendah dirapatkan. Pengaturan suhu sangat penting,
karena bila terlalu tinggi telur itik akan menetas lebih awal dan meri yang kecil, sedangkan
bila terlalu rendah akan memperlambat proses penetasan dan biasanya meri yang
dihasilkan alcan lemah. Pemutaran telur dilakukan 3 – 5 kali sehari dengan selang waktu
yang sama, sehingga seluruh permukaan telur mendapat panas secara merata . Bila mesin
tetas mempunyai alat pemutar telur otomatis, maka pemutaran dapat dilakukan setiap
satu atau dua jam sekali. Peneropongan dilakukan pada hari ke 7 dan 16 untuk melihat
telur yang infertil dan embrio yang mati. Tiga hari sebelum menetas yaitu pada hari ke 25
telur-telur dipindahkan ke "setter" dan tidak dilakukan pemutaran lagi. Pada periode ini
suhu mesin tetas diturunkan sekitar 0,5°C dan kelembaban dinaikkan menjadi 85 %
sampai telur menetas.
Beberapa gangguan selama penetasan serta kemungkinan penyebabnya :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------ Gangguan Kemungkinan penyebabnya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Telur kosong - Perbandingan jantan dan betina (tidak dibuahi) kurang, induk terlalu tua atau pejantan terlalu tua
-Telur disimpan terlalu lama atau kondisi penyimpanan kurang baik - Kekurangan vitamin (A, B, clan E) - Gangguan parasit (cacing)
Kematian dalam masa - Suhu mesin tetas terlalu tinggi/rendah embrio dini - Telur difumigasi secara salah
- Faktor genetik - Pemutaran telur kurang merata - Induk berpenyakit
Kematian dalam masa embrio - Kesalahan pengaturan suhu atau ventilasi kurang hari ke 11 - 20 - Kekurangan vitamin
- Telur kurang dibalik-balik - Induk berpenyakit
Kematian menjelang menetas - Kesalahan pengaturan suhu atau ventilasi kurang - Kelembaban tidak sesuai - Faktor genetik - Ruang udara telur salah posisinya
Kematian setelah kulit retak - Kelembaban terlalu rendah - Suhu terlalu tinggi/rendah selama masa yang pendek
Menetas terlalu dini - Suhu terlalu tinggi Lambat menetas - Suhu terlalu rendah
- Telur terlalu lama sewaktu diangin-angin Menetas tidak merata - Penyebaran panas yang tidak merata
- Telur berasal dari induk yang tidak seumur - Terdapat telur besar dan kecil
Anak mati lemas dalam telur - Kelembaban terlalu tinggi sebelum tsepertiga telur retak Kulitnya
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------
21
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------ Gangguan Kemungkinan penyebabnya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Pusar kasar dan bengkak - Suhu terlalu tinggi
- Cara disinfeksi yang salah - Kelembaban terlalu rendah
Pusarnya terlalu rapat - Kekurangan panas Anak itik tertutup sisa telur - Suhu terlalu rendah
- Rata-rata kelembaban terlalu tinggi - Induk kekurangan gizi
Anak itik kecil-kecil - Telurnya kecil - Kelembaban terlalu rendah - Terlalu banyak panas
Anak itik lemah - Panas terlalu tinggi - Induk kekurangan gizi
Anak itik cacat - Suhu terlalu tinggi - Kelembaban terlalu rendah - Telur kurang dibalik-balik - Alas rak telur terlalu licin
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahan Bacaan
Andayani, D. Muflihani, Y. Y.C.Rahardjo, B.Wibowo dan B.Bakrie, 1999. Laporan Akhir Penelitian Adaptif Teknologi Pakan dari Cangkang Udang dan Ikan Rucah untuk Itik Petelur. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta.
BPT, 1990 Potensi Pengembangan Ink dengan Pemeliharaan Terkurung . Balai Penelitian Ternak Ciawi. Ginting, Ng. 1983. Aflatoksikosis pada Ternak Itik . Wartazoa 1(2) : 1 - 3. Hardjosworo, P. dan Rukmiasih. 2006. Iti. Permasalahan dan Pemecahan. Cetakan XI. Penebar Swadaya.
Jakarta. Rasidi. 2005. 302 Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Cetakan VI. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M.1984. Beternak Itik Petelur. Yayasan Kanisius, Yogyakarta. Sandhy, S.W. 2005. Beternak Itik Tanpa Air. Edisi Revisi. Cetakan XXVI. Penebar Swadaya Jakarta. Setioko, A.R. 1991. Kebutuhan Pakan Itik. Makalah Temu Tugas dalam Aplikasi Teknologi. Pusat
Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor. Sinurat, A.P. dan A.R. Setioko. 1993. Prospek dan Kendala Penerapan Teknologi Usaha Ternak Itik. Prosiding
Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Peternakan di Pedesaan . Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
Sinurat, A. P.2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Suharno, B. 2005. Beternak Itik Secara Intensif. Cetakan XIII. Penebar Swadaya. Jakarta. Syamsudin, A. 1987. Upaya Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Unggas Menular. Makalah pada
Latihan Penyuluhan Pertanian Spesialis Ternak Unggas . IPLPP, Ciawi, 9 Desember 1986.