Menggugat Keagungan Pertumbuhan Ekonomi

4
3/18/2015 Uni Sosial Demokrat http://www.unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=7737&coid=2&caid=19 1/4 Menggugat 'keagungan' pertumbuhan ekonomi Oleh: Rofikoh Rohim Pekan lalu, Forum Indonesiayang diprakarsai Harian Bisnis Indonesia dan Continuing Professional Education Indonesiamenggelar diskusi terbatas bertema Membangun Ekonomi Bangsa: Antara Ekonomi Makro dan Kemakmuran Rakyat. Acara yang diselenggarakan bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia itu menghadirkan pembicara Deputi Gubernur BI Muliaman Darmansyah Hadad, Ketua Umum Kadin Indonesia M.S. Hidayat, Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi, dan Ketua Umum REI Lukman Purnomosidi. Turut berbicara pada forum itu Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Bappenas Bambang Prijambodo, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi dan Keuangan, Depkeu, Andi Megantara, Sekjen Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Toto Dirgantoro, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia Airlangga Hartarto, Guru Besar Universitas Padjadjaran Armida Alisyahbana, Guru Besar IPB Mangara Tambunan, Guru Besar Universitas Lampung Bustanul Arifin, serta mantan Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Marzuki Usman. Berikut laporan hasil diskusi pada forum tersebut. Dapat dikatakan bahwa pengejaran performa indikator makro, seperti pertumbuhanyang merupakan indikator makro terpentingmasih menjadi tema sentral yang dinilai sebagai keberhasilan suatu pemerintah. Pasalnya, dengan mengejar pertumbuhan, dinilai otomatis akan terjadi tetesan ke bawah secara alamiah menuju masyarakat yang makmur, seperti penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Pemerintah tampak telah berusaha memulihkan pertumbuhan ekonomi yang sempat anjlok minus 13% saat krisis. Tahun demi tahun tampak adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dan selalu positif. Tetapi bagi masyarakat awam, pertumbuhan bukan indikator yang cukup penting. Ini karena bagi mereka yang terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskin lagi alias lebih makmur dibandingkan dengan masa sebelumnya. Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu salah sasaran alias hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya distribusi yang tidak merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa ketimpangan perolehan kekayaan yang bermuara pada kemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi sementara. Yang penting, indikator makro di atas kertas selalu menunjukkan performa bagus. Tetapi pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru merupakan kondisi penting atau syarat yang harus diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bagaimana pun, bertambahnya penduduk miskin mendorong taraf hidup yang rendah, sehingga akan menurunkan produktivitas mereka yang pada gilirannya ekonomi nasional menurun dan akhirnya mendorong melambatnya pertumbuhan ekonomi. Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan, maka taraf hidup masyarakat secara keseluruhan akan meningkat, sehingga mendorong permintaan barang primer dan sekunder yang dapat dihasilkan oleh perekonomian nasional. Ini pada gilirannya menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi melalui kenaikan permintaan barang lokal dari hasil produksi industri lokal, selanjutnya mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi. Bandingkan jika kenaikan pendapatan hanya terjadi pada si kaya dan yang miskin tetap miskin atau justru bertambah miskin, maka golongan kaya akan mengonsumsi barang tersier yang umumnya merupakan barang impor. Jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung, maka akan tercipta disinsentif material dan psikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan ekonomi. Padahal, sudah pasti pemerintah bersusah payah melakukan serangkaian strategi guna menyajikan kemakmuran masyarakat. Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi dan

description

menggugat keagunan pertumbuhan ekonomi

Transcript of Menggugat Keagungan Pertumbuhan Ekonomi

3/18/2015 UniSosialDemokrathttp://www.unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=7737&coid=2&caid=19 1/4Menggugat'keagungan'pertumbuhanekonomiOleh:RofikohRohimPekan lalu, Forum Indonesiayang diprakarsai Harian Bisnis Indonesia dan ContinuingProfessional Education Indonesiamenggelar diskusi terbatas bertema Membangun EkonomiBangsa:AntaraEkonomiMakrodanKemakmuranRakyat.AcarayangdiselenggarakanbersamaIkatanSarjanaEkonomiIndonesiaitumenghadirkanpembicaraDeputiGubernurBIMuliamanDarmansyah Hadad, Ketua Umum Kadin Indonesia M.S. Hidayat, Ketua Umum ApindoSofjanWanandi, dan Ketua Umum REI Lukman Purnomosidi. Turut berbicara pada forumitu Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Bappenas Bambang Prijambodo, Kepala PusatKebijakan Ekonomi dan Keuangan, Depkeu, Andi Megantara, Sekjen Gabungan PerusahaanEkspor Indonesia Toto Dirgantoro, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia Airlangga Hartarto,Guru Besar Universitas Padjadjaran Armida Alisyahbana, Guru Besar IPB MangaraTambunan, Guru Besar Universitas Lampung Bustanul Arifin, serta mantan MenteriPariwisata,Seni,danBudayaMarzukiUsman.Berikutlaporanhasildiskusipadaforumtersebut.Dapat dikatakan bahwa pengejaran performa indikator makro, seperti pertumbuhanyangmerupakan indikator makro terpentingmasih menjadi tema sentral yang dinilai sebagaikeberhasilansuatupemerintah.Pasalnya,denganmengejarpertumbuhan,dinilaiotomatisakanterjaditetesankebawahsecaraalamiahmenujumasyarakatyangmakmur,sepertipenciptaanlapangankerjadanpengurangankemiskinan.Pemerintah tampak telah berusaha memulihkan pertumbuhan ekonomi yang sempat anjlokminus13%saatkrisis.Tahundemitahuntampakadanyakenaikanpertumbuhanekonomiyangcukupsignifikandanselalupositif.Tetapi bagi masyarakat awam, pertumbuhan bukan indikator yang cukup penting. Ini karenabagi mereka yang terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskin lagialiaslebihmakmurdibandingkandenganmasasebelumnya.Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu salah sasaran aliashanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya distribusi yang tidak merata. Ataubahkan ada anggapan bahwa ketimpangan perolehan kekayaan yang bermuara padakemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi sementara. Yang penting, indikator makro di ataskertasselalumenunjukkanperformabagus.Tetapi pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru merupakan kondisi penting atau syaratyang harus diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bagaimana pun, bertambahnyapenduduk miskin mendorong taraf hidup yang rendah, sehingga akan menurunkanproduktivitasmerekayangpadagilirannyaekonominasionalmenurundanakhirnyamendorongmelambatnyapertumbuhanekonomi.Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan angkakemiskinan, maka taraf hidup masyarakat secara keseluruhan akan meningkat, sehinggamendorongpermintaanbarangprimerdansekunderyangdapatdihasilkanolehperekonomiannasional.Ini pada gilirannya menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi melalui kenaikanpermintaan barang lokal dari hasil produksi industri lokal, selanjutnya mendorong penciptaanlapangankerjadaninvestasi.Bandingkanjikakenaikanpendapatanhanyaterjadipadasikayadan yang miskin tetap miskin atau justru bertambah miskin, maka golongan kaya akanmengonsumsibarangtersieryangumumnyamerupakanbarangimpor.Jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung, maka akan tercipta disinsentif material danpsikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan ekonomi. Padahal, sudah pastipemerintah bersusah payah melakukan serangkaian strategi guna menyajikan kemakmuranmasyarakat.Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi dan3/18/2015 UniSosialDemokrathttp://www.unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=7737&coid=2&caid=19 2/4kurang penekanan pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan perlu dipikirulang.Inikarenapemerataanpendapatanadalahsuatualatyangefektifuntukpemberantasankemiskinanyangmerupakantujuanutamadaripembangunanekonomi.PrioritasstrategiDalam pembentukan kebijakan strategi pembangunan, masalah yang sering timbul adalah kemana seharusnya strategi pembangunan diarahkan: pengejaran pertumbuhan ekonomi,melakukan pemerataan pendapatan, atau mengurangi kemiskinan? Tiga pilihan yang samasamapentingtetapiharusditentukanprioritasnya.Pemerintah tampak tengah berupaya menyeimbangkan ketiga strategi pembangunan itu.Pertumbuhan ekonomi tetap terjaga melalui pola pendistribusian hasil pembangunan yangakhirnyabermuarapadamengurangiangkakemiskinan,terutamasekaliprogrampengurangankemiskinan absolut dengan menjamin setiap penduduk akan terpuaskan kebutuhan dasarnyamelaluipertumbuhanekonomi.Hal itu dilakukan karena ada hubungan aritmatik antara kegiatan pembangunan untukpencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasilnya. Ini dapat dilihat daripertumbuhan ratarata pendapatan per kapita, perubahan dalam pemerataan, danpengurangankemiskinanabsolut.Dengan kata lain, pengurangan kemiskinan di suatu negara pada suatu waktu tertentu akanditentukan sepenuhnya oleh tingkat pertumbuhan ratarata pendapatan per kapita danperubahan dalam distribusi pendapatan. Dengan demikian, strategi pembangunan ditentukanoleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang otomatis akan memunculkan perubahan pemerataanpendapatan,sehinggapadagilirannyamengangkatkondisikaummiskindimasyarakat.Namun, terdapat banyak bukti yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi danpemerataan pendapatan tidak dapat otomatis jalan berbarengan dan kenyataannya cenderungtimpang, sehingga justru akan meningkatkan persentase kemiskinan. Berdasarkan data,kendati ekonomi selalu tumbuh positif, pertumbuhan penduduk miskin masih fluktuatif (lihatgrafik).Secarateori,pertumbuhandanelastisitasdistribusikemiskinantergantungsecarapositifpadatingkat pembangunan dan secara negatif pada tingkat ketidakmerataan. Artinya, strategikombinasi optimal pada pertumbuhan ekonomi dan distribusi yang mengarah padapengurangankemiskinanharusditerapkan.Terdapat hipotesis yang bisa menjelaskan mengapa pemerataan pendapatan yang progresifakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena sampai saat inimasihadakendalaaksesmodal(kredit)mengingatadanyaketidaksempurnaanpasarkredit.Diperlukan pola pendistribusian kembali modal dari perusahaan/individu yang kaya kapitalkepada yang kekurangan kapital telah meningkatkan efisiensi, investasi, dan pertumbuhanekonomi. Saat ini pemerintah tampak mengejar pertumbuhan ekonomi untuk jalan bersamaandenganstrategipemerataanpendapatanyangprogresifmelalui:Pertama,pemerintahdapatmerealisasikannyadenganprogramprogramkreditlunakdanjugapenjaminankreditberbasiskomunitas,sehinggakredittetappadasasarandanadamekanismepengawasan dari komunitas untuk mengurangi korupsi. Artinya, saat ini masih menjadiproblemaklasikbagimasyarakatmiskinuntukmendapatkantetesanpendapatanmelaluikreditlunakdariperbankanataulembagakeuanganlainnya,karenaminimnyaprogrampenjaminan.JumlahpendudukmiskindiIndonesia(Jutaorang)JumlahpendudukJumlahpendudukmiskinKota Desa1998 204,3 17,6 31,91999 204,8 15,64 32,332000 202,2 12,3 25,42001 205,9 8,6 29,32002 211 13,3 25,12003 214,1 12,2 25,12004 217,4 11,4 24,83/18/2015 UniSosialDemokrathttp://www.unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=7737&coid=2&caid=19 3/42005 219,9 12,4 22,7Maret2006 220 14,29 24,76Sumber:BPSAngkapengangguranIndonesiaPenganggurterbuka(juta) Tingkatpengangguranterbuka(%)Agst.04 10,3 0,099Feb.05 10,9 0,1026Nov.05 11,9 0,1124Feb.06 11,1 0,1045Agst.06 10,93 0,1028Sumber:BPSKedua, pemerintah menjalankan berbagai program pembangunan padat karya, sepertipendirian sentra industri kecil dan menengah serta melalui segenap pelatihan di balai karyayang memberikan pelatihan keterampilan khusus, sehingga masyarakat miskin memilikikeahlianyangdapatdijawantahkanbagiperolehanpenghasilan.Ketiga, pemerintah memberikan jaminan akses kebutuhan dasar bagi rakyat bawah, sepertikebutuhan hidup seharihari, akses pendidikan, dan kesehatan yang saat ini sudah dilakukanmelalui biaya pendidikan dan kesehatan gratis. Saat ini, pemerintah melakukannya dandiharapkanmenjadisemakindiperluasfasilitasnya.Ada keinginan untk melakukan distribusi kepemilikan aset, tetapi hal ini tidak mudahapalagilandreformsehinggalangkahlainnyaperluditempuh,yaitudenganmeningkatkanpenerimaanmelaluipolapengambilansebagianpendapatandankekayaanpribadigolonganberpenghasilantinggi secara progresif dan proporsional. Jadi, ada transfer pembayaran dari kelompok kayakepada negara untuk disalurkan ke si miskin melalui pembebasan uang sekolah, kesehatan,penciptaanlapangankerja,dansebagainya.Keempat,pemerintahbekerjasamadenganswastalokaldanasinguntukmenjalankanprogramcorporate social responsibility (CSR)bahkan kalau perlu mewajibkan persentase laba bersihuntukkegiatanCSRmelaluipolabapakangkatdalamkegiatanekonomi.CSRselanjutnyadapatdijadikansebagaisalahsatuindikatortanggungjawabsosialbagiduniakorporasi.Kelima, pemerintah konsisten dan mewujudkan penegakan hukum, sehingga dunia usahanasional dan asing dapat melakukan usaha secara berkesinambungan untuk menciptakanlapangankerjasecaraluas.Dengan demikian, kebijakan pemerataan pendapatan akan menghasilkan manfaat ganda, yaitumengurangi kemiskinan pada jangka pendek dan mempercepat proses pengurangankemiskinandimasamendatang.Jadi,programpenguranganketimpangankemakmuranmelaluipendistribusiankembalikekayaandanprogramkebijakanpertumbuhanyangprorakyatmiskinakanmewujudkanpertumbuhanekonomiyangberkelanjutan.Bagaimanapun, penghapusan kemiskinan yang cepat dalam segala bentuknya adalah tujuanyang berarti untuk pembangunan. Pengurangan kemiskinan membutuhkan kombinasi optimaldaripertumbuhanekonomidankebijakanpemerataan.Jadi, selain akselerasi pertumbuhan juga perlu penanganan ketimpangan pendapatan,pengentasan kemiskinan, dan perubahan struktural dalam kehidupan sosial. Bagaimanapunperekonomian yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi saja tidak cukup, tetapi perludiukurdandilihatatasdasarjumlahkesempatankerjabaru,peningkatankeadilansosial,danpemberantasankemiskinan.Secara garis besar, pembangunan harus menyentuh pemenuhan kebutuhan dasar, jati diri,dan kemerdekaan. Kemerdekaan adalah kemampuan berdiri tegak, sehingga tidak diperbudakoleh aspek material. Perbudakan materi menimbulkan kecenderungan untuk korupsi, cuek,individualistis,bahkantidakseganseganmengorbankankepentinganoranglain.Jadi,sudahsaatnyakonseppembangunanharusdidefinisikankembali.Inikarenasampaisaatini masih ditemukan masyarakat yang kurang gizi, putus sekolah, pemukiman kumuh,pengangguran, dan ketimpangan pendapatan yang tetap tidak teratasi. Lebih tegas lagi, halyang dicapai dari hasil pertumbuhan ekonomi bukan hanya kekayaan, tetapi juga tambahanpilihan.([email protected])3/18/2015 UniSosialDemokrathttp://www.unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=7737&coid=2&caid=19 4/4URL Source: http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTALRofikohRohimBisnisIndonesiaKeteranganArtikelSumber:BisnisIndonesiaTanggal:05Mar07Catatan:URLArtikel:http://www.unisosdem.org/ekopol_detail.php?aid=7737&coid=2&caid=19Copyright2007UniSosialDemokrat,http://www.unisosdem.org