Mengapa Tidak Bertindak (1)

13
DURIAN http://foragri.wordpress.com/2012/09/06/produksi-benih- hortikultura/ : 6 Sep 2012 RENDAHNYA KUALITAS BENIH DURIAN, DISEBABKAN OLEH PRODUSEN BENIH YANG RAKUS. MEREKA TIDAK PERNAH DIAWASI OLEH PEMERINTAH. LSM DAN PERS PERTANIAN YANG SEHARUSNYA MELAKUKAN KONTROL, JUGA TIDAK BERFUNGSI. BENIH DURIAN, SEHARUSNYA TIDAK HANYA MEMERLUKAN POHON INDUK UNGGUL UNTUK BATANG ATAS, MELAINKAN JUGA UNTUK BATANG BAWAH. SELAMA INI MENTERI PERTANIAN SUDAH MERILIS PULUHAN VARIETAS DURIAN UNGGUL UNTUK BATANG ATAS. TETAPI MENTERI PERTANIAN TIDAK PERNAH MERILIS DURIAN VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BATANG BAWAH. PRODUSEN BENIH YANG INGIN KEUNTUNGAN SETINGGI MUNGKIN, MENGGUNAKAN BIJI DURIAN “SAPUAN”, YANG DIKUMPULKAN DARI PASAR DAN KIOS DURIAN. BENIH DURIAN DENGAN BATANG BAWAH DARI BIJI YANG BERASAL DARI MACAM-MACAM DURIAN, DENGAN KUALITAS YANG SEBAGIAN BESAR JELEK, TENTU AKAN MENGHASILKAN TANAMAN YANG SANGAT LEMAH SETELAH BERADA DI KEBUN. KELICIKAN PRODUSEN BENIH INI, JUGA MASIH DITAMBAH DENGAN PENYAMBUNGAN KETIKA BATANG BAWAH BERUMUR 1 BULAN DAN BARU SETINGGI 10 CM. BENIH SAMBUNG DINI DEMIKIAN, JUGA AKAN MENGALAMI KEMATIAN PADA USIA DINI. DI THAILAND, BATANG BAWAH HARUS BERUPA BIJI YANG BERASAL DARI POHON INDUK YANG SUDAH DISERTIVIKASI. PENYAMBUNGAN DILAKUKAN PADA BATANG BAWAH YANG SUDAH SETINGGI MINIMAL 50 CM. ADA PRODUSEN BENIH YANG BARU MENYAMBUNG, KETIKA BATANG BAWAH SUDAH 1,5 M. ITULAH SEBABNYA DI THAILAND KEBUN DURIAN BISA PRODUKTIF SEBAB BATANG BAWAH SESUAI REKOMENDASI (DURIAN CHANEE), DAN BUAHNYA YANG NYARIS TANPA BIJI ATAUPUN BERBIJI HAMPA MEMBANJIRI KAKILIMA BAHKAN SUDAH SAMPAI KEPELOSOK (DESA).

description

materi kuliah

Transcript of Mengapa Tidak Bertindak (1)

DURIANhttp://foragri.wordpress.com/2012/09/06/produksi-benih-hortikultura/ : 6 Sep 2012

RENDAHNYA KUALITAS BENIH DURIAN, DISEBABKAN OLEH PRODUSEN BENIH YANG RAKUS. MEREKA TIDAK PERNAH DIAWASI OLEH PEMERINTAH. LSM DAN PERS PERTANIAN YANG SEHARUSNYA MELAKUKAN KONTROL, JUGA TIDAK BERFUNGSI. BENIH DURIAN, SEHARUSNYA TIDAK HANYA MEMERLUKAN POHON INDUK UNGGUL UNTUK BATANG ATAS, MELAINKAN JUGA UNTUK BATANG BAWAH. SELAMA INI MENTERI PERTANIAN SUDAH MERILIS PULUHAN VARIETAS DURIAN UNGGUL UNTUK BATANG ATAS. TETAPI MENTERI PERTANIAN TIDAK PERNAH MERILIS DURIAN VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BATANG BAWAH. PRODUSEN BENIH YANG INGIN KEUNTUNGAN SETINGGI MUNGKIN, MENGGUNAKAN BIJI DURIAN SAPUAN, YANG DIKUMPULKAN DARI PASAR DAN KIOS DURIAN.

BENIH DURIAN DENGAN BATANG BAWAH DARI BIJI YANG BERASAL DARI MACAM-MACAM DURIAN, DENGAN KUALITAS YANG SEBAGIAN BESAR JELEK, TENTU AKAN MENGHASILKAN TANAMAN YANG SANGAT LEMAH SETELAH BERADA DI KEBUN. KELICIKAN PRODUSEN BENIH INI, JUGA MASIH DITAMBAH DENGAN PENYAMBUNGAN KETIKA BATANG BAWAH BERUMUR 1 BULAN DAN BARU SETINGGI 10 CM. BENIH SAMBUNG DINI DEMIKIAN, JUGA AKAN MENGALAMI KEMATIAN PADA USIA DINI.

DI THAILAND, BATANG BAWAH HARUS BERUPA BIJI YANG BERASAL DARI POHON INDUK YANG SUDAH DISERTIVIKASI. PENYAMBUNGAN DILAKUKAN PADA BATANG BAWAH YANG SUDAH SETINGGI MINIMAL 50 CM. ADA PRODUSEN BENIH YANG BARU MENYAMBUNG, KETIKA BATANG BAWAH SUDAH 1,5 M.

ITULAH SEBABNYA DI THAILAND KEBUN DURIAN BISA PRODUKTIF SEBAB BATANG BAWAH SESUAI REKOMENDASI (DURIAN CHANEE), DAN BUAHNYA YANG NYARIS TANPA BIJI ATAUPUN BERBIJI HAMPA MEMBANJIRI KAKILIMA BAHKAN SUDAH SAMPAI KEPELOSOK (DESA).

ALTERNATIF PEMUPUKAN DURIAN

A. UMUR 1 - 3 TAHUN1) Pupuk Kandang (30 - 50 Kg) , NPK (0,5 - 1,0 Kg), Pupuk SUPERNASA (5 - 10 gram) tiap pohon dengan Frekuensi = 3 - 4 kali per Tahun,

2) Penyemprotan = Memakai POC Nasa + Hormonik per 1 tutup per 1 tangki (sebulan sekali)

B. UMUR 4 - 6 TAHUNPupuk Kandang (75 - 150 Kg) , NPK (1,5 - 2,5 Kg), Pupuk SUPERNASA (10 - 20 gram) dan Pupuk POWER NUTRITION (10 15 gram) tiap pohon dengan Frekuensi = 2 - 4 kali per Tahun,

C. UMUR 7 - 10 TAHUNPupuk Kandang (200 - 300 Kg) , NPK (1,5 3,0 Kg), Pupuk SUPERNASA (10 - 20 gram) tiap pohon dengan Frekuensi = 2 - 4 kali per Tahun,FUNGSI POWER NUTRITION

1. Memperbanyak buah dan membantu pembuahan di luar musim (iklim tidak ekstrim, air cukup, hama penyakit normal).2. Memperbaiki dan mempercapat pertumbuhan tanaman. 3. Meningkatkan daya tahan tubuh tamaman, kualitas (rasa, warna, aroma) daya simpan buah (hasil panen) 4. Melarutkan sisa (residu) pupuk kimia dalam tanah, sehingga bisa dimanfaatkan tanaman lagi. 5. Membantu perkembangan mikroorganisme yang bermanfaat di dalam tanah

CERITA PERAN PERGURUAN TINGGI LUAR BANTEN

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) Malang mengembangkan tanaman durian di Kabupaten Malang bagian barat. Dekan FP UB Malang Prof. Sumeru Ashari mengatakan pengembangan tersebut terus dilakukan melalui laboratorium miliknya yang berada di Kecamatan Ngantang. Pengembangan yang kami lakukan di wilayah Malang barat meliputi Ngantang dan Kasembon. Kedua wilayah itu merupakan daerah yang potensial dalam pengembangan durian di Kabupaten Malang, kata Sumeru Ashari di Malang, Kamis (22/8/2013). Menurutnya pengembangan yang dilakukan itu sebagai bagian dari upaya FP UB yang telah dilakukan sebelumnya yakni menebar sedikitnya 1.000 benih durian Jingga yang masuk ketegori jenis unggul dan langka pada 2010. Bibit durian Jingga tersebut dibagikan ke petani dan warga di Ngantang dan Kasembon. Dimana setiap kepala keluarga (KK) mendapat empat hingga lima bibit. Bibit durian tersebut juga telah dilepas ke habitat berupa lahan seluas empat hektare guna dikembangkan lebih lanjut, jelas dia. Bibit durian Jingga yang ditebar itu merupakan hasil pembiakan yang dilakukan oleh FP UB dengan melibatkan masyarakat setempat. Durian Jingga sendiri merupakan jenis langka yang telah berumur lebih dari 75 tahun. Selain durian Jingga, FP UB juga membiakkan durian merah yang tidak kalah langkanya, ujarnya. Kelezatan rasa durian Jingga kata Sumeru jauh lebih enak jika dibandingkan dengan durian Bangkok. Di Ngantang dan Kasembon sejauh ini diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis durian yang bisa dikembangkan diantaranya Petruk, Montong, Bajul, Bido, Macan, Sepanjang, dan Maesa. Keberadaan laboratorium FP UB di Ngantang dalam pengembangan tanaman durian bermutu tinggi itu salah satunya dengan cara stek (cangkok) yang tidak kalah dengan durian asal Kalimantan. Laboratorium di Ngantang didukung fasilitas yang lengkap yang bisa dimanfaatkan untuk membantu petani maupun masyarakat dalam mengembangkan durian, tambah dia. Di wilayah Ngantang dan Kasembon saat ini diperkirakan terdapat sedikitnya terdapat 65.000 pohon durian aneka jenis. Dengan terus bertambahnya jumlah pohon durian diharapkan kawasan tersebut bisa menjadi durian center di Kabupaten Malang.Serang, 27 Agustus 2014

Kasi Produksi dan Pemasaran

BBITPH Provinsi Banten,

IR. KMS. ISMAIL, MM.

PLASMANUTFAH WONG SUMUT, OBSESI WONG BANTEN 12. 2007, buwataras dari Karo, nenas dari Phakpak Barat;

13. 2008, durian bintana dari Deliserdang, jeruk Keprok Brasitepu dari Karo;

14. 2009, Salak jambon berdikari, mangga kelong, mangga malaba dari Deliserdang;

15. 2010, Kesemek Simalem dari Karo;

16. 2011, cempedak sumana, durian ginting, durian sikapal dari Deliserdang.

Dibandingkan dengan banyaknya jumlah buah varietas unggul asal Sumut yang sudah dilepas oleh Mentan, 28 varietas ini merupakan angka yang kecil mengingat masih banyak lagi buah yang belum diidentifikasi.Hal tersebut salah satunya disebabkan terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki. "Jika mengandalkan sumber daya manusia yang ada di BPSB saat ini, sangat kurang mencukupi sehingga harus dibantu dari pihak universitas yang memiliki ahli yang banyak," katanya.Sunardi, sebagai pemilik jambu Merah Kesuma dan Deli Hijau, mengatakan, kedua jambu air tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki kebanyakan jambu air yang selama ini sudah dikenal masyarakat. Dari 17 jenis jambu air yang dikembangkanya saat ini, Kesuma Merah dan Deli Hijau memiliki kualitas jauh di atas semuanya."Saat ini yang ada baru Surat Keputusan Perlindungan Varietas dari Dirjen Pertanian, yang dikirim sebulan lalu, sekarang ini kita tinggal menunggu dari SK Menteri Pertanian," ujarnya.Misalnya dari sisi produktifitas, Deli Hijau yang ukuran maksimalnya bisa mencapai 200 gram per buah, bisa berbuah sepanjang tahun dan mengalami puncak produksi sebanyak 3 kali dalam setahun. Kemudian, dapat berbuah dalam usia 1 - 2 tahun.Sedangkan untuk Merah Kesuma, untuk bisa berbuah lebih lama yakni 2 tahun. Namun, ketika sudah berbuah juga tidak mengenal musim alias bisa muncul setiap hari. Berat buahnya juga lebih besar dari Deli Hijau, yakni 250 - 300 gram per buahnya.

Jambu air Merah Kesuma dan Deli Hijau merupakan varietas unggul yang renca-nanya akan dilepas oleh Mentan (Menteri Pertanian) Indonesia sebagai Varietas Unggul Nasional.

Nantinya, jambu air Merah Kesuma dan Deli Hijau akan menambah daftar buah ung-gul asal Sumut yang sudah dilepas Mentan sejak 1997.

Kepala UPT Balai Pengawas-an dan Sertifikasi Benih Sumatera Utara (BPSB Sumut), Sugeng Prasetyo di-dampingi stafnya Sangkot Situmorang mengatakan, se-cara keseluruhan dari 1997 hingga sekarang baru ter-dapat 28 buah varietas unggul asal Sumut yang se-telah dilepas Mentan menjadi varietas unggul nasional.

"Kita sudah memprosesnya setahun lalu, dan kita harapkan tahun ini sudah bisa dilepas. Kalau sudah dilepas, berarti akan menambah varietas unggul asal Sumut menjadi 30," katanya. Varietas unggul asal Sumut yang sudah dilepas:

1. 1997, pisang barangan dari Deliserdang, rambutan brahrang dari Langkat; 2. 1999, jeruk siem madu dari Karo, salak padang sidempuan merah, dan salak padang sidempuan putih dari Tapanuli Selatan (Tapsel);

3. 2000, markisa berastagi dari Karo, jeruk keprok sipirok dari Tapsel, 4. 2001, Jeruk keprok maga dari Mandailing Natal;

5. 2002, Kuini barus dari Tapanuli Tengah dan salak sibakua dari Tapsel 6. 2003, belimbing pancur batu dari Deliserdang, nenas simalungun dari Simalungun;

7. 2004, terung tamarilo dari Dairi;

8. 2005, jambu biji deli, pisang keprok bangun sari dari Deliserdang dan sawo Asahan;

9. 2006, Duku tembung dari Deliserdang;

DIKATAKAN SUNARDI, SEBELUM DILEPAS MENTAN SEKALIPUN, SAAT INI SUDAH BANYAK PEMESAN DARI LUAR SUMUT UNTUK DIBUDI-DAYAKAN SECARA LUAS. BAHKAN ADA PULA PEMINAT DARI SULA-WESI YANG BERKEINGINAN UNTUK MENGEMBANGAKANNYA DI SANA.

NAMUN MENURUTNYA, SAAT INI DIRINYA LEBIH FOKUS UNTUK LEBIH MENGEMBANGKANNYA SECARA BESAR-BESARAN DI BINJAI SEBELUM DIKEMBANGKAN SECARA LUAS DI DAERAH LAIN. HAL TERSEBUT BUKANNYA TANPA ALASAN, MENURUTNYA AKAN LEBIH BAIK JIKA SEBAGAI KOTA ASALNYA, BINJAI LEBIH DULU MEMILIKI KAWASAN TERSENDIRI YANG MENGEMBANGKAN JAMBU AIR MERAH KESUMA DAN DELI HIJAU SECARA LUAS.

"SAYA TAK MAU KALAU KITA SEBAGAI KOTA ASALNYA MALAH TAK PUNYA KAWASAN PENGEMBANGANNYA SENDIRI, JANGAN PULA MALAH DAERAH LAIN YANG BERHASIL MENGEMBANGKANNYA," UJARNYA.

LANGAH KONKRET YANG SUDAH DILAKUKANNYA ADALAH DENGAN MEMBENTUK KOMUNITAS PETANI YANG MEMEBUDIDAYAKAN JAMBU AIR MERAH KESUMA DAN DELI HIJAU BERNAMA PONDOK BENGKEL HIJAU NURSERY DENGAN ANGGOTA 36 ORANG.

SELURUH ANGGOTANYA, SAAT INI JUGA MENGEMBANG-KANNYA DI PEKARANGAN RUMAHNYA DENGAN JUMLAH MINIMAL SEBAGAI KEWAJIBAN MENJADI ANGGOTA KELOMPOK YANG MANDIRI.

DI KEBUNNYA SENDIRI, LANJUT SUNARDI, TERDAPAT 160 BATANG TANAMAN USIA 2 TAHUN, DAN 1.500 BIBIT SIAP JUAL UMUR 4 BULAN DENGAN TINGGI 30 CENTIMETER YANG DIJUALNYA DENGAN HARGA Rp 25.000 - Rp 30.000.Eksistensi BBITPH Provinsi Banten

Perbenihan Hortikultura, menurut Direktur Perbenihan Hortikultura terdapat sejumlah isu strategis yang dihadapai perbenihan nasional antara lain ketersedian benih bermutu yang belum mencukupi dan kelembagaan perbenihan yang belum optimal. Hal itu mulai dari Balai Besar Hortikultura yang memproduksi benih sumber hingga tingkat penangkar (Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Wijayanti Yusuf, http://kabarbisnis.com/read/ 2841857 - 22 September 2013).

Dipahami juga, aktivitas bidang perbenihan membutuhkan biaya tinggi, pengalaman dan kejujuran tetapi tidak berpengaruh langsung ke peningkatan provitas maupun pendapatan petani. Fungsi mutu benih hanya akan terlihat pada kondisi sesuai kebutuhannya (Lingkungan & Tindak Budidaya yg tepat).Dasar pemikiran pembentukan Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBITPH) Provinsi Banten sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Untuk menjadi Institusi Penyedia Benih Sumber bagi Balai Benih Kabupaten/Kota, sebagai sarana untuk meningkatkan pembangunan pertanian dan bukan semata-mata untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).BBITPH Provinsi Banten dilahirkan berdasarkan Peraturan Gubernur Banten Nomor 46 Tahun 2008 Tanggl, 23 Desember 2008 untuk dapat melaksanakan Tugas Pokok:

1) Pengadaan dan Penyediaan Benih Sumber Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP),

2) Pembinaan Institusi Perbenihan, dan

3) Merencanakan Kebutuhan Benih Sumber BD dan BP.

Fungsi BBITPH Provinsi Banten sesuai Peraturan Gubernur Banten Nomor 46 Tahun 2008 Tanggl, 23 Desember 2008, sebagai berikut:

1) Penyusunan Program Kerja Balai,

2) Pengendalian Benih Dasar dan Benih Pokok,

3) Pengendalian Penghasil Benih Dasar Dan Benih Pokok,

4) Pembinaan Secara Teknis Bagi Balai Benih Utama (BBU) dan Balai Benih Pembantu (BBP),

5) Pengamatan Teknologi di Bidang Perbenihan,

6) Pemberian Informasi Perbenihan, dan

7) Pemurnian Kembali Varietas Unggul, serta8) Penyelenggaraan Urusan Ketatausahaan.Memproduksi benih bermutu sangat tergantung kepada input, proses, dan output. Input dimulai dari benih sumber yang memenuhi standar. Benih Sebar (extention seed) yang harus dapat digunakan sebagai sarana produksi di tingkat petani harus dihasilkan secara berjenjang mulai dari Benih Penjenis (Breeder Seed), Benih Dasar (Fondation Seed) ataupun Benih Pokok (Stock Seed).

Harus dipahami, tugas pokok dan fungsi institusional tidak mungkin dapat terlaksana secara individual dan hasil (out put) pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya bukan untuk kepentingan individu (institusional). Peran, fungsi dan tanggungjawab serta suporting masing-masing institusi bidang perbenihan diluar UPTD BBITPH Provinsi Banten untuk dapat dimobilisasi secara wajar sesuai norma maupun regulasi yang berlaku.

Mobilisasi institusi perbenihan baik formal maupun non formal sangan terkait dengan manusianya (Sumber Daya Manusia), Pemerintah daerah berkewajiban meningkatkan keahlian maupun keterampilan Sumber Daya Manusia hortikultura untuk memenuhi standar kompetensi (Ayat 1 Pasar 13 Bab IV UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura).

UPTD Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBITPH) Provinsi Banten untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menuntut tersedianya dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) perbenihan yang handal, penangkar, dan loyalitas petugas bidang perbenihan (PBT, POPT dan PPL/THL) serta ketersediaan sarana prasarana sesuai dengan tuntutan teknis oprasional perbenihan.

Investasi di sektor perbenihan hortikultura sangat khusus dan berbeda dengan usaha hortikultura lainnya seperti sektor budidaya, industri pengolahan, pengusahaan wisata agro, dan usaha jasa hortikultura. Industri perbenihan hortikultura sangat mengandalkan pada teknologi dan kreativitas tenaga kerja (Sumber: http:// www.antaranews. com/berita/424786 - Selasa, 18 Maret 2014).

Industri perbenihan maupun penangkaran hortikultura harus memenuhi tuntutan yuridis (regulasi), administratif dan teknis oprasional perbenihan, tempat yang spesifik dan jaminan pasar. Mutu benih akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur simpan benih/bibit. Bertambahnya umur bibit (tidak tersalur/terjual) tanaman buah secara teknis mutunya menurun secara non teknis bertambahnya biaya produksi (perawatan) yang diikuti dengan menurunnya harga jual non estetika (perutukan bukan untuk skala komersil).Sampai saat ini (Akhir Tahun 2014), disadari sepenuhnya kondisi kelembagaan BBITPH Provinsi Banten masih jauh dari optimal dan belum memiliki kemampuan memproduksi benih/bibit tanaman hortikultura, demikian juga dengan kualitas maupun kuantitas penangkar tanaman hortikultura masih harus ditingkatkan.Untuk memproduksi benih bermutu bersertifikat, UPTD BBITPH Provinsi Banten akan mengupayakan pengembangan penangkaran hortikultura melalui pola (Kinship Seeding Action). Melalui pola Kinship Seeding Action, diharapankan banyak orang yang mampu membuat benih/bibit bukan banyak benih/bibit dibuat oleh seseorang atau golongan tertentu. BBITPH Provinsi Banten memaknai para pembuat benih/bibit sebagai mitra untuk memproduksi benih maupun bibit secara kekeluargaan (Kinship).

Peranan institusi pemerintah diharapkan berfungsi sebagai pendorong penubuhan penangkar tanaman hortikultura. Hal penting yang masih harus diupayakan adalah menggerakkan pelaku usaha dan sumber daya yang ada di masyarakat agar lebih terfokus dalam pembangunan perbenihan hortikultura guna mencukupi kebutuhan benih hortikultura secara lokalita (per wilayah) sesuai kearifan lokal. Pembangunan perbenihan hortikultura terutama untuk tanaman buah harus sejalan dengan pengembangan kawasan (gabungan beberapa produsen), dimulai dengan membentuk komunitas penanam (peminat) titipan Bibit Bersertifikat Label Putih (Benih Dasar) BBITPH Provinsi Banten, masing-masing punya kemampuan menanam dan memelihara di pekarangan rumahnya (Lahan Kosong) dengan jumlah minimal sebagai kewajiban menjadi anggota komunitas. Aktivitas Komunitas Penanam Benih Dasar BBITPH Provinsi Banten, diiukuti dengan sarana dan insentif pemeliharaan serta penghargaan kinerja (Lomba Kulitas dan Kuantitas serta Nilai Jual Produksi Buah).Serang, 30 Agustus 2014

Kasi Produksi dan Pemasaran

BBITPH Provinsi Banten,

IR. KMS. ISMAIL, MM.

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam upaya peningkatan produksiPTT

(Panen Tanpa Tanam)Orang miskin adalah mereka yang hanya bekerja untuk mempertahankan gaya hidup mahal, dan selalu ingin lebih dan lebih, Kita semua berbicara tentang pembangunan berkelanjutan untuk keluar dari kemiskinan. Tapi apa yang kita pikirkan? Apakah kita menginginkan model pembangunan dan konsumsi dari negara-negara kaya?" (Jose Mujica, 2014).

Serang, 30 Agustus 2014

Kasi Produksi dan Pemasaran

BBITPH Provinsi Banten,

IR. KMS. ISMAIL, MM.