modul 5
description
Transcript of modul 5
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
MODUL V
PEMETAAN SITUASI
KELOMPOK 40
Alvina Mayora Nilasari 1206237580
Sri Rejeki 1206240360
Yudhistira Herubowo 1206255734
Tanggal Praktikum : 26 Mei 2014
Asisten Praktikum : M Fikri Makarim
Tanggal disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
5.1 TUJUAN
1. Untuk mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala
sesuatu yang ada di atasnya, baik alami maupun buatan manusia
2. Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris
di permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu.
3. Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran
situasi dengan kondisi lapangan pada alat yang dipakai.
5.2 PERALATAN
A. Digital Theodolit Nikon NE-100 series 1 buah
B. Rambu Ukur 1 buah
C. Meteran 1 buah
D. Patok 8 buah
E. Payung 1 buah
F. Statif 1 buah
G. Unting-unting 1 buah
5.3 LANDASAN TEORI
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah
ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara
bersama-sama dalam suatu gambar peta.
Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan
pengukuran sebagai berikut :
a. Pengukuran titik fundamental ( Xo, Yo, Ho dan ao )
b. Pengukuran kerangka horisontal ( sudut dan jarak )
c. Pengukuran kerangka tinggi ( beda tinggi )
d. Pengukuran titik detail ( arah, beda tinggi dan jarak terhadap titik
detail yang dipilih sesuai dengan permintaan skala )
Pada dasarnya prinsip kerja yang diperlukan untuk pemetaan suatu
daerah selalu dilakukan dalam dua tahapan, yaitu :
1. Penyelenggaraan kerangka dasar sebagai usaha penyebaran titik ikat
2. Pengambilan data titik detail yang merupakan wakil gambaran fisik bumi
yang akan muncul di petanya.
Kedua proses ini diakhiri dengan tahapan penggambaran dan kontur.
Dalam pemetaan medan pengukuran sangat berpengaruh dan
ditentukan oleh kerangka serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang
didesain tidak harus sebuah polygon, namun dapat saja kombinasi dari
kerangka yang ada.
a. Pengukuran Horisontal
Terdapat dua macam pengukuran yang dilakukan untuk posisi horisontal yaitu
pengukuran polygon utama dan pengukuran polygon bercabang.
b. Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran situasi ditentukan oleh dua jenis pengukuran ketinggian, yaitu:
- Pengukuran sifat datar utama.
- Pengukuran sifat datar bercabang.
c. Pengukuran Detail
Pada saat pengukuran di lapangan , data yang diambil untuk pengukuran
detail adalah :
- Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan.
- Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail.
- Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang
bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang
bersangkutan.
Adapun metode pengukuran situasi sendiri ada dua, yaitu:
1. METODE OFFSET
Pada metode ini alat utama yang digunakan adalah pita / rantai dan alat bantu
untuk membuat siku (prisma). Metode offset terdiri dari dua cara, yaitu:
a. Metode siku-siku ( garis tegak lurus )
Gambar 5.1 Metode Siku-siku
Titik-titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap garis ukur AB.
Kemudian diukur jarak-jaraknya dengan mengukur jarak aa’, bb’, cc’, dd’,
posisi titik a, b, c dan d secara relatif dapat ditentukan.
b. Metode Mengikat ( Interpolasai )
Titik-titik detail diikat dengan garis lurus pada garis ukur.
Ada dua cara :
1. Pengikatan pada sembarang titik.
Gambar 5.2 Pengikatan pada sembarang titik
Tentukan sembarang garis pada garis ukur AB titik-titik a’, a”, b;, b”,
c’, c”. Usahakan segitiga a’a”a, b’b”b, c’c”c merupakan segitiga
samasisi atau samakaki. Dengan mengukur jarak Aa’, Aa”, Ab’, Ab”,
Ac’, Ac”, Bc”, Bc’, Bb”, Bb’, Ba’, Ba”, a’a, a”a, b’b, b”b, c’c, c”c
maka posisi titik-titik a, b, c dapat ditentukan.
2. Perpanjangan sisi
Gambar 5.3 Perpanjangan sisi
3. Cara Trilaterasi Sederhana
Gambar 5.4 Trilaterasi sederhana
2. METODE POLAR
Alat: theodolit kompas (missal To) atau theodolit repetesi.
1. Dengan unsur Azimuth dan jarak
Gambar 5.5 Unsur Azimuth dan jarak
2. Dengan unsur sudut dan jarak
- Pengukuran sudut dilakukan dari titik dasar teknik
- Pengukuran jarak datar dilakukan dengan pita ukur atau EDM.
Gambar 5.6 Pengukuran sudut dan jarak
Dalam menentukan titik batas dibutuhkan minimal tiga data ukuran yang
dikukur dengan menggunakan minimal dua titik tetap ( referensi ).
Contoh:
1. Sudut, sudut, sudut
Gambar 5.7 Gambar 1 sudut, sudut, sudut, gambar 2 sudut, sudut, jarak, 3 gmabar 3
sudut, jarak, jarak
Setelah pengukuran pemetaan situasi dan detail telah selesai
dilaksanakan langkah berikutnya yaitu melakukan perhitungan terhadap data
yang telah diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk penggambaran peta
yang dilengkapi dengan garis kontur.
Garis kontur adalah yang ada dipermukaan bumi yang
menghubungkan titik – titik dengan ketinggian yang sama dari suatu bidang
referensi tertentu. Konsep dari garis kontur ini dapat mudah dipahami dengan
membayangkan kolam air. Jika air dalam keadaan tenang, maka tepi dari
permukaan air itu akan menunjukan garis yang ketinggiannya sama. Garis
tersebut akan menutup pada tepi kolam dan membentuk garis kontur.
Adapun kegunaan dari garis kontur ini antara lain:
1. Sebagai dasar untuk menentukan penampang tegak suatu permukaan tanah
2. Sebagai dasar untuk perencanaan besarnya galian atau timbunan .
3. Memperlihatkan ketinggian tanah dalam lokasi atau peta tersebut ,dan
sebagainya .
Rumus-rumus yang dipakai dalam praktikumi ini:
∆𝑡 = 𝑇𝐴 ± 𝐷. 𝑡𝑎𝑛𝜃 − 𝑏𝑡
𝐷 = 100(𝑎 − 𝑏)𝑐𝑜𝑠2𝜃
Dimana:
∆𝑡 = selisih tinggi antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak
𝑇𝐴 = tinggi alat
𝐷 = jarak horizontal antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak.
𝑏𝑡 = benang tengah (dalam meter)
𝑎 = benang atas (dalam meter)
𝑏 = benang bawah (dalam meter)
𝜃 = sudut miring/sudut vertikal
Dengan rumus-rumus diatas, serta rumus-rumus dasar untuk menentukan
koordinat, yaitu:
XQ = XP + DPQ sin α PQ
YQ = YP + DPQ cos α PQ
Dimana:
DPQ = jarak dari P ke Q
α PQ = sudut jurusan dari P ke Q
5.4 LANGKAH KERJA
Persiapan
1. Menentukan tempat dilakukannya pengujian dan kemudian membuat sketsa
daerah yang akan diukur ketinggiannya.
2. Kemudian memilih cara pengukuran kerangka dasar yang sesuai.
3. Menentukan titik acuan yang sesuai dengan cara pengukuran kerangka
dasar yang dipilih, kemudian menentukan titik-titik pengikat rencana (titik-
titik poligon) agar seluruh detail dan data yang diperlukan dapat dijangkau
dengan menggunakan Theodolite. Dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan pada praktikum ini.
Pelaksanaan
1. Memasang Theodolite di titik acuan yang pertama dan memungukur tinggi
alat.
2. Membidik titik acuan, pengikat dan titik detail yang lain sesuai yang ada di
sketsa sehingga mendapatkan nilai azimuth, beda tinggi dan jaraknya.
5.5 DATA PENGAMATAN
Sketsa
Gambar 5.8 Sketsa Pemetaan situasi Lapangan GK
Tabel 5.1 Data Pengamatan Pemetaan situasi Lapangan GK
Titik
Tinggi
Alat
(m)
Titik
Tembak BA (m) BT (m) BB (m) VA HA
D
Lapangan
(m)
A 1.14
D 1.530 1.380 1.230
90˚
0˚ 29.92
4 1.480 1.345 1.210 4˚40'50" 27.03
1 1.304 1.259 1.213 54˚18'20" 9.310
2 1.445 1.340 1.235 67˚05'30" 21.000
B 1.035 0.92 0.81 73˚31'10" 22.31
B 1.16
A 1.489 1.377 1.265
90˚
0˚ 22.32
1 1.542 1.472 1.402 13˚05'50" 13.91
2 1.589 1.579 1.560 58˚46'40" 2.77
C 1.610 1.475 1.340 95˚07'50" 27.22
3 1.649 1.525 1.402 88˚53'10" 24.44
C 1.12
B 0.945 0.810 0.675
90˚
0˚ 27.24
2 1.345 1.220 1.100 3˚49'20" 25.08
3 1.202 1.182 1.162 42˚18'20" 4.1
4 1.278 1.203 1.128 77˚42'00" 15.14
D 1.322 1.24 1.158 90˚13'10" 16.47
D C
A B
1
4 3
2
D 1.09
C 1.065 0.98 0.9
90˚
0˚ 16.42
3 1.1 1.029 0.958 12˚06'10" 14.04
4 1.067 1.056 1.044 62˚52'10" 2.22
1 1.115 0.987 0.86 83˚47'10" 25.55
A 1.02 0.87 0.72 100˚57'10" 29.92
5.6 PENGOLAHAN DATA
a. Beda Ketinggian, Kesalahan Relatif dan Jarak pembacaan
(DTheodolite)
D = 100 (BA - BB)
Dimana :
D = Jarak antara 2 titik berdasarkan pembacaan Theodolite (m)
BA = Benang Atas BB = Benang Bawah
θ = Sudut vertikal
Kesalahan Relatif hf = |𝑫𝑻−𝐃
𝐃| 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
Dimana :
DT = Jarak yang didapat dari pembacaan Theodolit
DLapangan = Jarak yang didapat menggunakan meteran
H = p – t
Dimana :
H = beda tinggi
p = tinggi titik bidik (tinggi alat)
t = benang tengah pada pembacaan rambu (BT)
Tabel 5.2 Perbedaan tinggi titik awal dengan titik tembak (Memanjang)
Titik
Tinggi
Alat
(m)
Titik
Tembak
D
Lapangan
(m)
D
Theodolite
(m)
Kesalahan
Relatif
(%)
Perbedaan
Tinggi
tembak
A 1.14
D 29.92 30 0.267 -0.240
4 27.03 27 0.111 -0.205
1 9.310 9.1 2.256 -0.119
2 21.000 21 0.000 -0.200
B 22.31 22.5 0.852 0.220
B 1.16
A 22.32 22.4 0.358 -0.217
1 13.91 14 0.647 -0.312
2 2.77 2.9 4.693 -0.419
C 27.22 27 0.808 -0.315
3 24.44 24.7 1.064 -0.365
C 1.12
B 27.24 27 0.881 0.310
2 25.08 24.5 2.313 -0.100
3 4.1 4 2.439 -0.062
4 15.14 15 0.925 -0.083
D 16.47 16.4 0.425 -0.120
D 1.09
C 16.42 16.5 0.487 0.110
3 14.04 14.2 1.140 0.061
4 2.22 2.3 3.604 0.034
1 25.55 25.5 0.196 0.103
A 29.92 30 0.267 0.220
Tabel 5.3 Perbedaan ketinggian terhadap titik acuan (A)
Titik Perbedaan ketinggian
terhadap titik A
A 0
B 0.22
C -0.095
D -0.24
1 -0.119
2 -0.2
3 -0.145
4 -0.205
b. Menentukan Koordinat titik lainnya terhadap titik acuan (A)
XA = XT + dTA sin αTA
YA = YT + dTA cos αTA
Dimana :
αTA = azimuth TA (sudut horizontal)
T = Titik referensi
dTA = Jarak antara titik A dan B
Contoh perhitungan koordinat titik B terhadap titik A
XB = XT + dTB sin αTA
= 0 + 22.5 sin (73.519)
= 21.575562
YB = YT + dTB cos αTA
= 0 + 22.5 cos (73.519)
= 6.383191
Tabel 5.4 Koordinat titik terhadap titik acuan (A)
Titik Koordinat
X (m) Y (m)
A 0 0
B 21.575562 6.383191
C 23.989789 33.275039
D 7.589909 33.337724
1 7.390423 5.309580
2 19.343752 8.174304
3 21.095351 31.078522
4 9.334105 30.079583
c. Panjang bangunan
c = √𝒂𝟐 + 𝒃𝟐 − 𝟐. 𝒂. 𝒃. 𝒄𝒐𝒔 𝜽
Dimana :
a = Panjang dari titik tembak ke titik acuan pertama
b = Panjang dari titik tembak ke acuan kedua
c = Panjang dari titik acuan pertama ke titik acuan kedua
𝜃 = Sudut antara a dan b
Panjang 14
Sudut 4A1 = 54o18’20’’ – 4o40’50’’
= 49o37’30’’
14 = √A42 + A12 − 2 x A4 x A1 x cos 4A1
14 = √272 + 9.12 − 2 x 27 x 9,1 x cos 49.625
14 = 22.2146 m
Panjang 12
Sudut 1A2 = 667o05’30’’ – 54o18’20’’
= 12o47’10’’
12 = √A12 + A22 − 2 x A1 x A2 x cos 1A2
12 = √9.12 + 212 − 2 x 9.1 x 21 x cos 12.786
12 = 12.2918 m
Panjang 23
Sudut 2B3 = 88o53’10’’ – 58o46’40’’
= 30o06’30’’
23 = √B22 + B32 − 2 x B2 x B3 x cos 2B3
23 = √2.92 + 24.72 − 2 x 2.9 x 24.7 x cos 30.1083
23 = 22.2389 m
Panjang 34
Sudut 3C4 = 77o42’00’’ – 42o18’20’’
= 35o23’40’’
34 = √𝐶3 + C4 − 2 x C3 x C4 x cos 3C4
34 = √42 + 152 − 2 x 4 x 15 x cos 35.3944
34 = 11.9657 m
Gambar 5.9 Sketsa penembakan
d. Menghitung luas bangunan yang diamati
Setelah mendapatkan koordinat (x,y) dari semua titik yang diamati,
maka dapat diketahui luas bangunan yang diamati dengan cara
A = P x L
Dimana :
A = Luas Bangunan (m2)
P = Panjang Bangunan (m)
L = Lebar Bangunan (m)
karena sisi bangunan yang didapat tidak simetris maka luas bangunan
dapat dihitung dengan membagi dua bangunan tersebut menjadi segitiga
sembarang dan mencari luas setiap segitiga tersebut, kemudian kedua luas
segitiga tersebut ditambahkan sehingga didapatkan luas total bangunan.
D
A
B
C
12
34
12.2918
22.2389
11.9657
22.2146
Luas segitiga 412
A22 = A12 + 122 – 2 x A1 x 12 x cos α
212 = 9.12 + 12.29182 – 2 x 9.1 x 12.2918 x cos α
Cos α = - 0.9257563327
α = 157 o46 ’57.65 ’’
A42 = A12 + 412 – 2 x A1 x 41 x cos β
272 = 9.12 +22.2146 2 – 2 x 9.1 x 22.2146 x cos β
cos β = -0,3776883168
β = 112 o 11 ’26.03 ’’
Sudut 412 = 360o – 157 o46 ’57.65 ’’– 112 o 11 ’26.03 ’’
= 90 o01 ’36.32 ”
Luas 412 = 41 𝑥 21 sin 412
2
= 22.2146 𝑥 12.2918𝑥 𝑠𝑖𝑛(90.0267)
2
= 136.5287 m2
Luas segitiga 234
C2 = C32 + 322 – 2 x C3 x 32 x cos k
24.52 = 42 + 22.23892 – 2 x 4 x 22.2389 cos k
cos k = - 0.5040791518
k = 120 o16 ’12.88 ’’
C4 = C32 + 432 – 2 x C3 x 43 x cos j
152 = 42 + 11.96572 – 2 x 4 x 11.9657 cos j
cos j = - 0.6876115011
j = 133o 26’ 28.8’’
Sudut 432 = 360o – 120 o16 ’12.88 ’’– 133o 26’ 28.8 ’’
= 106o 17’ 18.32 ”
Luas 432 = 22.2389 𝑥 11.9657 𝑥 sin 432
2
= 22.2389 𝑥 11.9657 𝑥 sin(106.2884)
2
= 127.711 cm2
Luas total bangunan = 136.5287 m2 + 127.711 cm2
= 264.239 m2
e. Kontur tanah di sekitar bangunan yang diamati
Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
ketinggian yang sama. Untuk membuat kontur pertama kali yang harus
dilakukan adalah menghitung jangkauan untuk mengetahui interval yang
digunakan dalam pembuatan kontur, yaitu
Jangkauan = hmax – hmin = 0 – (-24)
= 0.24
Interval = 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠=
0.24
10
= 0.024 m ≈ 0.02 m ≈ 2 cm
Gambar 5.9 Kontur Lapangan GK
5.7 ANALISA
5.7.1 Analisa Percobaan
Praktikum pemetaan situasi ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan
data geometris pada permukaan bumi, kemudian data-data geometris yang
telah didapat digambarkan pada bidang datar dengan skala tertentu,
bersamaan dengan penggambaran data geometris ditentukan juga cara yang
tepat untuk menentukan kerangka dasar pemetaan situasi sesuai dengan
kondisi lapangan dan juga alat yang digunakan.
Sebelum memulai praktikum pemetaan situasi terdapat beberapa hal
yang harus praktikan siapkan, yaitu menentukan tempat dan bangunan yang
akan diamati data geometrisnya yang selanjutnya akan dibuat pemetaan
situasinya. Selanjutnya adalah membuat sketsa daerah tersebut yang terdiri
dari delapan titik, yaitu empat titik tempat theodolite dletakkan, dan empat
titik lainnya berada di setiap sudut bangunan yaitu sudut lapangan GK yang
digunakan praktikan.
0
-22-12-20
-15-21
-10-24
-2-4
-6 -8-10
-14
-16
-18
-18
-16
-14-12-22-20
-14 -16-18
-18 -16
Setelah menyiapkan sketsa (gambar 5.8), selanjutnya praktikan
memasang theodolite di titik-titik yang telah ditentukan dan kemudian
praktikan mengukur tinggi theodolite. Titik tempat theodolite diletakkan (titik
acuan) yaitu titik A,B,C dan D akan menembak masing-masing lima titik
yang lain, contohnya ketika theodolite diletakkan pada titik A maka
penembakan akan dilakukan terhadap titik D, titik 1, titik 2, titik 4, dan titik
B.
5.7.2 Analisa Hasil
Setelah melakukan praktikum pemetaan situasi, praktikan
mendapatkan data hasil pembacaan benang atas rambu, benang tengah rambu,
benang bawah rambu, dan sudut pengukuran dengan menggunakan theodolite.
Selanjutnya dengan data tersebut praktikan dapat mengetahui jarak anatara
titik acuan dengan titik yang diukur dengan menggunakan
D = 100 (BA - BB)
Kemudian hasil jarak yang didapat dihitung kesalahan relatifnya, yaitu
perbandingan hasil pengukuran yang didapat menggunakan theodolite dengan
menggunakan meteran. Kesalahan relatif yang didapat berada pada kisaran 0
s.d. 5 persen yang dapat dilihat pada tabel 5.2, hal ini menunjukkan tidak
terdapat banyak kesalahan yang terjadi pada saat praktikum dilakukan.
Selanjutnya praktikan menghitung perbedaan ketinggian terhadap titik
yang akan digunakan sebagai titik acuan (0,0) yaitu titik A. Perbedaan
ketinggian terhadap titik A dapat dilihat pada tabel 5.3. Setelah itu praktikan
menentukan koordinat setiap titik terhadap titik A agar dapat dilakukan
pemetaan situasi menggunakan software AutoCad. Nilai koordinat titik
didapat dengan menggunakan
XA = XT + dTA sin αTA
YA = YT + dTA cos αTA
Selanjutnya praktikan menghitung panjang sisi bangunan
menggunakan
c = √𝒂𝟐 + 𝒃𝟐 − 𝟐. 𝒂. 𝒃. 𝒄𝒐𝒔 𝜽
Dimana sudut yang digunakan adalah sudut yang diapit oleh kedua garis yang
telah diketahui jaraknya. Dimensi bangunan yang diukur dapat dilihat di
sketsa berikut ini.
Dari sketsa tersebut dapat dilihat bahwa bangunan yang diukur
berbentuk segi empat sembarang, hal ini tidak sesuai dengan kondisi aslinya
yaitu lapangan GK yang berbentuk persegi panjang (setiap sisi sejajarnya
memiliki panjang yang sama). Perbedaan panjang ini disebabkan oleh
terdapatnya kesalahan yang terjadi saat pelaksanaan praktikum yang akan
dibahas lebih lanjut di analisa kesalahan.
Setelah besar setiap sisi bangunan diketahui praktikan menghitung luas
bangunan tersebut. Tetapi karena sisi bangunan yang didapatkan tidak
simetris maka luas bangunan dapat diketahui dengan membagi dua bangunan
tersebut menjadi segitiga sembarang dan mencari luas setiap segitiga tersebut,
kemudian kedua luas segitiga tersebut ditambahkan sehingga didapatkan luas
total bangunan sebesar 264.239 m2.
D
A
B
C
12
34
12.2918
22.2389
11.9657
22.2146
Selanjutnya praktikan membuat sketsa kontur tanah disekitar
bangunan dengan menggunakan data perbedaan ketinggian setiap titik
terhadap titik A dengan perbedaan ketinggian setiap 2 cm yang dapat dilihat
di sketsa berikut ini.
5.7.3 Analisa Kesalahan
Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya kesalahan
ataupun kurang akuratnya data yang didapatkan pada saat praktikum, hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
Pada saat melakukan pengukuran dari titik acuan ke titik sudut
bangunan, praktikan kurang tepat meletakkan patok dan rambu pada
titik sudut tersebut, hal ini mengakibatkan data yang didapat kurang
akurat sehingga data tersebut tidak sesuai dengan kondisi lapangan
yang ada dan akan sangat berpengaruh pada saat praktikan melakukan
pemetaan situasi.
Kurang tegak ataupun kurang stabilnya rambu yang dipegang oleh
praktikan pada saat praktikan yang lain melakukan pembacaan rambu
0
-22-12-20
-15-21
-10-24
-2-4
-6 -8-10
-14
-16
-18
-18
-16
-14-12-22-20
-14 -16-18
-18 -16
yang dapat menyebabkan kurang akuratnya data yang didapat dan
akan mempengaruhi hasil perhitungan.
Kurang tepatnya praktikan membaca batas atas, batas tengah, dan
batas bawah pada rambu dan juga pada saat mengukur jarak dengan
meteran antara theodolite dengan titik yang diamati, hal ini dapat
menyebabkan kurang akuratnya data yang didapat dan akan
mempengaruhi hasil perhitungan.
Kurang tepatnya praktikan pada saat melakukan pengukuran jarak
antar titik acuan ke titik yang ditembak dengan menggunakan meteran,
karena terdapat kemungkinan meteran yang digunakan tidak tegak
lurus ditariknya, sehingga data yang didapat kurang akurat dan akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Agar didapatkan data yang dapat menggambarkan keadaan lapangan
secara akurat praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengukuran
ataupun pengamatan, sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat
mempengaruhi hasil praktikum dapat dihindari.
5.8 KESIMPULAN
Pelaksanaan praktikum harus dilakukan seteliti mungkin agar hasil
yang didapatkan memiliki tingkat auurasi yang tinggi.
Panjang sisi Lapangan GK yang didapatkan sebagai berikut
Panjang 12= 12.2918 m
Panjang 23= 22.2389 m
Panjang 34= 11.9657 m
Panjang 41= 22.2146 m
Nilai panjang yang didapatkan menunjukkan ketidaksesuaian dengan
kondisi lapangan GK yang berbetuk persegi panjang, perbedaan ini
disebabkan oleh kesalahan yang terjadi saat pelaksanaan praktikum,
sehingga data yang didapat tidak akurat.
Luas Lapangan GK yang diperoleh melalui perhitungan sebesar
264.239 m2.
5.9 REFERENSI
Laboratorium Survey dan Pemetaan. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Jaelani, Lalu Muhammad. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Teknis
Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
LAMPIRAN
Bangunan yang ditinjau (Lapangan GK)
Alat yang digunakan
Melakukan penembakan titik
menggunakan Theodolite
Mengatur Theodolite dan statif agar siap
digunakan