Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan Deskripsi Melalui Penggunaan Media Gambar Seri...
-
Upload
aprin-dani -
Category
Documents
-
view
991 -
download
0
Transcript of Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan Deskripsi Melalui Penggunaan Media Gambar Seri...
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS V MIN JULI KABUPATEN BIREUEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini dikenal dua macam cara
berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung.
Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan komunikasi secara langsung
antara dua orang atau lebih, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi
tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan
berbahasa, mempunyai peranan yang penting didalam hidup kehidupan manusia. Karena tanpa
memahami bahasa sangat susah untuk bergaul dalam kehidupan yang dijalani. Oleh sebab itu
manusia dituntun untuk mencari ilmu supaya mudah dalam bergaul dan mengerti bahasa
terutama dalam menulis, Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan
untuk mencapai maksud dan tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh H.G. Tarigan (dalam
Suriamiharja dkk. 1983) bahwa menulis ialah: menurunkan atau melukiskan lambing grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang – lambang grafik tersebut kalau mereka memehami bahasa dan gambar grafik tersebut.
Dalam lingkungan sekolah pada dasarnya mengarang merupakan salah satu faktor yang paling
penting guna untuk bisa menguraikan ide kedalam sebuah tulisan..
Mengarang pada perinsipnya adalah bercerita tentang sesuatu yang ada pada angan –
angan penceritaan itu dapat dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Setiap manusia
semuanya diciptakan sebagai pengarang agar mudah untuk mengaplikasikan kehidupan ini
dengan benar.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang masih
banyak terdapat kendala dalam pengaplikasiannya. Buktinya siswa kurang
mampu menulis karangan serta rendahnya penguasaan bahasa tulis secara
sempurna. Meraka tidak mampu menggunakan kata-kata yang sesuai
dengan ketentuan dalam ejaan bahasa Indonesia dengan benar. Mereka
belum mampu mengarang dengan benar tanpa ada hambatan. Metode yang
digunakan dalam belajar mengarang sangat tidak menarik sehingga banyak
siswa yang tak memahami tentang mengarang bahkan siswa merasa bosan
ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dalam lingkungan
bermasyarakat banyak siswa yang pandai berbicara atau berpidato, tetapi
mereka masih kurang mampu menuangkan gagasanya kedalam bentuk
bahasa tulisan yang benar dan mudah dimengerti oleh pembaca. Maka
untuk bisa mengarang dengan baik, seseorang harus mempunyai
kemampuan untuk menulis. Kemampuan menulis dapat dicapai melalui
proses belajar dan berlatih.
Permasalahan pun muncul seperti yang sudah penulis alami ketika melakukan observasi
di kelas V MIN Juli Kabupaten Bireuen. Dari hasil observasi itu penulis menemukan masalah,
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika dalam mengajarkan mengarang.
Mengingat pentingnya kemampuan mengarang bagi siswa, maka penulis berusaha mengungkap
seberapa peningkatan kemampuan mengarang melalui penggunaan media gambar seri. Untuk
memperoleh informasi factual, penulis akan mengadakan suatu penelitian di sekolah MIN Juli
dengan judul:
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS V MIN JULI KABUPATEN
BIREUEN.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Siwa kurang mampu menggunakan dan memilih kata dalam menuangkan buah pikirnya,
sering mengulang kata “lalu” dan “terus”.
2. Isi kalimat relatif tidak menggambarkan topik.
3. Kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak sinambung, paragraf yang satu dengan
paragraf yang lain tidak koheren.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan data awal yang diperoleh dari hasil observasi awal
yang dilakukan peneliti dan untuk membatasi permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka
penulis merumuskan permasalahan diatas, maka penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan,
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penerapan media cerita gambar seri dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi di kelas V MIN Juli Kabupaten Bireuen?
2. Apakah dengan menggunakan media cerita gambar seri dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam penulisan karangan deskripsi?
3. Masalah atau kendala yang dihadapi di lapangan ketika memberikan pembelajaran menulis
kerangan deskripsi di kelas V MIN Juli Kabupaten Bireuen?
1.4 Tujuan Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, bertujuan untuk:
1. Untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan media
gambar seri di kelas V MIN Juli Kabupaten Bireuen.
2. Untuk mengetahui keefektifan siswa dalam pengajaran penggunaan media Gambar seri dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi di kelas V MIN Juli Kabupaten Bireuen.
3. Untuk Mengtahui pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan media gamabar seri dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang
bagaimana cara mengarang dengan menggunakan media gambar seri di kelas V MIN Juli
Kabupaten Bireuen.
1.5 Manfaat Penelitiaan
1. Bagi Guru
Guru dapat memehami hal – hal yang perlu dilakukan untuk menyampaikan
pembelajaran secara aktif dan dan menarik siswa dalam menyamapaikan materi sehingga
siswanya mampu menyimak pelajaran yang sedang diajarkan dan apa yang diharapakan oleh
guru dapat tercapai. Dalam penelitian ini dapat diambil manfaat bagi guru termasuk diantaranya
guru dapat memperkaya teknik pembelajaran dan guru dapat mengetahui teknik pembelajaran
dan guru dapat mengetahui teknik – teknik pembelajaran dan guru dapat mengetahui
permasalahan - permasalahan siswa dengan cara – cara mengatasinya. Sehingga dapat
mempermudah guru untuk mengatasi masalah – masalah apa yang timbul dlam
pembelajaran.Guru menjadi aktif dan kereatif dalam mempelajarkan siswa dengan menggunakan
media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru mengetahui
penggunaan alat evaluasi yang sesuai untuk mengukur keterampilan menulis karangan dengan
baik.
2. Bagi Siswa
Siswa dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami materi pelajaran. Dengan cara
pembelajaran yang menarik, dan tidak akan membosankan siswa dalam menyimak pelajaran
sehingga siswa akan menyimak pelajaran dengan baik. siswa akan lebih akatif belajara dan
mereka bisa lebih mudah dalam memahami pelajaran,
3. Bagi Lembaga
Sekolah dapat lebih mudah dalam memperoleh alat peraga, penggunaan alat peraga
disekolah pihak sekolah tidak harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menyediakan
alat peraga, karena alat peraga bisa dibuat dari lingkungan sekitar dan dapat dari siswa itu
sendiri. Serta alat peraga ini dapat disimpan untuk siswa – siswa tahun berikutnya.
.
1.6 Definisi operasional
1. Meningkatkan adalah Memberikan dorongan atau memberikan motivasi kepada anak tentang
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
2. Kemampuan adalah tingkat penguasaan, tingkat kemahiran, kompetensi siswa dalam menulis
karangan deskripsi melalui media gambar berseri.
3. Siswa adalah murid atau pelajar, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah.
4. Menulis adalah menempatkan simbol – simbol grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian
dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta
simbol – simbol grafiknya”.
5. Karangan adalah susunan kata yang berlapis-lapis dan teratur yang menggunakan bahasa yang
teratur.
6. Media Cerita Gambar Seri adalah cerita atau daya upaya dalam menyusun atau menulis
karangan dangan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) kedalam wujud atau bentuk
bahasa lain.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Menulis
Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan
menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu system
komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca
atau dilihat dengan nyata. Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996 : 1),
mengembangkan bahwa :
“Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang – lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain dapat membaca lambang – lambanga grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut “.
Sedangkan Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996 : 1), mengatakan bahwa:
“Menulis adalah menempatkan simbol – simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol – simbol grafiknya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang – lambang grafik untuk
menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain .
2.2 Karangan Deskripsi
Karangan adalah susunan kata yang berlapis-lapis dan teratur yang
menggunakan bahasa yang teratur pula (Karsana 1986:4). Dalam hal ini,
karangan juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu karangan yang
berfungsi memberitahu, karangan yang berfungsi memberi pemahaman,
karangan yang berfungsi mengisahkan,karangan yang berfungsi
menggambarkan, karangan yang berfungsi memberi petunjuk, karangan
yang berfungsi instruktif (memerintahkan), karangan yang berfungsi untuk
mengingat, karangan yang berfungsi untuk korespondensi, da sebagainya
(Karsana 1986:17-24). Karangan adalah hasil perwujudan gagasan
seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh
masyarakat pembaca (Gie 2002:3). Unsur-unsur karangan menurut Gie
(2002:4) ada empat, yaitu gagasan yang berupa pendapat, pengalaman,
atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang, tuturan yang
berbentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca,
tatanan yaitu tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan
mengindahkan berbagai asas dan aturan serta teknik sampai merencanakan
rangka dan langkah, serta wahana yang berfungsi sebagai sarana
penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa
kata dan gramatika serta retorika.
Menurut Keraf (1995:7), deskripsi adalah menggambarkan atau
menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek, atau
mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi. Fungsi utama
deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau
objeknya, atau menyerap kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi
membuat kita melihat yaitu membuat visualisasi mengenai objeknya.
Deskripsi memusatkan uraiannya pada penampilan barang. Dalam deskripsi
kita melihat objek garapan secara hidup-hidup dan konkrit, melihat objek
secara bulat. Deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari
dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui panca
indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang
digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek
yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang biasa ditangkap dengan
pancaindera kita, sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, wajah
seorang yang cantik molek atau seseorang yang putus asa, alunan musik
atau gelegar guntur, dan sebagainya(Keraf 1995:16-17).
Menurut Hartono (2003:37), deskripsi yaitu suatu bentuk komposisi
yang digunakan sebagai sarana penulis atau pembicara menggambarkan
atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek,
atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal atau bunyi. Deskripsi
adalah lukisan yang menggambarkan rupa, suara, bau, atau rasa sesuatu.
Deskripsi adalah karangan yang lebih kompak dan bertekstur dengan
memilih detail-detail fisik dan emosional (Sudiati dkk. 2005:3-4).
Dari dua pengertian di atas, maka dihasilkan satu pengertian dari
karangan deskripsi. Rustamaji (1991:71) mengatakan bahwa karangan
deskripsi adalah jenis karangan yang bertujuan untuk menyodorkan
gambaran mengenai suatu pokok persoalan, penggambaran sesuatu itu
menurut apa adanya. Karangan deskripsi adalah semacam bentuk wacana
yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa,
sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca,
seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi
suatu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya
pemandangan, orang, atau sensasi (Keraf 1995:7).
2.2.1 Unsur Karang -Mengarang
Berbicara mengenai karangan baik yang berupa karangan pendek maupun panjang, maka
kita harus berbicara mengenai beberapa hal atau masalah disekitar karangan. The Liang Gie
(1992 : 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam mengarang yaitu sebagai berikut :
1. Gagasan ( Idea )
Yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis.
2 Tuturan ( Discourse )
Yaitu bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca.
Ada 4 ( empat ) bentuk mengarang :
a. Pencarian (Narration )
Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa / pengalaman .
b. Pelukisan ( Description )
Bentuk pengungkapan yang menggambarkan pengindraan, perasaan mengarang tentang
mecam – macam hal yang berada dalam susunan ruang ( misalnya : pemandangan indah,
lagu merdu, dll )
c. Pemaparan ( Exposition )
Bentuk pengungkapan yang meyajikan secara fakta – fakta yang bermaksud memeberi
penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses atau peralatan.
d. Perbincangan ( Argumentation )
Bentuk pengungkapan dengan maksud menyalin pembaca agar
mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang
dihadapi pengrang.
3. Tatanan ( Organization ) Yaitu tertib pengaturan dan peyusunan
gagasan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai
merencanakan rangka dan langkah .
4. Wahana (Meduim ) Ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa
tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika ( tata bahasa ), dan
terotika ( seni memekai bahasa secara efektif )
2.2.2Tujuan Pengajaran Mengarang
Sabarti Akhadiah, Dr. Prof (1996 / 1997) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran
mengarang sama dengan tujuan pengajaran bercakap – cakap hanya berbeda dengan bentuk
tulisan, yaitu :
1. Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif
2. Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat
3. Latihan memaparkan pengalaman – pengalaman dengan tepat.
4. Latihan – latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk bahasa).
2.2.3 Macam – Macam Karangan di MIN
Macam – macam karangan yang dapat diajarkan di MIN dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Menurut Tingkatan
1. Karangan permulaan (Kelas I dan II )
2. Karangan sebenarnya (Karangan lanjutan ) di kelas – kelas berikutnya.
b. Menurut Isi / Bentuk
1. Karangan Varslag (Laporan), Umumnya diberikan di kelas – kelas rendah Misalnya:
Menceritakan kembali (secara tertulis) apa – apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.
2. Karangan Fantasi, Mengeluarkan isi jiwa sendiri (Ekspresi jiwa), Misalnya: “Cita – citaku
setelah tamat sekolah”. “Seandainya aku menjadi presiden”.
3. Karangan Reproduksi, Umumnya bersipat menceritakan / menguraikan suatau perkataan yang
telah di pelajari atau di pahami, seperti mengenal ilmu – ilmu bumi, ilmu hayat, atau menulis
dengan kata – kata sendiri apa yang telah di baca dll.
4. Karangan Argumentasi, Karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan
pendapat ataupun pikiranya berdasarkan alasan yang tepat.
c. Menurut Susunanya
1. Karangan Terikat
2. Karangan Bebas
3. Karangan setengah bebes terikat Sabarti Akhadiah, Dr. Prof (1997:59).
Pendapat lama mengtakan mengajar mengarang itu baru diberikan di
kelas V sekolah rendah, karena syarat – syarat yang ditentukan untuk
mengarang itu adalah berat. Seperti ejaan bahasa, susunan kalimat, isi,
tanda baca, dan sebagainya. Sementara itu pendapat sekarang, “
Mengarang “ itu semenjak di kelas I (Satu) sudah mulia disisipkan
(Mengarang Permulaan). Di kelas I (Satu) sudah dapat di mulai dengan
menggambar bebas kemudian anak menulis beberapa kalimat tentang
gambarnya. Di kelas III (Tiga) adalah lanjutan dari kegiatan di atas. Cerita
tentang gambar telah memakai judul, kalimat lebih banyak pada saat
menceritakan tentang benda, hewan atau tanaman yang sesuai dengan
lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda. Mengarang
dengan bentuk gambar seri telah lebih banyak kalimatnya daripada di kelas
II (dua) biasanya anak menggunakan kata penghubung. Di kelas V (lima)
karangan anak lebih luas dari peda kelas III (tiga). Anak dibiasakan
mengamati lingkungan sekitarnya (Pasar, kebun, taman, Tempat
pertunjukan dll) lebih rinci sehinga siswa kelas V (lima) telah dapat
menuliskan berpulih – pulih kalimat tentang sesuatu. Pada saat
menceritakan gambar berseri, siswa kelas V (lima) lebih rinci menjelaskan
setiap gambar. Pengamatan gambar lebih rinci. Mulailah anak, menentukan
pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan – karangan. Hal ini lebih
mudah dilatihkan melalui mengarang dengan bentuk gambar seri (Sabarti
Akhadiah, Dr. Prof (1997:59).
2.2.5 Susunan Karangan
Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh Hatimah,
Ihat dkk. (2006 : 159) adalah :
“ Wacana dibentuk oleh paragraf – paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat – kalimat. Kalimat – kalimat yang membentuk palagraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh “.
a. Kata
Setiap gagasan pikiran atau perasaan dituliskan dalam kata – kata. Kata adalah unsur kata
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat di gunakan dalam bahasa. Untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan
dalam tulisan karangan. Seorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memedai dan
pemilihan kata yang tepat. “Dalam memilih kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok yaitu
(1) Ketepatan (2) Kesesuaian” (Suriamiharja et – al, 1996: 25). Persyaratan ketepatan yaitu kata
– kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin di ungkapkan sehingga
pembaca juga dapat menafsirkan kata – kata tersebut tepat seperti maksud penulis. Persyaratan
kedua yaitu kesesuaian. Hal ini menyangkut kecocokan antara kata – kata yang dipakia dengan
kesempatan / situasi dengan keadaan pembaca. Apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang
dipergunakan tidak merupakan suasana atau tidak menyinggung perasaan orang yang hadir.di
angka dari www.sastraindo.com.
b. Kalimat
Kalimat terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan anak kalimat adalah gabungan
dari ungkapan atau frase, dan ungkapan itu sendiri merupakan rangkaina dari kata – kata.
Kalimat yang dipergunakan dalam karangan berupa kalimat yang efektif yaitu kalimat
yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiranpandangan atau
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembaca. Suryamiharja et-al (1996 :
38), Mangemukakan bahwa : Kaliamat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur –
unsur :
1. Dapat mewakili gagasan penulis
2. Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang
dipikirkan penulis.
c. Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas
dari pada kalimat : paragraf merupakan kimpulan kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian
untuk membentuk sebuah gagasan, Berkaitan dengan paragraf akhadiah, dkk (dalam Agus
Suryamiharja, 1996 : 46), Menjelaskan bahwa “dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran
yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sapai kalimat
penutup”. Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah:
1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan.
2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan. (Tarigan, 1996:48).
Menurut Suriamuharja (1996: 48) “Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga
parsyaratan, yaitu (1) Kohesi (Kesatuan ) ; (2) Koherensi (Kepaduan) ; dan (3) Pengembangan /
Kelengkapan paragr
1. Kohesi (Kesatuan)
Keraf (dalam Suriamiharja 1996: 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan
kohesi / kesatuan dalam paragraf adalah semua kalimat yang membina palagraf secara bersama –
sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu”.
2. Koherensi (Kepaduan)
Keraf (Suriamiharja 1996: 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksed dengan
koherensi / keterpaduan dalam paragraf adalah kekompakan hubungan antar sebuah kalimat
denngan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu”.
3. Pengembangan / Kelengkapan paragraf
Keraf (dalam Suryamiharja 1966:50), mengemukakan bahwa
“pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan –
gagasan yang membina peragraf itu”, Suatu paragraf dikatakan berkembang
atau lengkap jika kalimat topik atau kalimat utama dikembangkan atau
dijelaskan dengan cara menjabarkannya dalam bentuk – bentuk kongkrit,
dapat dengan cara pemaparan dan pemberian contoh, penganalisaan dan
nilai – nilai. aph”.
2.3 Pengertian Media Pembelajaran
Kata “Media” secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media
sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak
didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan” (Djamarah dan Zein, 1996 : 136).
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidak jelasan guru dalam
menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media. Apabila tingkatan
MIN yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan
pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna
bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan
bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar,
tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
2.3.1 Fungsi Peranan Media Pengajaran
Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar, Nana Sudjana (dalam Djamarah, 1996: 152 ),
Merumuskan fungsi media sebagai berikut :
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi
mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif
2. Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi
mengajar.
3. Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran .
4. Penggunaan media bukan semata – mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses
belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar
mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru.
6. Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Ketika fungsi – fungsi media pengajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar
mengajar , maka terlihatlah perannya sebagai berikut :
a. Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru
sampaikan.
b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para
siswa dalam proses belajarnya.
c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Di angkat dari www.blogspot.com.
2.3.2 Kriteria Pemilihan Media Pengajaran
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Djamarah dan Zein, 1996 : 150), mengemukakan
beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:
a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami
siswa.
c. Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan praktis penggunaannya.
d. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran.
e. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa
selama pengajaran berlangsung.
f. Sesuai dengan tarap berpikir siswa.
2.4 Media Cerita Gambar Seri Sebagai Model Pembelajaran
Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuai dengan
taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD.
Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam
keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari
gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan. Berkaitan dengan
penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997 : 63), mengemukakan bahwa
“Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mingkin akan
menjadi karangan – karangan”, juga Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa “Mengarang
melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa”. Dari uraian
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam
menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual
(gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.di angkat dari
http://eprints.Ums.Ac.Id/364/01/19._subyantoro.pdf
2.5 Ciri – Ciri Gambar Yang Baik dan Peranannya Sebagai Media Pengajar
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri
– ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et-al (1991: 219), yaitu :
1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.
2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
3. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek – obyek dalam
gambar.
4. Berani dan dinamis.
5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
Sedangkan peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu :
1. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar.
2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.
3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)
4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain. (Sudirman et-al
1991 : 220)
Atas dasar uraian tersebut diatas, hendaknya guru mau mempertimbangkan penggunaan
media gambar seri didalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran
menulis karangan. Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya
suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut
dapat mampu menulis karangan sesuai dengan tema, ide, pengalaman dan kejadianya. Diangkat
dari http://www.realonearcade.com.
2.6 Hakikat Pengajaran Menulis Karangan Deskripsi
Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia
dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas, sehingga orang lain dapat
memahami apa yang diungkapkannya. Untuk menjadi seorang penulis yang
baik, terlebih dahulu penulis harus menentukan maksud dan tujuan
penulisannya, agar pembaca memahami ke mana arah tujuan penulisan itu
sendiri (Suriamiharja 1996 :3).
Dalam kaitannya dengan pengajaran menulis karangan, penelitian ini
bertujuan agar siswa mampu menghasilkan karangan yang terdiri atas
ratusan kata dengan hasil yang baik. Siswa mampu menyusun kalimat,
menyusun paragraf dan akhirnya menyusun wacana sesuai dengan aturan
penulisan yang berlaku. Adapun karangan yang diajarkan kepada siswa
adalah karangan deskripsi. Melalui pengajaran menulis karangan deskripsi,
siswa diharapkan memiliki kegemaran menulis untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengalamannya.
Melalui pengajaran menulis karangan deskripsi, siswa diharapkan
memiliki kegemaran menulis untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengalamannya. Dengan bekal yang cukup siswa akan dapat menuangkan
gagasan dan perasaannnya serta menyukai kegiatan menulis seperti
menyusun karangan deskripsi.
BAB II
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitin tindakan kelas (PTK). Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar
siswa yang berkaitan proses pembelajaran dikelas, khususnya dalam
meningkatkan kemampuan menulis karangan melalui gambar berseri di MIN
Juli Kabupaten Bireuen.
Menurut Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3), penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang dilakukan oleh
siswa.
Menurut Kassihani Hasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas
merupakan salah satu upaya guru dalam bentuk berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan minat belajar
siswa dikelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung
berhubungan dengan tugas guru dilapangan. Artinya, penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan
untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Berdasarkan beberapa difenisi oleh para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian tindakan kelas adalah segala daya dan upaya
yang dilakukan oleh seorang guru berupa kegiatan penelitian tindakan atau
arahan dengan tujuan dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas
pembelajaran yang selayaknya.
3.2 Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian tindakan kelas peneliti sebagai subjek dan siswa
sebagai objek yang diteliti. Dalam meneliti sebuah permasalahan yang
timbul Kehadiran peneliti dilokasi sangat diutamakan, dikarenakan peneliti
sebagai salah satu kunci utama dalam memberikan tindakan sesuai prosedur
yang ada, kehadiran peneliti dalam penelitian tindakan kelas modal
utamanya yaitu untuk mewawancarai siswa,dan guru bidang studi dan
peneliti sebagai pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
mengunakan penelitian yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
jenis penelitian tindakan kelas.
3.3 Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis mengangkat judul “meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan melalui penggunaan media gambar seri di kelas V
MIN Juli Kabupaten Bireuen.
Secara geografis lokasi sekola berada daerah Kecamatan Juli yang
merupakan ibukota Kabupaten bireuen. Sekolah terletak di tepi jalan raya
bireuen-takengon (Kec. Juli) tepatnya kilometer 08.
Penulis akan mengadakan penelitian pada kelas yang diampunya, yaitu kelas V semester
I tahun pelajaran 2010/2011 MIN Juli Kabupaten Bireuen. Keadaan status ekonomi siswa sangat
beragam, yang sebagaian besar orang tua siswa bermata pencaharian buruh tani. Jumlah siswa
kelas V 30 anak. Terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian
merencanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media pembelajaran Media Gambar
Seri di kelas V miN juli Kabupaten bireuen menyelesaikan pembelajaran mengarang tentang
mengarang dengan menggunakan media gamabar seri, akan dilaksanakan pada semester I untuk
tahun pembelajaran 2010 / 2011 diawalai dengan pembuatan proposal berdasarkan hasil
observasi dilapangan yang dimulai pada awal maret 2010.
3.4 Data dan Sumber Data
1 Data.
Diperoleh dari :
a. Tes akhir pembelajaran.
b. Observasi proses pembelajaran.
c. Interview setelah proses pembelajaran.
d. Lembar pengamatan terhadap siswa pada masing-masing siklus.
e. Lembar pengamatan terhadap guru tiap siklus dari teman sejawat sebagai kolaborasi dalam
penelitian.
2. Sumber Data
a. Hasil pengamatan terhadap guru yang diperoleh dari observer yaitu rekan kerja.
b. Hasil tes tertulis siswa kelas V MIN Juli Kabupaten Bireuen.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan tiga alat pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan tes
perbuatan (performance) yang digunakan selama penelitian masalah dalam makalah ini dan
mendiagnosa serta mengevaluasi dari model yang digunakan. Berikut ini penjelasanya :
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapat
informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, apersepsi, dan keyakinan dari individu atau
responden. Wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung
dengan sumber data.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik evaluasi non tes yang biasa dilakukan kapan saja.
“Obsevasi adalah teknik atau cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu kagiatan (tingkah
laku)”.
Penulis menggunakan teknik observasi ini untuk mengamati keadaan siswa sebelum,
sedang, dan sesudah model pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan media gambar
seri.
3. Tes Perbuatan
Tes perbuatan (performance) dimaksudkan untuk mengukur keterampilan dalam
melakukan sesuatu (Rachmat dan Suhendi, 1998 : 113). Alat pengukurannya menggunakan
pedoman penilaian atau format observasi. Tes perbuatan ini digunakan untuk mengetahui
sejauhmana siswa dapat menulis karangan dengan baik dengan menggunakan media gambar seri.
3.6 Teknik Analisis Data
Jenis data yang dipergunakan adalah jenis data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan cara menghitung nilai siswa
secara keseluruhan dan merekap nilai tes. Kemudian menghitung rata-rata
nilai yang diperoleh. Berikut rumus presentase nilai.
NP = 100%
Keterangan :
NP = Nilai dalam persen
R = Skor yang dicapai siswa
JS = Jumlah keseluruhan siswa
(Arikunto, 2002: 263)
Data kualitatif diperoleh dari mendeskripsikan dan mengelompokkan
data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara. Semua data diambil
melalui tes. Pendiskripsian untuk mengungkap semua perubahan tindakan
dan peningkatan prilaku siswa selama proses belajar mengajar pada siklus I
dan siklus II yang akan.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menghindari dari kesalahan atau kekeliruan data yang
terkumpul dari hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian, perlu
dilakukan pengecekan keabsahan data dengan mendetail. Pengecekan
keabsahan data yang didasarkan pada sesuatu diluar data untuk keperluan
mengecek atau sebagai pembanding terhadap data yang telah ada
(Moleong, 2007).
3.8 Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilakukan dua siklus.
1. Proses Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti akan mempersiapkan (1) satuan
pelajaran, (2) rancangan tindakan dalam bentuk rencana pembelajaran, (3)
rencana evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b. Tindakan
Pada tahap tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang akan
dilakukan. Pada saat proses pembelajaran menulis karangan berlangsung,
siswa diberi sebuah materi mengarang yang harus karang oleh siswa.
Kemudian hasilnya dibahas bersama-sama. Setelah itu karangan yang dibuat
dalam bentuk cerita. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
membaca isi karangan siswa secara bergiliran. Siswa yang lain
memperhatikan, apabila ada kesalahan yang dilakukan oleh temannya,
maka mereka harus memberikan koreksi terhadap temannya yang
melakukan kesalahan.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan dalam proses belajar mengajar
berlangsung, pengamatan dapat dilakukan dengan observasi atau
pengamatan secara langsung, atau dengan wawancara. Pengambilan data
dengan observasi bertujuan untuk dapat secara langsung mengamati semua
perilaku siswa baik yang positif maupun negatif selama proses belajar
mengajar berlangsung dikelas.
d. Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan observasi dan wawancara pada tahap ini dijadikan
sebagai pedoman. Dari situasi tersebut dapat dipakai untuk pembenahan
dan perbaikan pada tahap selanjutnya. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada waktu proses belajar mengajar pada tiap-tiap tahapan,
misalnya ada beberapa siswa yang saling berebut alat tulis, berpindah
tempat duduk, dan menyepelekan penggunaan media gambar berseri yang
dianggap sebagai sesuatu yang aneh. Oleh karena itu pada tahap ini akan
diambil tindakan untuk meningkatkan pengelolaan kelas dengan jalan
menegur mereka yang sering membuat keributan. Dengan kata lain
pengamatan lebih intensif pada siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar
yang optimal.