MIMPI

2
MIMPI ------------- Bagaikan pendaki gunung, Khalil terus bergerak untuk menuju ke puncak. Khalil sabar dengan geraknya; tenang, teratur, mengimbangi gerak Saraswati. Keduanya bergerak beriringan. Pada gerak terakhir, digamitnya tangan istrinya itu, hingga keduanya mencapai tujuan dengan bersamaan. Rebah di puncak berdua. Remang cahaya kamar masuk kembali ke kesadaran mereka. Khalil turun, lalu berjalan keluar ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saraswati mengikuti di belakang. Sekembalinya dari kamar mandi, Saraswati menengok kamar Yusak. Anak tunggalnya itu memang sering lupa memakai selimut dan mematikan lampu kamar. Khalil langsung menuju pembaringan, merebahkan dirinya. Tak beberapa lama berselang, Saraswati menyusulnya dan kemudian istrinya itu segera terlelap. Berbeda dengan istrinya, Khalil malam itu begitu susah memejamkan mata. Pandangannya mengarah ke langit-langit kamar, pikirannya berkeliaran. Sesungguhnya Khalil tak punya banyak beban dalam hidup sehari-harinya. Pekerjaannya di perusahaan asuransi memberinya penghasilan cukup untuk menikmati hidup layak bersama keluarga kecilnya. Istrinya seorang wanita yang sabar, tidak banyak menuntut. Yusak, anak tunggalnya, baru saja masuk ke SMP favorit di kota ini. Tiada yang kurang dalam hidup keluarga Khalil. Memang, pada awal pernikahan mereka, Khalil dan Saraswati menunggu cukup lama sebelum akhirnya dikaruniai anak. Hampir lima tahun usia pernikahan, barulah Saraswati hamil. Kehadiran Yusak dua belas tahun lalu membawa kebahagiaan bagi keluarga ini. Yang mengganggu Khalil malam itu adalah sebuah mimpi. Mimpi yang sama, berulang dalam tiga malam terakhir. Khalil takut mimpi itu akan datang lagi malam ini. Awalnya Khalil menganggapnya hanya mimpi buruk biasa. Namun ketika mimpi itu terus berulang, Khalil mulai khawatir, mimpi itu membawa pesan untuknya. Mimpi itu tentang Yusak, anak satu-satunya itu. Dalam mimpi itu, Khalil melihat anaknya terbaring di atas meja dapur. Tangan dan kaki Yusak terikat, mulutnya tertutup oleh selendang batik. Sepasang tangan tampak melilitkan tali tebal melingkari tubuh Yusak hingga ke bawah meja, sedemikian rupa sampai tubuh itu menyatu, tak bisa bergerak dari meja. Tangan itu kemudian meraih sebilah golok. Khalil masih menatap ke atas. Matanya berkaca-kaca mengingat kelanjutan mimpi itu. Tangan yang memegang golok itu telah berpindah ke leher anaknya. Tampak tangan satunya memegang kuat- kuat kepala Yusak. Mata tajam golok menyentuh kulit di atas tenggorokan Yusak. Sesaat kemudian, golok itu bergerak, mengiris kulit leher Yusak. Darah mengucur. Kembali golok itu bergerak. Menembus tulang kerongkongan Yusak. Darah semakin deras mengucur. Setelah golok itu terangkat, tubuh Yusak mengejang, meregang nyawa. Bagian terakhir dari mimpi itu membuat Khalil merasa dirinya telah gila. Ya, pemilik sepasang tangan yang menyembelih anaknya dalam mimpi itu tidak lain adalah dirinya sendiri. Khalil beranjak dari tempat tidur. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar, tak ingin istrinya terbangun. Ia melangkah menuju dapur untuk membuat kopi. Saat Khalil melewati kamar Yusak, tampak pintu kamarnya sedikit terbuka. Ia terus saja melangkah. Khalil merasa tak berani untuk menengok ke kamar anaknya. Khalil membuka pintu dapur. Tangannya meraih sakelar, menyalakan lampu. Jantung Khalil

description

Yang mengganggu Khalil malam itu adalah sebuah mimpi. Mimpi yang sama, berulang dalam tiga malam terakhir. Khalil takut mimpi itu akan datang lagi malam ini. Awalnya Khalil menganggapnya hanya mimpi buruk biasa. Namun ketika mimpi itu terus berulang, Khalil mulai khawatir, mimpi itu membawa pesan untuknya. Mimpi itu tentang Yusak, anak satu-satunya itu.

Transcript of MIMPI

Page 1: MIMPI

MIMPI-------------

Bagaikan pendaki gunung, Khalil terus bergerak untuk menuju ke puncak. Khalil sabar dengan geraknya; tenang, teratur, mengimbangi gerak Saraswati. Keduanya bergerak beriringan. Pada gerakterakhir, digamitnya tangan istrinya itu, hingga keduanya mencapai tujuan dengan bersamaan. Rebah di puncak berdua.

Remang cahaya kamar masuk kembali ke kesadaran mereka. Khalil turun, lalu berjalan keluar ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saraswati mengikuti di belakang. Sekembalinya dari kamar mandi, Saraswati menengok kamar Yusak. Anak tunggalnya itu memang sering lupa memakai selimut dan mematikan lampu kamar. Khalil langsung menuju pembaringan, merebahkan dirinya. Tak beberapa lama berselang, Saraswati menyusulnya dan kemudian istrinya itu segera terlelap.

Berbeda dengan istrinya, Khalil malam itu begitu susah memejamkan mata. Pandangannya mengarah ke langit-langit kamar, pikirannya berkeliaran.

Sesungguhnya Khalil tak punya banyak beban dalam hidup sehari-harinya. Pekerjaannya di perusahaan asuransi memberinya penghasilan cukup untuk menikmati hidup layak bersama keluarga kecilnya. Istrinya seorang wanita yang sabar, tidak banyak menuntut. Yusak, anak tunggalnya, baru saja masuk ke SMP favorit di kota ini. Tiada yang kurang dalam hidup keluarga Khalil.

Memang, pada awal pernikahan mereka, Khalil dan Saraswati menunggu cukup lama sebelum akhirnya dikaruniai anak. Hampir lima tahun usia pernikahan, barulah Saraswati hamil. Kehadiran Yusak dua belas tahun lalu membawa kebahagiaan bagi keluarga ini.

Yang mengganggu Khalil malam itu adalah sebuah mimpi. Mimpi yang sama, berulang dalam tiga malam terakhir. Khalil takut mimpi itu akan datang lagi malam ini. Awalnya Khalil menganggapnyahanya mimpi buruk biasa. Namun ketika mimpi itu terus berulang, Khalil mulai khawatir, mimpi itumembawa pesan untuknya. Mimpi itu tentang Yusak, anak satu-satunya itu.

Dalam mimpi itu, Khalil melihat anaknya terbaring di atas meja dapur. Tangan dan kaki Yusak terikat, mulutnya tertutup oleh selendang batik. Sepasang tangan tampak melilitkan tali tebal melingkari tubuh Yusak hingga ke bawah meja, sedemikian rupa sampai tubuh itu menyatu, tak bisabergerak dari meja. Tangan itu kemudian meraih sebilah golok.

Khalil masih menatap ke atas. Matanya berkaca-kaca mengingat kelanjutan mimpi itu. Tangan yangmemegang golok itu telah berpindah ke leher anaknya. Tampak tangan satunya memegang kuat-kuat kepala Yusak. Mata tajam golok menyentuh kulit di atas tenggorokan Yusak. Sesaat kemudian, golok itu bergerak, mengiris kulit leher Yusak. Darah mengucur. Kembali golok itu bergerak. Menembus tulang kerongkongan Yusak. Darah semakin deras mengucur. Setelah golok itu terangkat, tubuh Yusak mengejang, meregang nyawa. Bagian terakhir dari mimpi itu membuat Khalil merasa dirinya telah gila. Ya, pemilik sepasang tangan yang menyembelih anaknya dalam mimpi itu tidak lain adalah dirinya sendiri.

Khalil beranjak dari tempat tidur. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar, tak ingin istrinya terbangun. Ia melangkah menuju dapur untuk membuat kopi. Saat Khalil melewati kamar Yusak, tampak pintu kamarnya sedikit terbuka. Ia terus saja melangkah. Khalil merasa tak berani untuk menengok ke kamar anaknya.

Khalil membuka pintu dapur. Tangannya meraih sakelar, menyalakan lampu. Jantung Khalil

Page 2: MIMPI

berdesir saat lampu menyala. Tepat di atas meja dapur dilihatnya Yusak sedang terbaring di sana. Khalil terdiam, memastikan bahwa dirinya tak sedang bermimpi. Perlahan kemudian ia dekati anaknya itu. Jantung Khalil berdebar kencang.

“Yusak, Yusak...” Khalil pelan-pelan membangunkan anaknya. Yusak bergerak kemudian membuka matanya. Setelah penuh terbangun, ia tampak kebingungan.

“Ayah,” kata Yusak, “mengapa aku tidur di sini?”

Khalil terdiam. Justru pertanyaan itulah yang ingin dia tanyakan ke anaknya itu. Khalil memegang pundak Yusak dan menatap matanya.

“Ayah juga tidak tahu,” kata Khalil, “tadi Ayah ingin buat kopi dan melihatmu tertidur di sini. Apa kamu juga tidak ingat mengapa bisa tidur di dapur?”

Yusak menggeleng pelan. Tampak matanya menerawang, mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. “Aku tidak ingat sama sekali.”

Khalil menghela napas. “Ya sudah, tak apa-apa kalau begitu,” kata Khalil, “ayo kembali ke kamar.”

Khalil mengantar Yusak sampai ke kamarnya. Setelah Yusak menempatkan dirinya di tempat tidur, Khalil melangkah keluar. “Jangan lupa berdoa!” kata Khalil sebelum menutup pintu kamar anaknya.

Khalil terpaku di depan kamar anaknya itu. Kejadian tadi, Yusak tertidur tepat di meja yang sama dengan yang dilihatnya di mimpi, rasanya seperti pertanda, bahwa mimpinya bukan sekadar bunga tidur belaka.