METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN - e-repository.perpus...
Transcript of METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN - e-repository.perpus...
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN
(Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda
Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh GelarSarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH
NI’MAH KHOIRIYAH
NIM: 11111046
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
من جد وجد “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya”
ر كم من تـعلم القران وعلمه خيـ"Sebaik-sebaik orang di antara kamu adalah orang yang belajar
Al-Qur’an dan mengajarkannya."{HR. Bukhari}
vii
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-
orang yang penulis sayangi:
1. Orang tuaku tercinta H. Suharto Al-Abdul Hamid dan Hj. Sukamti Al-
Istiqomah yang senantiasa tiada hentinya memberikan kasih sayangnya,
nasihat, semangat dan keikhlasan do’a yang selalu tercurah kepada
penulis, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untuk mu.
2. Kakakku Mas Arief Zaenuddin dan Mbak Siti Roichatun, Adikku
Hidayatur Rohmaniyah, juga keponakan tercinta Naila Faizatur Rosyida
terima kasih atas do’a, cinta, motivasi dan dukungan kalian.
3. Bapak dan Abah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu
membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu
memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis mengaji dan hidup
mandiri. Semoga Allah memberikan umur panjang, kesehatan dan
ketaqwaan, dalam membimbing generasi penerus agama.
4. Sahabatku tercinta Khuzaimah, Nidhaul Husna, Ema Siti Rohyani yang
telah memberikan sebuah makna kebersamaan, kehangatan, semangat,
motivasi dan arahan yang berarti bagi penulis.
5. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafyah Pulutan terkhusus santri putri.
6. Teman-teman seperjuangan keluarga besar Al-Khidmah Kota Salatiga dan
Alkhidmah Kampus IAIN Salatiga.
7. Sahabat-sahabati ku keluarga besar PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga
viii
8. Keluarga besar dan kanda-yunda JQH Al-Furqon yang telah memberi
wawasan dan pelajaran berorganisasi yang loyal dan kebersamaan.
9. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga Woro Sri Kandhi dan BRIGSUS
Naga Sandhi yang memberikan wawasan dan pelajaran juga pengalaman
baru bagi penulis serta kebersamaan dan kedisiplinan dalam berorganisasi
yang solid.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Metode Menghafal Al-Qur’an (Studi Komparasi Pondok Pesantren
Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga).
Sholawat dan salam semoga senantiasa tersanjungkan kepada junjungan agung
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari peradaban zaman
jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama Islam
juga yang dinanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
ikhlas dalam membimbing, memberikan nasihat, arahan, serta masukan-
masukan yang sangat membangun dan pengorbanan waktunya untuk penulis
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
x
5. Bapak M.Gufron, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi bagi penulis selama aktif di
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh petugas admin Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan
penelitian berlangsung.
7. Abah KH. Achmad Mudzakir dan Ibu Nyai Hj. Sayyidah Bashiroh pengasuh
Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Abah KH.Munawir Munajad pengasuh
Pondok Pesantren Nazzalal Furqon yang telah memberikan izin penelitian
dan memberikan informasi bagi penulis
8. Mbak Ana Faizah beserta keluarga besar Pondok Pesantren Sabilul Huda, dan
Mbak Faizah Wahyu Hidayah, Mbak Annifatul Lailia beserta keluarga besar
Pondok Pesantren Nazzalal Furqon yang telah membantu dalam memberikan
informasi untuk keperluan penyelesaian skripsi.
9. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendidik, mencurahkan pengorbanan,
kasih sayang, nasehat, motivasi, dukungan dan do’a restu yang tiada henti
bagi keberhasilan studi penulis.
10. Teman-teman tercinta dan keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah
Pulutan Lor, Salatiga.
11. Teman seperjuangan angakatan 2011 terkhusus PAI B yang telah berjuang
dan belajar bersama di IAIN Salatiga.
12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Salatiga, 24 Februari 2016
Penulis
xii
ABSTRAKKhoiriyah, Ni’mah. 2015. Metode Menghafal Al-Qur’an Studi Komparasi Pondok
Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren NazzalalFurqon Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program StudiPendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.
Kata Kunci : Metode Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagisetiap muslim. Pondok pesantren tahfizhul qur’an, yaitu pondok pesantren yangmengkhususkan diri dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, pondok pesantrenkhusus menghafal Al-Qur’an yang mana setiap lembaga pendidikannyamempunyai karakteristik masing-masing dalam proses pembelajarannya danterkhusus pada metode-metode yang digunakan dalam pendidikan penghafalanuntuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas. Berdasarkan latarbelakang di atas, peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut:(1) Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul HudaBanyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga? (2) Apakahperbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok PesantrenSabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga?.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dandokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh dan beberapa santriyang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru danPondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga.
Hasil temuan penelitian menunjukkan: (1) Metode yang digunakan di PP.Sabilul Huda adalah tidak diterapkan metode khusus, metode memperbanyakmembaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metodesemaan sesama tahfidz, deresan wajib 1 hari 3 juz, dan metode yang digunakan diPP. Nazzalal Furqon adalah tidak diterapkan metode khusus, metodememperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metodetakrir, metode semaan sesama tahfidz, metode muroja’ah kelompok, metodederesan wajib ¼ juz. (2) Persamaan metode yang digunakan santri dalammenghafal Al-Qur’an di PP.Sabilul Huda Banyubiru dan PP Nazzalal FurqonSalatiga adalah metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal,metode wahdah, metode takrir, metode semaan dengan sesama tahdfidz, danmetode deresan wajib 3 juz. (3) Perbedaan metode yang digunakan dalammenghafal Al-Qur’an antara santri di PP Sabilul Huda Banyubiru, yaitu: metodederesan wajib 3 juz, sedangkan di PP Nazzalal Furqon Salatiga adalah metodemuroja’ah kelompok, dan metodederesan ¼ juz.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO.............................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
HALAMAN DEKLARASI.......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ............................................................................ 1
B. Fokus Penilitian...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
D. ManfaatPenelitian.................................................................................... 5
E. PenegasanIstilah ...................................................................................... 6
F. Metode Penelitian 9
G. Sistematika Penulisan............................................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Al-Qur’an. ........................................................................................... 16
1. Pengertian Al-Qur’an ........................................................................ 16
2. Nama-nama Al-Qur’an. ..................................................................... 17
3. Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an..................................................... 18
xiv
B. Adab Membaca Al-Qur’an ...................................................................... 21
C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an. .......................................................... 25
D. Metode Menghafal Al-Qur’an. ................................................................ 30
1. Metode Wahdah.................................................................................. 30
2. Metode Kitabah. ................................................................................. 30
3. Metode Sima’i. ................................................................................... 31
4. Metode Gabungan............................................................................... 31
5. Metode Jama’...................................................................................... 32
6. Metode Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz. .............................. 32
7. Metode Takrir. .................................................................................... 32
8. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an sebelum Menghafal.. .............. 33
9. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al-Qur’an. ........... 34
BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. GambaranUmumPondok Pesantren ........................................................ 38
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sabilul HudaBanyubiru . ......... 38
a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren. ........................................... 38
b. Lokasi Pondok Pesantren. .............................................................. 41
c. Tujuan Pondok Pesantren. ............................................................. 41
d. Struktur Kepengurusan. ................................................................. 42
e. Sarana Dan Prasarana. ................................................................... 43
f. Keadaan Santri ............................................................................... 44
g. Program Kegiatan. ......................................................................... 44
2. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir
Tengah Salatiga . ................................................................................ 48
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren. ......................................... 48
b. Lokasi Pondok Pesantren. ............................................................ 50
c. Visi dan Misi . .............................................................................. 51
d. Sarana dan Prasarana . .................................................................. 51
e. Keadaan Santri.............................................................................. 52
f. Program Kegiatan. ........................................................................ 53
xv
B. Temuan Penelitian. .................................................................................. 55
1. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP. Sabilul huda. ........................... 55
2. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP. Nazzalal furqon. ...................... 58
3. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an. .................................... 62
a. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an PP. Sabilul huda. .... 62
b. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an PP. Nazzalal
furqon............................................................................................. 64
BAB IV ANALISIS DATA
A. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda. ........ 66
B. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ... 69
C. Persamaan Metode Menghafal Al-Qur’an............................................... 72
D. Perbedaan Metode Menghafal Al-Qur’an............................................... 78
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren………………………………………………………………... 80
1. Kelebihan Metode Menghafal Al-Qur’an……………………………. 80
2. Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an………………………….. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 83
B. Saran......................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULISAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. SuratPermohonanIzinMelakukanPenelitian
2. SuratKeteranganMelakukanPenelitian
3. LembarKonsultasi
4. DaftarPertanyaan
5. Hasil Wawancara
6. Daftar Foto/ Gambar
7. Daftar SKK
xvii
DAFTAR GAMBAR
1. Bagian Depan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
2. Wawancara dengan Salah Satu Santri
3. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an Santri PP.Nazzalal Furqon
4. Kegiatan Muroja’ah Kelompok di PP. Nazzalal Furqon
5. Kegiatan Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz di PP. Nazzalal Furqon
6. Kegiatan Mengaji Kitab di PP. Nazzalal Furqon
7. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Abah Yai di PP. Sabilul Huda
8. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Ibu Nyai di PP. Sabilul Huda
9. Kegiatan Deresan Wajib 1 Hari 3 Juz di PP. Sabilul Huda
10. Kegiatan Mengaji Kitab di PP. Sabilul Huda
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar dan mulia yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan
sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sangat tepat, karena
tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi
mulia itu (Syihab,1999:3)
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi
setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan
alam sekitarnya (hablum min ‘alam). Untuk memahami ajaran Islam secara
sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten. (Al Munawar,2002:3)
Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai ilmu pengetahuan yang
manfaatnya yang sangat besar dan luar biasa bagi manusia untuk dipelajari.
Adapun berbagai macam ilmu pengetahuan dan manfaat tersebut tidak mudah
dan tidak mungkin untuk diperoleh tanpa adanya proses pendidikan.
1
2
Proses pendidikan adalah suatu usaha yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan individu dalam kelangsungan sepanjang
hidup di lingkup masyarakat.
Dalam mempelajari ilmu agama, salah satunya adalah ilmu Al-
Qur’an, dapat dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan seperti pendidikan di
lingkup pesantren. Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan ke-agamaan
yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga
pendidikan lainnya. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang
umumnya menetap di pesantren, yang biasa disebut dengan istilah pondok
atau pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai
sejarah panjang dan unik. Sesuatu yang unik pada dunia pesantren ialah
begitu banyak variasi antara satu pesantren dengan pesantren yang lain.
Namun begitu, dalam berbagai aspek dapat ditemukan kesamaan umum dan
variabel struktural seperti dalam bentuk kepemimpinan, organisasi
kepengurusan, dewan pengasuh atau kiai juga dewan asatidz atau dewan guru
dan bagian lainnya.
Begitu juga halnya dengan pesantren yang biasa disebut dengan
pondok pesantren tahfizhul qur’an, yaitu pondok pesantren yang meng-
khususkan diri dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, pondok pesantren
khusus menghafal Al-Qur’an yang mana setiap lembaga pendidikannya
mempunyai karakteristik masing-masing dalam proses pembelajarannya dan
terkhusus pada metode-metode yang digunakan dalam pendidikan
3
penghafalan untuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas.
Di zaman sekarang ini sudah banyak lembaga-lembaga atau instansi
pendidikan umum baik lembaga pendidikan negeri dan lembaga pendidikan
swasta yang di dalamnya mengkhususkan untuk mempelajari berbagai ilmu
Al-Qur’an seperti contoh sistem tahfizh Al-Qur’an atau dalam menghafal ayat
Al-Qur’an dari sebagian surat-surat Al-Qur’an atau surat-surat pendek
sebagaimana di kalangan pendidikan SD-sederajat, SMP-sederajat, dan SMA-
sederajat bahkan di jenjang perguruan tinggi seperti di Kampus IAIN Salatiga
ini dalam proses perkuliahannya terdapat mata kuliah Al-Qur’an, dan ciri
khas dalam mata kuliah tersebut adalah identik dengan menghafalkan
sebagian dari surat-surat Al-Qur’an yaitu sepertisurat-surat pendek atau surat-
surat Al-Qur’an pilihan. Hal tersebutlah yang menarik penulis untuk
mengadakan penelitian guna mengetahui karakteristik dua pesantren yang
mengkhususkan dalam pendidikan Al-Qur’an (menghafal Al-Qur’an) sebagai
pendidikan utamanya, tanpa menghilangkan tradisi kitab kuning didalamnya.
Pesantren yang menjadi objek penelitian ini adalah Pondok Pesantren
Nazzalal Furqon Tingkir Tengah dan Pondok Pesantren Sabilul Huda
Tegaron Banyubiru yang merupakan pesantren takhassus Al-Qur’an. Dimana
pendidikan utamanya adalah pendidikan Al-Qur’an (menghafal Al-Qur’an),
disamping itu diajarkan juga ilmu-ilmu agama lainnya, seperti ilmu nahwu,
tajwid, fiqih, akhlak, tarikh dan lain sebagainya.
Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah pondok pesantren tahfizhul
Qur’an yang mana para santri tidak hanya tertuju pada pendidikan di
4
pesantren, melainkan santri diperbolehkan mengikuti pendidikan formal di
tingkat sekolah. Sedangkan di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ini adalah
sebuah pondok pesantren takhassus menghafal Al-Qur’an yang notabenenya
benar-benar khusus untuk menghafal Al-Qur’an, yang mana di Pondok
Pesantren Nazzalal Furqon ini santri tidak diperbolehkan mengikuti
pendidikan formal di luar pesantren karena murni di fokuskan untuk
mempelajari Al-Qur’an di lingkup pesantren saja.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,
penulis bermaksud mencari karakteristik masing-masing pesantren dalam
metode menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan studi komparasi atau
perbandingan. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Metode
Menghafal Al-Qur’an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda
Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka fokus
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul
Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir
Tengah Salatiga?
2. Apakah perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren
Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga?
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan maka, penelitin
ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Tingkir Tengah Salatiga.
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok
Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Secara teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keilmuan
dalam bidang pengajaran Al-Qur’an, khususnya mengenai metode dalam
menghafalkan Al-Qur’an dengan mengetahui metode tahfizhul qur’an di
pondok pesantren yang menjadi obyek peneliti, dapat memberikan manfaat
motivasi dan semangat dalam menghafal dan juga bermanfaat di bidang
ilmu lainnya.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini secara praktis, akan menjadi bahan masukan
dan pertimbangan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi
pengajaran Al-Qur’an di pondok pesantren, dan tambahan informasi
6
wawasan ilmu sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas dalam
menghafal Al-Qur’an bagi para generasi qur’ani.
E. Penegasan Istilah
Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti
pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan
dengan judul di atas antara lain ;
1. Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu
tujuan. (Munir, 2006: 6)
2. Menghafal Al-Qur’an
Menghafal dalam bahasa Indonesia yang berarti menerima,
mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan
yang diperolehnya melalui pengamatan. (Munjahid, 2007: 74). Dalam
kamus bahasa Arab kata menghafal berasal dari kata hafizha-yahfazhu-
hifzhan yang (حفظ یحفظ حفظا) artinya memelihara, menjagadan menghafal
dengan daya ingatan atau memori.Sedangkan Al-Qur’an juga merupakan
bahasa Arab yang artinya bacaan atau yang dibaca.
Menghafal Al-Qur’an yang biasa dijuluki dengan sebutan hifzhi al-
Qur’an adalah menghafal Al-Qur’an, mengingat atau menjaga kemurnian
Al-Qur’an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani
yaitu dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas dengan maksud beribadah,
7
memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan
kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang
ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita
dengan jalan mutawatir. (Munjahid, 2007: 73-74)
3. Studi Komparasi
Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan fikiran untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, dapat juga berarti penyelidikan.
Komparasi atau analisis komparatif menggunakan logika perbandingan.
Menurut Aswarni Sudjud, penelitian komparasi akan dapat
menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang
benda-benda, tentang orang tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik
terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja.
Dapat juga membandingkan kesamaan dan perbedaan pandangan orang,
grup, negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-
ide. (Arikunto, 2010: 310)
Jadi, studi komparasi adalah suatu pelajaran atau penyelidikan
tentang perbandingan antara benda satu dengan benda yang lain, dapat
dilihat dari segi kesamaan benda dan perbedaan benda.
4. Pondok Pesantren
Menurut M. Arifin kata pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar,
dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
8
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau
beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta
independen dalam segala hal. (Qomar, tt: 2)
5. Sabilul Huda
Sabilul Huda adalah nama pondok pesantren yang terletak di
daerah Krajan Tegaron Banyubiru. Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah
sebuah asrama pendidikan Islam atau tempat untuk mempelajari agama
Islam khususnya untuk menghafal Al-Qur’an.
6. Nazzalal Furqon
Nazzalal Furqon adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di
Jl.Raya Tingkir Tengah Salatiga. Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
adalah sebuah asrama pendidikan Islam yang tidak jauh berbeda dengan
Pondok Pesantren Sabilul Huda yang mana notabenenya adalah tempat
untuk belajar agama Islam khususnya bagi para tahfizhul qur’an atau para
penghafal Al-Qur’an.
F. Metode Penelitian
Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian
ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau cara yang digunakan demi
keberhasilan sesuai hasil yang diinginkan. metode yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian
9
deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai metode menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi
dan terlibat secara langsung dalam aktivitas santri, terutama dalam
usahanya dalam memperoleh data dan berbagai informasi.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Sabilul Huda
terletak di Desa Krajan Tegaron Banyubiru dan di Pondok Pesantren
Nazzalal Furqon di Jl.Raya Tingkir Tengah Salatiga.
4. Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain (Moeleong, 1989:157). Data dalam penelitian
adalah semua data yang diperoleh dari informan yang dianggap penting
dan juga dihasilkan dari dokumentasi yang menunjang. Data yang penulis
peroleh berasal dari unsur-unsur yang terkait dengan judul yang diteliti.
Diantaranya pengasuh pondok pesantren, santri, dan ustadz di Pondok
Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi :
10
a. Observasi
Menurut Marshall, menyatakan bahwa melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
(Sugiyono, 2013: 226)
Pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap sumber data. Dalam hal ini peneliti akan langsung
melakukan pengamatan terhadap metode menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
untuk memperoleh gambaran umum tentang metode menghafal Al-
Qur’an pada objek yang diteliti.
b. Wawancara
Menurut Esterberg, wawancara adalah merupakan pertemuan
dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Sugiyono,2013: 231) ciri utama dari wawancara adalah kontak
langsung atau bertatap muka antara peneliti dengan narasumber atau
informan untuk mendapatkan sumber-sumber data atau informasi-
informasi data yang di-butuhkan oleh peneliti. Wawancara ini
dilakukan kepada pengasuh pondok pesantren (kiai), ustadz dan santri
yang sedang proses tahfizhul qur’an di pondok pesantren tersebut.
c. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
teknik pengumpulan data yang didapatkan bisa berbentuk tulisan,
11
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013:
240) metode ini digunakan untuk memperluas pengamatan dan
wawasan juga dalam pengumpulan data dari kedua pondok tersebut.
6. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan teknik analisis diskriptif komparatif.
a. Analisis deskriptif
Metode ini sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek/ objek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya (Nawawi, 1990: 100) analisis ini di-gunakan untuk mengetahui
keadaan atau fakta-fakta yang terdapat pada kedua pondok pesantren
yang diteliti dalam metode menghafal Al-Qur’an.
b. Analisis komparatif
Analisis komparatif merupakan logika perbandingan komparasi
yang dibuat adalah komparasi fakta-fakta replikatif. Dari komparasi
fakta-fakta dapat dibuat konsep atau abstraksi teoritisnya. Dari
komparasi dapat dibuat generalisasi untuk membantu memperluas daya
prediksinya. (Muhadjir, 1994: 88) analisis ini digunakan untuk
mengetahui perbandingan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an
dari kedua pondok pesantren yang diteliti.
12
7. Pengecekan keabsahan data
Untuk keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam
menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Metode yang digunakan dalam
pengecekan keabsahan data yaitu :
a. Triangulasi sumber
Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda.
b. Triangulasi metode
Yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan
metode yang sama (Moeleong, 2008: 330-331)
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap pra-lapangan,
tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini, peneliti harus menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan
menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian. Untuk penelitian ini karna menggunakan
perbandingan antar dua tempat yang berbeda yaitu melakukan
penelitian di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren
13
Nazzalal Furqon, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berupa
rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, memilih
dan menentukan informan, serta menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan
dalam penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Dibagi atas tiga bagian, yaitu:
(1) memahami latar penelitian dan persiapan diri
(2) memasuki lapangan, dan
(3) berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap analisis data
Penulis menganalisis hasil temuan data dari penelitian baik
secara lisan ataupun tulisan. (Moeleong, 2008: 127-148)
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut ;
1. Bagian Awal
Pada bagian awal meliputi ; sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto
dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan
daftar lampiran.
2. Bagian inti
Pada bagian inti terdiri dari beberapa bab, yaitu ;
14
Bab I ; Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II ; Landasan Teori. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang
menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi ; pengertian dan keutamaan
Al-Qur’an, adab membaca Al-Qur’an, keutamaan menghafal Al-Qur’an,
dan metode menghafal Al-Qur’an.
Bab III ; Paparan data dan hasil penelitian. Berisi tentang gambaran umum
dari kedua pondok pesantren yang meliputi : sejarah berdirinya, letak
geografis, visi dan misi, struktur kelembagaan, sarana dan
prasarana,keadaan santri, program kegiatan. Hasil wawancara tentang
metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron
Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah
Salatiga.
Bab IV ; Analisis Data. Bab ini berisikan tentang analisis komparasi
metode menghafal Al-Qur’an antar kedua pondok pesantren , dari segi
penerapan, persamaan dan perbedaannya.
Bab V ; Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan, dan saran.
3. Bagian akhir
Pada bagian akhir ini termuat ; daftar pustaka, riwayat hidup penulis dan
lampiran-lampiran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Kitab suci kaum muslimin yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya, secara populer
dirujuk dengan nama Al-Qur’an .(القران)
Menurut Djalal (2013: 4) secara bahasa kata Al-Qur'an merupakan
mashdar yang maknanya sinonim dengan kata qira'ah (bacaan). Al-Qur'an
dengan arti qira'ah ini, sebagaimana dalam firmanAllah SWT :
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan-nya (di
dadamu) dan (membuatmu) pandai membacanya. Apabila Kamitelah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu”. (QS.Al-Qiyamah/75:17-18)
Ada pendapat para ulama' lain yang menerangkan pengertian Al-
Qur'an menurut bahasa ini, yakni:
a. Az-Zujaj (wafat 311 H) mengatakan bahwa lafal Al-Qur'an itu berupa
isim sifat, ikut wazan fu'lan yang diambil dari kata: Al-Qar'u yang berarti
kumpul pula. Sebab, semua ayat, surah, hukum-hukum, dan kisah-kisah
Al-Qur'an itu berkumpul menjadi satu. Al-Qur'an mengumpulkan intisari
semua kitab-kitab suci dan seluruh ilmu pengetahuan. Sesuai dengan
firman Allah swt:
16
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untukmenjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dankabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S.An-Nahl/16: 89 )
b. Al-Farra' (wafat 207 H) mengatakan, bahwa kata Al-Qur'an itu berupa
isim musytaq ikut wazan fu'lan, diambil dari lafal Al-Qara'in, bentuk
jamak dari kata qarinah yang berarti bukti. Kitab Al-Qur'an dinamakan
demikian, karena sebagiannya membuktikan kebenaran sebagian yang
lain. (Djalal, 2013: 5-6)
Menurut istilah yang dikutip dari Muhammad Ali Ash-Shobuny, Al-
Qur’an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu’jizat)
yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul yang terakhir dengan perantara
Malaikat Jibril, tertulis dalam beberapa mushaf, dipindahkan (dinukil)
kepada kita secara mutawatir, merupakan ibadah dengan membacanya,
dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
(Munjahid, 2007: 25-26).
2. Nama-nama Al-Qur'an
Selain memiliki nama Al-Qur'an, menurut Thanthawi (2013: 30-32)
wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw tersebut juga memiliki nama yang
lain, di antaranya yaitu:
a. Al-Furqan, karena kitab suci ini membedakan antara yang benar dan
yang salah. Allah swt berfirman:
17
Artinya: "Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-
Qur'an) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi pemberiperingatan kepada seluruh alam." (QS. Al-Furqaan/25: 1)
b. Al-kitab, hal ini didasarkan pada firman-Nya
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-
Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakankebengkokan di dalamnya." (QS. Al-Kahfi/18: 1).
c. Adz-Dzikr, di dalam Al-Qur'an disebutkan:
Artinya: "Dan Al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang
mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka,mengapakah kamu mengingkarinya?" (QS. Al-Anbiyaa'/21:50)
3. Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an
Sebagaimana kita ketahui Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman umat manusia,
dengan begitu Al-Qur'an sudah pasti mempunyai keutamaan-keutamaan
yang luar biasa bagi umat manusia, diantaranya:
a. Al-Qur’an adalah cahaya
Al-Qur’an sebagai cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup
seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya Al-
Qur’an dan cahaya iman. Allah berfirman:
18
Artinya: " Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (AlQuran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklahmengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pulamengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan AlQuran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yangKami kehendaki di antara hamba-hamba kami. danSesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepadajalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura/42: 52)
b. Al-Qur'an sebagai rahmat, petunjuk dan obat, Allah swt berfirman:
Artinya: "Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kaliannasehat dari Rabb kalian (yaitu Al-Qur'an), obat bagi penyakityang ada dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orangyang beriman." (QS. Yunus/: 57) (http://muslim.or.id)
Al-Qur'an begitu besar kemuliaannya, Menurut Sugianto (2004: 32-
34) di dalam Al-Qur'an banyak sekali keutamaan yang di dapat-kan, seperti
halnya keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur'an sebagai berikut:
1. Membaca Al-Qur’an di dalam ajaran Islam dinilai sebagai ibadah. Dan
orang yang membacanya dijanjikan pahala di sisi Allah swt.
2. Al-Qur’an dapat memberikan syafa’at kepada para pembacanya dan
dapat memasukkannya ke dalam surga.
19
3. Al-Qur’an merupakan sebaik-baik bacaan orang mukmin
4. Al-Qur’an sebagai obat dan penawar
Menurut Syu'aib (2012: 47-49) keutamaan membaca dan mengkaji
Al-Qur'an telah disebutkan dalam firman Allah swt:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt,
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yangKami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akanmerugi agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahalamereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya.Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi MahaMensyukuri." (QS. Fathir/35:29-30)
Dan juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah
radhyallahu 'anha:
ها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الماهر عن عائشة رضي الله عنـشاق له بالقرأن مع السفرة الكرام البـررة, والذي يـقرأ القرأن ويـتتـعتع فيه , وهو عليه
)٢/١٩٥رواه مسلم أجران
Artinya: Dari Aisyah radhyallahu ‘anha, dia berkata, “Rasulullah saw telahbersabda, ‘Orang yang membaca Al-Qur'an dengan fasih danlancar akan dikelompokkan dengan orang-orang yang mulia.Orang yang membaca Al-Qur’an dengan tidak lancar, namun iaberupaya untuk membacanya, maka ia akan mendapat duapahala.’”{Riwayat Muslim 2/195} (Al-Albani, 2012: 802)
20
Apabila di suatu lingkungan ada seorang penghafal Al-Qur’an, ia
berhak untuk didahulukan menjadi imam atau pemimpin dalam
permasalahan agama, lebih-lebih dalam ibadah sholat. Dan Ibnu Mas'ud Al-
Anshari Al-Badri ra., meriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda :
نـوا فى ؤم القوم أقـرؤهم لكتاب اهللا فان كانـوا فى القراءة سواء فأعامهم بالسنة فان كايـ الرجل السنة سواء فأقدمهم هجرة فإن كانوا فى الهجرة سواء فأقدمهم ساما وال يـؤمن
الرجل في سلطانه وال يـقعد في بـيته على تكرمته إال بإذنه Artinya: "Orang yang menjadi imam dalam suatu masyarakat adalah orang
yang paling hafal kitab Allah (Al-Qur’an) di antara mereka.Apabila mereka sama dalam hafalan maka yangmaka yang lebihdahulu masuk Islam. Sungguh, jangan sekali-kali seorang laki-lakimenjadi imam atas laki-laki lain di hadapan orang tersebutdanjangan duduk di rumahnya sebagai bentuk penghormatan kecualiatas izinnya." {HR. Muslim}(Zawawie, 2011: 77-78)
B. Adab Membaca Al-Qur’an
Dinamakan kitab suci,membaca Al-Qur'an di dalam ajaran Islam di nilai
sebagai ibadah. Diwajibkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Sebab,
membaca Al-Qur’an dapat mengangkat derajat, menghapus segala kejelekan,
mendidik akhlak, mencerahkan jiwa,serta orang yang membacanya dijanjikan
pahala di sisi Allah. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah danmendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kamianugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi ” (QS.Al-Faathir/35: 29)
Terkait dengan hal ini,Rasulullah Saw bersabda :
21
بعشر أمثالها, ال أقـول : حرف, ولكن واحلسنة من قـرأ حرفا من كتاب الله فـله حسنة, الماري ألف حرف, و الم حرف, و ميم حرف. ( رواه البخ
والترمذي والحاكم )Artinya: “Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia akan
mendapatkan sebuah kebaikan. Dan satu kebaikan tersebut dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak pernah berkata alif laam miimitu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf, lam satu huruf, dan mimsatu huruf.”{HR. Bukhori dan Tirmidzi }(Al-Albani, 2013: 236-237)
Di dalam buku Ahsin (2000: 32-34) diterangkan dalam membaca kitab
suci Al-Qur’an pun terdapat anjuran-anjuran atau etika yang dianjur-kan bagi
orang yang membaca Al-Qur’an untuk dapat memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu, karena ia termasuk dzikrullah yang
paling utama.
Rasulullah saw bersabda:
أفضل عبادة أمتى تالوة القران ( رواه البيهقى )
“Dari An-Nu’man bin Basyir r.a., bahwa Nabi saw bersabda: Yangpaling utama dari ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.”{HR.Al-Baihaqi}.
2. Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan untuk
menjaga keagungan Al-Qur’an.
3. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat.
Allah berfirman:
Artinya:"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu'."(QS. Al-Isra'/17: 109)
22
4. Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.
5. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur’an.
Allah berfirman:
Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur'an hendaklah meminta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. An-Nahl/16: 98)
6. Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan surah
At-Taubah.
7. Membacanya dengan tartil.
Allah berfirman:
Artinya: "Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS. Al-
Muzamil/73: 4)
8. Tadabur/ memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya.
Allah berfirman:
Artinya: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yangpenuh dengan berkah supaya kamu memperhatikan ayat-ayatnya."(QS. Shaad/38: 29)
9. Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan
suara yang keras lebih utama, sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi
berikut ini:
23
ثـنا إسمعيل بن عياش, عن بحير بن سعد, عن خالد بن ثـنا الحسن بن عرفة : حد حدبن عامر , قال : سمعت رسول الله عقبة معدان , عن كثير بن مرة الحضرمي , عن
ليه وسلم يـقول : الجاهر بالقرأن كالجاهر بالصدقة , والمسر بالقرأن صلى الله ع كالمسر بالصدقة.
Artinya : Al-Hasan bin Arafah menceritakan kepada kami, Ismail bin Ayasymenceritakan kepada kami, dari Bahir bin Sa’ad, dari Khalid binMa’dan, dari Katsir bin Murrah Al-Hadhrami, dari Uqbah binAmir, ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda:“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras samadengan orang yang bershadaqah secara terang-terangan.Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara pelan,maka ia sama dengan orang yang bershadaqah secara sembunyi-sembunyi.”(Al-Albani, 2013: 240)
10. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.
ن عن أبي هريـرة رضي الله عنه أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يـقول : ما أذ الله لشيء ما أذن لنبي حسن الصوت يـتـغنى بالقرأن , يجهربه .
Artinya:Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya ia pernah mendengarRasulullah saw bersabda, “Allah memperbolehkan melagukansesuatu menyamai bacaan seorang nabi yang bersuara bagusdalam melagukan Al-Qur’an dengan suara yang kuat.” {HR.Muslim 2/192} (Al-Albani, 2012: 806)
C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur'an merupakan suatu perbuatan yang sangat ter-puji
dan mulia. Karena menghafal adalah dasar dari pembelajaran Al-Qur'an yang
mana Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah melalui Malaikat Jibril secara
bertahap atau mutawatir. Menghafal Al-Qur'an mengandung sikap meneladani
Nabi saw. Di sini akan dijelaskan terlebih dahulu pengetahuan mendasar
menghafal Al-Qur'an, yaitu:
24
Secara etimologi, menghafal merupakan bahasa Indonesia yang berarti
menerima, mengingat, menyimpan, memproduksi kembali tanggapan-
tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan.
Menghafal dalam bahasa Arab berasal dari kata hafizha-yahfazhu-
hifzhan .yang artinya : memelihara, menjaga, dan menghafal (حفظ_یحفظ_حفظا)
Orang yang hafal seluruh Al-Qur’an, oleh masyarakat dijuluki atau diberi gelar
sebagai seorang yang (hafizh).
Pada zaman Rasulullah saw saat menerima wahyu dan mengajarkan Al-
Qur’an kepada para sahabat dengan cara hafalan. Karena Nabi Muhammad saw
adalah seorang nabi yang ummi, yakni tidak pandai membaca dan menulis.
Setelah suatu ayat diturunkan dan diterima oleh beliau, maka segeralah beliau
menghafalnya dan segera pula beliau mengajarkan kepada para sahabatnya,
sehingga benar-benar me-nguasainya, serta menyuruhnya agar mereka mereka
menghafalnya. (Ahsin, 2000: 5-6)
Orang-orang yang mempelajari, membaca, atau menghafal Al-Qur’an
merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk menerima
warisan kitab suci Al-Qur’an.
25
Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kamipilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yangMenganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yangpertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahuluberbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karuniayang Amat besar.” (QS. Al-Faathir/35: 32)
Dan disebutkan dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:
: قال رسول الله ص.م. : إن الله عز وجل اهلين من الناس عن انس رضي الله عنه قال القران هم اهل الله وخاصته قال : قيل من هم يارسول الله ؟ قال : اهل
( رواه احمد وابن ماجه والدارمى والنساء )
Artinya: “Dari Anas r.a. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:Sesunngguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari paramanusia. Kata Anas selanjutnya: Lalu Rasulullah saw ditanya:Siapakah mereka itu wahai Rasulullah? Jawab beliau: Yaitu Ahlul-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewabaginya. ” {HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ad-Darami}.(Ahsin, 2000: 26-27)
Ada beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut hadits
Rasulullah saw, diantaranya adalah sabda Rasulullah Saw. Sebagai berikut:
ا, يـفوح تـعلموا القران واقـرءوه, فإن مثل القران لمن تـعلمه فـقرأه, كمثل جرا بمحشو مشك ريحه في كل مكان ومن تـعلمه فـيـرقد وهو في جوفه فمثـله كمثل جراب أو كيا على
مسك
Artinya:“Pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah, sesungguhnya perumpama-anorang yang mempelajari Al-Qur’an dan membacanya adalah sepertitempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar kemana-mana. Barang siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidurdan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah sepertitempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik”. {HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, serta Ibnu Hibban}.
Dari hadits ini nampak jelas keutamaan menghafal Al-Qur’an, hingga
Rasulullah mengibaratkan seperti minyak misik, dengannya berarti seseorang
26
yang memakainya memberikan bau wangi kepada orang-orang dan lingkungan
di sekelilingnya. Dengan demikian orang yang menghafal Al-Qur’an
diharapkan dan hampir dapat dipastikan dapat memberikan manfaat kepada
orang lain dan lingkungan.
Begitulah balasan Allah kepada orang yang menghafal Al-Qur’an.
Dalam hadits yang lain juga dijelaskan bahwa cahaya penghafal Al-Qur’an
nanti di akhirat akan dapat menyentuh kedua orang tuanya yang hal ini semua
disebabkan berkah Al-Qur’an. (Munjahid, 2007: 73-75)
Masyarakat memberikan kedudukan yang tinggi pada orang yang
menghafal Al-Qur’an, ini didukung oleh beberapa hadits Rasulullah. Berikut
ini adalah keutamaan menghafal Al-Qur’an antara lain, adalah:
a. Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat di antara manusia
lain. Dari Umar bin Khaththab ra., bahwa Nabi Muhammad saw telah
bersabda:
إن الله يـرفع بهذا الكتاب أقـواما ويضع به اآلخرين Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kamu dengan kitabini dan menjatuhkan yang lain.” {HR. Muslim}
b. Termasuk sebaik-baik umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
ر كم من تـعلم القران وعلمه خيـArtinya: "Sebaik-sebaik orang di antara kamu adalah orang yangbelajar Al-Qur’an dan mengajarkannya."{HR. Bukhari} (Al-Albani,2013: 736)
c. Orang yang hafal Al-Qur’an selalu diliput dengan rahmat Allah, dan
mendapatkan cahaya Allah.
d. Yang paling berhak memimpin. Rasulullah saw bersabda:
27
يـؤم القوم أقـرؤهم الكتاب الله Artinya: "Yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang palingbagus bacaan Al-Qur'annya." {HR. Muslim}
e. Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga.
f. Orang yang hafal Al-Qur’anmenemani para Nabi kelak di hari akhir dan
termasuk golongan yang tidak peduli terhadap hisab, tidak terkejut sewaktu-
waktu sangkakala ditiup dan tidak susah pada hari kegelisahan yang sangat
besar. (Sugianto, 2004: 37-40)
Untuk mencapai kemuliaan atau keutamaan menghafal di atas, maka
perlu diperhatikan dalam hal yang berkaitan dengan menghafal Al-Qur'an,
Menurut Sugianto (2004: 52-54) sebelum memulai untuk menghafalkan Al-
Qur'an, seorang penghafal hendaknya memenuhi beberapa syarat,yaitu:
1. Persiapan pribadi, yakni niat yang ikhlas dari calon penghafal, keinginan,
pandangan dan usaha keras serta tanpa adanya paksaan dari siapa pun.
2. Bacaan Al-Qur'an yang benar dan baik, hal ini diutamakan dalam langkah
menghafalkan Al-Qur'an. Dengan demikian, akan menghasilkan hafalan
yang benar dan baik pula.
3. Mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi wanita yang sudah
menikah. Karena hal ini juga dapat mendukung dalam proses menghafal Al-
Qur'an.
4. Memiliki sifat mahmudah (terpuji) yakni, menerapkan dalam hidup yang
amar ma'ruf nahi munkar .
5. Kontinuitas (Istiqomah) dalam menghafal Al-Qur'an, yakni memiliki
kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat, maupun disiplin materi hafalan.
28
6. Sanggup memelihara hafalan Al-Qur'an dengan baik, seorang penghafal Al-
Qur'an haruslah mempunyai tekad kuat untuk selalu menjaga hafalannya
dengan baik.
7. Mempunyai mushaf sendiri atau mushaf khusus untuk menghafal dan tidak
berganti-ganti mushaf dari mulai menghafal sampai khatam menghafal.
Karena dengan ini akan dapat mempermudah penghafal untuk menghafal
Al-Qur'an melainkan dapat membantu mengingat tulisan bahkan tata letak
ayat hafalan.
D. Metode Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu kegiatan belajar. Di dalam
menghafal Al-Qur’an ada beberapa model atau metode yang mungkin bisa
dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-
Qur’an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam
mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an. Metode-metode itu di
antara lain ialah:
a. Metode Wahdah
Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu per satu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal,
setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali atauberulang-ulang sesuai
kemampuan penghafal sehingga proses ini mampu membentuk pola
bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu meng-kondisikan
ayat-ayat yang dihafalkannya dalam bayangannya, hingga dapat membentuk
29
gerak refleks pada lisannya. Demikian selanjutnya, sehingga semakin
banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif.
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal menulis terlebih
dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya. Kemudian ayat ter-sebut dibaca
hingga lancar dan benar bacaannya. Metode ini cukup praktis dan baik,
karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam
bayangannya.
c. Metode Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah
mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat
efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi
penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum
mengenal tulis dan baca Al-Qur’an.
Menurut Munjahid (2007:120) menghafal Al-Qur’an dengan metode
mendengarkan (sima’i) ini memiliki keuntungan, seorang penghafal akan
cepat lancar baik sambungan antar ayat satu dengan ayat berikutnya. Namun
metode ini juga terdapat kelemahan yaitu pada jangka panjang jika seorang
penghafal lupa akan sulit untuk mengingatnya, karena tidak ada bayangan
terhadap tulisan dan letak ayat pada mushaf.
30
d. Metode Gabungan
Menurut Ahsin (2000: 65-66) metode ini merupakan gabungan
antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan
metode kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki
fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.
Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk
menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan. Karena
dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.
Menurut Munjahid (2007: 120) dari metode-metode di atas dapat
dipilih oleh seorang penghafal Al-Qur’an sesuai dengan keinginan dan
kecocokan atau kondisi masing-masing.
e. Metode Jama’
Yang dimaksud metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan
secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau
bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Cara ini termasuk metode
yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilang-kan
kejenuhan, di samping akan banyak membantu menghidupkan daya ingat
terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.
f. Metode Semaan dengan Sesama Teman Tahfizh
Menurut Alawiyah Wahid (2014:98-99) maksud dengan metode ini
adalah semaan Al-Qur’an atau tasmi’ (memperdengarkan hafalan kepada
orang lain), misalnya kepada sesama teman tahfidz atau kepada senior yang
lebih lancar merupakan salah satu metode untuk tetap memelihara hafalan
31
supaya tetap terjaga, serta bertambah lancar. Kegiatan ini bisa dilakukan
dengan semaan Al-Qur’an bersama seperti halnya kegiatan rutin pondok
pesantren di tiap minggunya.
g. Metode Mengulang atau Takrir
Menurut Alawiyah Wahid (2014:75) metode takrir maksudnya
adalah mengulangi kembali hafalan yang sudah dihafalkan atau hafalan
yang sudah disetorkan kepada guru atau kyai secara terus-menerus dan
istiqomah. Ini bertujuan supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga,
berkualitas baik, kuat dan lancar. Mengulang bisa dilakukan dengan sendiri
atau didengarkan oleh guru atau yang lain.
h. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an sebelum Menghafal
Selain metode di atas, Alawiyah Wahid (2014:102-103) juga
mengemukakan suatu metode untuk mempercepat menghafalkan Al-Qur’an
ialah memperbanyak membaca Al-Qur’an sesering mungkin sebelum
menghafalkan Al-Qur’an. Yang mana tujuannya untuk mengenal terlebih
dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing dengan ayat-ayat
tersebut, sehingga lebih mudah dalam meng-hafalkannya. Semakin sering
membaca Al-Qur’an (bin-nadzri), maka akan semakin mudah
menghafalkan. Contohnya, jika seseorang sering membaca surat Al-
Faatihah dan Yaasiin atau surat-surat lain yang sering dibaca, maka lama
kelamaan menjadi hafal dengan sendirinya karena seringnya dibaca.
Hal tersebut sering dilakukan oleh ulama-ulama salaf. Mereka
mempraktikkan metode sering membaca Al-Qur’an atau materi lainnya
32
sampai menjadi hafal dengan sendirinya. Dan metode tersebut juga sangat
cocok dan dapat membantu bagi orang-orang yang mempunyai daya ingat
agak lemah.
i. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al-Qur’an
Setiap santri atau murid ataupun seseorang yang menghafalkan Al-
Qur’an wajib menyetorkan hafalannya kepada seorang guru, atau kiai. Hal
ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan.
Dengan menyetorkannya kepada seorang guru, maka kesalahan tersebut
dapat diperbaiki.
Sesungguhnya, menyetorkan hafalan kepada guru yang tahfidz
merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Pada
dasarnya, Al-Qur’an diambil dengan cara talaqqi (berguru kepada ahlinya),
dan sangat di sarankan untuk belajar dari lisan para ulama yang mempunyai
keahlian atau pakar mengenai lafal-lafal Al-Qur’an. Sehingga, seorang
murid tidak terjerumus dalam kekeliruan ketika membaca atau
mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim.
Dengan demikian, menghafal Al-Qur’an kepada seorang guru yang
ahli dan paham mengenai Al-Qur’an sangat diperlukan bagi sang calon
penghafal supaya bisa menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar.
(Alawiyah Wahid, 2014: 78-80)
Pada prinsipnya semua metode di atas baik sekali untuk dijadikan
pedoman menghafal Al-Qur’an, baik salah satu di antaranya, atau diguna-
kan semua sebagai alternatif atau kompilasi metode di atas agar berkesan
33
tidak monoton, sehingga dengan demikian dapat menghilangkan kejenuh-an
dalam proses menghafal Al-Qur’an.
Menurut Badwilan (2009: 50-55) terdapat beberapa kaidah-kaidah
penting yang harus diperhatikan bagi penghafal juga dapat membantu dalam
proses menghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Ikhlas
Barang siapa yang ingin dimuliakan Allah dengan menghafal Al-
Qur’an, maka ia harus niatkan untuk mencari keridhaan Allah.
2. Memperbaiki ucapan dan bacaan
Dasar kebenaran suatu perbuatan dan kesesuaiannya dengan sunnah
(syariat). Barang siapa yang ingin menghafal Al-Qur’an maka ia harus
mempelajarinya dari guru yang menguasainya dengan baik.
3. Penentuan ukuran hafalan harian
Menghadirkan sejenis komitmen harian bagi orang yang ingin
menghafal Al-Qur’an. Dengan mengkhususkan sejumlah ayat untuk
dihafal setiap hari, satu atau dua halaman setiap harinya.
4. Memperkuat hafalan yang telah dilakukan sebelum pindah pada halaman
lain.
Yaitu dengan cara mengulang hafalan tersebut di setiap ada waktu
longgar, di waktu sholat atau kapan pun itu. Semua itu akan membantu
memperkuat hafalan yang telah dilakukan.
5. Memakai satu mushaf yang digunakan untuk menghafal.
34
Kaidah ini dapat membantu dalam penghafalan Al-Qur’an. Bahwa
manusia menghafal dengan melihat sama halnya menghafal dengan
mendengar. Posisi-posisi ayat dalam mushaf akan tergambar dalam
benak penghafal, sebab seringnya membaca dan melihat pada mushaf.
6. Menyertai hafalan dengan pemahaman
Yaitu dengan memahami ayat-ayat yang dihafalnya serta me-
ngetahui keterkaitannya antara sebagian ayat satu dengan ayat lainnya.
7. Mengikat hafalan dengan mengulang dan mengkajinya bersama-sama.
Diutamakan bagi penghafal Al-Qur’an untuk melakukan pe-
ngulangan hafalan dengan penghafal lain, karena dalam hal itu
terkandung banyak kebaikan, juga untuk memperkuat hafalan.
Dan Munjahid (2007: 113-119) menambahkan paparannya dengan
kiat praktis dan efektif dalam menghafal Al-Qur’an, di antaranya:
(a). Memelihara diri dari hadats, karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang
diturunkan dari dzat yang suci, maka untuk dapat melekatkan hafalan
pada hati seseorang, dibutuhkan kesucian diri. Di antaranya upaya
dengan memelihara diri dari hadats kecil dan besar. Terutama pada saat
menyentuh dan membaca Al-Qur’an.
(b). Sholat dan berdo’a, bagi seorang penghafal Al-Qur’an agar cepat hafal
dan dapat melekat kuat hafalannya di dalam dada, banyak sekali ikhtiar-
ikhtiar khusus yang dilakukan. Di antaranya dengan sholat-sholat sunah
yang dikhususkan untuk dapat melekatkan hafalan, dan lain sebagainya.
35
(c). Berkonsentrasi, yang dimaksud konsentrasi di sini adalah terfokusnya
pikiran dan ingatan seorang penghafal Al-Qur’an pada ayat-ayat yang
sedang dihafal, atau dengan niat menjaga hafalan Al-Qur’annya.
(d). Memilih model atau metode menghafal yang tepat, karena model atau
metode menghafal yang dimiliki seseorang dengan lainnya kadang
tidak sama, karena setiap orang mempunyai porsi daya ingat yang
berbeda-beda. Artinya tiap orang memiliki model atau gaya menghafal
yang berbeda dengan lainnya.
36
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sabilul Huda
Di tanah Krajan RT.04 RW.02 Desa Tegaron Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang sekitar tahun 1960 didirikannya
sebuah pondok pesantren yang diprakarsai oleh KH.Abdul Ghoni,
KH.Abdullah dan KH. M.Syaifullah. Konon cerita pada saat itu
adaseorang santri yang ikut pada KH. M.Syaifullah (pengasuh
pertama pondok pesantren Sabilul Huda) untuk ikut belajar mengaji
kepada beliau, namun pada saat itu belum terdapat bangunan pondok
pesantren, hanya santri tersebut ikut di rumah beliau/ ndalem KH.
M.Syaifullah. Selang beberapa waktu banyak berdatangan santri
yang ikut mengaji atau berguru dengan beliau, hingga akhirnya
KH.Abdul Ghoni (kakek mertua dari KH. M.Syaifullah)
memutuskan untuk mendirikannya sebuah pesantren, yang mana
fisik bangunan pesantren tersebut KH.Abdul Ghoni sendiri yang
merancang dan mendirikannya dengan dibantu oleh anak beliau yang
bernama KH.Abdullah (mertua dari KH.M.Syaifullah) menurut
cerita, uniknya dalam proses pendirian pondok pesantren ini
KH.Abdul Ghoni sendiri yang mengerjakan dalam membuat
materialnya yaitu batu bata yang terbuat dari tanah liat, langsung dari
37
tangan beliau sendiri yang membuat dengan mengolah semacam
rupa hingga menjadi batu bata dan beliau me-nyusun langsung batu
bata tersebut sampai berdirinya tembok pesantren untuk pertama
kalinya.
Pada proses pembangunan pondok pesantren pada waktu
itu belum diberi nama. Baru pada tahun 1970 diberi nama "Pondok
Pesantren Sabilul Huda". Adapun yang ditunjuk sebagai pengasuh
pertama pada waktu itu adalah KH. M.Syaifullah.
Wawasan pertama untuk mendirikan lembaga pendidikan
yang murah dan terjangkau oleh seluruh masyarakat, telah
mengharuskan pesantren ini untuk membina masyarakat seluas-
luasnya, dan berupaya untuk selalu menunjukkan jalan alternatif
menuju hidayah Allah dan itu merupakan suatu yang diharapkan dari
nama Pondok Pesantren Sabilul Huda ini.
Pondok Pesantren Sabilul Huda ini awalnya ini adalah
pondok pesantren berbasis salaf atau sistem pengajiannya adalah
mengkaji kitab-kitab kuning.Seiring berjalannya waktu, pondok
pesantren mengalami perkembangan yang pesat, yang awalnya
hanya terdapat santri putra saja, kemudian pada tahun 1975 M sudah
mulai menerima santri putri. Hingga beberapa waktu kemudian
pondok pesantren mengalami perkembangan yang relatif baik,
dengan terus bertambahnya santri yang menimba ilmu di pondok
pesantren tersebut.
38
Dengan semakin bertambahnya jumlah santri, pendidikan
di pondok pesantren dituntut pula dengan adanya suatu per-
kembangan yang lebih berarti, oleh karena itu sejak tahun 1991
didirikanlah madrasah diniyyah yang kemudian disusul dengan
adanya santri huffazh (penghafal Al-Qur'an) dan Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) pada tahun 1992 M. Dengan begitu perkembangan
pembelajaran di pondok pesantren banyak diminati dengan
pembelajaran ilmu-ilmu Al-Qur'an yang di bantu pe-ngasuhannya
oleh KH.Achmad Mudzakir al-Hafizh (menantu dari KH.
M.Syaifullah) dan juga oleh istrinya Hj. Sayyidah Bashiroh al-
Hafizhah (putri KH. M.Syaifullah).Pada saat itulah pondok pesan-
tren mengalami perkembangan yang pesat hingga tahun 2000 M.
Pada tahun2000-an Pondok Pesantren Sabilul Huda per-
kembangannya mengalami pasang surut, karena pada era saat itu
terjadinya krisis moneter yang juga berdampak pada pondok
pesantren yang mengalami berkurangnya santri, namun dengan
begitu tidak menjadi suatu penghalang untuk tetap berjuang
mensyiarkan agama Islam. Hingga saat ini Pondok Pesantren Sabilul
Huda masih berdiri kokoh dan pembelajaran pondok pesantren
masih berjalan seperti apa yang ada meski tidak begitu banyaknya
seperti waktu itu.Pada tahun 1999 KH. M.Syaifullah wafat dan
pengasuhan Pondok Pesantren Sabilul Huda diasuh oleh KH.
39
Achmad Mudzakir al-Hafizh sampai sekarang, dengan 30 santri putri
dan 10 santri putra pada tahun ini.
b. Lokasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru
Alamat Pondok Pesantren:
Alamat lengkap : Krajan I RT/04 RW/02
Dusun : Tegaron
Desa Kelurahan : Tegaron
Kecamatan : Banyubiru
Kabupaten : Semarang
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 50664
Nomor Telepon : 0813 2536 6771
Email : [email protected]
c. Tujuan Pondok Pesantren Sabilul Huda
Secara umum tujuan pendidikan Pondok Pesantren Sabilul
Huda ialah menanamkan dan memantapkan Ruhul Islam dalam
kehidupan beragama secara perorangan maupun bermasyarakat,
berdasarkan keikhlasan beribadah serta mengamalkan syari'at Islam
secara murni.
Berangkat dari masyarakat dewasa ini, Pondok Pesantren
Sabilul Huda menjabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus untuk
menjadikan santrinya:
40
a. Memiliki ilmu dasar Al-Qur'an dan syri'at Islam Ahlus Sunnah
Waljama'ah.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk merumuskan dan
menyampaikan gagasan dakwah Islamiyah.
c. Memiliki ketrampilan dengan dasar pengalaman syari'at Islam
Ahlus Sunnah Waljama'ah.
d. Memiliki sifat mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
e. Memiliki kecakapan dasar untuk memimpin organisasi atas dasar
inisiatif, partisipasi dan swadaya mereka sendiri.
f. Memiliki bekal ilmu dan pengetahuan untuk dapat me-lanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
g. Memiliki akhlaqul karimah dan uswatun hasanah di tengah-
tengah lingkungannya baik itu dalam keluarga maupun di
masyarakat luas.
d. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Sabilul Huda
Pengasuh Pondok Pesantren : KH. Achmad Mudzakir al-Hafidz
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Putra :
Ketua : Muchammad Hayat
Sekretaris&Bendahara : Darusman
Sie.Keamanan : Miftachurrohman
Sie.Kebersihan : Achmad Mufid Masykur
41
Susunan Kepengurusan Pondok Pesantren Putri:
Ketua : Ana Faizah
Sektretaris : 1). Khisna Faizatul Muna
2). Arifah Septiana
Bendahara : Azizatus Sholikhah
Sie.Keamanan : 1). Nurul Wafiyah
2). Dwi Windarti
Sie.Kebersihan : 1). Kuni Masrochah
2). Ikhwatun Hasanah
e. Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Sabilul Huda
Tabel. 3.1
Data Sarana Dan Prasarana PP Sabilul Huda
No. Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri Putri 6
2 Kamar Mandi Putri 3
3 Ruang Kantor Pondok Putri 1
4 Mushola 1
5 Ruang Dapur 2
6 Kamar Tamu 1
7 Kamar Santri Putra 4
8 Kamar Mandi Putra 1
9 Kantor Pondok Putra 1
10 Telepon 1
42
f. Keadaan Santri Pondok Pesantren Sabilul Huda
Pondok Pesantren Sabilul Huda memiliki 30 santriwati.
Yang terdiri dari 13 santriyang menghafal Al-Qur'an, dan 17 santri
yang tidak/ belum menghafal Al-Qur'an. Dan 10 santriwan yang
terdiri dari 4 santriwan penghafal Al-Qur'an dan 6 santriwan yang
tidak/ belum menghafal Al-Qur'an.
g. Program Kegiatan Pondok Pesantren Sabilul Huda
1. Pendidikan atau Pengajian Al-Qur'an
Pengajian di Pondok Pesantren Sabilul Huda di bagi menjadi
lima tingkatan:
a) Memakai metode qiro'ati, iqro' atau metode lainnya,
dilanjutkan ghorib dan tajwid praktis, metode ini untuk santri
atau anak-anak atau pemula (santri dewasa yang sama sekali
belum pernah belajar membaca Al-Qur'an).
b) Menghafal Juz 'Amma, yaitu menghafal juz 30 Al-Qur'an
(Surat An-Naba’ sampai Surat An-Nas) secara fasih dan
benar.
c) Bin-Nazhar, yaitu belajar membaca Al-Qur'an 30 juz secara
fasih dan benar, dan dilanjutkan dengan menghafal tujuh
surat-surat pilihan yaitu menghafal Surat Yasiin, Surat As-
Sajadah, Surat Al-Mulk, Surat Ar-Rahman, Surat Al-
Waqi'ah, Surat Ad-Dukhan dan Surat Al-Kahfi. Pelaksanaan
pengajian Al-Qur’an bin-nadzar ini dilakukan dengan cara
43
sorogan (santri menghadap ke pak.yai/ bu.nyai secara
bergantian)
d) Bil-Ghaib, yaitu menghafal Al-Qur'an 30 juz secara fasih dan
benar dengan syarat harus sudah khatam belajar membaca
Al-Qur'an 30 juz (Bin-Nazhar), dan diharuskan mengikuti
pengajian tafsir Al-Qur'an/ Al-Qur'an dengan artinya serta
kitab yang berkaitan dengan ilmu Al-Qur'an (Ulumul Qur'an).
Begitu juga dengan pengajian Al-Qur’an yang bil-ghaib ini
pelaksanaannya juga bersamaan dengan pengajian Al-Qur’an
bin-nadzar, dan waktunya di jadikan satu majelis.
e) Qiro'ah Sab'ah, yaitu belajar mengetahui bacaan imam yang
tujuh serta rowinya dengan syarat harus sudah khatam bil-
ghaib dengan sempurna.
2. Dirosatul Kutub/ Pengajian Kitab-kitab Kuning
Pengajian kitab-kitab kuning adalah merupakan pendidikan
yang paling awal di ajarkan di Pondok Pesantren Sabilul Huda
dengan cara sorogan/ prifat dan bandongan/ klasikal sejak
berdirinya pondok pesantren sampai sekarang. Dan telah di
tetapkan target bagi santri sebagai berikut:
a. Target Sorogan/ Prifat: santri diharapkan dapat menguasai
pembelajaran fasholatan, doa-doa harian, tahlil, hafalan Kitab
Jurumiyyah, menarqib Kitab Safinatun Naja, Riyadhul
44
Badi'ah, Ta'limul Muta'alim, Sullamut Taufiq, Tashrif/
Shorof, menarqib Kitab Taqrib.
b. Target Bandongan/ klasikal meliputi Tafsir Al-Qur'an,
Ulumul Qur'an, Fiqih dan Tasawuf.
Pengajian kitab dibaca pada waktu ba'da Maghrib dan Subuh
setelah pengajian Al-Qur'an dan waktu pagi sekitar jam 09.00-
10.30.
Adapun setiap kegiatan di bulan Ramadhan adalah waktu
yang terbanyak untuk mengkaji kitab-kitab kuning.
Tabel. 3.2
Jadwal Kegiatan Harian Santri
No Waktu Jenis Kegiatan
1 03.00 Bangun tidur, sholat malam
2 04.45 Sholat subuh berjamaa'ah
3 05.00 Pengajian Al-Qur'an
4 06.00 Pengajian kitab
5 07.00 Istirahat dan sholat dhuha
6 08.00 Pengajian kitab
7 09.00 Istirahat (sarapan, tadarus dll)
8 12.00 Persiapan sholat dhuhur
9 12.30 Sholat dhuhur berjama'ah
10 13.00 Pengajian Al-Qur'an
11 14.00 Istirahat (tadarus)
45
12 15.30 Sholat ashar berjama'ah
13 16.00 Makan sore
14 16.30 Istirahat (mandi, tadarus)
15 18.00 Sholat maghrib berjama'ah
16 18.45 Pengajian Al-Qur'an
17 19.30 Pengajian kitab
18 20.00 Sholat isya' berjamaah
19 21.30 Tadarus bersama (belajar)
20 22.30 Istirahat malam
Tabel. 3.3
Jadwal Mengaji Kitab PP.Sabilul Huda
No Hari Waktu Kegiatan Pengampu
1 Senin 06.00-07.00 Nahwu
(Jurumiyyah)
Ustadzah.
Meria Lutfah
19.30-20.30 Tajwid (Fathul
Mannan)KH. Achmad
Mudzakir2 Selasa 06.00-07.00 Tafsir Al-Qur'an
19.30-20.30 Risalatul Mahidh Ustadzah.
Azizatus
Sholichah
3 Rabu 06.00-07.00 Nashaihul Ibad KH. Achmad
46
19.30-20.30 Khulashoh Mudzakir
4 Kamis 06.00-07.00 At-Tibyan
19.30-20.30 Muhtarul Hadits
5 Sabtu 06.00-07.00 Tafsir Al-Qur'an
19.30-20.30 Fiqih (Safinah)
6. Minggu 19.30-20.30 Belajar menulis
pegon
2. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir
Tengah Salatiga.
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga
didirikan sendiri oleh Bapak KH.Munawir Munajad al-Hafizh
bersama dengan istri tercinta beliau Ibu Nyai Hj.Robithoh al-
Hafizhah (Almh) pada tahun 1981. Sejarah berdirinya pondok
pesantren ini sangat unik karena berbeda dengan sejarah berdirinya
pondok pesantren pada umumnya, dan tidak bisa lepas dari sejarah
hidup pendirinya sendiri.
Pada awalnya Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh
menimba ilmu di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang yang
diasuh oleh Simbah KH. Chudlori (Alm.) selama enam tahun untuk
memperdalam keilmuan agama, khususnya pada penguasaan ilmu
kitab kuning. Setelah lulus dari Pondok Pesantren API, beliau
47
memutuskan untuk menyempurnakan pengembaraan tholabul 'ilmi-
nya dengan menghafalkan Al-Qur'an di Pondok Pesantren Yambu'a
Kudus yang diasuh oleh seorang kyai Khos Simbah KH. Arwani
Amin (Alm.). Di pondok tersebut Bapak KH.Munawir Munajad al-
Hafizh ngalap barokah kepada sang guru selama tujuh tahun. Tidak
cukup sampai di situ, pengembaraan Bapak KH.Munawir Munajad
al-Hafizh berlanjut dengan nyantri di Pondok Pesantren Langitan
Tuban yang diasuh oleh Simbah KH. Abdullah Faqih selama dua
tahun. Yang membuat istimewa adalah ternyata Bapak KH. Munawir
Munajad al-Hafizh adalah satu-satunya santri yang pertama hafal Al-
Qur'an yang nyantri di pondok pesantren tersebut. Pada saat yang
bersamaan, istri Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh yaitu Ibu
Nyai Hj.Robithoh al-Hafizhah juga merupakan santriwati yang telah
banyak menimba ilmu agama dengan nyantri di Pondok Pesantren
Yambu'a Kudus selama tiga tahun dan berulang kali nyantri selama
puasa (kilatan atau posonan) di beberapa pondok pesantren, seperti
di Pondok Pesantren daerah Payaman Magelang, Pondok Pesantren
Al-Muayyad Solo, dan di Pondok Pesantren Langitan Tuban.
Sejarah pendirian Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Tingkir
Tengah yang unik bermula saat Bapak KH. Munawir Munajad al-
Hafizh menyunting idaman hati Ibu Nyai Hj. Robithoh al-Hafizhah
pada tahun 1981. Pada saat pernikahan itulah Bapak KH. Munawir
Munajad al-Hafizh mendapat kado pernikahan yang lain dari pada
48
yang lain, yaitu kado pernikahan yang berwujud "seorang santri".
Santri yang dimaksud adalah anak dari seorang petani yang berasal
dari daerah Grabag yang kagum dengan kedalaman ilmu Bapak KH.
Munawir Munajad al-Hafizh dan akhirnya menitipkan anaknya
tersebut untuk ikut belajar dengan beliau.
Dari cikal satu "santri kado" itulah Pondok pesantren
Nazzalal Furqan berdiri dan berkembang pesat hingga sekarang. Dari
awal tahun berdirinya 1981 sampai tahun 1988 pondok pesantren ini
baru ada santri putri sebanyak 5 orang, hingga pada tahun 1990 baru
bertambahnya 1 santri putra yang belajar Al-Qur'an dengan beliau.
(Hariri, 2011: 44-45)
Dari tahun 1981 pondok pesantren ini telah mencetak hafizh
dan hafizhah yaitu kurang lebih dari 1000-an santri. Pada tahun ini
jumlah santri yang ada sebanyak 100 santriwan dan 200 santriwati.
b. Lokasi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan
Alamat Pondok Pesantren:
Jalan : Gang Saroja
Dusun : Ngepos
Desa/Kelurahan : Tingkir Tengah
Kecamatan : Tingkir
Kodya : Salatiga
Kode Pos : 50745
Nomor Telepon/Fax : (0298) 314375
49
c. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan
1) Visi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Tingkir
"Menjaga Al-Qur'an sampai mati"
2) Misi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan
a) Mencetak hafizh dan hafizhah yang fasih dalam membaca
dan menghafal Al-Qur'an
b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santriwan dan
santriwati.
c) Membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari.
d. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Nazzalal Furqan
Untuk menunjang kegiatan belajar di Pondok Pesantren ini,
beberapa sarana dan prasarana pendukung telah tersedia. Sarana dan
prasarana adalah segala sesuatu apa saja yang ada di pondok
pesantren tersebut serta berupa fisik, baik benda bergerak maupun
tidak bergerak dan berfungsi membantu semua aktifitas kegiatan
belajar.
Tabel. 3.4
Data Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir
Salatiga Tahun 2015
No Jenis Jumlah Ket
1 Kamar Santri Putri 18 Baik
2 Kamar Mandi Putri 11 Baik
3 Mushola Putri 1 Baik
50
4 Ruang Dapur Putri 2 Baik
5 Kamar Santri Putra 8 Baik
6 Kamar Mandi Putra 6 Baik
7 Ruang Dapur Putra 3 Baik
8 Mushola Putra 1 Baik
9 Puskestren 1 Baik
10 Kamar Tamu 3 Baik
11 Kantin 1 Baik
12 Koperasi 1 Baik
13 Mobil Inventaris 2 Baik
14 Alat Rebana 2 set Baik
15 Sound System 2 set Baik
16 Telepon 3 Baik
e. Keadaan Santri
Secara global jumlah santri di Pondok Pesantren Nazzalal
Furqon di tahun ini adalah 100 santriwan dan 215 santriwati. Mereka
semua berasal dari berbagai daerah.
f. Program Kegiatan
Tabel. 3.5
Jadwal Kegiatan Harian
No. Waktu Kegiatan Keterangan
1 03.30 Tahajud Semua santri
51
2 04.30 Jama’ah Sholat Subuh Semua santri
3 05.00-06.00 Muroja’ah Santri bin-nadzar
4 06.00-07.00 Piket harian pondok Semua santri
5 07.00-07.30 Istirahat (mandi dan
makan)
Semua santri
6 07.30-09.00 Sholat dhuha Semua santri
7 09.00-10.00 Pengajian Al-Qur’an Santri bin-nadzar
8 10.00-10.30 Deresan Semua santri
9 10.30-12.00 Istirahat
10 12.00-12.30 Persiapan dan jamaah
sholat dzuhur
Semua santri
11 12.30-13.30 Ayatan bin-nadzar Semua santri bin-
nadzar
12 13.30-14.30 Deresan Semua santri
13 14.30-15.00 Istirahat mandi
14 15.00-15.30 Persiapan dan jamaah
sholat ashar
Semua santri
15 15.30-17.15 Pengajian Al-Qur’an Santri bin-nadzar
dan bil-ghaib
16 17.15-17.45 Istirahat makan
17 17.45-18.15 Persiapan dan jamaah
sholat maghrib
Semua santri
52
18 18.15-19.00 Yasinan Semuasantri
19 19.00-19.15 Jamaah sholat isya Semua santri
20 19.15-20.30 Pengajian Al-Qur’an Santri bil-ghaib
21 20.30-21.00 Deresan kelompok Santri bil-ghaib
22 21.00-22.00 Deresan
23 22.00 Istirahat malam
Tabel. 3.6
Jadwal Kegiatan Mingguan
No. Hari Waktu Kegiatan Pengampu
1.Selasa 20.00-
21.00
Mengaji Kitab
Fathul QoribK.Basyirun
2.Kamis
13.30-
15.00Mengaji Kitab
Kifayatun Nisa’
Ustadzah
Ma’inatul H
20.00-
21.30Dzibaan -semua santri
3.Jum’at
08.30-
09.30Mengaji Tajwid Ustadzah
Anisatul K
13.30-
15.00Tartilan Semua santri
4. Minggu 20.00- Mengaji Kitab K.M Nasir
53
21.00 Sullamut Taufiq
B. Temuan Penelitian
1. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti tentang metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Sabilul Huda adalah sebagai berikut:
a. Hj.Sayyidah
Hj.Sayyidah adalah pengasuh dari PP Sabilul Huda atau
orang yang bertanggung jawab atas segala aktivitas di PP Sabilul
Huda. Metode menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda tidak
terdapat metode khusus, namun terdapat metode dengan test hafalan
disetiap tahunnya. Seperti ungkapan dari Hj. Sayyidah berikut ini:
“Untuk tata cara santri menghafal Al-Qur’an di sini santritersebut harus mengawali dengan mengkhatamkan hafalan juz30 (juz ‘amma) dan menyelesaikan membaca Al-Qur’an 30 juz(bin-nadzar) secara baik dan benar. Meski santri tersebutsudah pernah menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantrenlain, tetap ia harus mengulang dari awal. Dan ditekankankepada santri baru untuk diutamakan dalam belajarmakharijul huruf dengan baik dan benar.Di pondok pesantrenini tidak diterapkan metode khusus, karena dalam prosesmenghafal ini sesuai kemampuan masing-masingsantri.Namunmetode yang digunakan untuk mempermudahdalam menghafal Al-Qur’an, santri diwajibkan menggunakanAl-Qur’an pojok cetakan Kudus.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
b. Windar
Windar adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2013,
dia berusia 23 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul
54
Huda sejak tahun 2014. Sekarang sudah mampu menghafal Al-
Qur’an 6 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena keinginan dari diri
sendiri dan dukungan dari orang tua. Cara Windar dalam menghafal
Al-Qur’an yaitu dengan dibaca dan dihafalkan ayat per ayat. Dia
menghafal setiap hari 1 halaman sampai 1 lembar. Seperti yang
diungkapkan Windar berikut ini:
“Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitudengan saya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya meng-hafalnya ayat per ayat sampai lancar, setelah itu baru sayaulangi lagi atau tikrar sampai saya benar-benar hafal 1pojok/halaman itu. Dan biasanya saya dapat menambahhafalan sebanyak satu pojok/ halaman sampai satu lembardalam satu hari.” (Windar, 06-09-2015)
c. Azihah
Azihah adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2011,
dia berusia 19 tahun, dan mulai menghafal di PP Sabilul Huda sejak
tahun 2013 sampai sekarang sudah mampu menghafal Al-Qur’an 22
juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena kemauan ia sendiri, dukungan
orang tua juga dorongan dari sang guru. Cara Azihah dalam
menghafal Al-Qur’an yaitu dengan menghafal Al-Qur’an ayat per
ayat. Dia menambah hafalan 3 halaman sampai 5 halaman per hari.
Seperti ungkapan Azihah berikut ini:
“Cara saya dalam menghafal, seperti saya menambah hafalan1 pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulangkemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat perayat sampai lancar, setelah lancar satu ayat baru sayalanjutkan ke ayat yang lain. Setelah itu baru saya ulangi lagidari ayat pertama sampai ayat terakhir (tikrar). Kemudianminta di sima’kan oleh teman yang lain.” (Azihah, 06-09-2015)
55
d. Anafa
Anafa adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2005,
dia mulai menghafalkan Al-Qur’an pada tahun 2007 pada saat
menginjak usia ke 20 tahun dan dia sudah dapat mengkhatamkan
hafalan Al-Qur’annya sekitar pada tahun 2011. Menghafalkan Al-
Qur’an adalah keinginan besar dari dirinya sendiri dan sangat
didukung oleh kedua orang tuanya. Cara Anafa menghafal Al-
Qur’an yaitu dengan metode ayat per ayat, dalam sehari ia mampu
menambah hafalan Al-Qur’an 2 sampai 3 pojok/ halaman. Seperti
yang Anafa paparkan sebagai berikut:
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an sebelum saya khatamsekarang ini yaitu saya tadarus dahulu berkali-kali 1 pojokayat Al-Qur’an setelah itu baru saya hafalkan dari ayat perayat, begitu dan seterusnya sampai lanyah dan lancar. Danuntuk menjaganya dalam sehari ada tadarus wajib yaitumentadarus hafalan Al-Qur’an dalam satu majelis sebanyak 3juz dengan syarat tidak boleh diselingi dengan kegiatanapapun.” (Anafa, 16-09-2015)
e. Viani
Viani adalah santriwati PP.Sabilul Huda sejak tahun 2011,
berusia 16 tahun, ia mulai menghafalkan Al-Qur’an pada bulan
Agustus tahun 2015, sekarang ia sudah mampu menghafalkan Al-
Qur’an juz 1. Ia menghafalkan Al-Qur’an karena keinginannya
sendiri dan didukung orang tuanya. Cara Viani menghafalkan Al-
Qur’an dengan cara menghafal ayat per ayat. Dalam 1 hari ia mampu
56
menambah hafalan 2 sampai 3 pojok. Seperti ungkapan Viani berikut
ini:
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an dengan saya bacaberulang-ulang, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat,begitu seterusnya. Dan sekarang ini saya belum didawuhiuntuk muroja’ah atau deresan langsung pada bu nyai, karenasaya baru mulai masih menghafal ayat juz 1, jadi fokus untukundakan atau hafalan tambahan.” (Viani, 16-09-2015)
Dari lima informan di atas, metode menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Sabilul Huda dengan menggunakan metode
memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode
menghafal ayat per ayat, metode takrir, metode semaan dengan sesama
teman tahfidz, dan tadarusan wajib 1 hari 3 juz.
2. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti di PP Nazzalal Furqon adalah sebagai berikut:
a. KH.Munawir
KH.Munawir adalah pengasuh sekaligus penanggung jawab
segala kegiatan aktifitas mengaji Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon.
KH.Munawir dalam memilih metode menghafal Al-Qur’an di PP
Nazzalal Furqon tidak ada metode khusus, melainkan secara
langsung sorogan kepada kiai. Seperti ungkapan KH.Munawir
berikut ini:
“Di sini untuk metode mengaji Al-Qur’an terutama meng-hafal Al-Qur’an tidak ada metode khusus melainkan terserahpada santri dan menurut kemampuan masing-masing santri.Dengan harapan di sini santri sregep atau rajin dalammengaji, mentadarus atau menjaga Al-Qur’an dengan sebaik-
57
baiknya sampai akhir hayat. Saya hanya mengarahkan sesuaikaidah membaca yang benar dalam santri membaca ataumenghafal Al-Qur’an, ketika waktu mengaji Al-Qur’an dengancara sorogan kepada saya secara langsung.” (KH.Munawir,10-09-2015)
b. Sari
Sari adalah santriwati di PP Nazzalal Furqon sejak tahun
2014, dia berusia 19 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP
Nazzalal Furqon pada bulan akhir tahun 2014, sampai sekarang
sudah mampu menghafalkan Al-qur’an 4 juz. Menghafal Al-Qur’an
adalah kemauan Sari sendiri dan dukungan dari orang tua-nya. Cara
Sari dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan dihafal ayat per ayat.
Dalam 1 hari dia dapat menambah hafalan 2 sampai 3 pojok/
halaman. Seperti ungkapan Sari berikut ini:
“Cara saya dalam menghafal Al-Qur’an setiap harinya sayamembuat hafalan ayat baru seumpama 1 pojok itu awalnyasaya baca dahulu atau bin-nadzari semua agar benarbacaannya, kemudian baru saya hafalkan dengan ayat perayat. Setelah itu saya minta tolong kepada teman lain untukmenyimakkan.” (Sari, 16-09-2015)
c. Ruhah
Ruhah adalah santriwati di PP Nazzalal Furqon sejak tahun
2009, dia berusia 23 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP
Nazzalal Furqon pada tahun 2010 sekarang sudah mampu menghafal
Al-qur’an 12 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena keinginan dirinya
sendiri dan sangat didukung oleh orang tuanya. Cara Ruhah dalam
menghafal Al-Qur’an dengan menghafal ayat per ayat. Dalam 1 hari
58
ia dapat menambah hafalan 1 pojok/halaman Al-Qur’an. Seperti
paparan Ruhah sebagai berikut:
“Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzariterlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluhkali atau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat perayat sampai lancar. Setelahitu baru disima’kan oleh temanyang lain.” (Ruhah, 16-09-2015)
d. Rosyi
Rosyi adalah santriwati di PP Nazzalal Furqon sejak tahun
2010, dia berusia 22 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP
Nazzalal Furqon mulai bulan awal tahun 2011, sampai sekarang
sudah mampu menghafal Al-Qur’an 25 juz. Dia menghafal Al-
Qur’an adalah keinginannya sendiri yang didukung penuh oleh
kedua orang tuanya. Cara Rosyi dalam menghafal Al-Qur’an dengan
di hafal ayat per ayat. Dalam 1 hari dia mampu menghafal ayat Al-
Qur’an 2 pojok/ halaman. Seperti ungkapan Rosyi berikut ini:
“Cara saya menghafal Al-Qur’an yaitu dengan saya mendarussendiri, kalau untuk membuat atau menambah hafalan baruawalnya saya baca terus menerus atau diulang berkali-kali,setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat. Kalau untukderesan atau muroja’ah, kami lakukan dengan muroja’ahbersama secara berkelompok setelah mengaji Al-Qur’anbakda isya’ dengan membaca tiap santri ¼ juz disema’kanoleh senior yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an dengancara sorogan satu per satu.” (Rosyi, 16-09-2015)
e. Zahwa
Zahwa adalah santriwati PP Nazzalal Furqon sejak bulan
Maret 2010, dan pada bulan itu juga dia sudah mulai menghafal Al-
Qur’an pada usia 19 tahun, sekarang ia sudah mampu
59
mengkhatamkan hafalan Al-Qur’annya pada Juli 2014. Zahwa
menghafal Al-Qur’an karena keinginannya sendiri dan didorong oleh
orang tuanya. Sebelum mulai menghafal ia menata niatnya dengan
mepersiapkan diri sebaik-baiknya untuk bisa lebih fokus pada
hafalan Al-Qur’annya. Cara yang dilakukan Zahwa pada saat
menambah hafalannya dulu dengan cara dihafalkan ayat per ayat,
seperti paparan Zahwa berikut ini:
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an yaitu dihafal ayat perayat, yang awalnya saya baca dulu 1 pojok Al-Qur’an ituberkali-kali kemudian baru saya hafalkan ayat per ayat.Biasanya saya dalam 1 hari mampu menghafalkan sampai 1lembar atau 2 pojok. Untuk menyetorkan undakan ataumenambah hafalan kepada ibu.nyai (ketika ibu.nyai masihsugeng) hanya satu kali waktu bakda subuh, selain itudigunakan deresan ¼ juz kepada abah.yai bakda isya’.”(Zahwa, 20-09-2015)
Dan dapat ditemukan dari paparan lima informan di atas, dari
pengasuh mengatakan menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Nazzalal Furqon tidak terdapat metode khusus dalam menghafal Al-
Qur’an, karena semua sesuai kemampuan santri. hanya saja metode yang
biasa digunakan sesuai ungkapan dari 4 informan lain adalah
memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode ayat
per ayat, metode takrir, muroja’ah ber-sama secara berkelompok yaitu
satu majelis muroja’ah tiap kelompok terdapat 9 orang, dan tiap
orangnya menghafalkan ¼ juz dengan cara sorogan yang disema’
langsung oleh santri senior, metode deresan wajib 1 hari ¼ juz dan
metode semaan sesama teman tahfidz.
60
3. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an
Setiap metode memiliki waktu yang paling tepat untuk diterapkan.
Begitu jugadengan berbagai metode atau berbagai cara yang diterapkan
di PP Sabilul Huda Banyubiru dan PP Nazzalal Furqon Salatiga. Selain
waktu yang digunakan terdapat juga kiat-kiat atau riyadhah untuk
menjaga hafalan Al-Qur’an. Implementasi dari berbagai metode dan kiat-
kiat menjaga hafalan yang tersebut di atas, seperti ungkapan-ungkapan
dari informan berikut ini:
a. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda
1) Hj. Sayyidah
“Untuk pengajian santri yang masih menghafal juz ammasebelum maju sorogan kepada saya, santri tersebut harusdisima’kan terlebih dulu kepada santri senior. Dan untuksantri bin-nadhar ketika sudah selesai membaca 30 juz Al-Qur’an diharuskan menghafal tujuh surat pilihan yaitu SuratAs-Sajadah, Surat Yasiin, Surat Ad-Dukhan, Surat Waqi’ah,Surat Ar-Rahman, Surat Al-Kahfi dan Surat Al-Mulk. Meskinantinya santri tersebut tidak melanjutkan dalam menghafalAl-Qur’an, tetapi itu sebagai bekal hidup. Dan setiaptahunnya di bulan Rabi’ul Awal diadakannya test hafalanyang dilakukan oleh santri bil-ghaib yang mana antara satusantri dengan satu santri yang lain saling menyima’ dandipantau langsung oleh abah yai/ ibu nyai. Nasihat untukmenjaga hafalan, santri diharapkan bisa menjaga wudhunya,ajek jama’ah sholat lima waktu setiap hari, sholat sunah 4rokaat setelah sunah tahajud.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
2) Windar
“Saya membuat hafalan baru 2 pojok ayat Al-Qur’an dalamsatu hari dengan metode ayat per ayat, dan waktu yang sayasuka untuk menambah hafalan adalah pada saat pagi bakdadhuha dan bakda dhuhur, biasanya paling lama setengahjam. Kemudian sorogan kepada ibu nyai mengajukanundakan atau hafalan baru sebanyak dua kali pada waktu
61
bakda subuh dan bakda dhuhur, dan untuk muroja’ah ¼ juzsaya lakukan waktu bakda maghrib. Dan kiat untuk menjagahafalan sregep sholat dhuha tiap hari, dan dulu saya pernahmendapat ijazah berupa dzikir “Rotibul Hadad” dariLangitan.” (Windar, 06-09-2015)
3) Azihah
“Kalau untuk menambah hafalan baru yang biasa sayalakukan pada waktu sekitar jam 11.00, bakda ashar danbakda isya’, dalam waktu-waktu tersebut saya mampumenghafalkan minimal 3 pojok ayat Al-Qur’an dan maksimal¼ juz, dan paling lama 1 jam. Kemudian pada saat mengajikepada ibu nyai, saya manfaatkan waktu dua kali undakanatau menambah hafalan yaitu bakda dhuhur dan bakdamaghrib dan satu kali deresan atau muroja’ah-nya bakdasubuh. Dan kiat untuk menjaga hafalan sregep untukberjama’ah sholat lima waktu.” (Azihah, 06-09-2015)
4) Anafa
“Sebelum mengkhatamkan hafalan saya, cara saya dalammenambah hafalan baru dengan metode ayat per ayat, dansaya lebih suka pada waktu bakda dhuha, bakda dhuhur danbakda isya’. Dan untuk menjaga hafalan saya tiap hari harusmengkhatamkan 3 juz dalam waktu satu majelis, dan itusering saya lakukan pada waktu bakda dhuha. Kiat untukmenjaga hafalan harus sregep-sregep deres dengan niatmenjaga Al-Qur’an.” (Anafa, 16-09-2015)
5) Viani
“Waktu yang sering saya lakukan untuk menambah hafalanini pada waktu bakda dhuha sekitar jam sembilan pagi,bakda dhuhur dan bakda isya’ rata-rata maksimalmembutuhkan waktu paling lama 1 jam per 1 pojok ayat Al-Qur’an. Dan untuk menjaga hafalan sering mentadarus ataumuroja’ah setiap hari.” (Viani, 16-09-2015)
Dari berbagai implementasi waktu yang dipaparkan oleh informan
di atas, mayoritas waktu yang efektif digunakan dalam menghafal Al-
62
Qur’an di PP. Sabilul Huda adalah bakda dhuha, bakda dhuhur dan bakda
isya.
b. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal
Furqon
1) KH. Munawir
“Untuk mengaji Al-Qur’an terutama santri baru diutamakanuntuk belajar makharijul huruf yaitu panduan utama sebelumbelajar membaca Al-Qur’an dengan dibimbing olehseniornya. Dengan begitu santri sudah terlatih denganbacaan yang benar pada saat nantinya sorogan kepada saya.Sebelum melangkah pada tahap hafalan santri diharuskansudah hafal juz 30 dan selesai bin-nadzar 30 juz. Dan untukkiat khusus dengan nasihat agar santri dapat sregep mengajidan bertekad untuk menjaga Al-Qur’an sampai mati.”(KH.Munawir, 10-09-2015)
2) Ruhah
“Waktu yang biasa saya gunakan untuk menambah hafalanbaru, saya lebih enak pada waktu ba’da ashar itu untukmembuat hafalan baru, dan ba’da subuhnya saya gunakanuntuk melancarkan hafalan saya itu. Pada waktu-waktutersebut dalam sehari saya mampu menghafalkan 1 pojok.Dan paling lama waktu saya mentadarus 1½ jam sampai 2jam. Kiat menjaga hafalan bagi saya rajin-rajin deres ataumuroja’ah, mengistiqomahkan membaca Surat Yasiin danSurat Thaha setiap bakda Sholat Maghrib.” (Ruhah, 16-09-2015)
3) Sari
“Kalau saya sering menggunakan waktu untuk menambahhafalan yaitu pada waktu malam hari sekitar jam 10 malam,pagi bakda subuh dan bakda ashar maksimal saya gunakantiap waktunya ½ jam sampai 1 jam. Dalam sehari sayamampu menambah hafalan 2 sampai 3 pojok. Kiat saya untukmenjaga hafalan berusaha untuk istiqomah deres Al-Qur’an,sering di bin-nadzari dan sebelum memulai dalam menghafaldiawali dengan bertawashul pada guru-guru.” (Sari, 16-09-2015)
63
4) Rosyi
“Untuk menambah hafalan saya lebih suka pada waktubakda tahajud dan bakda subuh maksimal tiap waktunya 1jam, dan dalam satu hari biasanya saya mampu menambah 2pojok. Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan terusdimuthala’ah, sering melakukan sema’an, tiap hari membaca1 juz. Pernah mendapatkan ijazah dengan melakukan dalailAl-Qur’an dan puasa daud selama 3 tahun dari SimbahK.Yasiin Srumbung.” (rosyi, 16-09-2015)
5) Zahwa
“Waktu yang sering saya gunakan dalam menambah hafalansaya lebih suka pada waktu bakda subuh karena pada waktutersebut pikiran masih fresh, dan situasi yang sepi sepertibakda tahajud lebih mudah untuk menghafal. Dalam satuhari saya mampu menambah hafalan 2 pojok/ 1 lembar. Dansetelah khatam tanggungjawab saya lebih besar untuk bisamenjaga hafalan saya, untuk itu tiap harinya dan anjurandari Abah yai untuk muroja’ah atau deresan wajib sehari ¼juz. Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan tikrar-an(membaca ulang hafalan) dan pernah mendapat ijazah untukmelakukan puasa daud selama 1 tahun, dan sebelum mulaimentadarusnya dikhususkan untuk hadroh atau hadiahfatichah kepada para Nabi, dan guru-guru.” (Zahwa, 20-09-2015)
Dari berbagai implementasi waktu yang dipaparkan oleh informan
di atas, mayoritas waktu yang efektif digunakan santri dalam menghafal
Al-Qur’an di PP. Nazzalal Furqon adalah bakda tahajud, bakda subuh,
bakda dhuha, dan bakda ashar.
64
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda
Dilihat dari hasil temuan observasi dan wawancara di PP Sabilul
Huda. Sebenarnya tidak terdapat metode khusus dalam menghafal Al-Qur’an,
hanya saja santri berinisiatif sendiri untuk menggunakan metode atau sesuai
kemampuan santri. Hal ini peneliti temukan dalam wawancara berikut:
“Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode khusus, karenadalam proses menghafal ini sesuai kemampuan masing-masing santri.Namun metode yang digunakan untuk mempermudah dalam menghafalAl-Qur’an, santri diwajibkan menggunakan Al-Qur’an pojok cetakanKudus.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
Dan ditemukan beberapa metode yang digunakan santri dalam
menghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal
Dari para informan mengungkapkan cara yang dilakukan dalam
menghafal Al-Qur’an yaitu mereka melakukan dengan membaca Al-
Qur’an sebelum menghafal, terutama dalam menambah hafalan. Seperti
ungkapan dalam isi wawancara berikut:
“Cara saya dalam menghafal, semisal saya menambah hafalan 1pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudiansaya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar.”(Azihah, 06-09-2015)
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an sebelum saya khatam sekarangini yaitu saya tadarus dahulu berkali-kali 1 pojok ayat Al-Qur’an itu,setelah itu baru saya hafalkan dari ayat per ayat begitu dan seterusnyasampai lanyah dan lancar.” (Anafa, 16-09-2015)
65
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an dengan saya baca berulang-ulang, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya.Dan sekarang ini saya belum didawuhi untuk muroja’ah atau deresanlangsung pada bu nyai, karena saya baru mulai masih menghafal ayatjuz 1, jadi fokus untuk undakan atau hafalan tambahan.” (Viani, 16-09-2015)
2. Metode ayat per ayat (Wahdah)
Selain menggunakan metode di atas, para informan juga
mengungkapkan dalam menghafalkan Al-Qur’an mereka menggunakan
metode dengan cara menghafal ayat per ayat atau metode wahdah.
Terutama dalam menambah hafalan baru. Sebagaimana telah diungkapkan
oleh informan dalam wawancara sebagai berikut:
“Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitu dengansaya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya menghafalnya ayat perayat sampai lancar.” (Windar, 06-09-2015)
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an dengan saya baca berulang-ulang, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya.”(Viani, 16-09-2015)
3. Metode takrir atau mengulang
Metode ini biasa digunakan santri atau para informan dalam
menghafal Al-Qur’an, di mana santri sudah mampu menghafal dengan
ditakrir atau diulang kembali, harapannya supaya hafalan yang
dihafalkannya tersebut tetap terjaga dan menjadikan lancar dan berkualitas
dalam menghafal Al-Qur’an. Seperti ungkapan informan berikut:
“Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitu dengansaya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya menghafalnya ayat perayat sampai lancar, setelah itu baru saya ulangi lagi atau tikrar sampaisaya benar-benar hafal 1 pojok/halaman itu. Dan biasanya saya dapatmenambah hafalan sebanyak satu pojok/ halaman sampai satu lembardalam satu hari.” (Windar, 06-09-2015)
66
“Cara saya dalam menghafal, semisal saya menambah hafalan 1pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudiansaya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar,setelah lancar satu ayat baru saya lanjutkan ke ayat yang lain. Setelahitu baru saya ulangi lagi dari ayat pertama sampai ayat terakhir(tikrar). Kemudian minta di sima’kan oleh teman yang lain.” (Azihah,06-09-2015)
4. Metode semaan dengan sesama teman tahfizh
Metode ini diterapkan di PP Sabilul Huda sebagai program
implementasi disetiap tahunnya pada bulan hijriah dengan diadakannya
test ujian hafalan antar santri yang menghafal atau bil-ghaib. Seperti
ungkapan informan berikut ini:
“Dan setiap tahunnya di bulan Rabi’ul Awal diadakannya test hafalanyang dilakukan oleh santri bil-ghaib yang mana antara satu santridengan satu santri yang lain saling menyima’ dan dipantau langsungoleh abah kyai/ibu nyai.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
5. Metode menghafal satu hari tiga juz
Metode ini diterapkan sebagai implementasi program yang
dikhususkan pada santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an, yaitu
diharuskan setiap harinya mengkhatamkan dengan menghafal Al-Qur’an
minimal 2 sampai 3 juz dan maksimal 5 juz dalam satu majelis, begitu pula
adab dalam melaksanakan kegiatan ini harus menghafal dengan khidmat
tidak boleh diselingi dengan kegiatan apapun, tujuan agar dapat fokus
dalam hafalan Al-Qur’annya. Seperti ungkapan informan berikut:
“Bagi santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an dianjurkan untuktetap mentadarus atau muroja’ah hafalannya setiap hari dalam satumajelis minimal 2-3 juz hafalan dan maksimal 5 juz, supaya tidakmudah lupa dengan hafalan yang sudah didapat.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
67
“Dan untuk menjaganya dalam sehari ada tadarus wajib yaitumentadarus hafalan Al-Qur’an dalam satu majelis sebanyak 3 juzdengan syarat tidak boleh diselingi dengan kegiatan apapun.” (Anafa,16-09-2015)
Dalam menjaga hafalan banyak sekali hal yang dilakukan seperti yang
telah disampaikan Munjahid (2007: 117), berkonsentrasi yang di maksud
disini adalah terfokusnya pikiran dan ingatan seorang penghafal Al-Qur’an
pada ayat-ayat yang sedang dihafalnya. Kegiatan ini diterapkan dengan tujuan
untuk menjaga hafalan Al-Qur’an dengan baik.
B. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Gambaran metode menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon dari
hasil temuan melalui observasi dan wawancara kepada informan, ditemukan
paparan dari informan bahwa proses mengaji hafalan Al-Qur’an di PP
Nazzalal Furqontidak menggunakan suatu metode khusus dalam
menghafalkan Al-Qur’an, seperti ungkapan informan berikut:
“Di sini untuk metode mengaji Al-Qur’an terutama menghafal Al-Qur’antidak ada metode khusus melainkan terserah kepada santri dan menurutkemampuan masing-masing santri. Dengan harapan di sini santri sregepatau rajin dalam mengaji, mentadarus dan menjaga hafalan Al-Qur’annya dengan baik sampai akhir hayat.” (KH.Munawir, 10-09-2015)
Selain itu juga ditemukan beberapa metode yang digunakan santri
dalam menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon, yaitu sebagai berikut:
1. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal
Metode ini sering dilakukan oleh para informan dalam menghafal
Al-Qur’an, karena dengan metode ini dapat memudahkan informan dalam
68
proses menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana dari paparan
informan berikut ini, diantaranya:
“Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebihdahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisalebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar.”(Ruhah, 16-09-2015)
2. Metode ayat per ayat (wahdah)
Selain metode di atas, Para informan juga mengungkapkan dalam
menghafal Al-Qur’an mereka menggunakan cara menghafal ayat per ayat
atau metode wahdah, terutama dalam menambah hafalan baru. Seperti
paparan informan berikut ini:
“Cara saya menghafal Al-Qur’an yaitu dengan saya mendarus sendiri,kalau untuk membuat atau menambah hafalan baru awalnya saya bacaterus menerus atau diulang berkali-kali, setelah itu baru saya hafalkanayat per ayat.” (Rosyi, 16-09-2015)
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an yaitu dihafal ayat per ayat, yangawalnya saya baca dulu 1 pojok ayat Al-Qur’an itu berkali-kalikemudian baru saya hafalkan ayat per ayat.” (Zahwa, 20-09-2015)
3. Metode takrir
Metode takrir atau mengulang hafalan, yaitu metode implementasi
dalam bentuk menjaga hafalan agar hafalan Al-Qur’an menjadi tambah
lancar dan melekat kuat dengan baik. dalam hal ini ditemukan pada
informan yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz, berikut ungkapan
dari informan :
“Dan setelah khatam tanggungjawab saya lebih besar untuk bisamenjaga hafalan saya, untuk itu tiap harinya dan anjuran dari Abahyai untuk muroja’ah atau deresan wajib sehari ¼ juz. Kiat saya untukmenjaga hafalan yaitu dengan tikrar-an (membaca ulang hafalan) dan
69
pernah mendapat ijazah untuk melakukan puasa daud selama 1 tahun,dan sebelum mulai mentadarusnya dikhususkan untuk hadroh atauhadiah fatichah kepada Nabi, guru-guru.” (Zahwa, 20-09-2015)
4. Metode muroja’ah kelompok
Metode ini yang dimaksud adalah dalam suatu kegiatan satu
majelis, yang mana dalam satu kelompok terdapat 9-10 santri penghafal
Al-Qur’an dengan disema’kan oleh seorang santri penghafal Al-Qur’an
yang sudah khatam atau senior dengan sorogan satu per satu, dan tiap
peserta kelompok tersebut tiap santri membacakan hafalannya sebanyak ¼
juz dari hafalan yang sudah di dapatkannya. Seperti ungkapan informan
berikut ini:
“Kalau untuk deresan atau muroja’ah, kami lakukan dengan muroja’ahbersama secara berkelompok setelah mengaji Al-Qur’an bakda isya’dengan membaca tiap santri ¼ juz disema’kan oleh senior yang sudahkhatam hafalan Al-Qur’an dengan cara sorogan satu per satu.” (Rosyi,16-09-2015)
5. Metode deresan wajib ¼ juz dalam sehari
Metode ini adalah bentuk implementasi yang biasa dilakukan oleh
santri penghafal Al-Qur’an yang sudah khatam hafalan 30 juz dengan
tujuan supaya hafalannya tetap terjaga dengan baik. adapun seperti hasil
wawancara beerikut ini:
“Dan setelah khatam tanggungjawab saya lebih besar untuk lebihmenjaga hafalan saya, dan untuk tiap harinya juga anjuran dari Abahyai untuk muroja’ah atau deresan wajib sehari ¼ juz.” (Zahwa, 20-09-2015)
6. Metode semaan dengan sesama teman tahfizh
Para informan mengungkapkan bahwa dalam kegiatan proses
menghafal selain menggunakan metode-metode di atas, metode semaan
70
sesama tahfizh ini dilakukan pada saat santri selesai menghafalkan hafalan
tambahannya, untuk memperlancar hafalan yang di dapat. Seperti
ungkapan informan berikut:
“Cara saya dalam menghafal Al-Qur’an setiap harinya saya membuathafalan ayat baru seumpama 1 pojok itu awalnya saya baca dahuluatau bin-nadzari semua agar benar bacaannya, kemudian baru sayahafalkan dengan ayat per ayat. Setelah itu saya minta tolong kepadateman lain untuk menyimakkan.” (Sari, 16-09-2015)
“Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebihdahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisalebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar.Setelah itu baru disima’kan oleh teman yang lain.” (Ruhah, 16-09-2015)
C. Persamaan Metode Menghafal Al-Qur’an
Dilihat dari hasil temuan Observasi dan wawancara di PP. Sabilul
Huda Banyubiru dan PP Nazzalal Furqon Salatiga ditemukan beberapa
persamaan dalam metode atau tata cara dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu
seperti berikut ini :
1. Tidak diterapkan metode khusus
Dari hasil temuan wawancara di PP. Sabilul Huda dan PP. Nazzalal
Furqon, sebenarnya tidak terdapat metode khusus dalam menghafal Al-
Qur’an, hanya saja para santri berinisiatif sendiri untuk meng-gunakan
metode yang sesuai kemampuan santri. Hal ini peneliti temukan dalam
wawancara berikut:
a. PP. Sabilul Huda :
“Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode khusus, karenadalam proses menghafal ini sesuai kemampuan masing-masingsantri. Namun metode yang digunakan untuk mempermudah dalam
71
menghafal Al-Qur’an, santri diwajibkan menggunakan Al-Qur’anpojok cetakan Kudus.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
b. PP. Nazzalal Furqon:
“Di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon untuk metode mengaji Al-Qur’an terutama menghafal Al-Qur’an tidak ada metode khususmelainkan terserah pada santri dan menurut kemampuan masing-masing santri. Dengan harapan di pondok ini santri sregep ataurajin dalam mengaji, mentadarus atau menjaga Al-Qur’an denganbaik sampai akhir hayat.” (KH.Munawir, 10-09-2015)
Munjahid (2007: 119) memaparkan kiat praktis dan efektif dalam
menghafal Al-Qur’an, salah satu diantaranya adalah Memilih model atau
metode menghafal yang tepat, karena model atau metode menghafal yang
dimiliki seseorang dengan lainnya kadang tidak sama, karena setiap orang
mempunyai porsi daya ingat yang berbeda-beda. Artinya tiap orang
memiliki model atau gaya menghafal yang berbeda dengan lainnya.
2. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal
Metode ini digunakan para informan atau santri penghafal Al-
Qur’an dalam proses menghafal Al-Qur’an, seperti yang diungkapkan oleh
para informan berikut ini:
a. PP. Sabilul Huda:
1) “Cara saya dalam menghafal, semisal saya menambah hafalan 1pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulangkemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayatsampai lancar.” (Azihah, 06-09-2015)
2) “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an sebelum saya khatam sekarangini yaitu saya tadarus dahulu berkali-kali 1 pojok ayat Al-Qur’anitu, setelah itu baru saya hafalkan dari ayat per ayat begitu danseterusnya sampai lanyah dan lancar.” (Anafa, 16-09-2015)
72
b. PP. Nazzalal Furqon:
“Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzariterlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kaliatau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampailancar.” (Ruhah, 16-09-2015)
Alawiyah Wahid (2014:102-103) juga mengemukakan suatu
metode untuk mempercepat menghafalkan Al-Qur’an ialah memperbanyak
membaca Al-Qur’an sesering mungkin sebelum menghafalkan Al-Qur’an.
Yang mana tujuannya untuk mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang
hendak dihafalkan dan tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga
lebih mudah dalam menghafalkannya. Semakin sering membaca Al-
Qur’an (bin-nadzri), maka akan semakin mudah menghafalkan.
Contohnya, jika seseorang sering membaca surat Al-Faatihah dan Yaasiin
atau surat-surat lain yang sering dibaca, maka lama kelamaan menjadi
hafal dengan sendirinya karena seringnya dibaca.
3. Metode wahdah (ayat per ayat)
Dari para informan mengungkapkan dalam menghafalkan Al-
Qur’an mereka menggunakan dengan cara menghafal ayat per ayat atau
metode wahdah. Terutama dalam menambah hafalan baru. Sebagaimana
ungkapan informan di bawah ini:
a. PP. Sabilul Huda :
1) Cara Windar dalam menambah hafalan baru yaitu dengan dibacaterlebih dahulu 1 halaman, setelah itudihafalnya ayat per ayatsampai lancar. (Windar, 06-09-2015)
73
2) Cara Viani menghafalkan Al-Qur’an dengan dibaca berulang-ulang,setelah itu dihafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya. (Viani, 16-09-2015)
b. PP. Nazzalal Furqon :
1) Cara Ruhah menghafal Al-Qur’an dengan di bin-nadzari ataudibaca 1 pojok/ halaman sampai sepuluh kali atau lebih, kemudiandihafalkan dari ayat per ayat sampai lancar setelah itu barudisima’kan oleh teman yang lain. (Ruhah, 16-09-2015)
2) Cara Zahwa menghafalkan Al-Qur’an yaitu dengan dibaca dulu 1pojok Al-Qur’an itu berkali-kali kemudian baru dihafalkan ayat perayat. (Zahwa, 20-09-2015)
Menurut Ahsin (2000: 63), salah satu metode dalam menghafal Al-
Qur’an adalah metode wahdah. Metode ini adalah cara menghafal satu per
satu terhadap ayat–ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan
awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali atau berulang-ulang
sesuai kemampuan penghafal sehingga proses ini mampu membentuk pola
bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan
ayat-ayat yang dihafalkannya dalam bayangannya, hingga dapat
membentuk gerak refleks pada lisannya. Demikian selanjutnya, sehingga
semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif.
4. Metode takrir atau mengulang
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa metode takrir ini
digunakan dengan kepercayaan untuk menjaga dengan baik hafalan Al-
Qur’an yang sudah dihafalkan. Seperti ungkapan dari para informan dari
kedua pondok pesantren berikut :
74
a. PP. Sabilul Huda :
1) Cara Windar dalam menghafal Al-Qur’an yaitu ia baca terlebihdahulu, kemudian dilanjut dengan metode wahdah sampai lancar,setelah itu baru ditikrar sampai ia benar-benar hafal 1 pojok / 1halaman itu. (Windar, 06-09-2015)
2) Cara Azihah dalam menghafalawalnya ia baca dahulu berulang-ulang kemudian menghafal ayat per ayat sampai lancar, setelah itubaru ia ulangi lagi dari ayat pertama sampai ayat terakhir (tikrar).(Azihah, 06-09-2015)
b. PP. Nazzalal Furqon :
Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan tikrar-an (membacaulang hafalan) dan pernah mendapat ijazah untuk melakukan puasadaud selama 1 tahun, dan sebelum mulai mentadarusnyadikhususkan untuk hadroh atau hadiah fatichah kepada Nabi, guru-guru. (Zahwa, 20-09-2015)
Dalam bukunya Alawiyah Wahid (2014:77) metode takrir
maksudnya adalah mengulangi kembali hafalan yang sudah dihafalkan
atau hafalan yang sudah disetorkan kepada guru atau kyai secara terus-
menerus dan istiqomah. Ini bertujuan supaya hafalan yang sudah
dihafalkan tetap terjaga, berkualitas baik, kuat dan lancar. Mengulang bisa
dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru atau yang lain.
5. Metode semaan dengan sesama teman tahfizh
Metode ini adalah metode yang melibatkan antara sesama tahfidz
yang mana antara satu tahfidz melakukan semaan dengan tahfidz lainnya,
bisa dilakukan dua orang atau secara berkelompok. Seperti dalam
ungkapan informan berikut ini:
75
a. PP. Sabilul Huda :
Setiap tahunnya di bulan Rabi’ul Awal diadakannya test hafalanyang dilakukan oleh santri bil-ghaib yang mana antara satu santridengan satu santri yang lain saling menyima’ dan dipantaulangsung oleh abah kyai/ibu nyai. (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
b. PP. Nazzalal Furqon :
1) Cara saya dalam menghafal Al-Qur’an setiap harinya sayamembuat hafalan ayat baru seumpama 1 pojok itu awalnya sayabaca dahulu atau bin-nadzari semua agar benar bacaannya,kemudian baru saya hafalkan dengan ayat per ayat. Setelah itu sayaminta tolong kepada teman lain untuk menyimakkan. (Sari, 16-09-2015)
2) Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebihdahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisalebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar.Setelah itu baru disima’kan oleh teman yang lain. (Ruhah, 16-09-2015)
Menurut Alawiyah Wahid (2014:98-99) maksud dengan metode ini
adalah Semaan Al-Qur’an atau Tasmi’ (memperdengar-kan hafalan kepada
orang lain), misalnya kepada sesama teman tahfidz atau kepada senior
yang lebih lancar merupakan salah satu metode untuk tetap memelihara
hafalan supaya tetap terjaga, serta bertambah lancar. Kegiatan ini bisa
dilakukan dengan semaan Al-Qur’an bersama seperti halnya kegiatan rutin
pondok pesantren di tiap minggunya.
D. Perbedaan Metode Menghafal Al-Qur’an
Selain terdapat persamaan dalam keduanya ditemukan pula perbedaan
terapan metode menghafal Al-Qur’an antara PP. Sabilul Huda dan PP.
Nazzalal Furqon, sebagaimanayang disebutkan di bawah ini:
76
1. Metode muroja’ah
Metode ini sama halnya dengan mengulang kembali hafalan Al-
Qur’an yang sudah pernah dihafal dengan bertujuan untuk menjaga
hafalan Al-Qur’an supaya tetap terjaganya hafalan dengan baik. Dan
metode ini bisa dilakukan secara berkelompok atau dilakukan sendiri.
Sebagaimana yang telah menjadi rutinitas di kedua pondok pesantren
berikut ini :
a. PP. Nazzalal Furqon, dengan menggunakan metode ini sudah men-jadi
rutinitas bagi para santri atau informan di pondok pesantren, dan
dilakukan secara berkelompok pada waktu setelah mereka selesai
kegiatan mengaji Al-Qur’an kepada bapak yai, sebagaimana telah
diungkapkan oleh informan sebagai berikut:
Kalau untuk deresan atau muroja’ah bersama secara berkelompoksetelah mengaji Al-Qur’an ba’da isya’ itu membaca ¼ juzdisima’kan oleh senior dengan cara sorogan atau bergantian.(Rosyi, 16-09-2015)
b. PP. Sabilul Huda kegiatan metode muroja’ah ini dilakukan oleh
individu secara langsung pada waktu kegiatan mengaji Al-Qur’an
kepada ibu nyai atau abah yai, seperti ungkapan informan berikut ini:
Untuk sorogan kepada ibu nyai mengajukan undakan atauhafalan baru sebanyak dua kali pada waktu bakda subuh danbakda dhuhur, dan untuk muroja’ah ¼ juz dilakukan waktu bakdamaghrib. ( Windar, 06-09-2015 )
2. Metode deresan wajib
Metode deresan wajib ini sama halnya dengan mentadarus hafalan
Al-Qur’an yang dilakukan setiap harinya oleh para informan. Dan metode
77
deresan wajib ini biasa dilakukan oleh santri yang sudah khatam hafalan
Al-Qur’an 30 juz, yang mana dengan ini santri dapat benar-benar menjaga
hafalannya agar tidak mudah lupa. Namun dalam metode ini dari kedua
pondok pesantren yang diteliti terdapat perbedaan dalam penerapan
metode tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. PP. Sabilul Huda, metode deresan wajib ini adalah bentuk
implementasi yang harus atau wajib dilakukan santri yang sudah
khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz dengan tuntutan dalam setiap harinya
men-takrir 3 juz hafalan Al-Qur’an dalam satu majelis. Seperti
ungkapan informan berikut :
Santri bil-ghaib yang sudah khatam 30 juz ayat Al-Qur’an, untukmenjaga hafalan di tiap harinya wajib mengkhatamkan 3 juzayat Al-Qur’an dalam waktu satu majelis, dan itu sering sayalakukan pada waktu bakda dhuha. (Anafa, 16-09-2015)
b. PP. Nazzalal Furqon, implementasi metode deresan wajib ini di-
lakukan juga oleh para santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30
juz dengan tujuan sama untuk menjaga hafalan Al-Qur’an, yaitu dengan
mengulang atau mentadarus kembali hafalannya dalam waktu 1 hari
menghafalkan ¼ juz Al-Qur’an dengan sorogan langsung kepada abah
yai. Seperti ungkapan informan berikut ini :
Setelah mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an, yang saya lakukanuntuk tanggungjawab menjaga hafalan anjuran dari abah yaiuntuk melaksanakan deresan wajib sehari menghafal ¼ juz.(Zahwa, 20-09-2015)
78
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren
1. Kelebihan Metode Menghafal Al-Qur’an
a. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal
Cara yang digunakan santri dalam membuat hafalan baru
dengan terlebih dahulu membaca ayat yang akan dibacanya berulang
kali agar tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga mudah
dalam menghafalkannya. Karena bagi para penghafal Al-Qur’an
bahwa dengan metode atau tehnik apapun yan dilakukan tidak akan
terlepas dari pembacaan ayat secara berulang-ulang sampai dapat
mengucapkan tanpa melihat mushaf.
b. Metode wahdah
Dalam menambah hafalan baru, santri juga menggunakan
metode wahdah atau menghafal ayat per ayat. Dengan metode ini
akan membentuk pola dalam bayangannya dan mampu
mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam
bayangan akan tetapi hingga dapat membentuk gerak refleks pada
lisannya.
c. Metode takrir atau mengulang
Kelebihan dari metode ini adahalah dengan tujuan menjaga
kualitas hafalan Al-Qu’an yang sudah didapatkan agar tidak mudah
lupa, dengan cara mengulang kembali hafalannya.
79
d. Metode semaan sesama dengan teman tahfizh
Kelebihan dari metode ini yakni membantu teman yang
tahfizh dalam memelihara hafalannya dengan cara sama-sama
menyima’ atau mendengarkan secara bergantian.
e. Metode deresan wajib
Tujuan metode ini adalah untuk menjaga hafalan Al-Qur’an
bagi santri yang sudah khatam hafalan 30 juz Al-Qur’an agar
hafalan-nya tetap kuat, selain itu juga agar disetiap harinya
mempunyai waktu untuk selalu mentadarus Al-Qur’an.
f. Metode muroja’ah kelompok
Kelebihan dari metode ini adalah agar santri tidak merasa
jenuh dalam setiap kegiatan mengaji Al-Qur’an, dalam satu
kelompok tersebut dapat berinteraksi bersama dalam hafalan Al-
Qur’an.
2. Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an
Secara garis besar dilihat dari segi kekurangan dari semua metode
yang terdapat di kedua pondok pesantren ini adalah menghabiskan
banyak waktu yang digunakan, ketelitian terhadap bacaan ayat-ayat Al-
Qur’an dan juga membutuhkan kesabaran yang ekstra bagi peng-hafal
Al-Qur’an. Karena pada saat santri sudah mampu menghafal ayat Al-
Qur’an sebanyak satu juz hafalan, diwajibkan untuk melakukan
pengulangan hafalan dan itu dilakukan secara terus menerus.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian Metode Menghafal Al-
Qur’an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok
Pesantren Nazzalal Furqon, telah ditemuakan beberapa metode yang terdapat
di masing-masing dari kedua pondok pesantren yang penulis teliti, yaitu:
1. Di Pondok Pesantren Sabilul Huda metode yang digunakan santri dalam
menghafal Al-Qur’an adalah metode memperbanyak membaca Al-
Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metode
semaan sesama teman tahfidz, dan metode menghafal 1 hari 3 juz.
2. Di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ditemukan metode-metode yang
digunakan santri dalam proses menghafal Al-Qur’an adalah: metode
memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode
wahdah, metode muroja’ah kelompok, metode takrir, metode deresan
wajib ¼ juz dalam 1 hari, dan metode semaan dengan sesama teman
tahfidz.
3. Dari hasil temuan antar kedua pondok pesantren yang diteliti, terdapat
persamaan dan perbedaan metode yang digunakan para informan dalam
menghafal Al-Qur’an, yaitu:
a. Persamaan metode menghafal Al-Qur’an yang digunakan antara
kedua pondok pesantren yang diteliti yakni, bahwa tidak terdapat
metode khusus dalam menghafal Al-Qur’an antar keduanya, namun
81
dalam cara keseharian atau metode-metode yang digunakan hampir
sama yaitu dengan menggunakan metode wahdah, memperbanyak
membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode takrir dan metode
semaan sesama teman tahfizh.
b. Selain itu juga ditemuakan beberapa perbedaan dalam metode
menghafal Al-Qur’an, diantaranya:
1) Di PP Sabilul Huda menggunakan metode deresan wajib 3 juz
setiap hari khusus untuk santri yang sudah khatam menghafal Al-
Qur’an 30 juz, sedangkan
2) Di PP Nazzalal Furqon menggunakan metode deresan wajib tiap
harinya ¼ juz untuk yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz,
dan metode muroja’ah kelompok setelah mengaji Al-Qur’an bakda
isya’.
4. Kelebihan dan kekurangan
Dari beberapa metode yang digunakan santri dalam menghafal Al-
Qur’an terdapat kelebihan dan kekurangan dalam setiap pelaksanaan-nya,
yaitu
a. Kelebihan dari setiap metode di atas adalah dapat membantu santri
dalam proses menghafalkan Al-Qur’an dan menjaga hafalan Al-
Qur’annya.
b. Kekurangan secara garis besar dari metode-metode di atas adalah
menghabiskan banyak waktu yang digunakan, ketelitian terhadap
82
bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan juga membutuhkan kesabaran yang
ekstra bagi peng-hafal Al-Qur’an.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan,
dengan uraian di atas, ada beberapa saran yang diajukan menyangkut
penelitian ini, yaitu:
1. Pondok Pesantren
Dilihat karakteristik dari kedua pondok pesantren yang berbeda,
mulai tahapan-tahapan awal sebelum melangkah pada menghafal Al-
Qur’an sampai tahapan menghafal Al-Qur’an sudah mumpuni dalam
mencetak generasi qur’an yang lebih konsisten terhadap apa yang sudah
menjadi tanggungjawab dalam belajar dan menjaga Al-Qur’an.
2. Santri
Dengan berbagai macam metode, dan banyak pula yang dilakukan
dalam menghafal Al-Qur’an melalui metode-metode tersebut. Tetap
menjaga kontinuitas dan berusaha istiqomah dalam menjaga hafalan Al-
Qur’an dengan baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2013a. Ringkasan Shahih Bukhari IV.Jakarta: Pustaka Azzam.
__________. 2013b. Shahih Sunan At-Tirmidzi (3). Jakarta: Pustaka Azzam.
__________. 2012. Ringkasan Shahih Muslim II. Jakarta: Pustaka Azzam.
__________. 2007. Shahih Sunan Abu Daud (I). Jakarta: Pustaka Azzam.
Al Hafidz, Ahsin W. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an.Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur'an danRahasia-rahasia Keajaibannya. Jogjakarta: Diva Press
Djalal, Abdul. 2013. Ulumul Qur'an. Surabaya: CV Dunia Ilmu
Hariri, Ahmad. 2011. Korelasi Intensitas Metode Bimbingan Guru denganKemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok PesantrenNazzalal Furqon Tingkir 2011. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga:Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Moeleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Munir, M. 2006. Metode Dakwah . Jakarta: Prenada Media
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam.Yogyakarta: Idea Press
Qomar, Mujamil. Tanpa tahun. Pesantren: Dari Transformasi MetodologiMenuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Shihab, M.Quraish. 1999. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i AtasPelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
84
Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung:Mujahid Press
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung. CV Alfabeta.
Syu'aib, Syeikh Abdul. Tanpa tahun. Menjiwai Qur'an. Terjemahan olehMuh. Alif. 2012. Yogyakarta: Mumtaz.
Thanthawi, Muhammad Sayyid. 2013. Ulumul Qur’an Teori & Metodologi.Jogjakarta: Ircisod
Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an.Jogjakarta: Diva Press
Zawawie, Mukhlishoh. 2011. Pedoman Membaca, Mendengar, danMenghafal Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina.
http://muslim.or.id/9030/html : Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an
LAMPIRAN
Bagian Depan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Wawancara dengan Salah Satu Santri
Kegiatan Mengaji Al-Qur’an Santri PP. Nazzalal Furqon
Kegiatan Muroja’ah Kelompok di PP. Nazzalal Furqon
Kegiatan Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz di PP.Nazzalal Furqon
Kegiatan Mengaji Kitab di PP.Nazzalal Furqon
Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Abah Yai di PP. Sabilul Huda
Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Ibu Nyai di PP. Sabilul Huda
Kegiatan Deresan Wajib 1 Hari 3 Juz di PP.Sabilul Huda
k
Kegiatan Mengaji Kitab di PP.Sabilul Huda