Miliaria 25 Mei

download Miliaria 25 Mei

of 16

description

hhh

Transcript of Miliaria 25 Mei

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    1/16

    1

    MILIARIA

    I.

    PENDAHULUAN

    Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang disebabkan

    oleh oklusi di bagian intraepidermis kelenjar keringat ekrin hingga

    menyebabkan erupsi. Miliaria sering terjadi di daerah yang panas seperti

    daerah tropis dan sewaktu musim panas di negara empat musim. Etiologi dan

    patogenesis dari penyakit ini adalah sama bagi semua tingkat umur. Miliaria

    ditandai dengan adanya papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan

    gatal. Kata yang sinonim dengan miliaria adalah biang keringat, keringat

    buntet, liken tropikus dan prickle heat. Klasifikasi dari miliaria terdiri dari 4

    bentuk yaitu miliaria kristalina, miliaria rubra, miliaria profunda dan miliaria

    pustular.1,2,3

    II. EPIDEMIOLOGI

    Miliaria rubra banyak terjadi di daerah panas kelembapan yang tinggi,

    tetapi dapat juga terjadi di daerah lain. Sekitar 30 % orang yang tinggal di

    daerah tersebut bisa mengalami Miliaria. Miliaria dapat dilihat pada semua

    peringkat umur dan pada kedua-dua jenis kelamin secara sama rata. Anak-

    anak lebih banyak mengalami Miliaria disbanding orang dewasa. Ini

    menggambarkan bahwa bertambahnya kekuatan struktur saluran keringat

    sesuai bertambahnya umur. Kelainan ini banyak didapatkan pada anak-anak

    dan sering pada daerah tropis.Miliaria Kristalina sering didapatkan pada

    penyakit febril yang terkait dengan keringat yang berlebihan dan juga padabayi. Pada satu hasil studi dari Jepang, didapatkan 4.5% dari bayi menghidap

    kelainan ini dengan umur puncak 1 minggu kelahiran. Insidens bagi Miliaria

    Rubra pula banyak ditemukan di kawasan yang panas dan lembab, dengan

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    2/16

    2

    prevalensi 30%. Miliaria Profunda pula disebabkan oleh kerusakan yang lebih

    parah dari duktus keringat dan terjadi dari serangan berulang Miliaria Rubra.3

    III.

    KLASIFIKASI

    Miliaria adalah satu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga

    menimbulkan retensi keringat didalam kulit. Berdasarkan lokasi penyumbatan

    di kelenjar keringat, Miliaria dapat diklasifikasikan kepada empat tipe

    antaranya adalah :1,2,3

    1. Miliaria Kristalina

    Miliaria kristalina adalah milaria yang timbul akibat sumbatan superfisial

    di dalam stratum Korneum. Sumbatan ini menyebabkan saluran yang

    berada dibawahnya pecah dan timbul vesikular kecil yang tampak seperti

    kristal jernih.1,3

    2. Miliaria Rubra

    Miliaria rubra adalah milaria yang timbul akibat sumbatan sedikit lebih

    dalam yakni di dalam epidermis pada daerah stratum spinosum. Sumbatan

    ini menyebabkan saluran keringat pecah di dalam epidermis. Oleh itu,

    Vesikular terjadi didalam epidermis.1,3

    3. Miliaria Profunda

    Miliaria profunda adalah milaria yang timbul akibat sumbatan di bagian

    dermo-epidermal junction (papilla dermis). Oleh itu, vesikular yang terjadi

    di dalam dermis bagian superfisial.1,3

    4. Miliaria Pustulosa

    Miliaria pustulosa adalah miliaria yang didahului oleh penyakit kulit yang

    lain sehingga menimbulkan kerusakan dan sumbatan saluran klenjar

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    3/16

    3

    keringat. Sesetengah erupsi dari miliaria rubra akan menjadi pustul hingga

    menyebabkan miliaria pustulosa.1,3

    IV.

    ETIOLOGI

    Antara beberapa penyebab terjadinya miliaria yang telah dikenal pasti

    antaranya :

    1. Immaturitas dari saluran ekrin.

    Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang immatur yang

    memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini

    mengakibatkan terjadinya miliaria.6

    2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim.

    Miliaria biasanya terjadi pada individu yang pindah dari iklim tidak tetap

    ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah individu tinggal di

    kondisi panas dan lembab selama beberapa bulan.7

    3. Kondisi panas dan lembab.

    Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan demam mungkin dapat

    menyebabkan miliaria.8

    4. Penggunaan Obat-Obat tertentu.

    Terdapat obat-obat tertentu yang bisa menyebabkan milaria. Sebagai

    contoh, penggunaan Bethanecolpada pasien dengan gejalan retensi urin.

    Penggunaan obat ini bisa menyebabkan seseorang itu berkeringat secara

    berlebihan.8

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    4/16

    4

    V. PATOGENESIS

    Milaria merupakan retensi keringat yang disebabkan sumbatan

    kelenjar ekrin. Sumbatan ini menyebabkan erupsi yang sering terjadi di

    lingkungan panas dan lembap seperti di negara-negara tropis sewaktu musim

    panas. Staphylococcus epidermis, merupakan bakteri yang menghasilkan

    Extracellular polysaccharide substance (EPS) yang mampu menginduksi

    milaria karena polisakarida bisa menyumbat pengaliran keringat ke

    permukaan kulit. Penyumbatan ini menghambat pengeluaran keringat secara

    normal sehingga meningkatkan tekanan di dalam kelenjar keringat. Tekanan

    ini menyebabkan kelenjar keringat pecah dan terjadinya erupsi di lapisan kulit

    tergantung lokasinya.2,5

    Hidrasi yang berlebihan dari stratum korneum dalam suasana yang

    lembab dapat menyebabkan obstruksi terminal dari kelenjar keringat ekrin dan

    anhidrosis sekunder. Oklusi ini bisa terjadi bila suhu meningkat dan seseorang

    memakai pakaian yang menutup seperti popok. Reaksi perspirasi bertindak

    sebagai iritan karena konsentrasi natrium kloridanya yang tinggi hinggamenyebabkan pruritus. Oklusi juga bisa menyebabkan kegagalan sekresi

    normal dari kelenjar keringat dan suhu yang tertahan menyebabkan ruptur dari

    kelenjar keringat pada tingkat yang berbeda. Miliaria juga bisa terjadi apabila

    terdapat kerusakan pada intergritas duktus kelenjar keringat hingga

    menyebabkan sekresi keringat di lapisan epidermis. Faktor pencetus antaranya

    adalah paparan terhadap sinar ultraviolet, normal flora pada kulit dan juga

    episode berkeringat yang berulang.1,3

    1. Miliaria Kristalina

    Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis

    yaitu di stratum korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk.pada

    gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.1,3

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    5/16

    5

    2. Miliaria Rubra

    Patogenesisnya belum diketahui pasti. Terdapat 2 pendapat. Pendapat

    pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,

    penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan

    perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua

    mengatakan bahawa primer kadar garam yang tinggi pada kulit

    menyebabkan spongiosis dan infeksi sekunder terjadi pada muara kelenjar

    keringat.Staphylococcus diduga juga mempunyai peranan. Pada gambaran

    histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga

    menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.1,3

    3. Miliaria Profunda

    Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada

    dermal-epidermal junction(papilla dermis). Karena letak retensi keringat

    lebih dalam maka secara klinis lebih banyak berupa papul daripada

    vesikel. Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat

    yang pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi selradang.

    1,3

    4. Miliaria pustulosa

    Merupakan hasil dari erupsi miliaria rubra yang menjadi pustul.3

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    6/16

    6

    VI. GAMBARAN KLINIS

    1. Miliaria Kristalina

    Milaria kristalina mempunyai tanda khas yakni vesikula kecil-kecil

    jernih seperti Kristal dengan diameter 1-2mm, menyerupai titik-titik air

    pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya asimptomatik dan diketahui secara

    kebetulan pada pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah intertriginosa

    seperti ketiak dan leher serta badan. Vesikular mengelompok, dan mudah

    pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan ketika tersentuh oleh

    tangan. Pada bayi, lesi sering terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas

    badan. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada badan. Miliaria tipe ini

    dapat sembuh sendiri, cukup dengan menghindari panas, yang berlebihan,

    mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian yang tipis, dan menyerap

    keringat.3,6,7,8

    Gambar 1 : Miliariakristalina vesikel seperti tetesan air tanpa eritema.

    ( Dikutip dari kepustakaan nomor 2 )

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    7/16

    7

    2. Miliaria Rubra

    Milaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan eritem. Lesinya berupa

    papula, eritematous dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula. Lesinya

    ektrafolikikular ; ini membedakan dengan folikulitis. Papula pada Milaria

    rubra steril atau terinfeksi sekunder pada milaria luas dan kronis. Milaria

    rubra tidak mengenai muka dan bagian volar kulit, tetapi mengenai

    permukaan kulit yang istirahat, terutama pada punggung dan leher. Rasa

    gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan

    dengan rangsang yang menimbulkan keringat. Milariarubra yang luas dan

    berat dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas serta

    pingsan. Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina. Pada

    stadium akhir, anhidrosis terjadi pada kulit yang terkena.1,3,

    Gambar 2 : Miliaria rubra papul yang eritematous dan papulovesikel berdiameter kurang

    lebih 14 mm disertai dengan makula eritem,( Dikutip dari kepustakaan nomor 2)

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    8/16

    8

    3. Miliaria Profunda

    Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah tropis. Miliaria

    profunda biasanya timbul setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak

    gatal, berwarna seperti daging, lebih dalam, dan papul yang putih

    berukuran 13 mm. Asimptomatik biasanya kurang dari 1 jam setelah

    kepanasan yang berlebihan, dan terfokus pada ekstremitas. Selain

    wajah, aksilla, tangan, dan kaki, dan kemungkinan merupakan

    kompensasi dari hiperhidrosis, semua kelenjar keringat tidak

    berfungsi. Oklusi terdapat pada bagian atas dermis. Pada kasus yang

    berat yang memungkinkan terjadinya pengaliran panas, hiperpireksia

    dan takikardia dapat ditemukan.1,2

    Gambar 3: Miliaria profunda tidak gatal, berwarna seperti daging, lebih dalam, dan papul

    yang putih berukuran 13 mm. Asimptomatik.

    ( Dikutip dari kepustakaan nomor 2)

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    9/16

    9

    4. MiliariaPustulosa

    Miliaria pustulosa selalu didahului oleh beberapa dermatitis

    lainnya yang dihasilkan oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan

    saluran keringat. Pustulanya jelas, superfisial, dan terlepas dari folikel

    rambut. Pustula yang gatal, paling sering pada daerah intertriginosa,

    pada permukaan flekso ekstremitas, pada skrotum, atau pada bagian

    belakang pasien yang terbaring di tempat tidur. Dermatitis kontak,

    liken simpleks kronik, dan intertrigo dari gabungan beberapa penyakit,

    walalupun miliaria pustulosa dapat terjadi beberapa minggu setelah

    penyakit sembuh. Biasanya isi dari pustula bersifat steril, akan tetapi

    mengandung coccusnon patogenik.1,2,3

    Gambar 4:Miliaria Pustulosapustulanya jelas, superficial, dan terlepas dari folikel rambut.

    ( Dikutip dari kepustakaan nomor 2)

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    10/16

    10

    VII. DIAGNOSA BANDING

    Setiap jenis miliaria menunjukkan gambaran klinis yang jelas. Pada

    neonatus, miliaria rubra harus dibedakan dengan eritema toksikum

    neonatorum, pustulosis neonatus, kandidiasis dan penyakit vesikulopustular

    lain pada bayi baru lahir. Pada orang dewasa, miliaria rubra harus dibedakan

    dari kondisi lain yang terkait oklusi dan peningkatan keringat seperti

    folikulitis, kandidiasis dan penyakit Grover. Regresi dari miliaria profunda

    beberapa jam setelah ransangan fisik dan paparan terhadap suhu tinggi dapat

    dibedakan dari erupsi papul yang lain.

    11

    Diagnosa banding yang paling seringharus dibedakan dari miliaria adalah eritema toksikum neonatorum, folikulitis

    dan varisela zoster.

    1. Eritema toksikum neonatorum pada bayi

    Eritema toksikum neonatorum terjadi pada lebih dari separuh

    neonatus yang lahir aterm dan jarang pada bayi prematur yang

    beratnya kurang dari 2500 gram. Banyak kasus yang bermula dari

    24 sampai 48 jam setelah kelahiran. Terdapat 4 lesi kulit yang

    berbeda yang biasa timbul antaranya makula eritema, nodul, papul

    maupun pustul (atau vesikel). Papul dan pustul kecil, kira-kira 1-3

    mm. Iritasi mekanikal bisa menyebabkan lesi yang baru.11

    Gambar 5: Eritema toksikum neonatorum. Papulovesikel yang menyebar dengan tanda

    eritema. ( Dikutip dari kepustakaan nomor 11)

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    11/16

    11

    2. Folikulitis

    Keadaan umum pasien pada folikulitis superfisial adalah baik.

    Folikulitis pustular superfisial bermanifestasi dengan papul folikel

    yang dengan cepat berkembang menjadi pustul. Umumnya gejala

    bersifat asimtomatik, namun pada beberapa kasus dapat timbul

    gatal ringan yang dapat timbul akibat peradangan folikel

    rambut.1,3,12

    Gambar 6: Folikulitis. Terdapat banyak pustula kecil di folikel rambut pada semua bagian tubuh.

    ( Dikutip dari kepustakaan nomor 12)

    3. Varisela zoster

    Secara klinis ditandai oleh adanya lesi aktif dan disertai

    penyembuhan pada semua stadium perjalanan penyakit ini pada

    lokasi yang terkena infeksi. Lesi khas sembuh tanpa bekas luka,

    meskipun ekskoriasi atau superinfeksi bakteri sekunder adalahfaktor predisposisi pembentukan bekas luka.

    3,12

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    12/16

    12

    Gambar 7 :Dewdrop on rose petal merupakan karakteristik khas VZV.

    ( Dikutip dari kepustakaan nomor 13 )

    VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh

    karena itu, beberapa tes laboratorium cukup diperlukan. Pada miliaria

    kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal yang

    berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin.8

    Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam

    stratum spinosum, di bawah sumbatan keratin dan infiltrat radang

    kronis terdapat di sekitarnya dan di dalam vesikel serta mengelilingi

    dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi terlihat pada

    dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat terlihat coccus

    gram positif di bawah dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran

    keringat intraepidermal diisi dengan substansi amorf yang Periodic

    Acid Schiff (PAS) positif dan diastase resistant.14,15

    Pada miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut

    dermoepidermal dan pecahnya saluran keringat pada dermis bagian

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    13/16

    13

    atas dan juga adanya edema intraseluler periduktal pada epidermis

    (spongiosis) serta infiltrat radang kronis.3,16

    Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat dengan sel-

    sel mononuklear dan lekosit polimorfonuklear dan sumbatan ekrin

    pada taut dermoepidermal dengan gangguan pada sistem ekrin

    dermal.1,3

    Bukti morfologi dari sumbatan duktus seperti cincin keratin,

    protein PAS-positif atau kluster microorganism jarang dapat dilihat

    dari pemeriksaan lesi miliaria menggunakan mikroskop cahaya. Jadi,

    Holzle dan Kligman mengandaikan cincin keratin dan protein PAS-

    positif adalah akibat, bukan punca dari kerusakan duktus.2,14

    IX.

    TERAPI

    1. Non farmakologik

    Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol panas dan

    kelembaban sehingga keringat tidak distimulasi. Cara-caranya antara

    lain mengobati demam, tidak menggunakan pakaian yang tidak

    menyerap keringat, mencegah evaporasi, aktivitas yang terbatas,

    penggunaan air conditioner, atau pindah ke tempat yang iklim lebih

    dingin. Pengobatan yang paling efektif bagi miliaria adalah dengan

    menempatkan pasien ditempat berhawa dingin. Walaupun cuma satu

    malam dalam ruangan dingin dapat mengurangi rasa tidak selesa.1,2,13

    2. Farmakologik

    Pengobatan topikal seperti calamine, boric acid atau menthol dan

    penggunaan sabun pada waktu mandi dapat mengurangi rasa tidak

    selesa pada penderita, tetapi karena efeknya yang bisa membuatkan

    kulit menjadi kering, pemberian emolien seperti krim diperlukan untuk

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    14/16

    14

    mengelakkan kerusakan epidermis yang lebih parah. Losio faberi

    dapat pula diberikan, dengan komposisi :1

    Acid. Salicylic.1 %

    Talc. venetum10 %

    Oxyd. Zinc.10 %

    Amyl. Oryzae10 %

    Spiritus ad.200 cc

    Untuk memberikan efek antipruritus dapat ditambahkan

    mentholum atau camphora pada losio faberi. Pengobatan lanolinanhydrous yang dipercaya mencegah penyumbatan saluran, sehingga

    keringat dapat mengalir ke permukaan kulit dan mengembalikan

    sekresi normal keringat. Ointment yang hidrofilik dapat membantu

    menghilangkan plak laserasi dan membantu fasilitasi aliran keringat

    yang normal. Pada kasus yang ringan, bisa diberikan bedak bayi.1,2,13

    X. PROGNOSIS

    Prognosis miliaria secara umum adalah baik karena kebanyakan penyakit ini

    sembuh apabila pasien berpindah ke lokasi yang lebih dingin atau aplikasi

    pentalaksanaan yang tepat dilakukan.1,3

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    15/16

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Natahusada E. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima ed. Jakarta:

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 276-7 p.

    2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical

    Dermatology. 10th edition ed. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2006. 34-6 p.

    3. Harahap PDM. Gangguan Kalenjar Keringat In: Sastrodripodjo dS, editor.

    Ilmu Penyakit Kulit 1. Jakarta, Indonesia: Hipokrates; 2000. p. 245-7.

    4. Arenas R, Estrada R. Miliaria/ Dyshidrosis. In: Arenas R, Estrada R, editors.

    Tropical Dermatology. Georgetown, Texas United States: Landes Bioscience;

    2001. p. 301-3.

    5. Carter R, Garcia AM, Souhan BE. Patients presenting with miliaria while

    wearing flame resistant clothing in high ambient temperatures. Med Case Rep

    J. 2011 22 September 2011;5:1-4.

    6. Das SK, Amarendre M, Subbarao PV. Congenital Miliaria Crystallina

    Associated With Right-Sided Diaphragmatic Eventration- A Rare Case

    Report.IJSciAndTech. 2013;6(1):36-7.

    7. Dixit S, Jain A, Datar S, Khurana VK. Congenital miliaria crystallina-A

    diagnostic dilemma.MJAFI. 2012 5 January 2012;68:386-8.

    8. Tekin NS, Gurer MA, Erel A, Duver I. Widepsread Noninflammatory

    Vesicles In A Female Patient: Miliaria Crystallina. GMJ. 2001;12:149-50.

    9. Liaw F-Y, Huang C-F, Wu L-W, Chiang C-P. Acral Papular Rash In A 2-

    Year Old Boy.Fam Prac Res J. 2012 March 2012;61:157-9.

    10.

    Al-Hilo MM, Saedy SJA-, Alwan AI. Atypical Presentation of Miliaria inIraqi Patients Attending Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical

    Descriptive Study.Am J Dermat Venero2012:41-6.

    11.Callen JP, Horn TD, Mancini AJ, Salasche SJ, Schaffer JV, Schawarz T, et al.

    Bolognia: Dermatology. 2nd edition ed. Spain: Elsevier Inc.; 2008.

  • 5/21/2018 Miliaria 25 Mei

    16/16

    16

    12.Ely JW, Stone MS. The Generalized Rash: Part 1. Differential DIagnosis. Am

    Fam Physician. 2010 15 March 2010;81:726-34.

    13.Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook Of

    Dermatology. United Kingdom: Blackwell Publishing; 2008. 2233-6 p.

    14.Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.

    Disorder of eccrine and apocrine gland. In: Mauro TM, Goldsmith LA,

    editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 1 & 2. United States

    of America: McGraw-Hill Companies; 2008. p. 730.

    15.Donoghue AM, Sinclair MJ. Miliaria Rubra Of The Lower Limbs In

    Underground Miners. Occup Med J. 2000;50:430-3.

    16.Hunter J, Savin J, Dahl M. Sebaceous And Sweat Gland Disorders. In: Hunter

    J, Savin J, Dahl M, editors. Clinical Dermatology. third ed. Calton, Victoria,

    Australia: Blackwell Publishing; 2002. p. 161.

    17.Mohanan S, Behera B, Chandrashekar L, Kar R, Thappa DM. Bull's eye

    pattern in miliaria rubra.Australas J Dermatol2013 27 April 2013;10:1-3.