Meningitis

36
5 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasa r Peny akit 1. Pe nge rtia n a. Meningitis Tuberkulosis Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang disebabkan oleh basil tahan asam  Mycobacterium tuberculosis (Gilroy, 2000). Suriadi (2001: 89) mengatakan meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Menurut Arief Mansyur, dkk (2000 : 11) mening itis tuberkulosis adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi ditempat lain. Sedangkan pengertian meningitis tuberkulosis menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi, 1996 : 181) adalah komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang mengenai selaput otak, parenkim otak dan pembuluh darah otak, disebabkan oleh  Mycobacterium tuberculosis dan merupakan infeksi sekunder sebagai akibat penyebaran infeksi tuberkulosis ditempat lain umumnya paru- paru. b. Tube rkulo sis (TB) TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman  Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran

description

radang otak

Transcript of Meningitis

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 1/35

5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

a. Meningitis Tuberkulosis

Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang

disebabkan oleh basil tahan asam  Mycobacterium tuberculosis (Gilroy,

2000).

Suriadi (2001: 89) mengatakan meningitis tuberkulosis adalah

peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal

kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.

Menurut Arief Mansyur, dkk (2000 : 11) meningitis tuberkulosis

adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi ditempat

lain.

Sedangkan pengertian meningitis tuberkulosis menurut

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi, 1996 : 181)

adalah komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier.

Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis

tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang mengenai selaput otak,

parenkim otak dan pembuluh darah otak, disebabkan oleh

 Mycobacterium tuberculosis dan merupakan infeksi sekunder sebagai

akibat penyebaran infeksi tuberkulosis ditempat lain umumnya paru-

paru.

b. Tuberkulosis (TB)

TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan

oleh kuman  Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya

masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam

paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ

tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 2/35

6

pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson

1995 : 753)

2. Anatomi Fisiologi

a. Meningen

Meningen adalah ketiga lapisan jaringan ikat non neural yang

menyelubungi otak dan medulaspinalis, berindak sebagai peredam syok 

atau “syok absosber ” dan berisikan cairan serebrospinalis. Cairan

serebospinalis ditemukan pada sistem ventrikel dan rongga sub

arakhnoid. Ketiga lapisan meningen terdiri dari :1) Duramater atau Dura (pakimenings)

Duramater merupakan lapisan terluar meningen, berupa

membran yang padat, kuat dan tidak lentur. Berlapis dua sekitar

otak dan berlapis satu sekitar medulla spinalis. Lapisan luar

bertindak sebagai periosteum dan terikat kuat pada tulang. Lapisan

dalam terdapat dalam rongga subdural. Lapisan dalam duramater

terpisah dari lapisan luar tempat terbentuknya sinus dura.

2) Arakhnoid

Arakhnoid adalah lapisan tengah dari meningen yang

avaskular, rapuh, tipis dan transparan. Seperti halnya dengan

duramater, menyebrangi sulki dan hanya menuju kedalam fisura-

fisura utama saja. Dari membran arakhnoid banyak trabekula halus

menjurus kearah pia sehingga memberi gambaran sebagai sarang

laba-laba.

Lapisan luar arakhnoid terdiri dari sel yang menyerupai

endotel disebut sebagai meningotelial atau sel arakhnoid. Inti sel-

sel tersebut tersusun dalam lapisan tunggal, ganda atau multipel

menghadap kearah rongga sub dural. Lapisan dalam arakhnoid dan

trabekula ditutup oleh sel mesotelial yang dapat memberikan

respon terhadap berbagai rangsangan dan dapat membentuk 

fagosit.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 3/35

7

Granulasi arakhnoid adalah proyeksi pia-arakhnoid yang

masuk kedalam sinus sagitalis superior. Granulasi ini disebut juga

badan  pacchioni, masing-masing terdiri dari sejumlah villi

arakhnoid yang berfungsi sebagai katup satu arah yang

melewatkan bahan-bahan dari cairan serebrospinal masuk kedalam

sinus-sinus.

3) Piamater atau Pia (Leptomenings)

Piamater adalah lapisan meningen terdalam yang melekat erat

dengan jaringan otak dan medulla spinalis, yang mengikuti setiap

kontur (sulki dan fisura) sambil membawa pembuluh darah kecil

yang memberi makanan pada jaringan saraf dibawahnya.

Membran pia-glial dibentuk oleh eritrosit “end feet ” yang

berakhir di pia. Piamater nampaknya berperan sebagai barrier atau

penghalang masuknya benda-benda dan organisme yang dapat

merusak.

Gambar 1. Anatomi meningen otak 

Sumber : Van de Graff, Kent. M. (1984)

b. Rongga Sub Arakhnoid

Rongga sub arakhnoid merupakan rongga leptomeningeal yang

terisi cairan serebrospinal. Semua pembuluh darah, saraf otak serta

medulla spinalis melewati cairan tersebut, sehingga bilamana terjadi

infeksi pada rongga ini, maka pembuluh darah dan saraf dapat terkena

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 4/35

8

proses peradangan. Arteritis dan flebitis dapat menyebabkan iskemi

atau nekrosis jaringan otak.

Rongga sub arakhnoid tidak berhubungan dengan rongga sub

dural, karena itu leptomeningitis tidak menyebar kedalam rongga sub

dural kecuali pada meningitis oleh haemofilus influenza.

c. Sisterna Rongga Sub Araknoid

Rongga sub arakhnoid yang mengelilingi otak dan medulla

spinalis memiliki variasi-variasi setempat. Pada dasar otak dan sekitar

batang otak, pia dan arakhnoid memisah dan membentuk beberapa

rongga besar yang disebut sisterna sub araknoid.

Tiga sisterna pada aspek ventral batang otak :

Sisterna khiasmatika yang berada didaerah khiasma optika.

Sisterna interpendunkularis yang berada di fosa interpedunkularis

dari mesensefalon.

Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula

atau “Pons medullary junction”.

Dua sisterna di aspek posterior batang otak :

Sisterna serebromedularis (sisterna magna) yang merupakan salah

satu sisterna terbesar, sisterna ini berada diantara pleksus khoroid

medulla dan serebelum. Foramina ventrikel IV membuka kedalam

sisterna ini.

Sisterna superior (sisterna ambiens) sisterna ini mengelilingi

permukaan superior dan lateral mesensefalon didalam sisterna ini

ditemukan vena serebri magna, arteri serebri posterior dan serebeli

superior

d. Sistem Ventrikel

Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam

otak yang saling berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan

serebrospinal yang dihasilkan dari darah oleh pleksus khoroid.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 5/35

9

Rongga-rongga dalam sistem ini terdiri dari sepasang venterikel

lateralis (kiri dan kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga

ini dihubungkan oleh aquaduktus silvii.

Kedua ventrikel lateralis berada di dalam hemisfer serebri dan

masing-masing dihubungkan dengan ventrikel III melalui foramen

interventrikularis dari monro. Setiap ventrikel lateralis terdiri dari 4

bagian yaitu :

Kornu anterior

Sela media

Kornu inferior atau temporal

Kornu posterior

Ventrikel ventrikel III adalah suatu rongga ventrikel tipis di garis

tengah, diantara pasangan ventrikel lateralis. Ventrikel IV

berhubungan dengan rongga sub arakhnoid melalui kedua foramina

dari luscka dan foramina magendi. Kedua foramen dari luscka terletak 

dalam sudut pons dan medulla. Foramen magendi terletak sebelah

belakang medulla dan menghadap sisterna magna.

Setiap ventrikel mempunyai pleksus khoroid, yang paling besar

adalah pleksus khoroid ventrikel lateralis.

e. Pleksus Khoroid dan Cairan Serebrospinal

1) Pleksus khoroid

Pleksus khoroid merupakan anyaman kaya dari pembuluh-

pembuluh darah piamater yang menjorok kesetiap rongga

ventrikel, membentuk filter semi permeabel antara darah arteri

dan cairan serebrospinal. Setiap pleksus khoroid diliputi oleh satu

lapisan epitel ependima.

Tela khoroidea dari ventrikel lateralis adalah suatu membran

tipis seperti jaring laba-laba yang melalui foramen

interventrikularis, berhubungan langsung dengan pleksus khoroid

ventrikel III. Tela ini dibentuk oleh invaginasi ependima oleh

lipatan-lipatan vaskular.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 6/35

10

2) Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah filtrat darah yang jernih tidak 

berbau dan hampir bebas protein. Cairan serebrospinal dibentuk di

ventrikel-ventrikel dan beredar didalam rongga sub arakhnoid.

Fungsi cairan serebrospinal adalah menunjang dan membantali

susunan saraf pusat terhadap trauma.

f. Peredaran Darah Otak 

1) Peredaran darah arterial

Suplai peredaran darah arterial kestruktur-strukur intra kranial

pada dasarnya berasal dari cabang-cabang kedua arteri karotis

interna dan kedua arteri vertebralis.

a) Arteri karotis interna

Arteri karotis interna keluar dari percabangan karotis

komunis leher. Pembuluh darah ini naik menuju basis kranii,

membelah sebagai suatu pembuluh bentuk sigmoid di dalam

sinus kavernosus.

Arteri karotis interna hanya memberi cabang di rongga

tengkorak, terdiri dari :

(1) Arteri optalmika

Arteri ini mempunyai cabang penting yaitu arteri

sentralis retinae yang berjalan ditengah-tengah nervus

optikus dan berakhir diretina.

(2) Arteri khoroidalis anterior

Arteri khoroidalis anterior mengikuti traktus optikus

sampai pada ketinggian korpus genikulatum lateralis dan

kemudian menjadi bagian dari pleksus khoroid ventrikel

lateralis.

Pembuluh darah ini juga memberi cabang-cabang ke

pedunkulus serebri, kapsula interna, nukleus kaudatus,

hipokampus dan traktus optikus.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 7/35

11

(3) Arteri serebri anterior dan media

Kedua arteri ini merupakan cabang terminal dari arteri

karotis interna. Arteri serebri anterior memberi suplai darah

pada lobus frontalis. Didalam fisura longitudinalis serebri

dapat ditemukan arteri komunikans anterior. Cabang-

cabang arteri serebri anterior berjalan menuju sisi medial

lobus frontalis dan parietalis, substansia perforata anterior,

septum pellusidum dan sebagian dari korpus kalosum.

Arteri striata medialis memberi darah pada nukleus

kaudatus, putamen dan bagian anterior kapsula

interna.Arteri serebri media memberi cabang-cabang kesisi

lateral lobus temporal dan parietal.

Arteri striata lateralis memperdarahi ganglia basalis dan

kapsula interna. Arteri komunikans posterior bersatu dengan

ramus serebri posterior arteri basilaris. Dalam perjalanannya

memberi cabang ke kapsula interna dan talamus

b) Arteri vertebralis

Arteri vertebralis adalah cabang-cabang dari arteri sub

klavia. Cabang-cabangnya adalah arteri spinalis anterior dan

posterior serta arteriae serebelaris inferior posterior.

Arteri basilaris dibentuk oleh kedua gabungan arteri

vetrebralis, berjalan pada aspek ventral pons. Cabang-

cabangnya meliputi arteriae pontin, sereberalis inferior anterior,

labirintin, serebralis superior dan sereberalis posterior.

Arteri terakhir memperdarahi sisi medial dan inferior

lobus oksipitalis dan temporalis serta cabang-cabang khoroidal

posterior ke pleksus khoroid ventrikel III dan ventrikel

lateralis.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 8/35

12

c) Sirkulus willisi

Sirkulus willisi dibentuk oleh arteri-arteri komunikan

anterior dan posterior serta bagian proksimal arteri-arteri

serebri anterior, media dan posterior.

Fungsi sirkulus willisi memungkinkan suplai darah yang

adekuat ke otak bilamana timbul oklusi arteri karotis atau

vertebralis. Banyak arteri keluar dari lingkaran ini, masuk ke

substansia otak dan arteri-arteri ini sangat penting oleh karena

selain berkaliber kecil sehingga mudah tersumbat, juga

merupakan “end artery” tanpa peredaran kolateral dan

memperdarahi daerah-daerah vital.

2) Peredaran darah vena

Peredaran darah vena tidak berperan besar dalam meningitis

tuberkulosis. Terdiri dari vena serebral internal dan eksternal.

Tempat berakhirnya vena-vena otak ini di sinus-sinus duramater.

3. Etiologi

Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh  Mycobacterium

tuberculosis humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam

literatur yang berbeda meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh dua

micobacterium yaitu Mycobacterium tubeculosis dan Mycobacterium bovis

yang biasanya menyebabkan infeksi pada sapi dan jarang pada manusia.

 Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang,

berukuran 0,2-0,6m x 1,0-10m, tidak bergerak dan tidak membentuk 

spora.  Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini

menerangkan predileksinya pada jaringan yang oksigenasinya tinggi

seperti apeks paru, ginjal dan otak.  Mycobacterium tidak tampak dengan

pewarnaan gram tetapi tampak dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini

bersifat tahan asam, artinya tahan terhadap pewarnaan carbolfuchsin yang

menggunakan campuran asam klorida-etanol. Sifat tahan asam ini

disebabkan karena kadar lipid yang tinggi pada dinding selnya. Lipid pada

dinding sel basil  Mycobacterium tuberculosis meliputi hampir 60% dari

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 9/35

13

dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai panjang yang disebut

asam mikolat.  Mycobacterium tuberculosa tumbuh lambat dengan double

time dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8

minggu sebelum dinyatakan negatif.

4. Manifestasi Klinik

Meningitis tuberkulosis umumnya memiliki onset  yang perlahan.

Terdapat riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis, biasanya memiliki

TB aktif atau riwayat batuk lama, berkeringat malam dan penurunan berat

badan beberapa hari sampai beberapa bulan sebelum gejala infeksi

susunan saraf pusat muncul.

Gejala meningitis tuberkulosis sangat bervariasi, gejala awal biasanya

mirip dengan infeksi umum lainnya yaitu berupa kelemahan umum

(malaise), demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala yang hilang

timbul dan muntah. Setelah gejala awal berlangsung selama sekitar 2

minggu timbul gejala nyeri kepala yang persisten dan nyeri tengkuk yang

berhubungan dengan rangsang meningeal, timbul tanda-tanda peningkatan

tekanan intra kranial dan defisit neurulogik fokal (parese pada nervus

kranial dan hemiparese). Inflamasi arteri pada basis kranii disertai

penyempitan dan pembentukan trombus pada lumennya menimbulkan

iskemik dan infark serebri dengan berbagai defisit neurologi sebagai

akibatnya. Saraf kranial II, III, IV, VI, VII dan VIII sering mengalami

kompresi oleh eksudat yang kental. Pada stadium lanjut terjadi gerakan

involunter, hemiplegi, kesadaran yang semakin menurun dan terjadihidrosefalus.

Ensefalopati tuberkulosis secara klinis memberikan sindrom berupa

kejang, stupor atau koma, gerakan involunter, paralise, deserebrasi atau

rigiditas dengan atau tanpa tanda klinis meningitis atau kelainan cairan

serebrospinalis.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 10/35

14

5. Patofisiologi

Meningitis tuberkulosis pada umumnya sebagai penyebaran infeksi

tuberkulosis primer ditempat lain. Biasanya fokus infeksi primer di paru-

paru. Tuberkulosis secara primer merupakan penyakit pada manusia.

Reservoir infeksi utamanya adalah manusia, dan penyakit ini ditularkan

dari orang ke orang terutama melalui partikel droplet yang dikeluarkan

oleh penderita tuberkulosis paru pada saat batuk. Partikel-partikel yang

mengandung Mycobacterium tuberculosis ini dapat bertahan lama di udara

atau pada debu rumah dan terhirup masuk kedalam paru-paru orang sehat.

Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi pertama

biasanya terjadi pada paru-paru. Transmisi melalui saluran cerna dan kulit

 jarang terjadi.

 Droplet yang terinfeksi mencapai alveoli dan berkembang biak dalam

ruang alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari

sirkulasi. Sejumlah kuman menyebar terutama ke kelenjar getah bening

hilus. Lesi primer pada paru-paru berupa lesi eksudatif parenkimal dan

kelenjar limfenya disebut kompleks “Ghon”. Pada fase awal kuman dari

kelenjar getah bening masuk kedalam aliran darah sehingga terjadi

penyebaran hematogen.

Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi, terbentuklah respon

imunitas selular terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleh

antigen basil ini untuk membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi

sel fagosit mononuklear dalam aliran darah. Dalam makrofag yang

diaktivasi ini organisme dapat mati, tetapi sebaliknya banyak juga

makrofag yang mati. Kemudian terbentuklah tuberkel terdiri dari

makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi jaringan nekrotik dan

perkijuan sebagai pusatnya.

Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang

yang sehat lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan

 jaringan fibrotik. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah,

penyebaran hematogen akan menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 11/35

15

disebut sebagai tuberkulosis millier diseminata. Pada keadaan dimana

respon host masih cukup efektif tetapi kurang efisien akan timbul fokus

perkijuan yang besar dan mengalami enkapsulasi fibrosa tetapi menyimpan

basil yang dorman. Klien dengan infeksi laten memiliki resiko 10% untuk 

berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuan

akan terjadi bila daya tahan tubuh host menurun, maka akan terjadi

pembesaran tuberkel, pusat perkijuan akan melunak dan mengalami

pencairan, basil mengalami proliferasi, lesi akan pecah lalu melepaskan

organisme dan produk-produk antigen ke jaringan disekitarnya. Apabila

hal-hal yang dijelaskan di atas terjadi pada susunan saraf pusat maka akan

terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis.

Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan

dengan ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai

“Focus Rich”. Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan

pelepasan basil Tuberkulosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoid

atau sistem ventrikel, sehingga terjadi meningitis tuberkulosis.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 12/35

16

Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis

Inhalasi kuman TB

Paru-paru

Penyebaran limfohematogen

TB paru primer Dorman di otak Organ lain

Pembentukan tuberkel-tuberkel kecil berwarna putihpada permukaan otak, selaput otak, sumsum tulang belakang

Tuberkel melunak dan pecah

Kuman masuk ke ruang sub arakhnoid dan ventrikulus

Terjadi peradangan difus pada pia, arakhnoid, LCS, ruang sub arakhnoid dan ventrikulus

Penyebaran sel-sel leukosit PMN ke dalam ruang sub arakhnoid

Terbentuk eksudat

Beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dalam minggu ke-2

Eksudat yang terbentuk terdiri dari 2 lapisan :

- lapisan luar mengandung fibrin dan leukosit PMN

- lapisan dalam mengandung makrofag

Proses radang terjadi juga pada pembuluh darah di korteks

Trombosis, infark otak, oedema otak, degenerasi neuron-neuron

Tombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen. Kelainan nervus

kranial II, III, IV, VI, VII, VIII

Organisasi di ruang sub arakhnoid superfisial yang dapat menghambat aliran dan absorpsi

LCS pada foramen Magendi

Hidrosefalus

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 13/35

17

6. Klasifikasi

Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2001 : 2175) klasifikasi

meningitis dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan

tuberkulosis.

a. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau

menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,

ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang sub arakhnoid.

b. Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh

organisme bakteri seperti meningokokus,stafilokokus, atau basilus

influenza.

c. Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh bakteri mikobakterium

tuberkulosis.

Sedangkan menurut Arief Mansyur (2000 : 11) berdasarkan

perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi dalam 2

golongan yaitu :

a. Meningitis serosa adalah radang selaput otak, arakhnoid, dan piamater

yang disertai cairan otak yang jernih penyebab tersering adalah

 Mycobacterium tuberculosis, penyebab lain adalah virus, toxoplasma

dan ricketsia.

b. Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piamater

yang meliputi otak dan medulaspinalis. Penyebabnya antara lain :

Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis

(meningokok), Streptococcus haemoliticus, Staphylococcus coli,

Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.

Klasifikasi atas dasar gejala klinik yang dapat meramalkan prognosis

penyakit menurut  Medical Research Council of Great Britain sebagai

berikut :

Stadium I : Klien menunjukan sedikit atau tanpa gejala klinis

meningitis, tanpa parese, dalam keadaan umum yang baik 

dan kesadaran yang penuh.

Stadium II : Klien dengan keadaan diantara stadium I dan III

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 14/35

18

Stadium III : Klien tampak sakit berat, kesadaran stupor atau koma dan

terdapat parese yang berat (hemiplegi atau paraplegi).

Menurut gambaran klinik terbagi 3 stadium yaitu :

Stadium Prodormal : kesadaran baik, rangsang meningen bisa positif atau

negatif pada akhir stadium, kelainan neurologis, dan

klien biasanya tampak sehat, gelisah, penurunan

berat badan, suhu febris, mual, muntah, apatis,

malaise, anorexia, dan nyeri kepala.

Stadium Transisional : mulai terjad penurunan kesadaran, terdapat

rangsang meningeal, dan terdapat tanda-tanda fokal

neurologi yaitu opthalmologi dan hemiparese.

Stadium Terminal : penurunan tingkat kesadaran sampai koma, tanda-

tanda neurologis (hemiplegi, para parese, gangguan

nervus kranial II,III,IV,VI,VIII, respirasi terdapat

cheyne stokes.

7. Dampak Meningitis Terhadap Sistem Tubuh Lain

a. Sistem Pernafasan

Penderita meningitis dapat mengalami kerusakan saraf pengatur

pernafasan sehingga kontrol sistem pernafasan tidak adekuat. Pola nafas

berubah sehingga pengambilan oksigen dari atmosfir dapat berkurang,

yang berakhir dengan kondisi hipoksia. Kerusakan vaskular pada

 jaringan susunan saraf pusat akan menghambat proses transportasi

oksigen sehingga otak kekurangan oksigen yang berdampak terjadinyakematian sel-sel jaringan otak, distres pernafasan terjadi akibat

penekanan pusat pernafasan di medulla oblongata oleh peningkatan

tekanan intrakranial.

b. Sistem Kardiovaskular

Proses peradangan pada meningen menyebabkan perubahan pada

 jaringan selaput otak sehingga menghambat sirkulasi darah. Gangguan

pola nafas menyebabkan kadar oksigen darah berkurang sehingga

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 15/35

19

perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya sianosis pada

beberapa bagian tubuh tekanan darah meningkat atau menurun dan

frekuensi nadi meningkat.

c. Sistem Pencernaan

Terjadi oedema serebral mengakibatkan kompensasi tubuh untuk 

menangani dengan mengeluarkan steroid adrenal melalui perangsangan

dari hipotalamus. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan sekresi

asam lambung yang menyebabkan hiper asiditas yang akan

menimbulkan mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Pada kondisi

yang kronis keadaan ini akan menimbulkan iskemi mukosa lambung

dan kerusakan barier mukosa sehingga terjadilah perdarahan lambung

(stress ulcer ) maka pada kondisi tersebut asupan nutrisi klien tidak 

adekuat yang menimbulkan klien kurang nutrisi.

d. Sistem Perkemihan

Pada sistem urinaria terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada

kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme

terutama jika dalam kondisi kekurangan kalori protein (KKP).

e. Sistem Persarafan

Proses peradangan meningen dapat menimbulkan peningkatan tekanan

intrakranial, dimana akan terjadi kerusakan saraf pusat pengontrol

kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran dan terjadi

penekanan pada saraf pusat pernafasan yang dapat mengakibatkan pola

nafas tidak efektif. Pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang

mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus optikus yang dapat

mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV, VI yang dapat

mengganggu pergerakan bola mata, kerusakan nervus VIII yang dapat

mengganggu fungsi pendengaran. Pada proses peradangan akan

menimbulkan respon nyeri yang akan merangsang korteks sesebri dan

dalam keadaan lanjut dapat menimbulkan iritasi meningen yang

ditandai dengan adanya kaku kuduk, kernig positif, brudzinski I dan II,

serta laseque positif.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 16/35

20

f. Sistem muskuloskeletal

Proses inflamasi pada susunan saraf menimbulkan berbagai hambatan

dalam perangsangan neuromuskuler sehingga dapat timbul kelemahan

otot-otot dan terjadi paralise. Hal ini memungkinkan klien tidak dapat

melakukan aktifitas gerak tubuhnya secara optimal bahkan terjadinya

kontraktur dapat memperberat kondisi.

g. Sistem Integumen

Peningkatan metabolisme mengakibatkan peningkatan suhu tubuh

sehingga timbul demam, yang dapat meningkatkan kebutuhan cairan,

selain itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan

kesadaran sehingga klien harus berbaring lama di tempat tidur dan

dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak dari berbaring

yang lama.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada meningitis tuberkulosis meliputi

pemeriksaan Rontgent thorax, CT-scan, MRI.

Pada klien dengan meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan

gambaran tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgent

thoraks, kadang-kadang disertai dengan penyebaran milier dan

kalsifikasi. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat

terlihat adanya hidrosefalus, inflamasi meningen dan tuberkoloma.

Gambaran rontgent thoraks yang normal tidak menyingkirkandiagnosa meningitis tuberkulosis.

b. Tes Tuberkulin

Tuberkulin hanya mendeteksi reaksi hipersensitifitas lambat,

tidak menandakan adanya infeksi aktif sehingga penggunaannya

untuk mendiagnosis infeksi aktif dan meningitis tuberkulosis masih

kurang sensitif. Namun pemeriksaan tuberkulin yang positif pada anak 

memiliki nilai diagnostik, sementara pada orang dewasa hanya

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 17/35

21

menandakan adanya riwayat kontak dengan antigen tuberkulosis, dan

dapat memberikan arah untuk pemeriksaan selanjutnya.

c. Cairan Serebrospinal

Pemeriksaan cairan serebrospinal merupakan diagnostik yang

efektif untuk mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Gambaran cairan

serebrospinal yang karakteristik pada meningitis tuberculosis adalah:

1) Cairan jernih sedikit kekuningan atau xantocrom.

2) Pleositosis yang moderat biasanya antara 100-400 sel/mm3 dengan

predominan limfosit.

3) Kadar glukosa yang rendah 30-45 mg/dL atau kurang dari 50%

nilai glukosa darah.

4) Peningkatan kadar protein.

d. Bakteriologi

Identifikasi basil tuberkulosis pada cairan serebrospinal memiliki

akurasi yang sangat tinggi hingga 100% dalam mendiagnosis

meningitis tuberkulosis. Untuk mendiagnosis basil tersebut dapat

dilakukan dengan cara pemeriksaan apus langsung BTA dengan

metode Ziehl-Neelsen dan dengan cara kultur pada cairan

serebrospinal.

e. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan ini untuk mengukur sifat tertentu dari

mycobacterium atau respon tubuh penderita terhadap mycobacterium.

Yang tergolong pemeriksaan biokimia antara lain:

1) Bromide Partition Test (BPT)

2) Adenosine Deaminase Activity (ADA)

3) Tuberculostearic Acid 

f. Tes Immunologis

Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam

cairan serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tes

imunologis antara lain:

1) ELISA (enzym linked immuno sorbent assay)

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 18/35

22

2) Polymerase Chain Reaction (PCR)

9. Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan meningitis tuberkulosis terdiri dari:

a. Perawatan umum

Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus

diperhatikan dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan

dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, posisi klien, perawatan kandung

kemih, dan defekasi serta perawatan umum lainnya sesuai dengan

kondisi klien.

b. Kemoterapeutik dengan obat anti tuberkulosis

Tujuan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis adalah

menyembuhkan penderita dari penyakit tuberkulosis yang dideritanya,

mencegah kematian akibat tuberkulosis, mencegah terjadinya relaps,

mencegah penularan dan sekaligus mencegah terjadinya resistensi

terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) yang diberikan.

Prinsip pengobatan meningitis tuberkulosis tidak banyak berbedadengan terapi bentuk tuberkulosis yang lain. Syarat terpenting adalah

bahwa pilihan OAT harus dapat menembus sawar darah otak dalam

konsentrasi yang cukup untuk mengeliminir basil intra dan

ekstraselular. Beberapa obat yang biasa digunakan untuk meningitis

tuberkulosis adalah :

1) Isoniazida (INH) diberikan dengan dosis 400 mg / hari.

2) Rifampisin, diberikan dengan dosis 450-600 mg / hari.

3) Pyrazinamid, diberikan dengan dosis 1500 mg / hari.

4) Ethambutol, diberikan dengan dosis 25 mg / kg BB / hari sampai

dengan 1500 mg / hari.

5) Streptomisin, diberikan intra muskular selama 3 bulan dengan

dosis 30-50 mg / kg BB / hari.

6) Kortikosteroid, biasanya digunakan dexametason secara intra vena

dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, pemberian dexametason ini

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 19/35

23

terutama jika terdapat oedema otak, apabila keadaan membaik 

maka dosis dapat diturunkan secara bertahap.

Efek samping OAT

(a) Isoniazid (H)

Efek samping berat yaitu terjadi hepatitis dan terjadi pada kira-kira

0,5% dari kasus. Bila terjadi maka pengobatan dihentikan, dan

setelah pemeriksaan faal hati kembali normal pengobatan dapat

dilaksanakan kembali

Efek samping ringan berupa

(1) Tanda-tanda keracunan saraf tepi, kesemutan, anastesia dan

nyeri otot

(2) Kelainan yang menyerupai syndroma pellagra

(3) Kelainan kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal

(b) Rifampisin (R)

Efeksamping berat jarang terjadi seperti : sesak nafas yang

kadang-kadang disertai kollaps atau syok, anemia hemolitik,

purpura dan gagal ginjal

Efek samping ringan seperti : gatal-gatal, kemerahan, demam,

nyeri tulang, nyeri perut, mual muntah dan kadang-kadang diare.

(c) Pyrazinamid (Z)

Efek samping utama adalah hepatitis, dapat terjadi nyeri sendi dan

kadang-kadang serangan penyakit gout.

(d) Ethambutol (E)

Dapat menyebabkan gangguan penglihatan, berkurangnya

ketajaman penglihatan, kabur dan buta warna merah dan hijau.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Meningitis

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami

gangguan sistem persarafan, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan

berpikir kritis, karena tidak jarang kliennya mengalami penurunan kesadaran,

sehingga perawat bekerja sepihak. Walaupun kondisinya demikian perawat

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 20/35

24

tetap harus menggunakan metoda pendekatan pemecahan masalah ( problem

solving) melalui proses keperawatan.

Proses keperawatan yaitu serangkaian perbuatan atau tindakan untuk 

menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam

rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan secara

optimal.tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara komprehensif 

yang saling berkesinambungan dan berkaitan satu sama lain dari mulai

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana

pada tahap ini perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari

hasil wawancara, pemeriksaan fisik, laporan teman sejawat, catatan

keperawatan atau tim kesehatan lainnya. Data yang diperoleh kemudian

dianalisa untuk mendapatkan diagnosa keperawatan yang merupakan

masalah klien. Tahap pengkajian ini terdiri dari :

a. Pengumpulan data

1) Identitas

a) Identitas klien

Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit

meningitis adalah:

- Umur : meningitis adalah penyakit sistem persarafan yang

dapat terjadi pada semua umur, dewasa maupun anak.

- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi

terhadap pengetahuan klien tentang penyakit meningitis

- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena

dapat menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan

tubuh klien rendah dan mudah jatuh sakit.

b) Identitas penanggung jawab meliputi:

Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan

dengan klien.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 21/35

25

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Pada umumnya klien dengan meningitis keluhan yang paling

utama adalah adanya nyeri kepala atau penurunan kesadaran yang

disertai kejang.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit dan

keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan

menggunakan analisa PQRST.

P: Provokatif/paliatif 

Apakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan serta

memberatkan keluhan. Nyeri kepala pada penyakit meningitis

biasanya disebabkan oleh adanya iritasi meningen. Nyeri di

rasakan bertambah bila beraktivitas dan berkurang jika

beristirahat.

Q : Quantity / Quality

Seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa

sering keluhan itu muncul. Nyeri kepala dirasakan menetap

dan sangat berat.

R: Region / Radasi

Lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan

sejauh mana.

S : Scale

Intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan, sedang

dan berat. Nyeri kepala pada klien meningitis sangat berat

(skala : 5), dikarenakan adanya iritasi meningen yang disertai

kaku kuduk.

T : Timing

Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-

ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. Keluhan

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 22/35

26

nyeri dirasakan menetap/terus menerus karena iritasi

meningen.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji kebiasaan klien : merokok, minum-minuman beralkohol,

riwayat batuk lama / infeksi saluran nafas kronis, batuk berdahak 

atau tanpa dahak (dahak berdarah / tidak). Riwayat kontak dengan

penderita TBC. Apakah klien punya riwayat trauma kepala atau

tulang belakang. Riwayat infeksi lain seperti Otitis media dan

mastoiditis.

d) Riwayat kesehatan keluarga.

Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga klien yang menderita

penyakit yang sama dengan klien, riwayat demam disertai

kejang. Adanya penyakit menular seperti TBC.

3) Pemeriksaan fisik 

a) Sistem pernafasan

Gejala yang ditemukan biasanya didapatkan pernafasan cepat dan

dangkal, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, adanya

pernafasan cuping hidung, retraksi dada positif, adanya batuk 

berdahak, ronkhi positif.

b) Sistem Kardiovaskuler

Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau

penurunan tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi.

Pada kasus lebih lanjut akral menjadi dingin, terjadi sianosis dan

capillary refil time (CRT) lebih dari 3 detik.

c) Sistem Percernaan

Pada sistem pencernaan ditemukan keluhan mual dan muntah

serta anoreksia bahkan ditemukan adanya kerusakan nervus

kranial pada nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek 

menelan. Pada kondisi ini akan menimbulkan hipersekresi HCl

iskemia mukosa lambung dan kerusakan barrier mukosa   erosi

hemoragik lambung (perdarahan lambung) sehingga terjadi

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 23/35

27

penurunan berat badan dan jatuh pada kondisi kurang kalori

protein (KKP).

d) Sistem Perkemihan

Pada sistem urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontinensia

urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena

proses katabolisme terutama jika dalam kondisi KKP.

e) Sistem Muskuloskeletal

Pengkajian pada sistem muskuloskeletal perlu diarahkan pada

kerusakan motorik, kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di

kaji rentang gerak dari ekstremitas.

f) Sistem Integumen

Penting mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai

dampak infeksi sistemik, selain itu klien dengan meningitis

seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus

berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan

integritas kulit sebagai dampak dari berbaring yang lama.

g) Sistem persarafan

Gangguan yang muncul pada klien meningitis yang berkaitan

dengan sistem persarafan sangat kompleks. Pada penyakit

meningitis terjadi peradangan selaput otak dan parenkim otak 

yang merupakan pusat sistem persarafan. Gangguan yang muncul

tersebut antara lain: kerusakan saraf pengontrol kesadaran yang

dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, pola nafas tidak 

efektif akibat peningkatan tekanan intrakranial yang menekan

pusat pernafasan dan kerusakan pada saraf kranial yaitu nervus

vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus

kranial lain yang umum terkena adalah nervus I, III, IV, VI, VIII.

Pada penyakit meningitis terdapat tanda yang khas yaitu tanda-

tanda iritasi meningen: kaku kuduk positif, brudzinski I, II positif,

kernig dan laseque positif. Selain itu gejala awal yang sering

terjadi pada meningitis adalah sakit kepala dan demam yamg

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 24/35

28

diakibatkan dari iritasi meningen, juga didapat adanya manifestasi

perubahan perilaku yang umum terjadi, yaitu letargik, tidak 

responsif dan koma. Kejang sekunder dapat terjadi juga akibat

area fokal kortikal yang peka. Alasan yang tidak diketahui, klien

meningitis juga mengalami "foto fobia" atau sensitif yang

berlebihan terhadap cahaya.

4) Pola aktivitas sehari-hari

a) Nutrisi

Biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, muntah,

anoreksia dan bila pasien mengalami penurunan kesadaran,

reflek menelan terjadi penurunan, sehingga klien harus dipasang

naso gastric tube (NGT).

b) Eliminasi

Pada umumnya klien dengan penurunan kesadaran akan terjadi

inkontinensia urine sehingga harus dipasang dower kateter.

c) Istirahat tidur

Istirahat tidur terganggu akibat adanya sesak nafas, nyeri kepala

hebat akibat penekanan TIK. Hal ini merupakan

mecanoreceptor  terhadap reticular activating system ( RAS )

sebagai pusat tidur jaga.

d) Personal hygiene

Bisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal

hygiene akibat kelemahan otot terutama pada klien dengan

penurunan kesadaran.

5) Data psikologis

Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas karena

perawatan lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di rumah

sakit akibat hospitalisasi.

Konsep diri klien: persepsi klien terhadap tubuhnya dapat berubah

akibat perubahan bentuk dan fungsi tubuh, klien merasa tidak 

berharga, rendah diri dan kehilangan peran.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 25/35

29

Ideal diri klien banyak yang tidak tercapai. Sebagian besar penyakit

meningitis dapat membatasi kehidupan klien sehari-hari.

6) Data sosial

Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktifitas

disekitarnya baik ketika di rumah atau di rumah sakit. Klien

biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan

lingkungan sekitarnya.

7) Data spiritual

Pengkajian ditujukan terhadap harapan kesembuhan,

kepercayaan dan penerimaan mengenai keadaan sakit serta

keyakinan yang dianut oleh klien ataupun keluarga klien.

8) Data Penunjang

a) Laboratorium

(1) Pemeriksaan darah leukosit meningkat bila terjadi infeksi.

(2) Analisis cairan serebrospinalis melalui lumbal fungsi.

Karakteristik cerebro spinalis fluid (CSF) pada meningitis

tuberkulosis adalah :

(a) Warna CSF jernih

(b) Jumlah sel eritrosit dan leukosit meningkat.

(c) Biokimia:

- Kalium meningkat

- Klorida menurun

- Glukosa menurun

- Protein meningkat

b) Radiologi dengan thorak foto melihat kemungkinan adanya

penyakit saluran nafas sebagai infeksi primer.

c) Foto tulang wajah untuk melihat adanya skelet dan rongga

sinus yang mengalami sinusitis.

d) Scanning / CT Scan untuk menemukan adanya patologi otak 

dan medulaspinalis.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 26/35

30

b. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan menggabungkan data

tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat

kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan

klien. Merupakan suatu proses berpikir yang meliputi kegiatan

pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data dan

membandingkan dengan standar yang normal serta menentukan masalah

atau penyimpangan yang merupakan suatu kesimpulan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis adalah:

Menurut Doenges, 1993 : 311-319

1) Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses

invasi kuman patogen.

2) Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan oedema serebral.

3) Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan penurunankesadaran

4) Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan

saraf pusat.

5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler.

6) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan sistem

saraf.

7) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8) Kurang pengetahuan tentang penyebab infeksi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Menurut Tucker (1993:522-524).

9) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 27/35

31

10) Gangguan keseimbangan suhu tubuh, hypertermia

berhubungan dengan proses inflamasi.

11) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan merumuskan intervensi

dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi,

situasi dan lingkungan klien.

a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasikuman patogen secara hematogen.

Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.

Kriteria :

- Suhu tubuh normal 36-37°C

- Klien ditempatkan di ruang isolasi

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Berikan tindakan isolasi sebagaitindakan pencegahan

Pada fase awal meningitismeningokokus atau infeksi

ensepalitis lainnya, isolasi mungkin

diperlukan sampai organismenya

diketahui/dosis antibiotik yangcocok telah diberikan untuk 

menurunkan resiko penyebaran

pada orang lain.

2. Pertahankan teknik aseptik dan

teknik cuci tangan yang tepat

baik klien atau pengujung

maupun staf. Pantau dan batasi

pengunjung/staf sesuai kebutuhan.

Menurunkan resiko klien terkena

infeksi sekunder. Mengontrol

penyebaran sumber infeksi,

mencegah pemajanan pada

individu terinfeksi (misalnya:

individu yang mengalami infeksisaluran pemafasan atas).

3. Pantau suhu secara teratur. Catat

munculnya tanda-tanda klinis dari

proses infeksi.

Terapi obat biasanya akan

diberikan terus selama kurang dari

5 hari setelah suhu turun (kembali

normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis yang

terus menerus merupakan indikasi

perkembangan dari

meningokosemia akut yang dapat

bertahan sampai berminggu-

minggu/berbulan-bulan atau terjadi

penyebaran patogen secara

hematogen/sepsis.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 28/35

32

1 2 3

4. Teliti adanya keluhan dari dada,

berkembangnya nadi yang tidak 

teratur/disritmia atau demam yang terus

menerus.

Infeksi sekunder seperti

miokarditis/perikarditis dapat

berkembang dan memerlukan

intervensi

lanjut.

5. Auskultasi suara nafas. Pantau

kecepatan pernafasan dan usaha

pernafasan.

Adanya rorchi/mengi, takhipne dan

peningkatan kerja pernafasan

mungkin mencerminkan adanya

akumulasi sekret dengan resiko

terjadinya infeksi pernafasan.

6. Ubah posisi klien dengan teratur dan

anjurkan untuk melakukan nafas dalam.

Mobilisasi sekret dan

meningkatkan kelancaran sekretyang akan menurunkan resiko

terjadinya komplikasi terhadap

pernafasan.7. Catat karakteristik urine, seperti warna,

kejernihan dan bau

Urine statis, dehidrasi dan

kelemahan umum meningkatkan

resiko terhadap infeksi kandung

kemih/ginjal/awitan sepsis.

8. Kolaborasi

Berikan terapi antibiotik IV sesuai

indikasi: penisilin G, Ampisilin,

Kloramfenikol, Gentamisin,

Amfoterisin B.

Obat yang dipilih tergantung pada

tipe infeksi dan sensitifitas

individu. Catalan: Obat intratekal

mungkin diindikasikan untuk 

basilus Gram-negatif, jamur,

amuba.

b. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan oedema serebral.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan perfusi serebral

Kriteria :

- Tingkat kesadaran membaik 

- Tanda-tanda vital stabil

- Tidak adanya nyeri kepala

- Tidak adanya tanda peningkatan TIK

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Tentukan faktor-faktor yang

berhubungan dengan keadaan tertentu

atau yang menyebabkan koma / 

penurunan perfusi jaringan otak dan

potensial peningkatan TIK

Menentukan pilihan intervensi. Penurunan

tanda/gejala neurologis atau kegagalan

dalam pemulihannya setelah serangan awal

menunjukan klien itu perlu dipindahkan ke

perawatan intensif untuk mementau tekanan

TIK atau pembedahan.

2. Pantau status neurologis secara teraturdan bandingkan dengan nilai standar

(misalnya: GCS)

Mengkaji adanya kecenderungan padatingkat kesadaran dan potensial peningkatan

TIK dan bermanfaat dalam menentukan,

lokasi, perluasan dan perkembangan

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 29/35

33

kerusakan SSP.

3. Pantau tanda-tanda vital meliputi TD,

Nadi, Respirasi

Peningkatan tekanan darah sistemik yang

diikuti oleh penurunan tekanan darah

diastolik merupakan tanda adanya

peningkatan TIK nafas yang tidak teratur

dapat menunjukan lokasi gangguan serebral

dan tanda adanya peningkatan serebral.

4. Bantu klien untuk menghindari

manuver valsava, seperti batuk,

mengejan.

Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan

intra thoraks yang akan meningkatkan TIK

5 Perhatikan adanya gelisah yang

meningkat, peningkatan keluhan dantingkah laku yang tidak sesuai.

Petunjuk non verbal ini menunjukan adanya

peningkatan TIK atau adanya nyeri kepala.

6 Kaji adanya peningkatan rigiditas,

regangan, peka rangsang, serangankejang.

Merupakan indikasi dari iritasi meningeal

yang dapat terjadi sehubungan dengankerusakan dari duramater atau

perkembangan infeksi.

7 Tinggikan kepala klien 15-45 derajat

sesuai indikasi yang dapat ditoleransi.

Meningkatkan aliran balik vena dari kepala

sehingga akan mengurangi kongesti dan

oedema atau resiko peningkatan TIK.

8 Kolaborasi untuk pemberian obat

sesuai indikasi seperti dexametason

Menurunkan inflamasi yang selanjutnya

menurunkan oedema jaringan.

c. Resiko tinggi terhadap injuri / trauma berhubungan dengan adanya

kejang akibat iritasi korteks serebral.

Tujuan : Trauma / injuri tidak terjadi.

Kriteria : Tidak mengalami kejang / kejang dapat diatasi.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Monitor adanya kejang/ kedutan pada

tangan, kaki dan mulut atau otot wajah

yang lain.

Mencerminkan adanya iritasi SSP

secara umum yang memerlukan

evaluasi segera dan intervensi yang

mungkin untuk mencegah

komplikasi.

2. Berikan keamanan pada klien

dengan memberi bantalan padapenghalang tempat tidur,

pertahankan penghalang

tempat tidur tetap terpasang

dan pasang jalan nafas buatan

plastik atau gulungan lunak 

dan alat penghisap.

Melindungi klien jika terjadi kejang.

Catatan: Memasukan jalan nafasbuatan/ gulungan lunak hanya jika

rahangnya relaksasi, jangan dipaksa,

memasukan ketika giginya mengatup

karena dapat merusak jaringan lunak.

3. Kolaborasi dengan medik untuk 

pemberian obat sesuai indikasi,

seperti Fenitoin (dilantin),

diazepam (valium),

fenobarbital (luminal)

Merupakan indikasi untuk  

penanganan dan pencegahan kejang.

Catatan: Fenobarbital dapat

menyebabkan depresi pernafasan dan

sedatif serta menutupi tanda/ gejaladari peningkatan TIK.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 30/35

34

d. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf 

pusat.

Tujuan : Nyeri hilang

Kriteria :

- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Berikan lingkungan yang tenang,

ruangan agak gelap sesuai indikasi

Menurunkan reaksi terhadap

stimulasi dari luar atau sensitivitaspada cahaya dan meningkatkan

istirahat/relaksasi.

2. Letakan kantung es pada kepala,pakaian dingin di atas mata.

Meningkatkan vasokontriksi,menumpulkan persepsi sensori yang

selanjutnya akan menurunkan nyeri.

3. Dukung untuk menemukan posisi yang

nyaman, seperti kepala agak tinggi

sedikit.

Menurunkan iritasi meningeal,

resultan ketidak nyamanan lebih

lanjut.

4. Berikan latihan rentang gerak 

aktif/pasif secara tepat dan lakukan

massase otot daerah bahu atau leher.

Dapat membantu merelaksasikan

ketegangan otot yang meningkatkan

reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman

tersebut.

e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak 

akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskular.

Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi.

Kriteria : Klien mampu melakukan mobilisasi.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Periksa kembali kemampuan dan

keadaan secara fungsional padakerusakan yang terjadi.

Mengidentifikasi kemungkinan

kerusakan secara fungsional danmempengaruhi dan pilihan intervensi yang

akan dilakukan.

2. Kaji derajat imobilisasi klien

dengan menggunakan skala

ketergantungan

Klien mampu mandiri (nilai 0) atau

memerlukan bantuan/ peralatan yang

minimal (nilai 1); memerlukan bantuan

sedang dengan pengawasan / diajarkan

(nilai 2); memerlukan bantuan / peralatan

yang terus menerus dan alat khusus (nilai

3); atau tergantung secara total pada

pemberian asuhan (nilai 4). seseorang dalam semua kategori sama-sama

mempunyai resiko kecelakaan namun

kategori dengan nilai 2-4 mempunyai

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 31/35

35

resiko terbesar untuk terjadinya bahaya

tersebut sehubungan dengan imobilisasi.

3. Berikan atau bantu untuk 

melakukan latihan rentang

gerak/ROM.

Mempertahankan mobilisasi dan fungsisendi / posisi normal ekstremitas dan

menurunkan terjadinya vena yang statis

4. Berikan perawatan kulit dengan

cermat, masase dengan pelembabdan ganti linen / pakaian yang

basah dan pertahankan linen

tersebut tetap bersih dan bebas

dari kerutan.

Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas

kulit dan menurunkan resiko terjadinyaekskoriasi kulit

f. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan sistem

saraf.Tujuan : Tidak terjadi perubahan sensori

Kriteria :

- Melakukan kembali/mempertahankan tingkat kesadaran biasanya

dan fungsi persepsi

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Evaluasi secara teratur perubahan

orientasi, kemampuan berbicara, alam

perasaan/afektif, sensorik dan proses

pikir.

Fungsi serebral bagian atas biasanya

terpengaruh lebih dulu oleh adanya

gangguan sirkulasi, oksigenasi.

2. Kaji kesadaran sensorik seperti respon

sentuhan, panas/dingin, tajam/tumpul,dan kesadaran terhadap gerakan dan

letak tubuh, perhatikan adanya masalah

penglihatan atau sensasi yang lain.

Informasi penting untuk keamanan

klien. Semua sistem sensorik dapatterpengaruh dengan adanya

perubahan yang melibatkan

peningkatkan atau penurunkan

sensitifitas atau kehilangan

sensasi/kemampuan untuk 

menerima dan berespon secarasesuai dengan stimulus.

3. Berikan stimulasi yang bermanfaat

secara verbal, penciuman, taktil,pendengaran .

Membantu klien untuk memisahkan

pada realitas dari perubahanpersepsi, gangguan fungsi kognitif 

dan atau penurunan penglihatan

dapat menjadi potensi timbulnya

disorientasi dan ansietas.

4. Berikan kesempatan yang lebih banyak 

untuk berkomunokasi dan melakukan

aktifitas.

Menurunkan frustrasi yang

berhubungan dengan perubahan

kemampuan atau pola respon yang

menunjang.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 32/35

36

g. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

kesadaran.

Tujuan : pola nafas efektif 

Kriteria :

- Frekuensi nafas normal 16 - 20 x /mt

- Irama nafas reguler.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Kaji dan pantau frekuensi pola dan

irama nafas

Perubahan pola nafas tidak efektif 

merupakan tanda berat adanya

peningkatan tekanan intrakranialyang menekan medulla oblongata

2. Pertahankan jalan nafas efektif dengan

melakukan pembersihan jalan nafas

seperti pengisapan lendir dan oral

hygiene.

Lendir yang berlebihan akan

menumpuk dan menimbulkan

obstruksi jalan nafas.

3. Berikan O2 sesuai order dan monitor

efektifitas pemberian oksigen tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dalam darah dan jaringan.

4. Pertahankan kepatenan jalan nafas

dengan leher dan posisi netral.

Posisi leher yang ekstensi / 

menekuk mengakibatkan jalan

nafas terhambat.

h. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan dengan

proses inflamasi

Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi.

Kriteria : Suhu tubuh 36 - 37 °C, keringat berkurang, klien tidak 

merasakan panas badan.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Berikan kompres dingin pada daerah

yang banyak pembuluh darah sampaisuhu badan kembali normal.

Kompres dingin dapat

menimbulkan proses konduksidimana terjadi perpindahan panas

dari satu objek ke objek lain dengan

kontak fisik antara kedua objek 

tersebut.

2. Anjurkan pada klien untuk 

mengenakan pakaian tipis dan

menyerap keringat.

Dengan pakaian tipis

memudahkan penyerapan keringat

dan memberi rasa nyaman.

3. Observasi tanda-tanda vital suhu,

tensi, respirasi, dan nadi.

Untuk mengetahui lebih lanjut

tindakan yang akan dilakukan.

4. Kolaborasi pemberian terapi

antipiretik.

Antipiretik berfungsi

menghambat panas pada

hipotalamus.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 33/35

37

i. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah

baring lama.

Tujuan : Ganguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria : Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit seperti :

kemerahan dan lecet pada kulit.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Atur dan rubah posisi tidur klien

setiap 2 jam.

Dapat mengurangi tekanan yang terus

menerus yang menimbulkan sirkulasi

yang optimal pada daerah penekanan.

2. Berikan bantalan pada area tubuh yangmenonjol dan berada pada permukaan

tempat tidur.

Dengan diberikan bantalan pada daerahpenekanan akan mengurangi tekanan

efek sirkulasi yang tidak lancar.

3. Lakukan masase pada daerah

penekanan seperti bokong, siku dan turn

it setiap hari.

Tindakan masase sebagi stimulus

terhadap vasodilatasi bagi vaskuler

yang mengalami kontriksi pada

permukaan sehingga akan membantu

melancarkan sirkulasi pada daerah

tersebut.

4. Observasi tanda dekubitus seperti lecet,

kemerahan pada siku, tumit, bokong

dan daerah punggung setiap hari

Bila ditemukan tanda-tanda dekubitussegera ambil tindakan untuk 

mengantisipasi terjadinya kerusakan jaringan kulit yang berlebihan.

 j. Gangguan rasa aman: cemas klien atau keluarga berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan klien

dirumah.

Tujuan : cemas dapat diatasi

Kriteria :

- Klien atau keluarga mengakui dan mendiskusikan rasa takut.

- Klien atau keluarga tampak rileks (tidak memperlihatkan

kecemasan seperti gelisah)

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari

klien/keluarga. Catat tanda-tanda verbal

atau non verbal.

Gangguan tingkat kesadaran dapat

mempengaruhi ekspresi rasa takut tapi

tidak menyangkal keberadaannya.

Derajat ansietas akan dipengaruhi

bagaimana informasi tersebut diterima

oleh individu.

2. Berikan penjelasan hubungan antara prosespenyakit dan gejalanya.

Meningkatkan pemahaman,mengurangi rasa takut karena

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 34/35

38

ketidaktahuan dan dapat membantu

menurunkan ansietas.

3. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan

prosedur sebelum dilakukan.

Dapat meringankan ansietas terutama

ketika pemeriksaan tersebut melibatkanotak.

4. Libatkan klien/keluarga dalam

perawatan, perencanaan

kehidupan sehari-hari,

membuat keputusan sebanyak mungkin.

Meningkatkan perasaan kontrol terhadap

diri dan meningkatkan kemandirian.

k. Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan reflek menelan (disfagia) atau adanya rasa rnual,muntah

dan anoreksia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria :

- Disfagia dapat diatasi

- Tidak terjadi aspirasi.

- Mual, muntah dan anoreksia tidak ada.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Timbang berat badan seminggusekali. Untuk mengetahui efektivitas therapi.

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 

membantu perencanaan makanan.

Ahli gizi adalah spesialis nutrisi yang

dapat membantu kebutuhan nutrisi

klien dan langsung mempersiapkan

kebutuhan nurisi kliennya.

3. Jika masukan makanan hanya

sedikit, BB terus menerus turun

selama 5 hari, status

menunjukkan kekurangan

nutrisi kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian nutrisi

parenteral total (NPT).

NPT mensuplai protein dan

kalori,asam lemak dan vitamin dapat

diberikan IV bersama-sama larutan

NPT, protein, Karbohidrat dan lemak 

penting untuk fungsi dan

perkembangan sel.

4. Bila terjadi disfagia kolaborasidengan dokter untuk pemasanganNGT.

Dengan NGT dapat menghindariterjadinya aspirasi karena kelemahanreflek menelan.

5. Kolaborasi pemberian obat  H 2reseptor antagonis sesuai advis.

H2 reseptor antagonis dapat

menghambat produksi HCl atau

menetralisir asam lambung.

l. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan : dehidrasi

berhubungan dengan kehilangan cairan, penurunan masukan oral dan

peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi.

7/17/2019 Meningitis

http://slidepdf.com/reader/full/meningitis-568c956e0df5e 35/35

Kriteria :

- Membran mukosa lembab.

- Turgor kulit baik.

- Pengisian kapiler cepat.

No. Intervensi Rasional

1 2 3

1. Kaji perubahan tanda vital. Peningkatan suhu /  

demam meningkatkan laju dan

kehilangan cairan tubuh melalui

evaporasi.

2. Kaji turgor kulit, kelembaban membran

mukosa.

Indikator langsung keadekuatan

volume cairan, meskipun

membran mukosa mulut mungkin

kering karena nafas melalui mulut

dan oksigen tambahan.

3. Catat / lapor keluhan mual atau muntah. Adanya gejala menurunkan

masukan oral.

4. Pantau intake dan output Berikan informasi tentang

keadekuatan volume cairan dankebutuhan pengganti.

5. Tekankan cairan sedikitnya 2500

ml/hari sesuai kondisi

Pemenuhan kebutuhan dasar cairan.

6. Berikan obat sesuai indikasi,

misalnya antipiretik,antiemetik.

Berguna untuk menurunkan

kehilangancairan.

7. Berikan cairan tambahan melalui IV

sesuai dengan kebutuhan.

Adanya penurunan masukan/banyak 

kehilangan, penggunaan parenteral

dapat memperbaiki / mencegah

kekurangan cairan.

4. Pelaksanaan

Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang

telah ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan

dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien

dengan cara menilai tujuan yang ditetapkan.