Mikro
-
Upload
fahmi-adha-nurdin -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
Transcript of Mikro
17
TINJAUAN PUSTAKA
Kompos
Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan
sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses
dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan
waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur,
sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang
melebihi 30 (Sutedjo, 2002).
Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara
makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah,
pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH
tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi
air (Novizan, 2007).
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam
sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi
tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi
hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di
samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino,
urea, garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol,
minyak dan lilin (Sutanto, 2002).
Penggunaan bahan organik (pupuk organik) perlu mendapat perhatian
yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi
Universitas Sumatera Utara
18
bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl).
Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk
organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi
kesuburan hayati tanah (Syafruddin, et al, 2008). Selain itu, Hakim (2008)
menyatakan humus dapat pula meningkatkan seskuioksida, yaitu oksida-oksida Al
dan Fe membentuk koloid protektif yang dapat mengurangi fiksasi P, sehingga P
lebih tersedia bagi tanaman.
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah.
Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah
yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat
dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat
pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang
berkualitas baik (Murbandono, 2000).
Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan
organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan),
mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan didekomposisi
Universitas Sumatera Utara
19
oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari
pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi
umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan
substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya
(Saraswati, dkk, 2006).
Kompos Tithonia diversifolia
Tithonia diversifolia merupakan tanaman yang banyak tumbuh sebagai
semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah
menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh
petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan
(Hartatik, 2007).
Pupuk organik berupa kompos Tithonia diversifolia merupakan sejenis
gulma yang dapat tumbuh di tanah-tanah terlantar, namun mengandung unsur hara
yang tinggi terutama N, P, K yaitu 3.5%, 0.38% dan 4.1% yang berfungsi untuk
meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca
dan Mg tanah (Hartatik, 2007).
Tithonia diversifolia segar terdiri dari 20% bahan kering dan berisi
nitrogen 4,6% DM. Daun Tithonia diversifolia berkonsentrasi fosfor luar biasa
besar (0,27-0,38% P). Kosentrasi tersebut lebih tinggi daripada tingkat yang
ditemukan pada tumbuhan polong kira-kira sebesar 0,15-0,20% posfor
(Wanjau, dkk, 2002). Menurut Hartatik (2007) bahwa pemberian
Tithonia diversifolia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk
buatan untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan
kandungan hara P, Ca, dan Mg tanah. Dari penelitian yang telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
20
Hakim, dkk, (2008) kompos Tithonia diversifolia dapat menggantikan 50% pupuk
buatan. Selain itu pemberian Tithonia diversifolia untuk meningkatkan kesuburan
tanah/produktivitas lahan (menurunkan Al, serta meningkatkan pH tanah,
bahan.organik, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg tanah, sehingga
meningkatkan produktivitas tanaman.
Kompos Chromolaena odorata
Tanaman Chromolaena odorata atau kirinyuh selama ini hanyalah
merupakan tanaman gulma yang banyak tumbuh di tepi atau di dalam
kebun/pekarangan yang masih bera. Tanaman ini tergolong dari famili Asteraceae
yang memiliki keunikan tanaman tersebut adalah dapat berkembang biak dengan
cepat dan mudah sekali membentuk rumpun. Tanaman Chromolaena odorata
mampu tumbuh dilahan marginal dan kekurangan air. Oleh karena banyaknya
keunggulan dari sifat yang survive tersebut membuat tanaman tersebut berpotensi
menjadi pupuk hijau sebagai pengganti pupuk buatan (Jamilah, 2006).
Chromolaena odorata merupakan tanaman potensial untuk di manfaatkan
sebagai sumber bahan organik karena produksi biomassanya tinggi. Pada umur
6 bulan Chromolaena odorata menghasilkan biomassa sebesar 11,2 ton/ha dan
setelah berumur 3 tahun mampu menghsilkan biomasa sebesar 277.7 ton/ha.
Biomassa gulma ini mempunyai kandungan hara cukup tinggi (2,65% N, 0,53% P
dan 1,9% K) (Suntoro et al, 1998).
Pemberian Trichoderma harzianum pada pengomposan
Chromolaena odorata dengan diberikan kronotriko menghasilkan ketersediaan N
lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan bioaktivator yang diberikan oleh
kompos lainnya. Dan pengaruh jenis bioaktivator dan bahan pengaya nyata
Universitas Sumatera Utara
21
terhadap pH. P-tersedia (ppm) dan P-total (%) kompos sangat di tentukan dalam
proses pembuatan kompos terhadap kualitas dan kandungan hara berbagai jenis
kompos. Secara umum pengaya kompos gulma Chromolaena odorata yang
hanya diberi tanah yang menghasilkan kadar P-total terendah hanya 1,65%,
dibandingkan dengan gulma Chromolaena odorata yang diberi guano.
Sedangkan kadar P cukup tinggi mencapai 18% P2O5 dari fosfat alam
(Wikimedia Fondution, 2007).
Mikroba Pelarut Fosfat
Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dalam
mengatasi rendahnya fosfat tersedia dalam tanah adalah memanfaatkan kelompok
mikroorganisme pelarut fosfat yang melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi
tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Pemanfaatan mikroorganisme
pelarut fosfat dalam mengatasi masalah P pada tanah masam
(Rao dan Sinha, 1963).
Pelarutan secara biologis terjadi karena mikrooganisme tersebut memang
menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan enzim yang akan dihasilkan oleh
ketersediaan fosfat rendah, proses mineralisasi bahan organik, senyawa diuraikan
menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan enzim
fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-
senyawa organik dalam bentuk tersedia (Lynch, 1983).
Beberapa peneliti membuktikan bahwa jenis-jenis fungi tertentu
mempunyai kemampuan lebih dibandingkan bakteri, dalam melarutkan AlPO4
berkisar 12-16 ppm AlPO4 yang diberikan pada media pertumbuhan dimana
Universitas Sumatera Utara
22
AlPO4 merupakan bentuk P kecil sukar larut dibandingkan disumber P lainnya.
Fungi pelarut P meningkatkan kadar fosfat terlarut hingga 27-47%
(Saraswati, dkk, 2006).
Pada tanah-tanah masam fungi lebih mampu melarutkan AlPO4
dibandingkan jamur. Aktivator selain mempercepat pengomposan, juga membuat
hasil pengomposan menjadi sempurna dengan mutu yang baik, karena
mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman (Musmanar, 2003).
Trichoderma harzianum Trichoderma harzianum secara umum fungi ini diklasifikasikan menjadi
Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes. Jenis jamur ini berfilamen dan
berkembang hebat di tanah-tanah, beberapa diantaranya menyukai pH rendah.
Jamur ini terdapat diseluruh horizon profil tanah tentu saja jumlah yang tersebar
lapisan permukaan tempat bahan organik tersedia cukup aerasinya
(Buckman dan Brady, 1982).
Trichoderma harzianum menghasilakan enzim β 1,3-Glucanase, chitinase,
dan proteinase yang mampu berperan dalam menghancurkan bahan-bahan yang
mengandung chitin, protein atau sebagai hiperparasit terhadap Rhizoctonia solani
Trichodernma harzianum dapat beraktivitas mendekomposisi bahan-bahan selama
masih adanya bahan organik yang dijadikan sumber makanan untuk
mikroorganisme, dan mikroorganisme ini akan terus bekerja (Anonimous, 2008).
Protein yang tinggi dalam kompos ternyata begitu mudah terurai oleh
Trichoderma harzianum sehingga menimbulkan tingginya kadar N-total pada
kompos dan seiring hal tersebut menurunkan nilai C-organik kompos.
Trichoderma harzianum efektif sebagai dekomposer pada bahan-bahan yang
Universitas Sumatera Utara
23
tinggi kadar sellulosa. Hal ini disebabkan karena Trichoderma harzianum mampu
menghasilkan enzim sellulase yang mampu menghidrolisis bahan-bahan yang
mengandung kadar sellulosa yang tinggi Pengaplikasian kompos dengan
perbedaan umur kompos dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme tanah hal
ini dikarenakan pemberian Trichoderma harzianum dan aktifitas mikroorganisme
tersebut masih berlangsung untuk mendekomposisi bahan organik karena
didalamnya terus terjadi penambahan sumber makanan untuk mikroorganisme
(Anonimous, 2008).
Batuan Fosfat
Defosit fosfat alam ditemukan diberbagai formasi geologi seperti defosit
sedimen, batuan beku dan defosit metamorfosa sebagai mineral pengikut. Secara
ekonomi defosit sedimen yang paling penting dan hampir 85%. Efektivitasnya
tergantung pada derajat kehalusan, kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman
(Hasibuan, 2006).
Batuan Fosfat mengandung 28% fosfor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini
terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk serbuk agak halus berwarna kuning
kecoklatan. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat. Reaksi
kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan tidak bersifat membakar
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelarutan fosfat di tanah merupakan
fungsi pH. Dalam kondisi pH rendah fosfat alam sulit larut dan kelarutan akan
meningkat dengan meningkatnya pH. Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam
pada lahan sulfat masam relatif lebih baik dibanding pemberian dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
24
TSP. Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P dalam bentuk TSP lebih baik
dibanding fosfat alam (Novizan, 2007).
Andisol
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu
vulkan, batu apung, sinder, lava dan sebagai bahan volkanistik, yang fraksi
koloidnya di dominasi mineral. Sifat andik ditemukan pada kedalaman 60 cm
teratas dari tanah mineral, dalam suatu lapisan yang tebalnya paling sedikit 35 cm,
kecuali bila terdapat kedalaman kurang dari 35 cm (Foth, 1994).
Data analisis tanah Andisol dari berbagai wilayah, menunjukkan bahwa
Andisol memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat (30-65%) sampai
berlempung kasar (10-20%) reaksi umumnya masam (5,6-6,5). Kandungan bahan
organik lapisan atas sedang-tinggi, dan lapisan bawahnya rendah, dengan nisbah
C/N tergolong rendah (6-10), kandungan P dan K potensial bervariasi sedang
sampai tinggi dari pada lapisan atas lebih tinggi dari pada lapisan bawahnya.
Dengan demikian potensi kesuburan alami Andisol termasuk sedang sampai
tinggi (Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005).
Tanah ini mempunyai sifat tanah andik, yaitu kadar bahan organik kurang
dari 25% dan kandungan bahan amorf (alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa
komplek Al-humus) cukup tinggi. Kandungan bahan amorf yang tinggi
menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat tinggi. Jerapan maksimum
lapisan atas tanah Andisol paling tinggi dibandingkan tanah lainnya, seperti:
Inceptisol, Ultisol, dan Oxisol. Akibatnya tanaman sering mengalami kekahatan P
Universitas Sumatera Utara
25
walaupun kadar P total di tanah ini tinggi sehingga tanaman memerlukan P dalam
jumlah banyak untuk mencapai pertumbuhan optimum (Soil Survei Staff, 1998).
Jagung (Zea mays)
Iklim yang dikehedaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-
daerah yang beriklim sedang hingga subtropis/tropis basah. Di daerah tropis juga
banyak ditanami jagung. Jagung dapat tumbuh didaerah antara 0°-50° Lintang
utara hingga antara 0°-40° Lintang selatan (AAK,1993).
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai
di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl.
Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl dapat
berproduksi baik dan di atas 800 m dpl pun jagung masih bisa memberikan
hasil yang baik pula (Purwono dan Hartono, 2005).
Aplikasi kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata terhadap pH,
C-organik, P-tersedia tanaman jagung serta berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan serapan-P jagung pada masa akhir vegetatif, hal ini dikarenakan
kompos Tithonia diversifolia dapat mencukupi hara esensial untuk ketersediaan
hara dan pertumbuhan tanaman jagung (Pratama, 2009).
Pemberian pupuk hijau Chromolaena odorata berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman jagung 5MST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman 3MST, 7MST juga pada produksi jagung. Kombinasi
Chromolaena odorata dan pupuk N dapat mempengaruhi sifat pertumbuhan dan
nutrisi tanaman (Damanik, 2009).
Universitas Sumatera Utara