MITIGASI BAHAYA BENCANA LONGSOR SAMPAH DI TPA …/Mitigasi... · collecting and hoarding garbage in...
Transcript of MITIGASI BAHAYA BENCANA LONGSOR SAMPAH DI TPA …/Mitigasi... · collecting and hoarding garbage in...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MITIGASI BAHAYA BENCANA LONGSOR SAMPAH
DI TPA PUTRI CEMPO
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program DIII Infrastruktur Perkotaan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
OLEH :
UMBU DAMAR YUDHISTIRA NIM: I 8707006
PROGRAM D3 INFRASTRUKTUR PERKOTAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LEMBAR PENGESAHAN
MITIGASI BAHAYA BENCANA LONGSOR SAMPAH DI TPA PUTRI CEMPO
TUGAS AKHIR
Dikerjaan oleh:
UMBU DAMAR YUDHISTIRA
I 8707006
Dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima dengan memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya.
Pada hari : Tanggal :
Dipertahankan di depan Tim Penguji: 1. Ir. Koosdaryani, MT …………………………….
NIP. 19541127 198601 2 001 2. Ir. Sulastoro R.I., MSi …………………………….
NIP. 19521105 198601 1 001
3. Ir. Solichin, MT ……………………………. NIP. 19600110 198803 1 002
Disahkan,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS
Disahkan, Ketua Program D-III Teknik Jurusan Teknik Sipil UNS
Ir. Bambang Santosa, M.T. NIP. 19590823 198601 1 001
Ir. Slamet Prayitno, M.T. NIP. 19531227 198601 1 001
Mengetahui,
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, M.T. NIP. 19561112 198403 2 007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Orang Yang Paling Bijaksana Adalah Orang
Yang Paling Mengetahui Bahwa Dirinya Tidak
Tahu
Aku Berfikir Maka Aku Ada
A Life Without A Risk is A Live Unlived
Yang Bisa Dilakukan Seseorang Terhadap Mimpi
dan Keyakinannya Adalah Hanya Tinggal
Mempercayainya
The Man With The Greatest Soul Will Always
Face The Greatest War With The Low Minded
Persons
Keajaiban Mimpi, Keajaiban Cita- Cita dan
Keajaiban Keyakinan Manusia Tak Dapat
Terkakulasi Dengan Angka Berapapun .....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini ku persembahkan untuk:
• Ibu, Bapak dan Kakakku untuk semangat, doa dan kepeduliannya.
• Seseorang yang menemaniku dan mengajariku arti sayang dan cinta.
• Sahabat- sahabat D3 Infrastruktur yang selalu mendukung dan membantuku,
juga untuk kata “ Pie Mbu TA mu, wes rampung rung “ yang semakin
membuatku termotivasi.
• Teman- Teman HMP D3 yang memberiku arti dari bersosialisasi.
• Sahabat- sahabat lama Twelve Past Five, masa SMA masa yang paling
indah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Umbu Damar Yudhistira, 2011. Mitigasi Bahaya Bencana Longsor Sampah di TPA Putri Cempo.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Sistem penanganan sampah yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta dan dilakukan hampir di seluruh kota di Indonesia adalah sistem open dumping atau controlled landfill, sistem penanganan sampah dengan mengumpulkan dan menimbun sampah di suatu lokasi pembuangan terpusat dengan sebutan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
TPA Putri Cempo, Kelurahan Jebres, Kecamatan Mojosongo yang berjarak ± 5 km dari pusat Kota Surakarta dibangun pada tahun 1985 dengan umur rencana 15 tahun, namun hingga sekarang sampah dari penjuru Kota Surakarta tetap di tampung di TPA Putri Cempo. Dengan tumpukan sampah yang telah overload dikhawatirkan terjadi berbagai persoalan menyangkut sampah seperti longsor sampah, dengan mengacu pada persoalan tersebut diperlukan mitigasi bahaya longsor sampah yang sesuai dengan karakteristik dan keadaan di TPA Putri Cempo.
TPA Putri Cempo yang telah overload, ketinggian timbunan sampah sesuai hitungan yang mencapai 9,5m sangat riskan terhadap longsor sampah, pemadatan yang kurang sempurna juga lereng tumpukan yang curam mencapai 700-800 dari permukaan tanah dapat memicu terjadinya longsor, sistem open dumping dengan sampah yang hanya ditumpuk tanpa adanya penanganan khusus, curah hujan rata- rata yang tinggi di kota Solo yang mencapai 2.200 mm per tahun dapat menyebabkan adanya air dengan volume besar menyebabkan beban yang berlebih terhadap tanah yang dapat mengakibatkan kurang stabil tanah dasar dan sampah akan terurai jika terdapat banyak air di tumpukan sampah. Gas methana yang tidak dikeluarkan dari tumpukan tanah dapat meledak sewaktu- waktu, bila ledakan terjadi di daerah lereng sampah dimungkinkan terjadinya longsor sampah.
Perlu adanya pengetahuan tentang longsor sampah menyangkut kemungkinan longsor, penyebab longsor dan terutama mitigasi longsor sampah perubahan sistem open dumping menjadi sanitary landfill, perlakuan khusus terhadap air permukaan yang terdapat pada tumpukan sampah, pemadatan sampah agar sampah tidak mudah longsor, mengatur lereng timbunan sampah agar tidak terlalu curam, diterapkannya sistem terasering pada lereng timbunan sampah, penyebaran timbunan sampah agar sampah tidak terlalu tinggi, pengendalian terhadap air lindi dan gas methana. Kata kunci: sampah, longsor sampah, mitigasi bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Umbu Damar Yudhishthira, 2011. Landslide Hazard Mitigation Disaster Waste
in landfill Putri Cempo.
Trash is a consequence of human activity. Waste management system conducted by the government of Surakarta and performed almost all cities in Indonesia is a system of open dumping or controlled landfills, waste handling systems by collecting and hoarding garbage in a centralized disposal site with the title Final Disposal (TPA). TPA Putri Cempo is 5 km away from the Village Jebres, District Mojosongo center of Surakarta was built in 1985 with a design life of 15 years, but until now trash from across the city of Surakarta in landfill capacity remains in Putri Cempo. With a pile of garbage that had been feared overload occur various problems related to waste like garbage landslide, with reference to the matter required that garbage landslide hazard mitigation in accordance with the characteristics and circumstances at the landfill Putri Cempo. Putri Cempo landfill that has been overloaded, according to a count midden height reaching 9.5 m which is very risky to the landslide of garbage, the less perfect compaction piles, steep slopes also reach 700-800 from the soil surface can trigger landslides, systems with open dumping of garbage simply stored without any special treatment, the average rainfall is high in the city of Solo, which reaches 2200 mm per year can cause large volumes of water caused the excessive burden on the land which can lead to less stable base soil and waste will break down if there are many water in a pile of garbage. Methane gas that is not removed from the soil stack may explode at any time, when the explosion occurred in the area of possible occurrence of landslides slopes garbage dump. It needs a knowledge of the garbage landslide regarding the possibility of landslides, causing landslides and landslide mitigation in particular changes in the system of open dumping waste into sanitary landfills, special treatment of surface water found on a rubbish heap, compacting trash for trash is not prone to landslides, set the slope to avoid landfill waste too steep, the slope terracing system implemented midden, midden spread for junk is not too high, control of leachate and methane gas. Keywords: garbage, garbage landslide, disaster mitigation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir
ini dengan baik
Dengan adanya laporan Tugas Akhir ini, kami berharap semoga laporan ini
berguna bagi para pembaca dalam mengetahui tentang mitigasi bahaya longsor
sampah di TPA Putri Cempo, serta dapat menambah pengetahuan secara teori
yang diperoleh di bangku kuliah, menambah wawasan serta pengalaman kerja di
lapangan secara langsung.
Atas bimbingan, saran, arahan dan segala sesuatu yang bermanfaat dalam
penyusunan tugas akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
Ibu Ir. Koosdaryani, MT selaku Pembimbing Tugas Akhir, bapak Ir. Budi Utomo,
MT selaku Pembimbing Akademik, teman-teman seperjuangan D3 Infrastruktur
Perkotaan 2007, semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki sehingga dalam penyusunan laporan ini terdapat
kekurangan yang kami tidak sadari, maka kami berharap adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan Tugas Akhir ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah .................................................................................. 3
1.4. Maksud Dan Tujuan ........................................................................... 3
1.5. Diagram Pokok Pikiran ....................................................................... 3
1.6. Manfaat................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah .............................................................................. 5
2.2. Macam Sampah ................................................................................... 6
2.3. Sumber Sampah ................................................................................... 7
2.4. Pembagian Jenis Sampah .................................................................... 8
2.5. Komposisi Sampah .............................................................................. 9
2.6. Zat yang Terdapat Dalam Sampah ...................................................... 10
2.6.1. Air Lindi ................................................................................... 10
2.6.2. Gas Methana ............................................................................. 10
2.7. Sistem Pengolahan Sampah di TPA .................................................... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
2.7.1. Pemadatan (bail press) .............................................................. 11
2.7.2. Lahan Urugan Terbuka (Open Dumping) ................................. 13
2.7.3. Lahan Urugan Terkendali ......................................................... 14
2.7.4. Lahan Urugan Saniter (Sanitary Landfill) ................................ 14
2.7.5. Pembakaran (incinerating) ....................................................... 15
2.7.6. Pengkomposan (composting) .................................................... 16
2.8. Pemilihan Lokasi TPA ........................................................................ 17
2.9. Produksi Bersih dan Prinsip 4R ........................................................... 20
2.10. Longsor .............................................................................................. 21
2.10.1. Pengertian Longsor ................................................................. 21
2.10.2. Jenis- jenis Tanah Longsor ..................................................... 22
2.11. Pengertian Bencana ........................................................................... 24
2.11.1. Manajemen Bencana ............................................................... 24
2.11.2. Mitigasi Bencana .................................................................... 26
2.11.3. Mitigasi Bencana yang Efektif ............................................... 27
BAB 3 METODOLOGI
3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 28
3.2. Waktu Pengambilan Data ................................................................... 29
3.3. Langkah-langkah Pengambilan Data .................................................. 29
3.3.1. Pemohonan Ijin ........................................................................ 29
3.3.2. Mencari Data atau Informasi .................................................... 29
3.3.3. Mengolah Data ......................................................................... 30
3.3.4. Penyusunan Laporan ................................................................ 31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Bencana Longsor Sampah .................................................................. 32
4.2. Pengendalian Longsor Sampah ........................................................... 33
4.3. Kondisi di TPA Putri Cempo .............................................................. 33
4.4. Bahaya Longsor Sampah di TPA Putri Cempo ................................... 34
4.4.1. Jumlah Tumpukan Sampah ....................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
4.4.2. Kestabilan Lereng Tumpukan Sampah ..................................... 37
4.4.3. Perlakuan Terhadap Sampah di TPA ........................................ 38
4.4.4. Curah Hujan dan Air Lindi ....................................................... 38
4.4.5. Gas Methana ............................................................................. 39
4.5. Mitigasi Bahaya Bencana Longsor Sampah di TPA Putri Cempo ...... 40
4.5.1. Jumlah Tumpukan Sampah ....................................................... 40
4.5.2. Kestabilan Lereng Tumpukan Sampah ..................................... 41
4.5.3. Perlakuan Terhadap Sampah di TPA ........................................ 42
4.5.4. Curah Hujan dan Air Lindi ....................................................... 42
4.5.5. Gas Methana ............................................................................. 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 44
5.2. Saran .................................................................................................... 45
Penutup ............................................................................................................. 46
Daftar Pustaka ................................................................................................. 47
Lampiran .......................................................................................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 DiagramPokok Pikiran ................................................................ 3
Gambar 2.1 Diagran Alur Pengelolaan Sampah ............................................. 19
Gambar 3.1 Peta Wilayah Surakarta ............................................................... 28
Gambar 3.2 Diagran Alir Pemikiran ............................................................... 30
Gambar 4.1 Letak TPA Putri Cempo .............................................................. 33
Gambar 4.2 Keadaan Tumpukan Sampah ....................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Sampah yang Masuk di TPA Putri Cempo Tahun 2000 Sampai
dengan Tahun 2010 ........................................................................ 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas
manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan tumbuhnya
sebuah kota, bertambah pula berbagai beban yang harus diterima kota tersebut.
Salah satunya adalah beban akibat dari sampah yang diproduksi oleh masyarakat
perkotaan secara kolektif. Untuk kota-kota besar, sampah akan memberikan
berbagai dampak negatif yang sangat besar apabila penanganannya tidak
dilakukan secara cermat dan serius yaitu mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat
mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara.
Surakarta yang dikenal dengan nama Solo adalah salah satu kota dari Propinsi
Jawa Tengah. Kota Surakarta terletak disebelah barat Bengawan Solo dan hampir
berada pada posisi pertengahan antara pantai utara dan pantai selatan Pulau Jawa.
Pertumbuhan kota pada akhir-akhir ini cenderung ke arah sektor industri,
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan perkotaan, misalnya
masalah sampah. (http://www.wikipedia.com/)
Kondisi geografi Kota Surakarta menurut Dinas PU merupakan dataran rendah
dengan ketinggian ± 92 m dpl, dan terletak antara 110º 45’ 15” - 110º45’35” BT
dan 7º36’00” - 7º56’00” LS. Suhu maksimum berkisar 32,5ºC dan minimum
21,9ºC dengan rata-rata tekanan udara 1010,9 MBS. Kelembaban udara 70 % dan
kecepatan angin 04 knot dan arah angin 240º. Luas wilayah Kota Surakarta
44,040 km2. Kondisi monografi Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, 51
kelurahan, 590 RW, 2.530 RT, 125.975 KK dan jumlah penduduk 553.411
jiwa.
Seperti pada saat ini, sistem penanganan sampah yang popular dan dilakukan
hampir di seluruh kota di Indonesia adalah sistem open dumping atau controlled
landfill, sebuah sistem penanganan sampah yang konvensional dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengumpulkan dan menimbun sampah di suatu lokasi pembuangan terpusat
dengan sebutan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).(http://perencanaankota.blogspot.com)
Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, setiap orang
menghasilkan sebanyak ± 0,8 – 0,9 kg sampah setiap hari sehingga Kota
Surakarta dengan jumlah penduduk yang pada saat ini mencapai ± 0,55 juta
orang, sampah yang harus ditangani berkisar antara 440 ton sampai 495 ton atau
setara dengan ± 1.400 m 3 sampai 1.500 m 3 setiap hari. Volume sampah Kota
Surakarta diyakini akan terus bertambah.
Sampah yang dihasilkan oleh penduduk dikumpulkan di Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) yang tersebar di semua sudut Kota Surakarta. Sebagiaan besar
atau ± 60 % dari sampah tersebut diangkut menuju ke TPA Putri Cempo,
Kelurahan Jebres, Kecamatan Mojosongo yang berjarak ± 5 km dari pusat Kota
Surakarta.
Sampah yang terus ditimbun tanpa adanya penanganan akan membawa berbagai
dampak bagi lingkungan, seperti pada udara, air maupun tanah. Timbunan sampah
sendiri dimungkinkan berdampak bencana longsor bila tidak ditangani secara
tepat.
Perlu diciptakan suatu sistem pengelolaan sampah yang secara menyeluruh dan
terorganisir yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah itu sendiri juga
mitigasi yang tepat untuk berbagai kemungkinan bencana di lokasi TPA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah maka di susun
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Faktor- faktor apakah yang dapat memicu terjadinya longsor sampah di TPA
Putri Cempo?
2. Bagaimana upaya mitigasi terjadinya longsor sampah di TPA Putri Cempo?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tumpukan Sampah di TPA Putri Cempo
Semakin Bertambah
1.3 Batasan Masalah
Karena terbatasnya waktu pembuatan Tugas Akhir, maka perlu adanya batasan-
batasan dalam:
1. Waktu pengambilan data dilakukan pada tahun 2010.
2. Pencarian/ pengambilan data, di lokasi TPA Putri Cempo, Sub-Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.
1.4 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah:
1. Mengetahui faktor- faktor apakah yang dapat memicu terjadinya longsor
sampah di TPA Putri Cempo.
2. Mengetahui upaya mitigasi terjadinya longsor sampah di TPA Putri Cempo.
1.5 Diagram Pokok Pikiran
Diagram pokok pemikiran dalam laporan Tugas Akhir ini seperti yang tertera
pada gambar 1.1 berikut
Sampah di TPA Putri Cempo Yang Menggunung dan
Tidak Dipadatkan Sempurna Dapat Mengakibatkan
Longsor Sampah
Belum Adanya Penanganan Serius Menyangkut
Kemungkinan Longsor Sampah di TPA Putri Cempo
Diperlukan Mitigasi Kemungkinan
Longsor Sampah yang Tepat di TPA
Dengan sistem Open Dumping Sampah di TPA Putri
Cempo Hanya di Tumpuk Tanpa Ada Penanganan Lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.6 Manfaat
Manfaat penulisan Tugas Akhir ini ditujukan untuk berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui mitigasi bencana longsor sampah di TPA Putri
Cempo
2. Bagi petugas/ pengawas
Hasil penelitian ini dapat mendorong petugas di TPA Putri Cempo lebih
mengetahui tentang bencana longsor sampah dan mitigasi bencana longsor
sampah
3. Bagi pemerintah
Bahan masukan pemerintah daerah, khususnya Sub-Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surakarta agar lebih memperhatikan lagi kemugkinan
bencana longsor sampah dan cara penanggulangan serta mitigasinya.
4. Bagi masyarakat
Informasi pada masyarakat tentang permasalahan bencana longsor sampah di
TPA Putri Cempo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah limbah padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola supaya tidak membahayakan bagi
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Budi Utomo dan Sulastoro,
1999).
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah
umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting
pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb
(SNI 19-2454-1991).
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah
padat. Sampah adalah sisa- sisa bahan yang mengalami perlakuan- perlakuan, baik
karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah
tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya
dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap
lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).
Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan
organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam, yang
dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut
dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara
pengolahannya(Anonim,1986).
Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia
dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tak dikehendaki atau
sia-sia (Tchobanoglous, 1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2.2 Macam Sampah
Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999) macam sampah digolongkan menjadi
dua, yaitu:
1. Berdasarkan jenisnya sampah dapat dipilahkan menjadi 3 macam yaitu:
a. Sampah yang mudah membusuk (garbage)
Sampah ini terdiri atas bahan-bahan organik, antara lain sisa makanan, sisa
sayuran, sisa buah-buahan, yang kemudian sering disebut dengan sampah
basah.
b. Sampah yang tak dapat/sukar membusuk (rubbish)
Sampah jenis ini terdiri atas bahan organik maupun anorganik, misalnya
pecahan botol, kaca, besi, sisa bahan bangunan, yang kemudian disebut
dengan sampah kering.
Kelompok rubbish ini dapat dipilahkan menjadi 2, yaitu:
1. Yang dapat dibakar (combustible rubbish)
Contoh: kertas, plastik, kayu, kulit, tekstil, karet.
2. Yang tidak dapat dibakar (non combustible rubbish)
Sampah ini juga dapat dikelompokkan menjadi:
a. Metalic rubbish, misalnya sampah besi, timah, seng, alumunium,
dan lain-lain.
b. Non metalic rubbish, misalnya pecahan botol, gelas, tembikar, kaca,
dan lain-lain.
c. Sampah yang berbentuk partikel halus (ashes and residues)
Sampah yang berasal dari sisa pembakaran kayu, batubara, arang, dan sisa
pembakaran lain dari semua fasilitas yang ada di rumah, toko, instansi dan
industri yang digunakan untuk tujuan memasak, memanggang ataupun
membakar.
Contoh: bubuk yang berasal dari material, abu api.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Berdasarkan teknik pengelolaan dan jenis pemanfaatannya sampah dapat
dibedakan menjadi:
a. Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali
Contoh: dibuat pupuk kompos, makanan ternak, bubur kertas.
b. Sampah yang dapat dibakar/digunakan untuk bahan bakar
Contoh: untuk briket, untuk biogas.
c. Harus dibuang karena pertimbangan ekonomis atau berbahaya
Contoh: sampah B3.
2.3 Sumber Sampah
Sumber/asal sampah dapat dipilahkan menjadi 7 macam, yaitu:
1. Daerah pemukiman/rumah tangga
Umumnya merupakan sampah basah/organik.
2. Daerah komersial
Meliputi sampah yang berasal dari pasar, pertokoan, restoran. Umumnya
dominan sampah organik.
3. Daerah institusional
Terdiri atas sampah yang berasal dari perkantoran, sekolah, tempat ibadah dan
lain-lain.Umumnya merupakan sampah kering.
4. Daerah terbuka
Antara lain sampah yang berasal dari pembersihan jalan, trotoir, taman dan
lain-lain.Umumnya merupakan sampah organik dan debu.
5. Daerah industri
Yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa kegiatan industri, sangat tergantung
kepada jenis industrinya.
6. Daerah pembangunan, pemugaran dan pembongkaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Semua bahan yang berasal dari kegiatan tersebut, dapat berupa pecahan bata,
kayu, besi dan lain-lain.
7. Rumah sakit/poliklinik
Sampah di lokasi ini dapat berasal dari sampah kantor, sampah bekas operasi,
pembalut dan lain-lain.
2.4 Pembagian Jenis Sampah
Pembagian jenis/macam sampah dapat ditinjau dari beberapa segi, tergantung
pada maksud atau tujuan pengelompokan itu.
1. Menurut bentuk/asal sumber
a. Kayu : asal produk kayu
b. Pertanian : asal tumbuh-tumbuhan/ tanaman atau dari binatang/ternak
c. Logam : asal industri
2. Berdasarkan asal pemakai/ sumber sampah
a. Domestik (pemukiman)
b. Komersial (toko, daerah pedagangan, dll)
c. Sisa-sisa bongkaran
d. Buangan padat industri
e. Lain-lain (jalan utama, pasar)
3. Berdasarkan cara pengumpulan dan pengolahannya :
a. Classified refuse
1. Garbage (sampah basah)
Sampah basah biasa disebut sebagai sampah organik yaitu sampah yang
terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara alamiah/biologis.
Misalnya adalah sisa makanan, daun-daunan, sampah dapur, dll.
2. Rubbish (sampah kering)
Sampah kering biasa disebut sebagai sampah anorganik yaitu sampah
yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara biologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Misalnya adalah plastik dan styrofoam.
b. Sub refuse
1. Combustible (dapat dimusnahkan)
Sampah ini biasanya mudah terurai atau terbakar. Misalnya kertas, kain,
plastik, kayu, dan sebagainya.
2. Uncombustible (tidak dapat dimusnahkan)
Sampah ini biasanya tidak bisa terurai ataupun terbakar. Misalnya
kaleng, kaca, besi, atau logam dan sebagainya.Ashes (debu)Benda yang
tertinggal dari pembakaran kayu, arang, atau benda yang terbakar.
2.5 Komposisi Sampah
Komposisi sampah bervariasi untuk setiap daerah dan setiap waktu, tergantung
dari beberapa faktor yang mempengaruhi produksi sampah antara lain :
1. Jumlah penduduk dan kepadatannya
Setiap pertambahan penduduk akan diikuti oleh kenaikan jumlah sampah,
demikian juga daerah perkotaan yang padat penduduknya memerlukan
pengelolaan sampah yang baik.
2. Tingkat aktivitas
Dengan semakin banyaknya kegiatan atau aktivitas, maka akan berpengaruh
pada jumlah sampah.
3. Pola hidup atau tingkat sosial ekonomi
Banyak sedikitnya barang yang dikonsumsi oleh manusia juga berpengaruh
pada jumlah sampah.
4. Letak geografi
Daerah pegunungan, daerah pertanian akan menentukan jumlah- jumlah
sampah.
5. Iklim
Iklim tropis, sub tropis juga ikut berperan mempengaruhi jumlah sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6. Musim
Musim gugur, musim semi, musim buah–buahan juga mempengaruhi jumlah
sampah.
7. Kemajuan teknologi
Pembungkus plastik, daun, perkembangan kemasan makanan, obat juga
mempengaruhi jumlah sampah.
2.6 Zat yang Terdapat Dalam Sampah
2.6.1 Air Lindi
Menurut Effendi (2003), air lindi adalah suatu cairan yang tercampur dengan
sampah, ini dapat berupa sisa- sisa cairan dalam sampah seperti sisa cairan sabun,
detergen, parfum, minuman dan lain- lain yang tercampur dengan sampah lain.
Air lindi juga dapat berasal dari hujan yang tercampur dengan sampah. Air lindi
membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk dari degradasi
sampah. Air lindi banyak mengandung senyawa- senyawa organik dan anorganik
dengan konsentrasi yang tinggi, ini sangat berbahaya jika tidak ditangani secara
serius.
2.6.2 Gas Methana
Gas methana ialah gas yang terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik
(tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri
biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan
organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4). Gas methana adalah
gas alam tanpa warna, berbau, dan mudah terbakar.
Biang penguraian itu adalah bakteri pembusuk dan terjadi di tempat yang nihil
oksigennya (anaerob). Survei yang dilakukan sebelum terjadi longsor oleh pakar
lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ir Enri Damanhuri
menunjukkan, konsentrasi gas methana di TPA Leuwigajah sangat kritis yaitu
mencapai 10 hingga 12 persen. Gas methana dapat menimbulkan ledakan jika
memiliki konsentrasi 12 persen. Inilah mengapa sebelum tumpukan sampah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
longsor, terjadi ledakan yang sangat keras. Bila ledakan ini terjadi di dekat tebing
akan sangat memungkinkan terjadi longsor sampah.
Pakar persampahan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ir
Firman L Syahwan MSi mengatakan, ledakan yang terjadi karena gas methana
yang dihasilkan sampah bereaksi dengan udara. Gas methana yang tertumpuk oleh
berton-ton sampah terjebak dan volumenya terus meningkat seiring dengan
bertambahnya sampah. Ketika timbunan gas dalam volume besar ini bersentuhan
dengan udara, terjadilah pijar api yang disertai ledakan.
Gas methana memang punya sifat mudah terbakar, bahkan meledak seperti bom
jika terkena oksigen dalam rasio kecil yakni 14 bagian oksigen berbanding satu
bagian methana. Tak mengherankan, di tempat pembuangan sampah kerap terjadi
kebakaran yang tak jelas asal usulnya.
2.7 Sistem Pengolahan Sampah di TPA
Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999) ada beberapa macam sistem
pengolahan sampah di TPA, antara lain:
2.7.1 Pemadatan (bail press)
Sistem bail press atau bala press sebenarnya bukan merupakan sistem pengolahan
langsung terhadap sampah, melainkan lebih kepada tindakan persiapan yang
dilakukan terhadap sampah untuk memudahkan proses selanjutnya. Teknologi
utama pemrosesan sampah dengan cara ini adalah mesin yang berfungsi
memadatkan dan membentuk sampah menjadi bola (bal). BALA sebenarnya
adalah nama sebuah perusahaan Swedia, yang pabriknya berlokasi di Nossebro
dekat Gothenburg. Di Indonesia tempat pembuangan yang sudah menerapkan
sistem ini adalah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bojong.
Di TPST Bojong sampah yang dibawa truk dari Jakarta dituang ke bak
penampungan di ruang tertutup, lalu sampah tersebut dipisahkan antara sampah
basah organik dan sampah kering non-organik. Untuk sampah basah organik akan
digunakan untuk bahan membuat kompos, sedangkan sampah non-organik akan
masuk ke konvenyor (ban berjalan). Saat ban bergerak pekerja memilah sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
berharga yang bisa didaur ulang. Sampah yang bisa terbakar masuk ke mesin
pembakaran bertemperatur tinggi (incinerator). Sisa yang tidak mungkin diolah
baru masuk ke mesin bala press. Mesin bala press akan memadatkan dan
mengemas sampah dalam bentuk bal-bal bulat. Bal-bal sampah akan dibungkus
plastik film berwarna putih yang tahan lama, kedap udara, dan tidak tembus air.
Bulatan berdiameter 1,2 meter itu lalu ditimbun dan ditutup tanah. Dalam waktu
25 tahun bukit sampah bisa ditanami dan dimanfaatkan (Deffan Purnama dan
Fitrio, 2004).
Ada dua jenis mesin yang dapat digunakan untuk pengolahan sampah sistem bala
press ini. Pertama, mobile baler. Jenis mesin bala pres ini dapat mengolah
sampah dalam bal sebanyak 12-15 bal per jam. Kedua, mobile baler tornado.
Mesin ini dapat mengolah sampah dalan bentuk bal sebanyak 20-25 bal per jam.
Untuk lebih jelasnya proses pembentukan/pengepresan bala dengan mesin bala
press adalah sebagai berikut:
1. Material dimasukkan ke dalam ruang pembentukan bola sampah sampai
dicapai tekanan penuh.
2. Untuk mempertahankan bentuk bola yang ada, jaring atau plastik film
dimasukkan ke dalam ruang pembentukan bola.
3. Ruang pembentukan bola terbuka dan bola sampah yang ada dipindahkan ke
unit pembungkusan.
4. Sementara bola sampah dibungkus lengan pembentuk bola akan kembali ke
posisi awal, siap untuk menjalankan proses baru.
5. Bola-bola yang dibungkus kini masuk ke konvenyor. Proses berjalan 2-3 menit
dan sepenuhnya dijalankan oleh komputer.
Keunggulan sistem bala press ini adalah tidak ada pencemaran limbah cair,
karena cairan dari hasil pengepresan akan dibawa ke tempat pembuangan tinja,
selain itu tidak akan menimbulkan gas beracun karena sampah yang telah dipres
dibungkus dengan plastik yang tidak tembus cahaya serta kedap udara dan air
sehingga bisa menghindari proses biologis. Karena kedap air dan udara sampah
tersebut tidak menimbulkan bau sehingga tidak mengundang lalat karena daya
penciumannya tidak dapat menembus plastik pembungkus tersebut. Pencemaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
terhadap air tanah juga tidak akan terjadi karena sampah langsung diolah ke dalam
mesin, yang pasti prinsip sistem ini adalah tidak ada penumpukan sampah dan
tidak menimbulkan bau.
2.7.2 Lahan Urugan Terbuka (Open Dumping)
Open dumping adalah salah satu sistem penanganan sampah yang paling
sederhana yaitu sampah ditimbun di areal tertentu secara terus menerus tanpa
ditimbun dengan tanah penutup (penimbunan secara terbuka). Pembuangan sistem
open dumping sangat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan yaitu akan menimbulkan leacheate di dalam lapisan
timbunan dan seterusnya akan merembes kelapisan tanah di bawahnya. Leacheate
ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak, selain itu dapat
menjadi tempat pembiakan bibit penyakit seperti lalat dan tikus. Meskipun
menimbulkan dampak negatif sistem ini masih banyak digunakan di kota-kota di
Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari JICA and PT. Arconin, dari 46 kota
di Indonesia 33 diantaranya masih menggunakan sistem open dumping ini,
termasuk Kota Surakarta, mungkin dikarenakan biaya operasionalnya yang murah
dan pengoperasian yang relatif mudah.
Tapi sekarang, ada baiknya pemerintah daerah kota setempat mulai berpikir untuk
mengganti sistem open dumping ini, karena menurut sumber yang didapat dari
Media Indonesia, tanggal 22 Januari 2008 menyebutkan bahwa akan dibuat
Undang-Undang Pengelolaan Sampah dan sekarang rancangan undang-undangnya
telah dibuat, jika Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah (RUU
Sampah) itu disahkan, open dumping tanpa pemrosesan akan dihilangkan dan
sistem sanitary landfill akan berlaku secara ketat.
Pemerintah daerah diberi waktu 5 tahun untuk mengganti sistem open dumping ke
sistem sanitary landfill. Asisten Deputi urusan Pengembangan Peraturan
Perundang-undangan dan Perjanjian Internasional di Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH) Yazid Nurhuda menyebutkan sanksi yang berlaku bagi kelalaian
open dumping masih akan diatur lewat peraturan daerah (perda) setelah RUU
Sampah diberlakukan. Larangan yang nantinya akan diatur dengan perda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mencakup pembuangan sampah tidak pada tempatnya, mencampur sampah
dengan B3 (bahan berbahaya dan beracun), membakar sampah, dan open
dumping. Keempat hal ini dinyatakan ilegal.
2.7.3 Lahan Urugan Terkendali
Prinsip pembuangan akhir ini yaitu lahan urug terbuka sementara, dengan selalu
dikompaksi/pemadatan sampah setebal 60 cm dan diurug dengan tanah lapisan
kedap setebal 15-30 cm dalam setiap periode 7 hari berturut-turut.
2.7.4 Lahan Urugan Saniter (Sanitary Landfill)
Sistem ini ada 4 metode, yaitu:
1. Medan urugan penyehatan (area fill)
Metode ini sampah dibongkar lalu ditimbun di permukaan tanah dan diratakan
dengan buldoser, dipadatkan 5 kali jalan sampai membentuk satu lapisan
sampah padat setebal 60 cm. Proses ini berlanjut sampai menghasilkan 4
lapisan sampah sehingga kita akan mendapatkan 240 cm (2,4 m) sampah yang
terkompaksi (terpadatkan), baru kemudian diurug dengan tanah urug dan
dipadatkan juga dengan buldoser sebanyak 5 kali jalan hingga mencapai tebal
15 cm. Lapisan tanah terkompaksi disebut dengan urugan harian atau daily
cover dan timbunan sampah setebal 2,4 m tersebut disebut sel. Jika sudah
mencapai operasi selama 3 bulan maka tebal lapisan urugan dibuat setebal 60
cm.
Untuk melepas gas-gas akibat proses dekomposisi anaerobik dari bahan-bahan
organik yang ada dalam sel maka pada setiap jarak atau luas tertentu perlu
diberikan fasilitas ventilasi dengan cara dari dasar penimbunan sel diletakkan
pipa PVC dengan diameter lingkaran 20 cm, diisi dengan koral/kerikil
sehingga pada setiap tingkatan timbulan pipa diangkat dan batu koral akan
tertinggal sebagai media porus untuk melepas gas. Akhirnya pada lapisan
teratas perlu dibuat ventilasi seperti halnya septic tank. Gas yang keluar dari
timbunan tersebut terdiri dari 50% gas methane dan 50 % lagi gas carbon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dioxide. Gas buangan yang paling berbahaya adalah gas methan, gas ini dapat
meledak jika bercampur dengan oxygen.
Selain gas dari timbunan akan menghasilkan air sampah yang disebut
leacheate. Untuk mengatasi hal ini pada saat menimbun sampah kemiringan
sampah sebaiknya diatur, agar air sampah dapat mengalir di saluran drainase
yang menuju kolam oksidasi untuk menetralkan air sampah tersebut. Jika tidak
dinetralkan air sampah tersebut sangat berbahaya sebab di dalam air sampah
tersebut terkandung bahan-bahan berbahaya seperti metal, larutan kimia dan
bahan-bahan lain yang dapat mengkontaminasi air tanah.
2. Lereng urug penyehatan (slope/ramp fill)
Prosesnya sama seperti area fill, bedanya proses pengurugan dan pelapisan
dari bawah ke atas sehingga mencapai tinggi teratas.
3. Gali urug (trench fill)
Prinsipnya sama dengan area fill, bedanya sampah dimasukkan ke dalam
galian/parit yang sudah disediakan terlebih dahulu. Metode ini diterapkan bila
lapisan tanah relatif dalam.
4. Canyon, rit, quarry fill
Prinsipnya sama dengan area fill, bedanya untuk metode ini digali di suatu
lembah.
2.7.5 Pembakaran (Incineratting)
Proses pemusnahan sampah dengan sistem ini adalah dengan cara pembakaran
sampah dengan menggunakan mesin yang disebut incinerator. Proses ini
memerlukan biaya yang sangat besar untuk membeli dan membangun unit
pembakaran sampah tersebut. Untuk sebuah mesin incinerator dengan kapasitas
pembakaran sampah 3000 ton/hari memerlukan investasi 4,3 triliun (Pakar
Sanitary Landfill pada Kelompok Konstruksi Habitat Buatan, P3 Teknologi
Lingkungan BPPT, Dipl.Ing.Ir. HMHB Hengky Sutanto, MSc). Bila diterapkan di
Indonesia, pada saat ini teknologi incinerator masih sulit di terapkan dan
termasuk teknologi yang mahal, mengingat persentasi sampah terbesar di
Indonesia adalah sampah organik atau sampah basah dengan kandungan air yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tinggi sehingga memerlukan proses pengeringan terlebih dahulu kemudian baru
bisa dibakar, karena mesin incinerator sebenarnya tidak bisa membakar sampah
basah.
Ditinjau dari sudut hasil akhir yang dicapai dalam upaya pemusnahan sampahnya,
proses ini memang mempunyai tingkat efektivitas tinggi. Sampah-sampah yang
akan dimusnahkan, dikumpulkan dalam jumlah tertentu sesuai dengan kapasitas
mesin incinerator yang digunakan. Sampah yang telah siap dibakar dimasukkan
ke dalam mesin tersebut dan dilakukan proses penghancuran dengan
menggunakan api yang disemburkan dengan tekanan yang sangat tinggi sehingga
hampir bisa dipastikan semua sampah yang dimasukkan akan hancur menjadi abu.
Namun permasalahan menggunakan sistem ini, selain membutuhkan biaya yang
besar jika tidak disertai dengan sistem kontrol udara yang memadai akan
mengganggu lingkungan yaitu adanya polusi udara akibat asap pembakaran yang
dihasilkan mesin tesebut. Pengeluaran debu yang berlebihan pun akan
menyebabkan gangguan di tempat kerja, debu-debu tersebut dapat menghalangi
pandangan para pekerja, selain itu pada temperatur di atas 1800° F, lelehan dari
beberapa metal yang ikut masuk akan mempercepat kerusakan tungku.
Pemerintah di negara-negara maju yang telah menggunakan mesin ini antara lain
Singapura dan Jepang telah mempertimbangkan kembali penggunaan incinerator
karena faktor pencemaran udara yang dihasilkan, selain itu karena sifat dari sistem
ini adalah pemusnahan secara total maka tidak bisa diharapkan sebuah turunan
dari proses tersebut yang mempunyai nilai ekonomis. Masa pengembalian nilai
investasi yang ditanamkan pada sistem ini membutuhkan waktu yang lama,
karena pemasukan yang diperoleh pada investasi incinerator ini hanya dari
tipping fee atau biaya pemusnahan sampah saja.
2.7.6 Pengkomposan (Composting)
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan hijauan dan bahan
organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk
buatan pabrik, seperti urea (Wied dalam Lilis Sulistyorini, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sampah di kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa
sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah-
pilah, sampah yang rubbish harus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang di
manfaatkan menjadi kompos hanya sampah jenis garbage saja (Wied dalam Lilis
Sulistyorini, 2005).
Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses
pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan
dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Proses pembusukan dan
penghancuran sampah menjadi kompos terjadi secara alamiah sehingga proses
pembusukan dan penghancuran tidak merata, selain itu pada proses pembusukan
yang terjadi secara alamiah ini suhu yang dapat dicapai hanya berkisar pada 40°C,
maka bakteri patogen yang terkandung dalam sampah belum musnah. Baktreri
patogen pada umumnya akan mati pada suhu kurang lebih 90°-95°C. Kedua hal
ini menyebabkan volume atau bagian yang bernilai sebagai pupuk hanya sebagian
kecil saja dari volume kompos keseluruhan. Dengan kata lain efektivitasnya
sebagai “pupuk” dibandingkan dengan volumenya tidak sepadan, maka dari itu
sebenarnya kompos lebih tepat jika disebut dengan “media tanaman” atau “tanah
yang diperkaya dengan nutrisi”.
Menurut Lilis Sulistyorini (2005), kompos dapat digunakan untuk tanaman hias,
tanaman sayuran tanaman buah-buahan maupun tanaman padi di sawah. Bahkan
hanya dengan ditaburkan di atas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut
dapat dipertahankan atau dapat ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi sampah yang
baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan
menurun, oleh karena itu untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburan
tanah maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos.
2.8 Pemilihan Lokasi TPA
Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999). Pemilihan lokasi TPA harus
mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1. Kebutuhan lokasi
a. Luas.
b. Volume tampungan, dipengaruhi oleh jumlah penduduk, jenis penghasil
timbulan, tingkat pemadatan.
2. Pertimbangan hidrologi dan klimatologi
a. Curah hujan.
b. Karateristik aliran air.
c. Evaporasi/penguapan.
d. Gerakan air tanah.
e. Karateristik angin.
3. Pertimbangan geologinya
a. Bentang alam.
b. Jenis tanah dan batuan, mempengaruhi pemanfaatan sebagai tanah penutup.
4. Pertimbangan lingkungan
Suatu TPA berdampak terhadap lingkungan sekitarnya, baik dampak positif
maupun negatif. Yang harus diupayakan adalah mengurangi dampak negatif
dan meningkatkan dampak positif. Untuk keperluan perlindungan lingkungan,
maka TPA dengan volume tampungan tertentu wajib dilengkapi dengan studi
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Wajib AMDAL harus
dilakukan apabila TPA dengan proses incinerator lebih besar sama dengan 800
ton/ha, control dan sanitary land fill lebih besar sama dengan 800 ton/ha atau
open dumping lebih besar sama dengan 80 ton/ha.
5. Pertimbangan reklamasi
Rencana pemanfaatan kembali TPA setelah habis masa pakainya, misalnya
sebagai taman, lapangan hijau, hutan kota dan lain-lain.
6. Pertimbangan umum lokasi yang ideal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
a. Jarak lokasi TPA terhadap lokasi pemukiman dan sarananya harus cukup
aman untuk mencegah dampak negatif yaitu pencemaran udara dan air.
Jarak umum dari pusat pelayanan sekitar 10 km.
b. Jarak TPA terhadap sumber timbulan sampah tidak cukup jauh untuk
menghemat biaya transportasi.
c. Lokasi TPA pada daerah yang kondisi lapisannya kedap air.
d. Lokasi TPA harus terletak pada daerah yang bebas banjir.
e. Volume yang ditampung sebaiknya mampu menampung sampai 5-10 tahun.
f. Pemilihan TPA harus mempertimbangkan tata ruang kota pada masa yang
akan datang.
Untuk lebih jelasnya proses pengelolaan sampah dari sumber sampah hingga ke
TPA dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Diagram Alur Pengelolaan Sampah mulai dari Sumber Sampah
sampai dengan TPA.
Sumber Sampah
Individual Pewadahan
Pengumpulan
Tidak langsung
Komunal
Pengangkutan
Pemindahan
TPA
Langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2.9 Poduksi Bersih dan Prinsip 4R
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk
merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan
produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan,
dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam
kerangka siklus ekologis.
Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan
menerapkan prinsip 4R yaitu:
1. Reduce (mengurangi)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan, seperti:
a. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik
pembungkus barang belanja
b. Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli
botol baru setiap kali habis
c. Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang
besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
2. Reuse (memakai kembali)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari
pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Misalnya:
a. Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah.
b. Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus.
c. Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan,
perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Recycle (mendaur ulang)
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri
atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk/material bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang:
a. Botol bekas, wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
b. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali
kertas yang berlapis (minyak atau plastik).
c. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja,
besi rangka beton.
d. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember.
e. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.
4. Replace (mengganti)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya
bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar
kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya,
ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan
pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara
alami.
2.10 Longsor
2.10.1 Pengertian Longsor
Menurut wikipedia, tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide,
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
2.10.2 Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang
paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
(http://bumiindonesia.wordpress.com/2006/10/15/mengetahui-longsor/)
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak
ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal
hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh
dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air,
dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter
seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat
menelan korban cukup banyak.
2.11 Pengertian Bencana
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah
peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak
luar.
Pengertian bencana atau disaster menurt Wikipedia: disaster is the impact of a
natural or man-made hazards that negatively effects society or environment
(bencana adalah pengaruh alam atau ancaman yang dibuat manusia yang
berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan). Dalam Undang-Undang
No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dikenal pengertian dan
beberapa istilah terkait dengan bencana.
Bencana adalah peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
2.11.1 Manajemen Bencana
Menurut Dr. Ir. Agus Rachmat, manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan
yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai Siklus Manajemen
Bencana, yang bertujuan untuk:
1. Mencegah kehilangan jiwa.
2. Mengurangi penderitaan manusia.
3. Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta.
4. Mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber
ekonomis.
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi menjadi tiga kegiatan
utama,yaitu:
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini.
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue
(SAR), bantuan darurat dan pengungsian.
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu
dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak
bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana,
untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian
penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat
terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang
harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna,
tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada
keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi
dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah
kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu
diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau
depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana
adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan.
2.11.2 Mitigasi Bencana
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi
bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan
oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan
tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana
yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-
tindakan pengurangan resiko jangka panjang.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk :
1. Mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang
berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain
rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun
membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan
lain-lain.
2. Mitigasi non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana
dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui
melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
masyarakat dan pemerintah daerah.
2.11.3 Mitigasi Bencana yang Efektif
Mitigasi bencana yang efektif menurut Dr. Ir. Agus Rachmat harus memiliki tiga
unsur utama, yaitu penilaian bahaya, peringatan dan persiapan.
1. Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk mengidentifikasi
populasi dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian ini
memerlukan pengetahuan tentang karakteristik sumber bencana, probabilitas
kejadian bencana, serta data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini
menghasilkan Peta Potensi Bencana yang sangat penting untuk merancang
kedua unsur mitigasi lainnya.
2. Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan kepada
masyarakat tentang bencana yang akan mengancam. Sistem peringatan
didasarkan pada data bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta
menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pesan kepada
pihak yang berwenang maupun masyarakat. Peringatan terhadap bencana
yang akan mengancam harus dapat dilakukan secara cepat, tepat dan
dipercaya.
3. Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur
mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan
pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus
melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman.
Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya
sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu jenis
persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi
fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana (mitigasi non
struktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang
aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi
struktur).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Lokasi Penelitian
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Surakarta
Keterangan : 1. Letak Sub-Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta
2. Letak Sub- Dinas Pengangkutan Sampah
3. Letak TPA Putri Cempo
Lokasi pengambilan data dilakukan di Kota Surakarta, terutama di:
1. Sub-Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.
Terletak di Jln. Menteri Supeno No.10 (belakang Stadion Manahan Solo).
2. Sub- Dinas Pengangkutan Sampah.
Terletak di Jln. Kapten Mulyadi tepatnya di perempatan Sangkrah.
3. TPA Putri Cempo.
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Terletak di ring road Mojosongo Kelurahan Jebres, Kecamatan Mojosongo
yang berjarak ± 5 km dari pusat Kota Surakarta.
3.2 Waktu Pengambilan Data
Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2010.
3.3 Langkah-langkah Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan secara bertahap, langkah-langkah penelitian ini adalah:
1. Permohonan ijin.
2. Mencari data atau informasi.
3. Mengolah data.
4. Penyusunan laporan.
3.3.1 Permohonan Ijin
Permohonan ijin ditujukan kepada Sub-Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surakarta untuk mendapatkan ijin pengambilan data di TPA Putri Cempo.
3.3.2 Mencari Data atau Informasi
1. Tahap persiapan
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan
sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun
dalam penyusunan hasil penelitian.
b. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau
tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam
penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang dimiliki oleh
TPA Putri Cempo serta Sub-Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surakarta.
a. Data dari TPA Putri Cempo meliputi jumlah sampah pertahun, umur
rencana TPA, luas lahan TPA, sarana dan prasarana yang ada di TPA,
kemungkinan longsor sampah, kemungkinan korban jika terjadi longsor
sampah.
b. Dari Sub-Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, diperoleh tata
cara pengolahan sampah, cara menangani permasalahan- permasalahan
tentang sampah di Surakarta dan di TPA Putri Cempo.
3.3.3 Mengolah Data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah
data tersebut.
Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali untuk menganalisis data yang
lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil akhir.
Diagram alir pemikiran pengolahan data seperti pada gambar 3.1 berikut
Mencari Penyebab- Penyebab Longsor Sampah
Menganilisis dan Mengamati Keadaan TPA Putri Cempo
Menentukan Mitigasi Longsor Sampah yang Tepat di TPA Putri Cempo
Kemungkinan Apa yang Dapat Menyebabkan Longsor Sampah di TPA Putri Cempo
Mencari Referensi Tentang Longsor Sampah di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3.3.4 Penyusunan Laporan
Seluruh data atau informasi yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis
untuk mendapatkan hasil akhir mengenai mitigasi bencana longsor sampah di
TPA Putri Cempo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bencana Longsor Sampah
Peristiwa longsor sampah beberapa kali terjadi di Indonesia yang paling menarik
perhatian adalah longsor sampah di TPA Leuwigajah pada hari Senin, 21 Februari
2005. Menarik perhatian karena waktu bencana longsor sampah di TPA
Leuwigajah telah mengubur dan menewaskan 143 orang. Sekitar 137 rumah di
Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung dan dua rumah
di Desa Leuwigajah, Cimahi, Provinsi Jawa Barat juga tertimbun longsoran
sampah dengan ketinggian mencapai 30m dengan lereng yang sangat curam
mencapai 70-80o dari muka tanah. Selain itu, ribuan ton kubik sampah juga
mengubur kebun dan lahan pertanian milik warga Kampung Pojok, Cimahi
Selatan seluas 8,4 hektar. Bencana alam berupa longsoran sampah TPA itu
merupakan rekor tertinggi di Indonesia dan rekor kedua terbesar di
dunia.(http://www.koran-jakarta.com/)
Longsor sampah juga terjadi di TPA Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Pada
Jum’at 8 September 2006 yang menewaskan tiga orang pemulung yang sedang
memulung di sisi timur zona IIIA TPA Bantar Gebang. Tinggi timbunan sampah
yang longsor tersebut diperkirakan lebih dari 12m, sedangkan ketinggian puncak
bukit sampah di zona tersebut lebih dari18m. Padahal sesuai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) di TPA Bantar Gebang, tinggi timbunan
maksimal 12 m, dengan toleransi 15m.(http://www.digilib-ampl.net/)
Yang terakhir adalah longsor sampah di TPA Galuga, Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor. Yang terjadi pada hari Selasa 16 Maret 2010, empat orang
pemulung tewas dalam peristiwa tersebut. Tujuh orang yang lain mengalami luka-
luka, peristiwa tersebut diduga berawal dari runtuhnya pembatas beton di TPA
Galuga dan hujan yang mengguyur Bogor beberapa hari
terakhir.(http://www.bataviase.co.id/)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4.2 Pengendalian Longsor Sampah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian longsor sampah, antara
lain:
1. Jumlah tumpukan sampah.
2. Kestabilan lereng tumpukan sampah.
3. Perlakuan terhadap sampah di TPA.
4. Curah hujan dan air lindi.
5. Gas methana.
4.3 Kondisi di TPA Putri Cempo
Bila terjadi longsor sampah di TPA Putri Cempo akan berbahaya bagi:
1. Manusia, menurut data di TPA Putri Cempo jumlah pemulung 118 orang,
pegawai 21 orang dan para pekerja lain seperti sopir truk juga tukang angkut
sampah.
2. Perumahan dan Kantor. Di dalam areal TPA Putri Cempo terdapat kantor
pengelola, alat timbang, garasi dan gudang. Sekitar beberapa meter dari areal
TPA terdapat pemukiman masyarakat di desa Jatirejo RT 04 RW 11
Mojosongo Jebres.
Perempatan ring-road Mojosongo
TPA Putri Cempo
Gambar 4.1 Letak TPA Putri Cempo Diambil Dari Google Maps
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Hewan ternak, menurut data di TPA Putri Cempo jumlah sapi yang mencari
makan di TPA mecapai 1200 ekor.
4.4 Bahaya Longsor Sampah di TPA Putri Cempo
4.4.1 Jumlah Tumpukan Sampah
Jumlah sampah di TPA Putri Cempo pada tahun 2010 adalah 91.602.360 kg.
Dengan rata- rata tiap bulan 250.965 kg, TPA Putri Cempo menerima sampah
dari seluruh penjuru Surakarta yang penduduknya berjumlah 503.421 pada tahun
2010. TPA Putri Cempo sendiri memiliki luas lahan 17 ha, yang digunakan untuk
penumpukan sampah sekitar 13 ha.
Gambar 4.2 Keadaan Tumpukan Sampah di TPA Putri Cempo
Sejak berdiri tahun 1985 sampah di TPA Putri Cempo terus menumpuk tanpa
adanya pengurangan sampah yang berarti, dengan umur rencana 15 tahun
seharusnya TPA Putri Cempo sudah tidak dapat digunakan sejak tahun 2000
karena sudah overload. Tetapi tetap dipaksakan dipergunakan karena tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
TPA lain yang dapat menampung jutaan kilogram sampah dari kota Surakarta, ini
mengakibabkan penumpukan berlebihan hingga menggunung.
Perhitungan daya tampung TPA Putri Cempo
Luas lahan TPA = 13 Ha = 130.000 m2
Tinggi timbunan rencana = 5 m
Umur rencana = 15 tahun
Faktor padat = 1500 kg/m3
Kapasitas daya tampung TPA = L TPA x t rencana
= 130.000 m2 x 5 m
= 650.000 m3
Jumlah sampah rencana per tahun = Daya tampung : tahun
= 650.000 : 15
= 43.333,33 m3
Konversi kg ke m3 = Jumlah sampah x Faktor padat
= 43.333,33 m3 x 1500 kg/m3
= 65.000.000 kg
Jadi menurut perhitungan daya tampung yang direncanakan TPA Putri Cempo
untuk 15 tahun mulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2000 adalah 650.000
m3, tapi kenyataanya tentu lebih besar dari 650.000 m3. Walau sudah melebihi
umur rencana dan overload tapi hingga sekarang TPA Putri Cempo tetap di
gunakan, untuk mengetahui jumlah sampah yang masuk ke TPA Putri Cempo
setelah melebihi umur rencana yaitu tahun 2001-2010 jumlah sampah yang masuk
ke TPA Putri Cempo seperti pada Tabel 4.1 berikut
No. Tahun Jumlah (kg) ∑ Kumulatif
1 2001 82.081.200 82.081.200
2 2002 72.900.568 154.981.768
3 2003 78.828.190 233.809.958
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4 2004 81.025.660 314.835.618
5 2005 81.880.284 396.715.902
6 2006 78.103.070 474.818.972
7 2007 81.654.278 556.473.250
8 2008 80.493.520 636.966.770
9 2009 84.090.780 721.057.550
10 2010 91.602.360 812.659.910
Total 812.659.910
Sumber : Dinas PU (Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kotamadya Surakarta) 2010
Total jumlah sampah yang masuk ke TPA Putri Cempo tahun 2001 sampai 2010
adalah 812.659.910 kg.
Tinggi timbunan sampah yang terjadi tahun 2001 sampai 2010
Luas area tumpukan sampah = 13 Ha = 130.000 m2
Jumlah sampah = 812.659.910 kg
Konversi dari kg ke m3 = padatfaktor sampah jumlah
= 1500
0812.659.91
= 541.773,27 m3
Tinggi tumpukan sampah = jumlah sampah luas area tumpukan
= 2
3
m000.130m541.773,27
= 4,17 m
Dengan demikian pertambahan tinggi sampah pada tahun 2010 mencapai 4,17m
dari tinggi rencana sampah. Menurut perhitungan tinggi rencana tumpukan
sampah tahun 1985 hingga 2000 adalah 5m. Jadi perhitungan total tinggi
tumpukan sampah pada tahun 2010 adalah 9,5m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Bila TPA Putri Cempo tetap digunakan untuk menampung sampah, ini akan
sangat berbahaya terhadap longsor sampah. Menurut Adrin Tohari (Puslit
Geoteknologi), timbunan sampah yang terlalu banyak dan tinggi dari lapisan
batuan/tanah dasar dapat menimbulkan beban berlebih di bagian bawah timbunan
sehingga dapat mengganggu kestabilan timbunan tersebut terutama di saat musim
hujan. Karena pada saat musim hujan beban sampah akan makin bertambah oleh
air yang mengendap di tumpukan sampah.
4.4.2 Kestabilan Lereng Tumpukan Sampah
Tumpukan sampah sangat berlebih di TPA Putri Cempo memerlukan penanganan
serius tentang kestabilan lereng tumpukan sampah. Di TPA Putri Cempo sendiri
penanganan kestabilan lereng dengan sistem terasering dan pemadatan, yaitu
lereng tumpukan sampah dibuat saling bertumpuk dan membentuk seperti tangga
dengan kemiringan tertentu lalu dipadatkan dengan alat berat. Dengan sistem ini
diharapkan lereng tumpukan sampah menjadi stabil.
Namun dalam kenyataannya tidak demikian, pertambahan jumlah sampah yang
sangat pesat tiap harinya dan luas lahan yang tidak memadai menjadikan metode
ini sukar diterapkan. Sampah di TPA Putri Cempo hanya di timbun saling
menumpuk begitu saja dengan tidak memperhatikan keadaan lereng tumpukan
sampah, pemadatan pun jarang dilakukan karena alat berat yang dimiliki di
khususkan untuk pemindahan dan perataan sampah, jumlah alat berat yang
dimiliki TPA Putri Cempo juga terbatas.
Mengacu pada longsor sampah yang terjadi di TPA Leuwigajah, sudut kemiringan
tebing tumpukan sampah yang mencapai 70-80o dari dasar tanah sangat rawan
terhadap longsor sampah. Pada waktu hujan, air hujan mengalir melalui lereng-
lereng tumpukan sampah dan bila lereng sampah tidak stabil akan menyebabkan
sampah ikut hanyut dalam aliran air, bila sampah yang ikut terbawa hanyut ini
berjumlah banyak sangat dimungkinkan terjadinya longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4.4.3 Perlakuan terhadap sampah di TPA
Pengolahan sampah di TPA Putri Cempo dulu di lakukan dengan sistem sanitary
landfill tetapi sekarang di gunakan open dumping. Hal tersebut di lakukan karena
pada sistem sanitary landfill di perlukan tanah sebagai penutup sedangkan harga
tanah semakin hari semakin mahal sehingga membutuhkan biaya yang cukup
besar. Pada sistem open dumping , sampah hanya di timbun terus menerus tanpa
memakai tanah penutup.
Sistem operasi pembuangan sampah yang diterapkan di TPA Putri Cempo adalah
dimulai dari truk yang membawa sampah ke TPA Putri Cempo di sini truk
terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui jumlah sampah yang di angkut.
Setelah itu truk menurunkan sampahnya di bagian penumpukan sampah awal,
kemudian dengan wheelloader sampah di dorong dan di kumpulkan ke bagian
bawah tumpukan sampah, dengan excavator sampah di angkat ke atas tumpukan
sampah, selanjutnya bulldozer meratakan sampah baru di atas tumpukan lama.
Dengan sistem open dumping menyebabkan sampah hanya ditumpuk tanpa
adanya perlakuan khusus terhadap sampah seperti pemadatan sampah, ini sangat
penting, menurut Dr. Edi Utomo Ahli Geofisika LIPI longsor kemungkinan besar
terjadi karena material sampah organik dan nonorganik yang belum kompak
karena tidak adanya pemadatan sampah yang cukup menyebabkan air hujan yang
turun masuk di sela- sela sampah yang renggang. Saat tekanan air semakin berat,
kestabilan bukit sampah pun menurun dan akhirnya terjadi longsor sampah.
Alat berat yang bekerja juga dapat menyebabkan longsor sampah, dengan bobot
alat berat yang besar jika tidak berhati- hati dalam pengoperasiannya
kemungkinan dapat menggerakkan tumpukan atas sampah. Terutama excavator
dan bulldozer yang bekerja di atas tumpukan sampah. Pergerakan yang tidak hati-
hati dapat berakibat longsor.
4.4.4 Curah Hujan dan Air Lindi
Curah hujan sangat mempengaruhi dalam penanganan sampah, menurut wikipedia
curah hujan rata- rata tahun 2010 adalah 2.200 mm per tahun, hujan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
mengguyur selain dapat menghambat jalannya kegiatan juga dapat menambah
jumlah volume sampah, iklim yang sekarang tidak menentu juga menyebabkan
curah hujan yang turun di Kota Surakarta dan juga di TPA Putri Cempo tidak
menentu, curah hujan yang sekarang sukar diprediksi menyebabkan penanganan
terhadap dampak air hujan terhadap sampah menjadi sulit juga.
Menurut Adrin Tohari (Puslit Geoteknologi), saat hujan lebat infiltrasi air hujan
melalui rongga pada material sampah yang tidak terpadatkan dengan baik dan
melalui batas antara timbunan dan lereng batuan/ tanah dasar yang kedap air
membentuk muka air (water table) pada batas dasar timbunan sampah dan lapisan
batuan/ tanah dasar . Proses penjenuhan dan pembentukan muka air ini
menyebabkan pelunakan lapisan bawah timbunan sehingga tidak mampu
menopang berat beban timbunan di atasnya sehingga terjadi longsor.
Di TPA Putri Cempo sebenarnya terdapat kolam air lindi yang dikhususkan untuk
menampung dan mengurangi air lindi yang berlebih dalam tumpukan sampah. Di
TPA Putri Cempo juga terdapat kanal- kanal dan saluran khusus yang dibuat di
area tumpukan sampah guna mengalirkan air lindi agar dapat di tampung di kolam
air lindi. Tetapi kolam dan saluran khusus ini sekarang terabaikan karena jumlah
sampah yang sudah sangat berlebih mengakibatkan saluran- saluran pada area
tumpukan sampah menjadi tertutup dan tidak dapat mengalirkan air lindi ke
kolam penampungan air lindi.
Air lindi yang sangat berlebih di tumpukan sampah terutama pada musim hujan
dengan curah hujan tinggi sangat berpotensi mengakibatkan longsor sampah, air
lindi dapat menjadikan tumpukan sampah yang padat kembali terurai, pada bagian
lereng sampah ini sangat berbahaya, dengan sampah yang tidak padat lagi dan
ditambah berat air yang terus bertambah selama hujan berlangsung dapat
mengakibatkan longsor sampah.
4.4.5 Gas Methana
Di TPA Putri Cempo belum ada penangan yang berhubungan dengan pembebasan
gas methana dari dalam tumpukan sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gas methana di tumpukan sampah yang tidak di tangani secara tepat dapat
mengakibatkan banyak permasalahan seperti ledakan yang dapat mengakibatkan
longsor sampah. Mengacu pada longsor sampah di TPA Leuwigajah, hujan yang
terus-menerus terjadi di TPA membuat gas methana (CH4) yang tertimbun
sampah terdesak. Gas ini akan berusaha keluar dari air hujan yang mengguyur.
Ketika hujan mengguyur tumpukan sampah, gas methana akan keluar naik, sesuai
dengan hukum alam karena gas methana memiliki berat jenis yang lebih ringan
daripada air. Menurut pakar lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB)
Prof Dr Ir Enri Damanhuri menunjukkan jika gas methana sudah mencapai 12
persen terhadap total udara, terjadilah ledakan. Inilah mengapa sebelum tumpukan
sampah itu longsor, terjadi ledakan yang sangat keras. Bila ledakan ini terjadi di
dekat tebing akan sangat memungkinkan terjadi longsor sampah.
4.5 Mitigasi Bahaya Bencana Longsor Sampah di TPA Putri Cempo
4.5.1 Jumlah Tumpukan Sampah
Hal yang utama harus dilakukan adalah pengurangan jumlah sampah yang
terdapat pada TPA Putri Cempo. Ini mutlak harus dilakukan karena TPA Putri
Cempo sendiri sudah lama overload. Semakin lama tumpukan akan semakin
bertambah, sebelum berakibat yang tidak diinginkan seperti longsor sampah harus
dicegah secepatnya.
Menurut Arief Najarudin, ada empat prinsip yang dapat digunakan untuk
mengurangi jumlah sampah. Prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang
meliputi:
1. Reduce (Mengurangi); Sebisa mungkin dilakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Karena semakin banyak menggunakan material,
semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); Sebisa mungkin memilah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Menghindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum
barang tersebut menjadi sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Recycle (Mendaur ulang); Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak
berguna lagi didaur ulang. Atau disalurkan ke industri non-formal dan industri
rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace (Mengganti); Gantilah barang- barang yang hanya bisa dipakai sekali
saja dengan barang yang lebih tahan lama. Memakai barang-barang yang lebih
ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong plastik dengan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa
didegradasi secara alami.
4.5.2 Kestabilan Lereng Tumpukan Sampah
Dengan tumpukan sampah yang semakin menggunung kestabilan lereng timbunan
sampah juga perlu perhatian serius, lereng timbunan sampah yang terlalu tegak
sangat beresiko longsor. Menurut pakar persampahan dari Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Ir Firman L Syahwan Msi, lereng timbunan sampah
minimal 45o dari permukaan tanah. Pemadatan sampah juga sangat diperlukan
terutama di bagian lereng agar mengurangi resiko longsor.
Menurut Adrin Tohari (Puslit Geoteknologi), peristiwa longsor di TPA
Leuwigajah juga menunjukkan tidak dilakukannya evaluasi kestabilan lereng
timbunan selama operasional TPA sampah ini. Kegiatan evaluasi ini sangat
penting mengingat peristiwa longsor kecil telah terjadi beberapa tahun
sebelumnya, yang mengindikasikan bahwa lereng timbunan dalam kondisi yang
tidak cukup stabil. Untuk menunjang kegiatan analisis dan evaluasi lereng
timbunan selama proses penimbunan, diperlukan data topografi lokasi sebelum
dan selama proses penimbunan, data geologi daerah penimbunan, data keteknikan
dan hidrologi lapisan batuan/tanah dasar.
Mengingat volume timbunan sampah di TPA yang sangat besar, peta bahaya
longsor di lokasi TPA sampah dan daerah sekitarnya dalam skala operasional
(1:1.000) diperlukan oleh pihak pengelola sampah untuk mengetahui probabilitas
longsor pada timbunan sampah tahunan. Peta ini memperlihatkan tidak hanya
kemungkinan suatu longsor terbentuk pada suatu tempat di daerah timbunan dan
kemungkinan longsor dari lokasi lain melanda daerah penimbunan, tetapi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
memperlihatkan daerah dampak apabila longsor terjadi.
4.5.3 Perlakuan terhadap sampah di TPA
Sistem open dumping sangat tidak dianjurkan dalam penanganan sampah di TPA
Putri Cempo. Dianjurkan menggunakan sistem sanitary landfill pada sistem ini
sampah yang ditimbun di permukaan tanah diratakan dengan bulldoser,
dipadatkan sampai membentuk lapisan sampah padat. Proses ini berlanjut dengan
tumpukan sampah baru, sampai menghasilkan 4 lapisan sampah kemudian diurug
dengan tanah urug dan dipadatkan juga dengan bulldoser.(Wied dalam Lilis
Sulistyorini, 2005).
Dengan diterapkannya sistem sanitary landfill diharapkan mengurangi bahaya
longsor sampah, sistem sanitary landfill menjadikan tumpukan sampah lebih
padat karena adanya tanah yang diurug, dengan urugan tanah diharapkan dapat
mengurangi adanya air lindi yang berlebih di tumpukan sampah. Pemadatan yang
lebih sempurna di sistem sanitary landfill juga menjadikan tumpukan sampah
lebih kuat terhadap geseran.
Pergerakan pemulung dan sapi yang memakan sampah harus ditata secara teratur,
disediakan area khusus untuk memulung dan sapi di jaga agar tidak menganggu
pekerjaan penanganan sampah.
4.5.4 Curah Hujan dan Air Lindi
Air lindi di dalam lapisan timbunan harus dialirkan keluar dari timbunan dan
ditangani dengan khusus, tidak langsung di buang ke sungai. Diperlukan saluran-
saluran air lindi di dalam area penampungan sampah yang berfungsi dengan baik,
agar air lindi dapat ditampung dan di olah sebelum di buang ke sungai. Pemadatan
sampah juga diperlukan selain agar sampah padat juga dapat memeras sampah
yang mengandung air lindi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4.5.5 Gas Methana
Agar gas methana dalam tumpukan sampah dapat keluar diperlukan adanya
saluran- saluran ventilasi gas methana yang tersebar di seluruh area penampungan
sampah. Karena gas methana juga dapat menghasilkan api, dapat juga di jadikan
biogas. Dengan cara saluran- saluran gas methana dihimpun menjadi satu dengan
satu saluran utama untuk dikumpulkan gas methananya, kemudian di alirkan ke
kompor biogas. Ini dapat menjadi bahan bakar alternatif untuk warga disekitar
TPA Putri Cempo.
Untuk melepas gas-gas akibat proses dekomposisi anaerobik dari bahan-bahan
organik yang ada dalam sel maka pada setiap jarak atau luas tertentu perlu
diberikan fasilitas ventilasi dengan cara dari dasar penimbunan sel diletakkan pipa
PVC dengan diameter lingkaran 20 cm, diisi dengan koral/kerikil sehingga pada
setiap tingkatan timbulan pipa diangkat dan batu koral akan tertinggal sebagai
media porus untuk melepas gas. Akhirnya pada lapisan teratas perlu dibuat
ventilasi seperti halnya septic tank. Gas yang keluar dari timbunan tersebut terdiri
dari 50% gas methane dan 50 % lagi gas carbon dioxide. Gas buangan yang
paling berbahaya adalah gas methan, gas ini dapat meledak jika bercampur
dengan oxygen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut
1. Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam pengendalian longsor sampah di
TPA Putri Cempo yaitu:
a. Jumlah tumpukan sampah.
b. Kestabilan lereng tumpukan sampah.
c. Perlakuan terhadap sampah di TPA.
d. Curah hujan dan air lindi.
e. Gas methana.
Beberapa kemungkinan terjadinya longsor di TPA Putri Cempo yaitu
ketinggian timbunan sampah sesuai hitungan yang mencapai 9,5m sangat
riskan terhadap longsor sampah, pemadatan yang kurang sempurna juga
lereng tumpukan yang curam mencapai 700-800 dari permukaan tanah dapat
memicu terjadinya longsor, sistem open dumping dengan sampah yang hanya
ditumpuk tanpa adanya penanganan khusus, curah hujan rata- rata yang tinggi
di kota Solo yang mencapai 2.200 mm per tahun dapat menyebabkan adanya
air dengan volume besar menyebabkan beban yang berlebih terhadap tanah
yang dapat mengakibatkan kurang stabil tanah dasar dan sampah akan terurai
jika terdapat banyak air di tumpukan sampah. Gas methana yang tidak
dikeluarkan dari tumpukan tanah dapat meledak sewaktu- waktu, bila ledakan
terjadi di daerah lereng sampah dimungkinkan terjadinya longsor sampah.
2. Mitigasi yang tepat untuk TPA Putri Cempo ialah perubahan sistem open
dumping menjadi sanitary landfill, perlakuan khusus terhadap air permukaan
yang terdapat pada tumpukan sampah, pemadatan sampah agar sampah tidak
mudah longsor, mengatur lereng timbunan sampah agar tidak terlalu curam,
diterapkannya sistem terasering pada lereng timbunan sampah, penyebaran
timbunan sampah agar sampah tidak terlalu tinggi, pengendalian terhadap air
lindi dan gas methana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
5.2 Saran
1. Kita sebaiknya mulai dari sekarang berusaha untuk mengurangi produktivitas
sampah, memulai untuk mendaur ulang sampah, memanfaatkan kembali
barang-barang yang tidak terpakai dan mengganti barang sekali pakai dengan
barang yang lebih tahan lama dengan menerapkan sistem 4R, yaitu reduse,
reuse, recycle dan replace.
2. Jangan menganggap remeh longsor sampah, karena telah banyak contoh
longsor sampah di Indonesia. Diperlukan adanya mitigasi longsor sampah
yang sesuai menurut kebutuhan dan karakteristik daerah dan TPA di daerah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
PENUTUP
Demikian Tugas Akhir Mitigasi Bahaya Bencana Longsor Sampah di TPA Putri
Cempo Kota Solo ini telah selesai kami susun.
Semoga apa yang telah kami sajikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai infrastruktur perkotaan khususnya masalah mitigasi bencana
longsor sampah baik di bangku kuliah maupun di lapangan.
Kami menyadari Tugas Akhir ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.