mencermati adopsi trend cloud computing sebagai strategi bisnis di ...
Transcript of mencermati adopsi trend cloud computing sebagai strategi bisnis di ...
28
MENCERMATI ADOPSI TREND CLOUD COMPUTING SEBAGAI STRATEGI BISNIS DI INDONESIA TAHUN 2011
DICKY SUPRIATNA
STIE TRISAKTI [email protected]
PENDAHULUAN
emulihan ekonomi dari krisis ekonomi global menjejaki tahun 2011 memberikan
isu seperti negara Amerika Serikat mengalami permintaan konsumen yang lemah, Eropa de-ngan krisis Irlandia-nya, dan Jepang mengalami deflasi, sedangkan Asia tumbuh pesat hingga 8,2% di tahun 2010 meskipun terjadi perlam-batan pertumbuhan di kawasan ini (ADB 2010). Isu lainnya seperti ketidak-seimbangan global, perang kurs, dan aliran modal yang tidak stabil mengakibatkan tekanan terhadap tumbuhnya bisnis secara global. Namun, tidak demikian halnya dengan kawasan Asia. Seperti yang di-sebutkan di atas bahwa kawasan Asia di abad 21 ini bangkit. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti populasi yang besar dari negara-negaranya, kekayaan sumbe rdaya alam, mayori-tas negara berkembang, kebijakan-kebijakan yang tepat, serta foreign direct investments (FDI) yang memainkan peranan yang penting (Adiningsih 2010).
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di
kawasan Asia tidak terlepas dari Indonesia yang
mempunyai peranan penting dalam mempe-
ngaruhi pertumbuhan di kawasan Asia. Hal ini
bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia
di tahun 2010 mencapai 6,2%/Q2, pengangguran
turun menjadi 7,2 /Februari 2010, Inflasi 5,7
/Oktober 2010, dan Rupiah yang terus menguat
hingga Desember 2010 (Yahoofinance, The
Economist November 6th - 12 th 2010). Meskipun
demikian, dalam tren positif pertumbuhannya,
Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan.
Menurut Adiningsih (2010) stabilitas ekonomi
makro di Indonesia terjaga namun masih rapuh,
demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi
terus meningkat secara pelan namun kualitas
masih rendah, sektor informal berkembang
pesat, namun daya saing Indonesia di tingkat
ASEAN masih rendah meskipun terus naik (GITR
2009-2010).
P
2011 Dicky Supriatna
29
Tabel 1 Nilai Ekspor menurut kelompok barang (dalam juta US$)
Sumber: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia
Media Bisnis Maret
30
Di sisi potret sektor industri, Indonesia mengalami peningkatan secara terus-menerus seperti perkembangan pertumbuhan industri terutama apabila fokus dimulai dari sejak krisis Indonesia tahun 1998, GDP dan industri non-migas terus meningkat (kecuali tahun 2009 mengalami penurunan akibat dampak krisis global). Hingga saat ini ekspor didominasi oleh sumber daya alam (Tabel 1), sedangkan impor berupa barang olahan, selain itu ancaman dari barang-barang industri China yang menyerbu Indonesia sehingga mengakibatkan daya saing produk lokal menjadi semakin berat. Beberapa alasan akan menangnya produk China di pasar Indonesia dikarenakan harga yang lebih murah, barang mudah diperoleh, dan supply chain yang pendek (Top Executive Survey PSAP 2007 dalam Adiningsih 2010).
Pemaparan ekonomi global di atas menggambarkan bahwa era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaha-ruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di Indonesia, Asia, maupun di dunia internasional. Akibatnya, per-saingan di sektor industri dirasakan semakin ketat dan sulit. Untuk membangun sektor in-dustri agar mampu berkembang dalam arena persaingan dewasa ini bahkan diharapkan se-kaligus menjadikannya sebagai motor pengge-rak perekonomian Indonesia di masa depan, maka sektor industri perlu memiliki daya saing yang tinggi. Daya saing sektor industri ini harus ditunjang dengan penguatan struktur, pening-katan nilai tambah, dan produktivitas disepan-jang rantai nilai produksi, dukungan dari selu-ruh sumber daya produktif, serta ditunjang oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat diandalkan. Peningkatan daya saing industri secara berkelanjutan diharapkan akan membentuk landasan ekonomi yang kuat beru-pa stabilitas ekonomi makro, iklim usaha, dan investasi yang sehat.
Organisasi yang mampu menekan inves-tasi dengan cerdas, meningkatkan dukungan dari TIK dalam bisnis, menekan biaya operasional, serta konsentrasi didalam bisnis utama adalah
salah satu cara tepat yang dapat diterapkan dalam menghadapi persaingan bisnis dewasa ini. Melalui perkembangan TIK, setiap perusaha-an dapat memanfaatkannya untuk menunjang strategi bisnis. Sebagai bentuk terus berkem-bangnya TIK, saat ini dunia TIK mengenalkan suatu istilah yang biasa disebut cloud computing, dimana teknologi cloud computing ini diharap-kan mampu membawa suatu bisnis untuk memenangkan persaingan dengan cara yang cepat dan tepat.
Yono (2010) mengatakan bahwa, TIK memiliki peran yang signifikan dalam membantu mempercepat akselerasi bisnis di berbagai sektor industri. Salah satu teknologi yang akan menjadi trend di tahun 2011 adalah cloud computing. Cloud computing merupakan tek-nologi yang memungkinkan sharing kapasitas server dan storage, software, platform secara multi-tenant dan on-demand melalui jaringan privat dan internet.
CLOUD COMPUTING SEBAGAI PENDUKUNG STRATEGI BISNIS
Cloud computing didefinisikan sebagai suatu sistem terdistribusi dan secara paralel yang terdiri dari sekumpulan komputer yang saling berhubungan, berupa virtual, disajikan secara dinamis, dan ditetapkan melalui SLA (service-level agreements), SLA ini memung-kinkan negosiasi antara penyedia jasa dengan pelanggannya untuk mendapatkan satu atau lebih sumberdaya komputasi yang utuh (Buyya et al. 2008). Definisi cloud computing versi ke-15 menurut National Institute of Standards and Technology’s (NIST 2009) adalah suatu model penyediaan sumber daya komputasi (misalnya jaringan, server, penyimpanan, aplikasi, dan jasa) yang dikonfigurasi agar bisa dengan mu-dah dan nyaman diakses melalui jaringan dan memungkinkan manajemen dapat "menyewa dan menggunakan" layanan dengan cepat, penetapan kebutuhan disesuaikan oleh penyewa, dengan upaya dan kebutuhan akan interaksi dengan penyedia layanan yang minimal.
2011 Dicky Supriatna
31
Melalui dua pengertian tersebut dapat secara sederhana dikatakan bahwa cloud computing merupakan suatu teknologi kompu-tasi yang dibangun oleh penyedia layanan (IT company) kemudian penyedia layanan cloud computing tersebut menyewakan kepada perusahaan-perusahaan dengan layanan yang disewa (misalnya; jaringan, server, penyimpanan, aplikasi, dan jasa) sesuai kebutuhan pengguna dan ditetapkan dalam SLA antara penyedia la-yanan dengan perusahaan penyewa.
Teknologi cloud computing terbentuk dan tumbuh akibat maraknya perusahaan yang membutuhkan infrastruktur jaringan, server, penyimpanan, dan aplikasi yang semakin me-ningkat. Perusahaan-perusahaan sudah sema-kin banyak menyadari pentingnya teknologi informasi dalam membangun dan mendukung strategi bisnisnya. Namun, biaya untuk memiliki dan memelihara teknologi informasi tidaklah murah, disamping itu konsumen yang semakin pintar berpikir bahwa, tidak semua teknologi yang sudah dibeli dapat dan perlu digunakan dalam bisnisnya. Analogi yang menyebutkan bahwa: Untuk meminum susu sapi segar setiap hari, maka kita tidak perlu memelihara sapi, namun kita hanya perlu membeli sebotol susu segar sapi. Analogi lainnya menyebutkan bah-wa: Untuk tinggal di rumah yang nyaman dan mempunyai banyak fasilitas seperti kolam renang, parkir dan taman yang luas, serta akses dan lokasi di pusat kota, maka kita hanya perlu menyewa sebuah ruang di apartemen. Kita tidak perlu membeli rumah dan halaman yang besar di pusat kota yang mahal. Pemikiran seperti inilah yang bisa diterapkan bagi perusa-haan-perusahaan yang memerlukan teknologi informasi yang kuat, lengkap, sesuai kebutuhan, tidak perlu membangun dan melakukan peme-liharaan yang rumit, serta membayar sesuai apa yang kita gunakan.
Kembali pada istilah cloud computing, Cloud merupakan metafora dari internet, seba-gaimana awan yang sering digambarkan pada diagram jaringan komputer. Cloud ini merupakan abstraksi daripada infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Dengan cloud computing memungkinkan kapabilitas terkait teknologi
informasi yang disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat meng-aksesnya melalui internet tanpa memerlukan pengetahuan atau keahlian dalam membangun dan memelihara infrastruktur jaringan, server, penyimpanan, dan aplikasinya. Cloud computing digambarkan sebagai suatu paradigma dimana informasi secara permanen disimpan dalam server di internet, sedangkan klien mengakses secara sementara melalui desktop, komputer tablet, notebook, handheld, dan lainnya.
Apakah teknologi cloud computing ini merupakan teknologi yang baru? Jawabannya adalah tidak. Cloud computing hanyalah meta-morfosis dari teknologi sebelumnya. Dilihat dari evolusi hosting, cloud computing merupakan pengembangan dari Application Service Provider (ASP) yang menerapkan Software as a Service (SaaS), sedangkan dilihat dari evolusi model komputasi, sebelumnya ada Grid Computing, Utility Computing, Software as a Service, baru-lah saat ini pada model cloud computing.
Percaya atau tidak sebenarnya kita sebagai bagian dari komunitas internet sudah atau bahkan sering menggunakan model cloud computing dalam keseharian kita. Contohnya ketika kita menggunakan Windows Hotmail, Facebook, Twitter, YahooMail, Gmail, Google Application, Google, Flicker, Youtube, dan lainnya situs-situs tersebut merupakan bentuk nyata dari model cloud computing, dimana kita menggunakan macam-macam layanannya melalui browser internet tanpa perlu memiliki, memahami, dan memelihara infrastrukturnya. Kerangka Kerja Cloud Computing
Hingga kini paradigma cloud computing masih berevolusi dan masih menjadi perdebatan antara para akademisi, vendor teknologi infor-masi, badan pemerintah dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Untuk memberikan kerangka kerja yang jelas dalam membangun paradigma ini, maka NIST (2009) membuat beberapa re-komendasi standar tentang berbagai aspeknya sebagai bahan referensi, yaitu bahwa cloud computing mempunyai lima karakteristik dasar, tiga model layanan, dan empat model penye-baran.
Media Bisnis Maret
32
Gambar 1 Kerangka kerja Cloud yang ditetapkan oleh NIST
Kriteria Dasar Cloud computing
Tidak semua aplikasi berbasis web da-pat dimasukkan dalam kategori cloud computing. Menurut standarisasi dari NIST setidaknya ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem agar bisa dimasukkan dalam kategori cloud computing: On Demand Self Service Seorang konsumen dimungkinkan secara sepi-hak menentukan sumber daya yang dibutuhkan dalam melakukan komputasi, seperti waktu pemrosesan dan kapasitas penyimpanan ja-ringan melalui control panel elektronis yang disediakan. Seperti halnya di swalayan, hal ini memungkinkan konsumen tidak perlu lagi berinteraksi dengan personil customer service penyedia layanan apabila memerlukan kustomi-sasi sumberdaya komputasi yang diperlukan.
Broadband Network Access Kemampuannya tersedia melalui jaringan pita lebar dan mampu diakses melalui mekanisme standar yang mampu digunakan oleh platform heterogen, baik menggunakan thin client, thick client, ataupun media-media lainnya (misalnya, telepon selular, laptop, dan PDA). Resource pooling Penyedia layanan memberikan layanan kom-putasinya untuk beberapa konsumen. Dimana layanan tersebut digunakan secara bersama-sama dengan mekanisme multi-tenant. Meka-nisme ini memungkinkan penyedia memberikan permintaan layanan sumberdaya fisik maupun virtual yang berbeda-beda sesuai yang diingin-kan masing-masing konsumen (Contoh sumber daya termasuk penyimpanan, pemrosesan, memori, bandwidth jaringan, dan mesin virtual).
2011 Dicky Supriatna
33
Meskipun demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan dimana permintaan akan ke-butuhannya dipenuhi oleh penyedia layanan karena kontrol hanya ada di pihak penyedia layanan dan mungkin terdapat konsumen yang tidak memiliki pengetahuan teknis atas sumber-daya yang disewanya. Oleh karena itu, yang penting setiap permintaan konsumen dapat dipenuhi. Rapid elasticity Kemampuan komputasi yang diberikan penye-dia layanan dapat secara elastis dan cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan
ataupun pengurangan kemampuan yang di-perlukan. Untuk konsumen sendiri, dengan kustomisasi kemampuan seperti itu seolah-olah kemampuan yang disediakan penyedia layanan tidak terbatas dan dapat dimiliki dengan menye-wanya kapanpun dan dalam jumlah berapapun. Measured Service Sistem cloud secara otomatis mengatur dan mengoptimalkan penggunaan sumberdayanya melalui pemanfaatan kemampuan pengukuran pada beberapa tingkat abstraksi yang sesuai dengan jenis layanannya (misalnya, penyim-panan, pemrosesan, bandwidth, dan juga akun pengguna aktif). Oleh karena itu, penggunaan sumberdaya dapat dipantau, dikendalikan dan dilaporkan sehingga baik penyedia maupun konsumen mendapatkan transparansi dari sumber daya dan layanan yang digunakannya. Model Layanan Dari sisi jenis layanan cloud computing dibagi menjadi tiga, yaitu: software as a service, plat-form as a service, dan infrastructure as a service.
Software as a Service (SaaS)
Kemampuan yang diberikan kepada kon-sumen adalah menggunakan aplikasi-aplikasi
yang disediakan oleh penyedia layanan dalam infrastruktur cloud. Layanan ini memungkinkan setiap konsumen menyewa aplikasi yang dise-diakan sesuai kebutuhannya. Syarat utamanya, aplikasi-aplikasi tersebut harus bisa di akses melalui berbagai macam perangkat klien, yaitu melalui interface seperti web browser (contoh sederhananya seperti email berbasis web). Hal ini memudahkan konsumen untuk tidak dibe-bani lagi oleh berbagai macam perangkat lunak yang harus ter-install didalam komputernya, sehingga meminimalkan biaya lisensi yang harus dikeluarkan.
Dalam layanan ini, dapat ditegaskan
bahwa konsumen tidak mengelola ataupun mengendalikan infrastruktur cloud termasuk jaringan, server, sistem operasi, penyimpanan atau bahkan aplikasi individu yang disediakan. Hal ini sesuai dengan sifat cloud computing yang bersifat multi-tenant, sehingga fitur-fitur yang disediakan oleh penyedia layanan hanya bersifat umum, tidak spesifik terhadap kebutuhan konsumen tertentu saja. Namun, setiap peng-guna tetap masih memiliki kemungkinan untuk mengkonfigurasi aplikasinya dengan sebatas wewenang masing-masing, skala dan fungsi yang terbatas.
Pada dasarnya, SaaS ini merupakan layanan cloud computing yang paling dahulu populer. Software as a Service ini merupakan evolusi lebih lanjut dari konsep ASP (Application Service Provider) sebelum muncul teknologi cloud computing ini. Sesuai namanya, SaaS memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bisa memanfaatkan sumberdaya perangkat lunak dengan cara berlangganan atau menyewa layanan. Hal ini menyebabkan pelanggan tidak lagi perlu mengeluarkan investasi baik untuk pengembangan aplikasi maupun lisensi perang-kat lunaknya. Contoh daftar penyedia layanan Software as a Service (SaaS):
Media Bisnis Maret
34
BILLING:
Aria Systems
eVapt
OpSource
Redi2
Zuora
FINANCIAL:
Concur
Xero
Workday
Beam4d
LEGAL:
DirectLaw
Advologix
Fios
Sertifi
SALES:
Xactly
LucidEra
StreetSmarts
Success Metrics
PRODUCTIVITY:
Zoho
IBM Lotus Live
Google Apps
HyperOffice
Microsoft Live
ClusterSeven
HUMAN RESOURCE:
Taleo
Workday
ICIMSe
CONTENT MANAGEMENT:
Clickability
SpringCM
CrownPoint
COLLABORATION:
Box.net
DropBox
CRM: DOCUMENT MANAGEMENT:
NetSuite
Salesforce
Parature
Responsys
Rightnow
Sales.com
LiveOps
MSDynamics
Oracle On Demand
NetDocuments
Questys
DocLanding
Aconex
Xythos
Knowledge TreeLive
SpringCM
Contoh SaaS versi gratisan yaitu Google
Apps for Education (www.google.com/apps) yang menyediakan email, kalender, dokumen, grup, situs, dan video. Platform as a Service (PaaS)
PaaS adalah layanan yang disediakan untuk konsumen yang perlu mengembangkan aplikasinya namun hanya bisa berjalan diatas platform tertentu. Konsumen yang menggunakan layanan PaaS sama dengan SaaS yaitu tidak memiliki kendali terhadap sumberdaya kompu-
tasi dasar seperti memori, media penyimpanan, processing, dan lainnya, karena semua ini tetap merupakan daerah wewenang dan diatur oleh penyedia layanan.
Pionir PaaS ini adalah Google App-Engine, yang menyediakan berbagai perangkat untuk mengembangkan aplikasi diatas platform Google, dimana platform yang disediakan menggunakan bahasa pemrograman Phyton dan Django. Contoh daftar penyedia layanan Platform as a Service (PaaS):
2011 Dicky Supriatna
35
GENERAL PURPOSE:
Force.com
Etelos
LongJump
AppJet
Rollbase
Bungee Labs Connect
Google App Engine
BUSINESS INTELLIGENT:
Aster DB
Quantivo
Cloud9 Analytics
Blink Logic
K2 Analytics
Oco
Panorama
PivotLink
INTEGRATION:
Amazon SQS
Boomi
SnapLogic
Opsource Connect
Cast Iron
Microsoft BizTalk Service
Gnip
DEVELOPMENT & TESTING:
Keynote Systems
Mercury
SOASTA
SkyTap
Aptana
LoadStorm
Dynamsoft
DATA:
10Gen MongoDB
Oracle Coherence
Gemstone Gemfire
Apache CouchDb CLOUD MANAGEMENT:
Jtera App Logic
OpenNebula
Open.ControlTier
COMPUTE:
Globus Toolkit
Xeround
Beowulf
Sun Grid Engine APPLIANCE:
PingIdentity
Sysplified
rPath
FILE STORAGE:
EMC Atmos
ParaScale
Zmamda DATABASE:
Google Big Table
Amazon SimpleDB
FathomDB
Microsoft SDS
Infrastructure as a Service (IaaS) Kemampuan yang diberikan kepada
konsumen pada layanan ini adalah memberikan kewenangan lebih dalam hal pengolahan, pe-nyimpanan, jaringan dan sumberdaya komputasi mendasar lainnya, termasuk sistem operasi dan aplikasi yang bisa dikelola oleh konsumen serta mungkin pengendalian beberapa komponen jaringan tertentu seperti firewall host masing-masing konsumen. Namun, konsumen tetap tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur cloud yang mendasarinya seperti mesin apa, bagaimana, dan dimana mesin tersebut berada.
Model layanan ini memang sekilas mirip dengan layanan data center co-location, dimana konsumen menempatkan mesinnya di
data center. Akan tetapi pada layanan ini kon-sumen sama sekali tidak mempunyai akses terhadap mesin, hanya saja konsumen masih memungkinkan melakukan penambahan atau pengurangan kapasitas secara fleksibel dan otomatis.
Salah satu pionir dalam penyediaan IaaS ini adalah Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Computing Cloud). Layanan Amazon EC2 ini menyediakan berbagai pilihan persewaan mulai CPU, media penyimpanan, dilengkapi dengan sistem operasi dan juga platform pengembangan aplikasi yang bisa disewa dengan perhitungan jam-jaman. Contoh daftar penyedia layanan Infrastructure as a Service (IaaS):
Media Bisnis Maret
36
SERVICE MANAGEMENT:
COMPUTE:
Scale
CohesiveFT
Ylastic
Dynect
CloudFoundry
NewRelic
Cloud42
Amazon EC2
Serve Path GoGrid
Elastra
Mosso Cloud Servers
Joyent Accelerations
AppNexus
Flexiscale
Elastichosts
Hosting.com CloudNine
Terremark
GridLayer
ITRICITY
LayeredTech
STORAGE:
Amazon S3
Zetta
CTERA Portal
Mosso Cloud Files
Nirvanix
CLOUD BROKERS:
RightScale
enStratus
Kaavo
Elastra
CloudKick
CloudSwitch
BACKUP & RECOVERY:
JungleDisk
Mosy
Zmanda Cloud Backup
OpenRSM
Syncplicity
Model-model Penyebaran
Empat jenis penerapan layanan cloud computing yang dapat disewa oleh konsumen, yaitu private cloud, community cloud, public cloud, dan hybrid cloud. Private cloud. Infrastruktur layanan cloud dioperasikan hanya untuk sebuah organisasi tertentu. Infrastruktur cloud ini bisa saja dikelola oleh organisasi tersebut atau oleh pihak ketiga. Lokasinya pun bisa on-site ataupun off-site. Biasanya organisasi dengan skala besar saja yang mampu memiliki atau mengelola layanan cloud jenis private ini. Community cloud. Infrastruktur cloud digunakan secara bersama-sama oleh beberapa organisasi yang memiliki kesamaan kepentingan, kesamaan komunitas tersebut misalnya dari sisi misinya, atau tingkat keamanan yang dibutuhkan, kebijakan-kebijakan, dan lainnya. Public cloud. Sesuai namanya, cloud jenis publik ini diperuntukkan bagi umum oleh penyedia layanannya. Hybrid cloud.
Infrastruktur cloud jenis ini merupakan komposisi dari dua atau lebih infrastruktur cloud (private, community, atau public). Di mana meskipun secara entitas mereka berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan oleh suatu teknologi/mekanis-
me yang memungkinkan portabilitas data dan aplikasi antar cloud itu. Misalnya, mekanisme load balancing antar cloud, sehingga alokasi sumberdaya bisa dipertahankan pada tingkat yang optimal.
Definisi dan penjelasan kerangka kerja cloud computing dari NIST tersebut hanyalah sebuah standarisasi yang diakui oleh lembaga ini bahwa cloud computing masih mencari ben-tuk standarnya dan masih terus akan berkem-bang dan menyempurnakan diri. Namun sejalan dengan itu, pasar dan konsumenlah yang akan menentukan model mana yang akan bertahan dan mana yang akan hilang dengan sendirinya. Meskipun demikian, semua pihak menyepakati bahwa cloud computing akan menjadi masa depan dari dunia komputasi. Gartner Group menyatakan bahwa, cloud computing adalah wacana yang tidak boleh dilewatkan oleh se-luruh pemangku kepentingan di dunia TI mulai saat ini dan dalam beberapa waktu mendatang. Lebih lanjut Gartner Group mencatatkan bahwa cloud computing menjadi pemuncak top 10 Strategic Technologies untuk tahun 2011 (Gartner, 2010).
2011 Dicky Supriatna
37
Mengapa Cloud Computing Diadopsi Menjadi
Penunjang Strategi Bisnis?
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
strategi bisnis di era global seperti saat ini
mutlak membutuhkan dukungan strategis dari
teknologi informasi. Namun, investasi didalam
komponen-komponen teknologi informasi (pe-
rangkat keras, perangkat lunak, penyimpanan,
sumberdaya manusia, dan jaringan komunikasi)
tidaklah murah, sehingga setiap organisasi
merasa berat dalam usaha memenangkan kom-
petisi. Selain itu, suatu organisasi membutuhkan
konsentrasi dan fokus didalam bisnisnya. Or-
ganisasi tidak lagi mau terganggu konsentrasi
dan fokusnya didalam membangun, mengem-
bangkan dan memelihara teknologi informasi
yang menjadi kebutuhannya (focus on core
competency). Hal inilah yang mengakibatkan
bagaimana cloud computing bisa tumbuh subur
dan diharapkan menjadi suatu teknologi yang
sangat diperlukan untuk menunjang strategi
bisnis suatu organisasi saat ini.
Berikut karakteristik-karakteristik cloud
computing sehingga menjadi suatu opsi yang
menguntungkan bagi organisasi yang membu-
tuhkan teknologi informasi sebagai penunjang
strategi bisnisnya: para pengguna tidak lagi
perlu memiliki infrastruktur sendiri secara fisik,
para pengguna menyewanya dari penyedia
layanan pihak ketiga, para pengguna mengkon-
sumsi sumberdaya sebagai sebuah layanan,
para pengguna membayar hanya untuk sum-
berdaya yang mereka gunakan saja, para
pengguna tidak lagi memerlukan tenaga ahli TI
dengan pekerjaan yang berat, para pengguna
bisa dengan cepat menambahkan dan mengu-
rangi kebutuhan sumberdayanya, biaya men-
jadi sangat berkurang ketika pengeluaran untuk
modal dikonversi menjadi biaya operasional,
dan pengguna bebas mengakses sistem melalui
web browser dengan lokasi dan alat yang me-
reka gunakan (PC desktop, mobile computer,
handheld, dan lain-lain).
Kekurangan dan Kendala Cloud computing Setiap teknologi selain mempunyai
kelebihan, tentu mempunyai kekurangannya. Berikut beberapa kekurangan dan kendala yang saat ini bisa dirasakan pada teknologi cloud computing: (1) Koneksi internet menjadi per-syaratan wajib didalam menggunakan layanan cloud computing, tanpa koneksi internet maka pengguna tidak bisa melakukan apa-apa, (2) Keamanan: Tidak ada kontrol atas aset bisnis (data). Informasi pelanggan yang berharga adalah aset setiap perusahaan yang sangat bernilai, belum ada standarisasi dan model keamanan yang tepat untuk cloud computing, sehingga keamanan, privasi dan tata-kelolanya masih belum transparan, lokasi fisik hardware dan software tidak diketahui sehingga untuk menginspeksi dan mengaudit menjadi sulit, risiko kehilangan data karena backup tidak benar atau kegagalan sistem dalam lingkungan virtual sulit diidentifikasi, karena orang lain/ perusahaan lain juga melakukan penyewaan kemungkinan data anda akan keluar atau di-baca oleh pemerintah negara lain dapat terjadi tanpa sepengetahuan anda atau persetujuan dari anda, (3) Ketergantungan (kehilangan kon-trol): Permasalahan kualitas penyedia layanan sulit diketahui, tidak diketahuinya masalah pro-sedur kontingensi penyedia layanan, terutama dalam hal backup, recovery, dan pemulihan dari bencana, pengukuran penggunaan sum-berdaya dan aktivitas pengguna akhir berada di tangan penyedia layanan, tergantung pada kesehatan keuangan perusahaan lain (penyedia layanan), kendali atas remote server. Dengan menggunakan server yang digunakan bersama dengan penyewa-penyewa lainnya, maka untuk keamanan bersama anda akan kehilangan hak dalam kendali server, (4) Fleksibilitas: Tidak memungkinkan untuk melakukan kustomisasi khusus dan menurunkan tingkat kemungkinan berinovasi dalam bisnis TI oleh karena inovasi teknologi ditentukan oleh penyedia layanan, (5) Biaya: Memungkinkan terdapat biaya tersembu-nyi (misalnya penyesuaian peraturan, backup, restore, pemulihan bencana, dan pemecahan
Media Bisnis Maret
38
masalah), struktur biaya yang abstrak karena penggunaan yang sangat fleksibel dari layanan cloud ini, dan tambahan biaya untuk transfer data. Ketika anda akan melakukan transfer data dari perusahaan ke penyedia layanan cloud atau ketika anda ingin berpindah dari satu penyedia layanan ke penyedia layanan cloud lainnya maka anda harus mengeluarkan biaya tambahan. Bahkan mungkin didalam melakukan hal ini cukup berat dan sulit karena banyaknya data yang harus di migrasi. (6) Pengetahuan: Pengetahuan harus lebih dan mendalam sa-ngat diperlukan penyewa didalam menerapkan dan mengelola kontrak SLA dengan penyedia layanan, dan semua pengetahuan tentang kerja dan proses cloud (misalnya hardware, software, virtualisasi, penyebaran) hanya terkonsentrasi pada penyedia layanan, sehingga penyewa hanya bisa berharap dan percaya apa yang dilakukan oleh penyedia layanan. (7) Integrasi: Integrasi dengan sumberdaya di pusat data lainnya sulit dicapai dan juga integrasi dengan perlengkapan lainnya seperti keamanan dari peralatan TI internal sulit diintegrasikan. (8) Isu legal/politik: Permasalahan akan legalitas dan politik dengan adanya penyimpanan data yang menyebrangi secara regional. (9) Service level: Penyedia layanan mungkin tidak akan konsisten dengan kinerja dari aplikasi atau transaksi dan mengharuskan anda untuk memahami service level mengenai transaction response time, data protection dan kecepatan pemulihan data.
Siapkah Pebisnis di Indonesia Mengadopsi Cloud computing?
Beberapa kendala yang dihadapi oleh Indonesia didalam mengadopsi teknologi cloud computing diantaranya adalah: (1) Kendala teknis berupa kurangnya infrastruktur dalam teknologi internet sehingga akses internet di Indonesia menjadi sangat terbatas dan internet masih sebagai ‘barang mahal’ di Indonesia mungkin akan menghambat berkembangnya teknologi ini, (2) Jika penyedia layanan (di Indo-nesia) dirasakan tidak handal, maka penyewa tidak lagi percaya dan berusaha akan memu-
tuskan kontrak dengan penyedia layanan untuk berpindah ke penyedia lainnya (mungkin penye-dia layanan non Indonesia). Namun dengan melakukan penggantian ke penyedia layanan lain memungkinkan pengeluaran biaya yang tidak sedikit sehingga penyewa akan terperang-kap dalam sistem yang tidak handal dan berisiko, (3) Pengguna cloud computing di Indonesia masih sedikit dan belum ada yang menonjol, sehingga belum ada yang bisa dijadikan contoh keberhasilan. Hal ini mengakibatkan keperca-yaan untuk menggunakan layanan cloud ini sehingga menghambat perkembangan layanan cloud di Indonesia, dan (4) Terbatasnya akan penerapan cloud computing di level organisasi dan kalangan bisnis di Indonesia diakibatkan oleh kendala teknis, khususnya pada masalah virtualisasi dan adanya keraguan akan jaminan security dalam penerapan teknologi ini.
Demikian sehingga kesiapan anda di dalam mengadopsi teknologi ini ditentukan oleh anda sendiri. Dengan teknologi yang belum dewasa ini, anda dihadapkan pada pilihan: (1) Masuk ke dalamnya serta mendewasakan tek-nologi ini dengan berbagai manfaat, kelebihan, risiko, dan kekurangannya untuk mendapatkan keuntungan kompetitif, (2) Menunggu teknologi ini dewasa, baru anda akan masuk dimana risi-konya adalah pebisnis lain sudah menguasai pasar anda, atau (3) Teknologi ini akan hilang dengan sendirinya dan anda telah melewatkan peluang.
PENUTUP
Pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat di Indonesia tahun 2011 ini memberikan peluang luar biasa pada setiap perusahaan maupun para profesional untuk mengembang-kan bisnisnya. Banyak strategi dilakukan dalam mencapai keuntungan kompetitif, diantaranya melalui perencanaan strategis bisnis/TI dengan solusi mengadopsi teknologi cloud computing. Banyak keuntungan dan manfaat yang bisa dipetik dari mengadopsi teknologi ini, meskipun masih ada keraguan untuk mengatasi beberapa
2011 Dicky Supriatna
39
kendala, risiko, dan kerugiannya. Namun, kele-bihan dan kekurangan serta manfaat dan risiko selalu ada di setiap bentuk teknologi. Di atas kertas, cloud computing memberikan keun-tungan bisnis yang sangat signifikan dibanding kerugiannya, namun teknologi ini masih belum dewasa sehingga beberapa pihak masih ber-tanya apakah teknologi ini merupakan hype, demam, atau inovasi? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Di luar semua hal tersebut, untuk men-dapatkan keberhasilan bisnis anda dalam meng-adopsi cloud computing maka seyogyanya seti-
ap pebisnis memahami kebutuhan bisnisnya sendiri, sehingga didalam mengadopsi suatu teknologi tetap berlandaskan kebutuhan dan bukan atas dasar tren teknologi, memahami risiko yang akan dihadapi, memahami bahwa, dengan memutuskan mengadopsi teknologi cloud computing maka mungkin anda harus melakukan perubahan organisasi (prosedur, keterampilan, model bisnis), memahami tek-nologi yang digunakan oleh penyedia layanan cloud anda, dan tetap berpijak pada standari-sasi internasional seperti SOX, HIPAA, ISO, NIST.
REFERENSI Adiningsih, Sri. 2011. Business Strategy Seminar, Outlook & Trend 2011: Winning Strategy for Competition in
2011 Through the Use of Technology. Tren Ekonomi dan Sektor Industri 2011. Asian Development Bank. 2010. Asian Development Outlook 2010 – The Future of Growth in Asia. Buyya, R., Yeo, C.S. and Venugopal, S. 2008. Market-oriented cloud computing: vision, hype, and reality for
delivering IT Services as computing utilities. Proceedings of the 10th IEEE International Conference on High Performance Computing and Communications, pp. 5-13.
Gartner. 2010. Gartner Identifies the Top 10 Strategic Technologies for 2011. Stamford. Conn. February 25, 2011.
GITR. 2009. The Global Information Technology Report 2008-2009. World Economic Forum. Hatta, Arif. 2011. Ekspor 2011 akan Mencapai US$168 miliar. Warta Ekonomi. NIST - Peter Mell and Tim Grance. 2009. Cloud computing Defintion version 15. Sihotang, John. 2010. Cloud computing Fundamental. Yono, Yossie. 2010. Seminar Business Strategy Outlook and Trend 2011 dari Lintasarta.