MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN...
Transcript of MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN...
MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN ASURANSI
UNIT SYARIAH PERIODE 2011-2015 DENGAN METODE ALTMAN Z SCORE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Puspa Cahya Insani NIM. 1113086000059
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN ASURANSI
UNIT SYARIAH PERIODE 2011-2015 DENGAN METODE ALTMAN Z
SCORE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Puspa Cahya Insani NIM. 1113086000059
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Puspa Cahya Insani
NIM : 1113086000059
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2017
Yang menyatakan,
Puspa Cahya Insani
1113086000059
MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN ASURANSI
UNIT SYARIAH PERIODE 2011-2015 DENGAN METODE ALTMAN Z
SCORE
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesulitan keuangan atau
financial distress dengan metode Altman Z Score pada Perusahaan Asuransi
Unit Syariah periode 2011-2015 diambil dari laporan keuangan masing-masing
perusahaan, dengan variabel working capital to total assets, retained earning
to total assets, earning before interest and taxes to total assets, dan book value
of equity to book value of total debt. Penelitian ini menggunakan sampel
Perusahaan Asuransi Unit Syariah dengan metode purposive sampling. Jumlah
perusahaan pada penelitian ini terdiri dari 8 perusahaan selama kurun waktu 5
tahun, atau sebanyak 40 laporan keuangan.
Katakunci: financial distress, kesulitan keuangan, Altman Z Score, dan
Asuransi Syariah
PREDICTING FINANCIAL DISTRESS IN COMPANY OF SHARIA
INSURANCE PERIOD 2011-2015 WITH ALTMAN Z SCORE METHOD
ABSTRACT
This study aims to examine financial difficulties or financial distress with the Altman
Z Score method on Company of unit Sharia Insurance period 2011-2015, took from
each financial report, the variables are working capital to total assets, retained
earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, and book
value of equity to book value of total debt. This study uses sample of Company of
unit Sharia Insurance with purposive sampling method. The companies in this study
consists of 8 companies over a period of 5 years, or as many as 40 financial reports.
Keywords: financial distress, financial difficulties, Altman Z Score, and Sharia
Insurance
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil „alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas rahmat yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Memprediksi Financial Distress pada Perusahaan Asuransi Unit
Syariah periode 2011-2015 dengan Menggunakan Metode Altman Z Score”
dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabatnya. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) jurusan Ekonomi Syariah
konsentrasi Moneter Syariah.
Penulis sangat sadar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik moril
maupun materiil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
2. Bapak Yoghi Citra Pratama M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan Ibu RR. Tini Anggraeni, S.T., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan
Ekonomi Syariah yang telah memberikan arahan serta motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Ali Rama S.E., M.Ec., selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
dosen pembimbing akademik penulis yang selalu memberikan motivasi,
ii
saran dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
4. Terimakasih kepada orang tua penulis, Kusdiyono dan Wiwi Puji Rahayu
serta kedua saudara penulis, Damar Aji Asmara dan Dinar Permata Cinta
yang selalu mendukung penulis selama ini.
5. Terimakasih kepada Kak Muhamad Hasan, Kak Bani Pratama, Kak Bilal
Ahmadi, Kak Dorojatyas dan sahabat-sahabati PMII KOMFEIS 2013,
Davi, Reza, Winda, Acin, Danti, Ema, Lita yang telah membantu penulis
selama penyusunan skripsi.
6. Terimakasih kepada teman-teman Ekonomi Syariah 2013, Nadya
Zakiyah, Nabila Nurrahmadyani, Nurul Hasanah, Putri Nurani dan Ulfah
Fauziah teman seperjuangan dari awal masuk kuliah hingga lulus.
7. Terimakasih kepada Galia, Bella, Shidki dan seluruh pihak yang telah
membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis,
(Puspa Cahya Insani)
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Puspa Cahya Insani
2. Nama panggilan : Puspa
3. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Januari 1997
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. Surya Kencana RT 02 RW 04 no. 97,
Pamulang Barat, Tangerang Selatan.
7. Telepon : 08569030030
8. Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1. Tahun 2002-2008 : SD Negeri Pamulang Tengah
2. Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
3. Tahun 2011-2013 : SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
4. Tahun 2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Bendahara HMJ Ekonomi Syariah 2014-2015
2. Wakil Bendahara DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2015-2016
3. Sekretaris Bidang I DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2016-2017
iv
4. Anggota Pemberdayaan Perempuan PMII Komisariat Ekonomi dan Bisnis
2015-2016
5. Bendahara II PMII Komisariat Ekonomi dan Bisnis 2016-2017
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Kusdiyono Atmosukarto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 15 Juni 1961
3. Pekerjaan : POLRI
4. Ibu : Wiwi Puji Rahayu
5. Tempat & Tanggal Lahir : Cilacap, 20 Mei 1962
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... ix
BAB I ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 15
BAB II .................................................................................................................................... 17
A. Tinjauan Literatur .................................................................................................... 17
1. Financial Distress .................................................................................................. 17
2. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan ...................................................... 26
3. Analisis Rasio Keuangan ...................................................................................... 27
4. Model-Model Prediksi Financial Distress ........................................................... 37
a. Altman Z – Score ................................................................................................... 38
b. Model Springate .................................................................................................... 42
c. Model Zmijewski ................................................................................................... 43
d. Model Grover ........................................................................................................ 44
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................................ 46
C. Kerangka Berpikir .................................................................................................... 50
BAB III ................................................................................................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................ 51
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 55
D. Metode Analisis Data ................................................................................................ 55
1. Statistik Deskriptif ................................................................................................ 56
vi
2. Model Altman Z – Score Modifikasi ................................................................... 56
BAB IV ................................................................................................................................... 59
A. Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Syariah ................................................. 59
B. Statistik Deskriptif .................................................................................................... 60
C. Model Altman Z – Score Modifikasi ....................................................................... 62
1. Working Capital to Total Assets (X1) ................................................................. 62
2. Retained Earning To Total Assets (X2) ................................................................. 64
3. Earning Before Interest And Taxes To Total Assets (X3) .................................... 66
4. Book Value Of Equity To Book Value Of Total Debt (X4) ................................... 68
D. Hasil Perhitungan Model Altman Z – Score Modifikasi ............................................ 70
BAB V .................................................................................................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 74
B. Saran .......................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 77
LAMPIRAN............................................................................................................................. ix
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar22.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 50
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio Likuiditas Perusahaan Asuransi Unit Syariah ........................... 10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 46
Tabel 3.1 Perusahaan Asuransi Jiwa Unit Usaha Syariah .................................... 53
Tabel54.1 Descriptive Statistics ............................................................................... 61
Tabel64.2 Hasil penghitungan X1 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah ...... 63
Tabel74.3 Hasil penghitungan X2 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah ...... 65
Tabel84.4 Hasil penghitungan X3 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah ...... 67
Tabel94.5 Hasil penghitungan X4 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah ...... 69
Tabel104.6 Nilai Z – Score Perusahaan Asuransi Syariah .................................... 72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan ................................................................................ ix
Lampiran 2 Tabel X1 ............................................................................................... xiii
Lampiran 3Tabel X2 ................................................................................................ xiii
Lampiran 4 Tabel X3 ............................................................................................... xiii
Lampiran 5 Tabel X4 ............................................................................................... xiv
Lampiran 6 Hasil Z Score ....................................................................................... xiv
Lampiran 7 Descriptive Statistics ....................................................................................... xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami
perkembangan yang pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada
tahun 1980-an, dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.
Dengan adanya deregulasi dan Undang-Undang tersebut pemerintah
memberikan kemudahan dalam hal perijinan, yang tujuannya adalah untuk
memacu tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, dan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Rama dan Terminanto (2017) Kinerja positif sektor keuangan dan
perbankan akan berkorelasi positif terhadap kinerja ekonomi suatu negara.
Sektor keuangan dan perbankan bisa menjadi sumber utama pertumbuhan
sektor riil ekonomi.
Pengertian Asuransi dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
2014 tentang perasuransian, Asuransi merupakan perjanjian diantara dua
pihak, yaitu perusahaan asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar
atau acuan bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan
untuk :
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian yang dideritanya, kerusakan, biaya yang timbul,
kehilangan keuntungan maupun tanggung jawab hukum kepada
2
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung / pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti tersebut atau
2. Memberikan pembayaran dengan acuan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidup si
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Menurut Rama (2014) Ekonomi Islam memiliki perhatian yang tinggi
terhadap golongan yang tidak mampu, seperti fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar. Bahkan ekonomi Islam menyediakan sistem untuk melindungi
hak-hak mereka melalui mekanisme infak, sedekah dan zakat begitupula
dengan kehadiran lembaga-lembaga keuangan seperti BMT dan micro finance
lainnya.
Menurut Rama dan dan Meliawati (2014) salah satu misi penting dari
Islam yang kemudian mempengaruhi lembaga keuangan syariah adalah
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan. Pada tahun
2013, perusahaan Asuransi dan Reasuransi di awasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan. Sehubungan dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor
53/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi, perlu untuk mengatur bentuk dan susunan
pengumuman ringkasan laporan keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi.
3
tugas dan wewenang pengaturan. pengawasan. pemeriksaan, dan penyidikan
sebagimana dimaksud dalam Undang-undang OJK.
Dengan Undang-undang OJK sejak tanggal 31 Desember 2012 fungsi
tugas dan wewenang pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar
Modal telah beralih dari BAPEPAM dan LK kepada OJK. Semua pengaturan
perundang-undangan yang dirujuk dan kewajiban dalam Prospektus yang
harus dipenuhi kepada atau dirujuk kepada kewenangan BAPEPAM dan LK
menjadi kepada OJK.
Pertumbuhan kelembagaan kuangan syariah harus direspon dengan
penguatan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau biasa disebut good
corporate governance. Desain tata kelola perusahaan lembaga keuangan
syariah (LKS) tentunya memiliki keunikan dengan lembaga keuangan lainnya
(Rama, 2015).
Tidak banyak masyarakat yang menikmati asuransi karena kebanyakan
perusahaan asuransi membidik masyarakat kelas atas. Selain itu masyarakat
kelas atas lebih juga lebih sadar akan pentingnya asuransi dibandingkan
dengan masyarakat kelas bawah. Kondisi ini terkait juga dengan tingkat
kesejahteraan dan pemahaman masyarakat akan asuransi. Paradigma
berasuransi di masyarakat saat ini identik dengan kematian, kecelakaan, atau
sakit. Sehingga ketika seseorang diajak berasuransi atau ditawari polis
asuransi, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan finansial diri sendiri dan
keluarga. Jika paradigma ini dibiarkan terus-menerus hidup dalam
4
masyarakat, perkembangan asuransi, baik syariah maupun konvensional akan
tetap lambat, bahkan hal terburuknya perusahaan asuransi, baik asuransi
konvensional maupun syariah tidak akan berkembang dan mengalami
kesulitan dalam mengelola keuangannya.
Keberadaan usaha asuransi syariah di Indonesia tidak lepas dari
keberadaan usaha asuransi konvensional yang telah ada sejak lama. Sebelum
terwujud usaha perasuransian syariah sudah terdapat berbagai macam
perusahaan asuransi konvensional yang telah lama berkembang. Atas dasar
keyakinan umat Islam dunia dan manfaat yang diperoleh melalui konsep
asuransi syariah, maka lahirlah berbagai perusahaan asuransi yang
menjalankan usaha perasuransian berlandaskan prinsip syariah. Perusahaan ini
bukan saja dimiliki orang Islam, namun juga berbagai perusahaan miliki non
muslim. Selain itu juga terdapat perusahaan induk dengan konsep
konvensional ikut memberikan layanan asuransi syariah dengan membuka
kantor cabang atau unit usaha syariah (UUS).
Perbedaan asuransi Islam dan asuransi konvensional dikaji dalam tiga
bagian yaitu perbedaan konsep fundamental, perbedaan prinsip-prinsip, dan
perbedaan pengelolaan risiko. (Puspitasari, 2011)
Dewan Syariah Nasional MUI menetapkan pengertian asuransi syariah
(ta‟min, takaful, atau tadhamun) sebagai usaha saling melindungi dan
tolongmenolong di antara sejumlah orang/pihak melalui dana investasi dalam
bentuk aset atau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk
5
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah (fatwa DSN MUI No. 21/DSNMUI/X/2001 tentang. Pedoman Umum
Asuransi Syariah). Berdasarkan fatwa DSN MUI tersebut dapat diartikan
bahwa konsep fundamental asuransi syariah adalah kegiatan tolong menolong
diantara peserta asuransi syariah dan tidak bertujuan komersil.
Kemudian menurut Amrin (2011), pengelolaan asuransi syariah
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip tauhid
Setiap muslim harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam
menjalankan segala aktivitas kehidupan, tidak terkecuali dalam
berasuransi syariah.
2. Prinsip Keadilan
Perusahaan asuransi memiliki peluang besar untuk melakukan
ketidakadilan, seperti adanya unsur dana hangus (untuk produk
tabungan), karena pembatalan kepesertaan di tengah jalan oleh
nasabah. Pada asuransi syariah, dana saving nasabah yang telah
dibayarkan melalui premi harus dikembalikan kepada nasabah
bersangkutan, berikut hasil investasinya.
3. Prinsip Tolong Menolong
Hakekat konsep asuransi syariah adalah tolong menolong,
dimana sesama peserta bertabarru‟ atau berderma untuk kepentingan
peserta lain yang tertimpa musibah.
6
4. Prinsip Amanah
Pada hakekatnya kehidupan ini adalah amanah yang kelak
dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Perusahaan dituntut
untuk amanah dalam segala hal seperti mengelola dana premi dan
proses klaim.
5. Prinsip Saling Ridha („An Taradhin)
Perusahaan asuransi syariah ridha terhadap amanah yang
diberikan peserta untuk mengelola kontribusi (premi) peserta. Peserta
ridha dananya dialokasikan untuk peserta-peserta lainnya yang
tertimpa musibah, untuk meringankan beban penderitaan mereka.
6. Prinsip Menghindari Riba
Kegiatan asuransi syariah salah satunya adalah
menginvestasikan kumpulan dana tabarru‟ dan dana investasi pada
instrumen yang non ribawi atau sesuai dengan syariah, yang berarti
tidak terdapat unsur riba, sebagaimana dalam sistem asuransi
konvensional.
7. Prinsip Menghindari Maisir
Dengan konsep berbagi risiko (risk sharing) tidak ada salah
satu pihak yang merasa diuntungkan atau dirugikan. Kondisi ini
didasarkan pada suatu kenyataan bahwa jika peserta mendapatkan
klaim, maka dana yang dibayarkan untuk klaim tersebut adalah dana
7
tabarru‟ atau dana tolong menolong dari kumpulan peserta yang lain
sehingga perusahaan tidak merasa dirugikan.
8. Prinsip Menghindari Gharar
Asuransi syariah melandaskan kegiatannya dengan konsep
tolong menolong. Tolong menolong diwujudkan dengan membayar
sejumlah dana yang akan menjadi kumpulan dana tabarru‟ dimana
dana tabarru‟ ini yang digunakan untuk membantu peserta asuransi
jika mendapatkan musibah.
9. Prinsip Menghindari Risywah
Dalam menjalankan bisnis, baik pihak asuransi syariah maupun
pihak peserta harus menjauhkan diri dari aspek risywah (sogok
menyogok atau suap menyuap).
10. Berserah Diri dan Ikhtiar
11. Saling Bertanggung Jawab
12. Saling Melindungi dan Berbagi Kesusahan
Selain perbedaan konsep fundamental dan perbedaan prinsip-prinsip
pada perusahaan asuransi dan asuransi syariah, terdapat perbedaan lainnya
yaitu perbedaan pengelolaan risiko. Prinsip pengelolan risiko asuransi syariah
adalah berbagi risiko (risk sharing), yaitu risiko ditanggung bersama sesama
peserta asuransi. Hal ini bisa dimaknai dari fatwa DSN MUI bahwa asuransi
syariah adalah kegiatan melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah
orang/pihak yang berarti risiko yang terjadi juga akan dibagi kepada semua
8
peserta asuransi syariah. Sementara itu prinsip pengelolaan risiko asuransi
konvensional adalah transfer risiko (risk transfer) yaitu prinsip risiko dengan
cara mentransfer atau memindahkan risiko peserta asuransi ke perusahaan
asuransi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumanto dkk (2009) yang
menyatakan bahwa asuransi konvensional pada dasarnya merupakan konsep
pengelolaan risiko dengan cara mengalihkan risiko yang mungkin timbul dari
peristiwa tertentu yang tidak diharapkan kepada orang lain yang sanggup
mengganti kerugian yang diderita dengan imbalan premi (Sumanto dkk,
2009).
Meskipun Direktorat Asuransi, Direktorat Jendral Lembaga Keuangan
Departemen Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan selalu mengadakan
pengawasan dan penilaian yang menggunakan ukuran rasio-rasio keuangan
terhadap laporan keuangannya setiap tahun yang kadang dipublikasikan di
media cetak, namun masih terdapat beberapa perusahaan asuransi yang
kinerjanya buruk sehingga harus dilikuidasi. Kondisi perekonomian Indonesia
yang fluktuatif karena sangat terpengaruh oleh keadaan ekonomi dan politik
dunia, tidak dapat dipungkiri membuat perusahaan selalu dibayang-bayangi
dengan adanya pendatang baru yang lebih kompetitif dan turunnya kinerja
atau performa (inovasi) perusahaan yang mengakibatkan bangkrutnya usaha
mereka karena beberapa faktor.
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui
laporan keuangannya. Agar informasi laporan keuangan yang tersaji menjadi
9
lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, maka data keuangan harus
dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomis. Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka
perlu dilakukan penelitian. Salah satu bentuk penelitiannya yaitu dengan cara
menggunakan rasio – rasio keuangan untuk memprediksi kinerja perusahaan
seperti kebangkrutan dan financial distress (Mas‟ud dan Srengga, 2012).
Rasio keuangan menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan posisi
laporan keuangannya. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis dari berbagai rasio
keuangan guna melihat kondisi perusahaan secara menyeluruh.
Analisis rasio keuangan adalah suatu cara untuk menganalisis laporan
keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah
dengan yang lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya
(Mas‟ud dan Srengga, 2012). Analisis rasio dapat dikelompokan kedalam
lima macam kategori, yaitu (Hanafi dan Halim, 2012):
1. Rasio likuiditas, mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio aktivitas, mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan aset
dengan melihat tingkat aktivitas aset.
3. Rasio solvabilitas, mengukur sejauh mana kemampuan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio profitabilitas, melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba.
10
5. Rasio pasar, melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap
nilai buku perusahan.
Tabel 1.1 Rasio Likuiditas Perusahaan Asuransi Unit Syariah
Perusahaan
Rasio Likuiditas
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bumiputera 390.49% 315.35% 298.74% 392.16% 400.07% 331.78%
Allianz 175% 356% 429% 659% 546% 840%
Manulife 140.43% 169.91% 154.49% 184.60% 167.50% 162%
Sinar Mas Syariah 146% 163% 154% 118% 117% 115%
Avrist 144% 140% 149% 336.91% 700.20% 895.30%
Panin 10629.31% 5351.64% 1547.92% 2337.65% 2010% 1042%
Prudential 235% 174% 193% 233% 312% 303%
Sun Life 46% 163% 201% 231% 309% 228%
Sumber: Website masing-masing perusahaan (data diolah)
Berdasarkan tabel tersebut, seluruh perusahaan asuransi unit syariah
pernah mengalami penurunan rasio likuiditas. Bahkan ada beberapa
perusahaan yang mengalami penurunan rasio likuiditas selama tiga tahun
berturut-turut. Yaitu Perusahaan Bumiputera pada tahun 2010 sampai tahun
2012, Perusahaan Manulife Syariah dari tahun 2013 sampai tahun 2015,
Perusahaan Sinar Mas Syariah dari tahun 2012 sampai tahun 2015, kemudian
pada Perusahaan Panin mengalami penurunan rasio likuiditas dari tahun 2010
sampai 2012 kemudian meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 dan kembali
mengalami penurunan hingga tahun 2015.
Menurut Ichsan (2014) masalah pengelolan likuiditas adalah masalah
yang berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat
11
pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat
merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu
perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat
memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau
dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan
membayar.
Seperti yang sudah disebutkan mengenai pengertian rasio likuiditas,
jika rasio likuiditas suatu perusahaan terus menerus mengalami penurunan,
maka bisa dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknyapun ikut menurun. Untuk mengatasi dan
meminimalisir terjadinya kebangkrutan, perusahaan dapat mengawasi kondisi
keuangan dengan menggunakan teknik-teknik analisis keuangan untuk
menghindari terjadinya financial distress, bahkan kebangkrutan.
Munculnya berbagai prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan
sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki
kondisi sebelum sampai pada kondisi kritis atau kebangkrutan. Hal lain yang
mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problematika
keuangan yang mengancam operasional perusahaan. Dengan terdeteksinya
lebih awal kondisi perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan,
investor dan para kreditur (lembaga keuangan) serta pemerintah melakukan
12
langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera
tertangani.
Penelitian mengenai alat deteksi kebangkrutan telah banyak dilakukan
sehingga memunculkan berbagai model prediksi kebangkrutan yang
digunakan sebagai alat untuk memperbaiki kondisi perusahaan sebelum
perusahaan mengalami kebangakrutan. Beberapa alat deteksi kebangkrutan
yang dapat digunakan yaitu model Altman Z-score (1968), model Springate
(1978), model Zmijewksi (1983) serta model Grover yang diciptakan melalui
penilaian dan pendesainan ulang terhadap model Altman.
Penelitian yang dilakukan oleh Gordon L.V Springate pada tahun 1978
menghasilkan model prediksi kebangkrutan yang dibuat dengan mengikuti
prosedur model Altman. Model prediksi kebangkrutan yang dikenal sebagai
model Springate ini menggunakan 4 rasio keuangan yang dipilih berdasarkan
19 rasio-rasio keuangan dalam berbagai literatur. Kemudian model prediksi
yang dihasilkan oleh Zmijewski pada tahun 1983 merupakan hasil riset
selama 20 tahun yang ditelaah ulang, dengan tiga variabel bebasnya yaitu
ROA (Return of Asset), Leverage (debt ratio) dan Likuiditas (current ratio).
Selain Springate dan Zmijewski yang mendesain ulang model Altman Z-
Score, Jeffrey S. Grover juga melakukan pendesainan dan penilaian ulang
terhadap model Altman Z-Score dengan menggunakan sampel sesuai dengan
model Altman Z-score pada tahun 1968, dengan menambahkan tiga belas
13
rasio keuangan baru yang kemudian dikenal sebagai model Grover. (Ni Made,
2013)
Penelitian oleh Hadi dan Anggraeni (2008) menemukan bahwa model
prediksi Altman merupakan prediktor terbaik diantara ketiga prediktor yang
dianalisis yaitu model Altman Z-score, model Springate dan model
Zmijewksi. Model springate masih memberikan prediksi yang lebih baik
dibanding model Zmijewski, sedangkan model Zmijewski memberikan
performance yang buruk dalam memprediksi kebangkrutan.
Altman (1968) menggunakan Multiple Discriminant Analysis dengan
menggunakan lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to total asset,
retained earning to total asset, earning before interest and taxes to total asset,
market value of equity to total asset. Penelitian Altman ini menggunakan 66
sampel perusahaan yang terbagi menjadi dua yang masing-masing 33
perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut. Hasil studi Altman
ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi 95% untuk data satu
tahun sebelum kebangkrutan. Untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan
72%. Selain itu juga diketahui bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang
sangat rendah berpotensi mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini Z-score
masih lebih banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi serta para akademis
dibidang akuntansi dan lainnya.
Metode untuk memprediksi kebangkrutan pada penelitian ini
menggunakan teori diskriminan Altman. Dimana Altman menggunakan
14
model kebangkrutannya menjadi Altman pertama (1968), Altman revisi dan
Altman modifikasi (1995). Perkembangan model Altman ini dapat dilihat dari
yang pertama yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dari sebuah
perusahaan publik manufaktur. Kemudian Altman merevisi model
kebangkrutan menjadi model yang dapat digunakan untuk memprediksi
kemungkinan model kebangkrutan bagi perusahaan manufaktur privat dan
publik. Selanjutnya Altman memodifikasi modelnya agar bisa diterapkan
disemua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur dan perusahaan
penerbit obligasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian Memprediksi Financial Distress pada Perusahaan Asuransi
Unit Syariah dengan Menggunakan Metode Altman Z – Score. Penelitian
ini juga akan menunjukkan bahwa metode Altman z-score mampu
memprediksi perusahaan asuransi syariah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah perusahaan asuransi unit syariah mengalami penurunan rasio
likuiditas selama pada tahun 2011 sampai tahun 2015 yang akan berpotensi untuk
mengalami financial distress, yang kemudian akan diprediksi dengan metode
Altman Z score.
15
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana prediksi financial
distress perusaan asuransi unit syariah pada tahun 2011 sampai tahun 2015
berdasarkan metode Altman Z Score?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi financial distress pada
perusahaan asuransi unit syariah pada tahun 2011 sampai tahun 2015 dengan
menggunakan metode Altman Z Score.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini yaitu dapat
memberikan informasi dan wawasan serta ilmu pengetahuan bagi:
a. Secara teoritis:
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sarana
implementasi ilmu pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan
dan perekonomian serta memberikan pembuktian yang empiris metode
Altman Z Score dalam memprediksi financial distress.
b. Manfaat bagi kalangan akademisi:
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait
kondisi financial distress pada perusahaan serta dapat digunakan
16
sebagai bahan kajian teoritis dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
c. Manfaat bagi peneliti:
Diharapkan penelitian ini dapat membantu dan menambah
wawasan serta pengetahuan penulis dalam memprediksi kondisi
financial distress pada perusahaan asuransi unit syariah yang ada di
Indonesia.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Literatur
1. Financial Distress
Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada
saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan (Darsono dan
Ashari, 2005 dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan
sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum kebangkrutan
atau likuidasi (Platt dan Platt, 2002 dalam Iramani, 2007). Mc Cue (1991)
dalam Atmini (2005) mendefinisikan financial distress sebagai arus kas
negatif. Hofer (1980) dan Whitaker (1999) dalam Atmini (2005)
mendefinisikan financial distress jika beberapa tahun perusahaan mengalami
laba operasi negatif. John et al. dalam Atmini (2005) mendefinisikan financial
distress jika melakukan pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran dividen. Tirapat dan Nittayagasetwat (1999) dalam Atmini
(2005) mengatakan bahwa perusahaan mengalami financial distress jika
perusahaan menghentikan operasinya dan perusahaan mengalami pelanggaran
teknis dalam hutang dan diprediksi akan mengalami kebangkrutan pada
periode yang akan datang.
Financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi
perusahaan tidak memadahi untuk melunasi kewajiban – kewajiban lancar
18
(seperti utang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan
tindakan perbaikan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat
parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau
struktur perusahaan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan
perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau kritis dan terjadi sebelum
kebangkrutan dan perusahaan mengalami kerugian dalam beberapa tahun
(Hapsari, 2012).
Dalam penelitian terdahulu untuk melakukan pengujian apakah suatu
perusahaan mengalami financial distress dapat ditentukan dengan berbagai
cara, seperti (Almilia dan Kristijadi, 2003:189-190):
a. Lau (1987) dan Hill, et. al. (1996) menggunakan adanya pemberhentian
tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran dividen.
b. Asquith, Gertner dan Scharfstein (1994) menggunakan interest coverage
ratio untuk mendefinisikan financial distress.
c. Whitaker (1999) mengukur financial distress dengan cara adanya arus kas
yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini.
d. John, Lang dan Netter (1992) mendefinisikan financial distress sebagai
perubahan harga ekuitas.
Secara umum, definisi kepailitian dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu kepailitan secara hukum dan kepailitan secara teknis.
Kepailitan secara hukum diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
19
Pembayaran Utang. Dalam pasal 2 dinyatakan bahwa debitur yang
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih krediturnya.
Menurut Weston dan Copeland (1992 dalam Rantelino, et. al.,
2015:97), kebangkrutan dapat diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan
sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti:
a. Kegagalan Ekonomi (Economic Failure)
Dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang
atau pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, hal ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus
kas perusahaan lebih kecil dari pada kewajiban. Kegagalan terjadi bila
arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus yang
diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat
pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya
modal perusahaan.
b. Kegagalan Keuangan (Financial Failure)
Bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan
dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
1) Insolvensi Teknis
20
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva
melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi
salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan utangnya seperti rasio
aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio
kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan.
2) Insolvensi dalam Pengertian Kebangkrutan
Dalam penelitian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang
dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Oleh sebab itu, model peringatan untuk mengantisipasi adanya
financial distress perlu dikembangkan karena model ini dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengindentifikasikan bahkan untuk memperbaiki
kondisi sebelum sampai pada kondisi kritis (Almilia, 2004:546). Platt dan
Platt (2002 dalam Almilia, 2004:546) menyatakan kegunaan informasi jika
suatu perusahaan mengalami financial distress adalah:
a. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah
sebelum terjadinya kebangkrutan.
b. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar
perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola
perusahaan dengan lebih baik.
21
c. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang
akan datang.
Prediksi financial distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak
pihak yang mempunyai kepentingan terhadap kinerja sebuah perusahaan agar
tidak menerima hasil yang buruk. Pihak – pihak yang melakukan prediksi
financial distress tersebut meliputi (Almilia dan Kristijadi, 2003:188):
a. Pemberi Pinjaman
Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai
relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan
apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan
untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
b. Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan
menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan
pembayaran kembali pokok dan bunga.
c. Pembuat Peraturan.
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan
membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal ini
menyebakan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mnegetahui
kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas
perusahaan.
22
d. Pemerintah
Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antitrush
regulation.
e. Auditor
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi
auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
f. Manajemen
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan
menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak
langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan
pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress
diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga
dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari
biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.
Salah satu penyebab terjadinya financial distress adalah keburukan
dalam pengelolaan bisnis (mismanagement) perusahaan tersebut. Namun
dengan bervariasinya kondisi internal dan eksternal maka terdapat banyak hal
lain yang juga dapat menyebabkanterjadinya financial distress pada suatu
perusahaan (Rodoni dan Ali, 2014).
Apabila ditinjau dari aspek keuangan, maka terdapat tiga keadaan
yang dapat menyebabkan financial distress yaitu (Rodoni dan Ali, 2014):
a. Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal.
23
Ketidakseimbangan aliran penerimaan uang yang bersumber pada
penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran uang untuk
membiayai operasi perusahaan tidak mampu menarik dana untuk
memenuhi kekurangan dana tersebut, maka perusahaan akan berada pada
kondisi tidak likuid.
b. Besarnya beban utang dan bunga.
Apabila perusahaan mampu menarik dana dari luar, misalnya
mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana, maka
masalah likuiditas perusahaan dapat teratasi untuk sementara waktu.
Tetapi kemudian timbul persoalan baru yaitu adanya keterikatan
kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit.
Walaupun demikian hal ini tidak membahayakan perusahaan dan masih
memberikan keuntungan bagi perusahaan apabila tingkat bunga lebih
rendah dari tingkat investasi harta (return on asset) dan perusahan
melakukan apa yang disebut dengan manajemen risiko atas utang yang
diterimanya. Manajemen risiko atas utang ini sangat penting terutama
apabila utang yang diterima tidak dalam mata uang yang sama dengan
pendapatan yang diperoleh perusahan. Ketidakmampuan perusahaan
melakukan manajemen risiko atas utangnya dapat mengakibatkan
perusahaan melakukan manajemen risiko menderita kerugian yang
seharusnya tidak perlu terjadi.
24
c. Menderita kerugian.
Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutup seluruh
biaya yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih. Besarnya laba
bersih sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi,
sehingga akan menambah kekayaan bersih perusahaan dan meningkatkan
return on equity untuk menjamin kepentingan pemegang saham. Oleh
karena itu, perusahaan harus selalu berupaya meningkatkan pendapatan
dan mengendalikan tingkat biaya. Ketidakmampuan perusahaan
mempertahankan keseimbangan pendapatan dengan biaya, niscaya
perusahaan akan mengalami financial distress.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu, harus dijaga
keseimbangan agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress yang
mengarah pada kebangkrutan. Caranya adalah dengan (Rodoni dan Ali, 2014):
a. Kemampuan memperoleh laba
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang cukup dari modal
yang digunakan. Jadi setiap pendapatan harus menghasilkan laba kotor
(gross profit) jauh diatas biaya operasional agar menghasilkan laba laba
kotor sisa yang disebut laba bersih (net profit). Setiap laba bersih
kemudian harus diinvestasikan perusahaan guna memperbesar dana
perusahaan.
25
b. Tingkat utang dalam struktur permodalan
Manajemen risiko atas utang ini sangat penting terutama apabila utang
yang diterima tidak dalam mata uang yang sama dengan pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahan melakukan manajemen
risiko atas utangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus mendapatkan
risiko menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.
c. Likuiditas
Kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan dan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan harta
lancarnya terutama kas. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga
kualitas dan tingkat investasi piutang dan persediaan dalam arti kecepatan
mengubah kas dengan risiko yang paling kecil.
Akan tetapi, kondisi financial distress pada perusahaan dapat diatasi
dengan beberapa cara, yaitu (Rodoni dan Ali, 2014):
a. Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset – aset
utama, melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan
pengeluaran dan biaya penelitian dan pengembangan.
Berhubungan dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan menerbitkan
sekuritas baru, mengadakan negosiasi dengan bank dan kreditur. Financial
distress dapat melibatkan restrukturisasi aset ataupun restrukturisasi
keuangan.
26
2. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang telah dikemukakan
menurut para ahli, yaitu:
a. Harahap (2016) Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau
laporan laba / rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, dan laporan
perubahan posisi keuangan.
b. Kasmir (2015) Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan
saat ini adalah merupakan kondisi terkini saat keadaan keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu
(untuk laporan laba rugi).
c. Munawir (2014) Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu untuk
digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut.
27
Kemudian tujuan laporan keuangan menurut Fahmi (2012) adalah
untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang
kondisi suatu perusahaan dari sudut angka dalam satuan moneter.
3. Analisis Rasio Keuangan
Analisis laporan keuangan perusahan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa
lalu, saat ini, dan kemungkinan di masa yang akan datang.
Menurut Kasmir (2014:104), menjelaskan rasio keuangan merupakan
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya.
Data pokok yang sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan
rugi-laba dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat
ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk
menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
Jadi analisis rasio adalah rasio – rasio keuangan yang pada dasarnya
disusun dengan menggabungkan angka – angka di dalam atau antara laporan
laba / rugi dan neraca yang diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan
hilang (Hanafi dan Halim, 2012:74).
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding dengan teknik
analisis lainnya. Keunggulan analisis rasio ini adalah (Harahap, 2016:298):
28
a. Rasio merupakan angka – angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model – model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z – Score).
e. Menstandarisir ukuran perusahaan.
f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
Selain memiliki keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki
keterbatasan yang harus diketahui oleh analis agar dalam penggunaannya
tidak salah. Adapun keterbatasan analisis rasio keuangan adalah (Harahap,
2016:298-299):
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dalam penggunaannya bagi
kepentingan pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
29
Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak mengandung
taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias.
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.
e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja denganteknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
rasio – rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan.
Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu.
Kemudian, setiap hasil dari rasio yang telah diukur selanjutnya
diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan (Kasmir,
2015:106).
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima
macam kategori, yaitu (Hanafi dan Halim, 2012:74):
30
a. Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.Dimana rasio likuiditas mengukur kemampuan
likuditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. Terdapat dua rasio likuiditas
yang sering digunakan, yaitu rasio lancar dan rasio cepat.
Rasio Lancar
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rumus dari rasio
lancar adalah:
Rasio Cepat
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang sudah dikurangi
dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan dianggap sebagai
aset yang paling tidak likuid. Rumus dari rasio cepat adalah:
b. Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan
melihat tingkat aktivitas aset. Aktivitas yang rendah pada tingkat
Rasio Lancar = Aktiva Lancar : Utang Lancar
Rasio Cepat = (Aktiva Lancar – Persediaan) : Utang Lancar
31
penjualan teretntu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan
yang tertanam pada aktiva – aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan
lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Terdapat
empat rasio aktivitas, yaitu:
Rasio Rata – rata Umur Piutang
Rata – rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk
melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata –
rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang.
Rumus dari rasio ini dihitung melalui 2 tahap yaitu:
atau
Rasio Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas
manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang
rendah menandakan tanda – tanda mis-manajemen seperti kurangnya
pengendalian persediaan yang efektif. Rumus dari rasio perputaran
persediaan yaitu:
Perputaran Piutang = Penjualan : Piutang
Rata – rata Umur Piutang = 365 : Perputaran Piutang
Rata – rata Umur Piutang = Piutang Dagang : (Penjualan : 365)
32
atau
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Rumus dari
rasio ini yaitu:
Rasio Perputaran Total Aktiva
Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang
tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio
yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi,
pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi). Rumus dari
rasio perputaran total aktiva adalah:
Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan : Persediaan
Rata – rata Umur Persediaan = 365 : Perputaran Persediaan
Rata – rata Umur Persediaan = Persediaan : (HPP : 365)
Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan : Aktiva Tetap
Perputaran Total Aktiva = Penjualan : Total Aktiva
33
c. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban – kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak
solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan
dengan total asetnya. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung,
seperti:
Rasio Total Utang terhadap Total Aset
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh
kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage
keuangan yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan
meningkatkan rentabilitas modal saham (return on equity) dengan
cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal
saham (ROE) akan menurun cepat. Risiko perusahaan dengan
financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula. Rumus dari
rasio total utang terhadap total aktiva adalah:
Rasio Times Interest Earned
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang
dengan laba sebelum bunga pajak. Rasio ini dapat dikatakan untuk
Rasio Total Utang terhadap Total Aset = Total Utang : Total Aset
34
menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang
tersedia untuk menutup beban bunga tetap. Rumusnya adalah:
Rasio Fixed Charge Coverage
Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan membayar total beban
tetap, termasuk biaya sewa. Rasio ini memperhitungkan sewa karena
meskipun sewa bukan utang, tetapi sewa merupakan beban tetap yang
akan mengurangi kemampuan utang perusahaan. Beban tetap tersebut
mempunyai efek yang sama dengan beban bunga. Perhitungan dari
rasio ini adalah:
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang
tertentu. Ada tiga rasio untuk menghitung tingkat keuntungan perusahaan:
Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit
margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk
Times Interest Earned = Laba sebelum Bunga dan Pajak : Bunga
Fixes Charge Coverage = (EBIT + Biaya Sewa) : (Bunga + Biaya Sewa)
35
tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat
penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Rasio yang
rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rumus dari profit
margin yaitu:
Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan
efisiensi manajemen aset. Rumusnya adalah:
Return On Equity
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Akan tetapi laba
yang diukur tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain
untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return
pemegang saham sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat
leverage keuangan perusahaan. Perhitungan dari return on equity
adalah:
Profit Margin = Laba Bersih : Penjualan
ROA = Laba Bersih : Total Aset
36
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada
sudut investor atau calon investor meskipun pihak manajemen juga
berkepentingan terhadap rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung:
Price Earning Ratio (PER)
PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya. Perusahaan
yang mempunyai nilai PER yang tinggi memiliki prospek tumbuh
yang baik. Sebaliknya jika nilai PER perusahaan rendah maka
memiliki prospek pertumbuhan yang rendah pula. Rumus dari PER
adalah:
Dividend Yield
Rasio ini sangat berarti bagi investor karena dividend yield merupakan
sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya
perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai dividend yield yang rendah, karena sebagian besar akan
diinvestasikan kembali dan juga karena harga dividen yang tinggi akan
mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. Rumusnya yaitu:
ROE = Laba Bersih : Modal Saham
PER = Harga Pasar per Lembar :Earning per Lembar
37
Pembayaran Dividen (Dividend Payout)
Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan
sebagai dividen kepada investor. Perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen
yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya
rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Formula perhitungan dari
dividend payout adalah:
4. Model-Model Prediksi Financial Distress
Untuk meminimalisir perusahaan mengalami kondisi financial distress
yang berpotensi menjadi kebangkrutan perusahaan, perusahaan dapat
mengawasi kondisi keuangan dengan menggunakan teknik-teknik analisis
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang penting
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan serta hasil yang telah dicapai sehubungan dengn pemilihan strategi
perusahaan yang telah diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan
keuangan perusahaan, maka dapat diketahui kondisi dan perkembangan
keuangan perusahaan.
Dividend Yield = Dividen per Lembar : Harga Pasar Saham per Lembar
Rasio Pembayaran Dividen = Dividen per Lembar :Earning per Lembar
38
Berikut adalah model-model yang dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress:
a. Altman Z – Score
Altman‟s Z-Score merupakan model prediksi kebangkrutan suatu
perusahaan. Altman‟s Z-Score dikenal pula sebagai Altman Bankruptcy
Prediction Model. Pengertian Altman‟s Z-Score menurut Supardi (2003)
adalah: Skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah
keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan. Altman‟s Z-Score ini dapat digunakan selain sebagai alat
penilaian kinerja keuangan tetapi dapat pula digunakan sebagai alat
prediksi kebangkrutan.Sehingga Altman‟s Z-Score dikenal pula sebagai
Altman Bankruptcy Prediction Model (Z-Score). Adapun pengertian
Altman Bankruptcy Prediction Model (Z-Score) menurut Sofyan Syafri
Harahap (2008) adalah : Model ini memberikan rumus untuk menilai
kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi
(interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu
yang ada menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan
perusahaan akan bangkrut.
Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model
prediksi dengan teknik analisis, dimana Altman memilih 5 rasio dari 22
rasio melalui prosedur statistik, observasi dan judgement (Kusdiana,
2014). Formula MDA dari Altman ini dapat disebut dengan Altman Z –
39
ScoreOriginal. Rumus dari Model Altman Z – Score Original (untuk
perusahaan manufaktur go public)adalah (Altman, 1968):
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Dimana:
X1 = working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and taxes to total assets
X4 = market value of equity to book value of total debt
X5 = sales to total assets
Z = overall index
Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant
analysis. Terdapat angka – angka cut off nilai Z yang dapat menjelaskan
apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa
mendatang datang. Nilai cut off dibagi kedalam 3 kategori keadaan, yaitu
(Altman, 1968):
a. Z <1,81
Perusahaan masuk dalam kategori financial distress.
b. 1,81 < Z <2,67
Perusahaan masuk dalam kategori grey area (tidak dapat ditentukan
apakahperusahaan sehat ataupun mengalami financial distress).
40
c. Z > 2,67
Perusahaan masuk dalam kategori tidak financial distress.
Altman melakukan suatu revisi terhadap model yang
dikembangkannya. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan
penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak
hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat
diaplikasikan untuk perusahaan – perusahaan di sektor swasta. Model
yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan.
Altman mengubah pembilang Market Value Of Equity pada X4 menjadi
Book Value Of Equity karena perusahaan privat tidak memiliki harga pasar
untuk ekuitasnya dan juga mengganti besarnya nilai koefisien dari semua
variabel yang digunakan (Rahayu, et. al., 2016). Model dari model
Altman ini disebut dengan Altman Z – Score Revisi, dimana rumus dari
Model Altman Z – Score Revisi (untuk perusahaan manufaktur yang non
go public) adalah (Altman, 1983):
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana:
X1 = working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and taxes to total assets
X4 = book value of equity to book value of total debt
X5 = sales to total assets
41
Z = overall index
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai
Z – Score, yaitu (Altman, 1983):
a. Z < 1,23
Perusahaan masuk dalam kategori financial distress.
b. 1,23 < Z <2,90
Perusahaan masuk dalam kategori grey area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami financial distress).
c. Z > 2,90
Perusahaan masuk dalam kategori tidak financial distress.
Seiring dengan perkembangan zaman, dan juga perubahan kondisi
ekonomi, serta perilaku pasar, maka Altman memodifikasi model analisis
kebangkrutannya lagi. Dalam model Z – Score ini Altman mengeliminasi
variabel Sales/Total Assets, yaitu rasio penjualan terhadap total aset dan
juga mengganti besarnya nilai koefisien dari semua variabel yang
digunakan dalam memprediksi kebangkrutan pada sebuah perusahaan
(Irfan dan Yuniati, 2014:6). Analisis ini dinamai dengan Model Altman Z
– Score Modifikasi. Formula dari Model Altman Z – Score Modifikasi
(untuk semua perusahaan) adalah (Altman, 1995):
42
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3+ 1,05X4
Dimana:
X1 = working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and taxes to total assets
X4 = book value of equity to book value of total debt
Z = overall index
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai
Z – Score, yaitu (Altman, 1995):
a. Z < 1,10
Perusahaan masuk dalam kategori financial distress.
b. 1,10 <Z <2,60
Perusahaan masuk dalam kategori grey area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami financial distress).
c. Z > 2,60
Perusahaan masuk dalam kategori tidak financial distress.
b. Model Springate
Penelitian yang dilakukan oleh Gordon L.V Springate (1978)
menghasilkan model prediksi kebangkrutan yang dibuat dengan mengikuti
prosedur model Altman. Model prediksi kebangkrutan yang dikenal
43
sebagai model Springate ini menggunakan 4 rasio keuangan yang dipilih
berdasarkan 19 rasio-rasio keuangan dalam berbagai literatur. Model ini
memiliki rumus sebagai berikut: Z = 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C +0,4 D
Dimana:
A = Working Capital/Total Asset
B = Net Profit before Interest and Taxes/Total
C = Net Profit before Taxes/Current Liabilities
D = Sales / Total Asset
Model Springate ini mengklasifikasikan perusahaan dengan skor Z
> 0,862 merupakan perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut, begitu
juga sebaliknya jika perusahaan memiliki skor Z < 0,862 diklasifikasikan
sebagai perusahaan yang tidak sehat dan berpotensi untuk bangkrut.
c. Model Zmijewski
Model prediksi yang dihasilkan oleh Zmijewski pada tahun 1983
merupakan hasil riset selama 20 tahun yang ditelaah ulang. Model ini
menghasilkan rumus sebagai berikut: X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3
Dimana :
X1 = ROA (Return on Asset)
X2 = Leverage (Debt Ratio)
X3 = Likuiditas (Current Ratio)
44
Jika skor yang diperoleh sebuah perusahaan dari model prediksi
kebangkrutan ini melebihi 0 maka perusahaan diprediksi berpotensi
mengalami kebangkrutan. Sebaliknya, jika sebuah perusahaan memiliki
skor yang kurang dari 0 maka perusahaan diprediksi tidak berpotensi
untuk mengalami kebangkrutan.
d. Model Grover
Model Grover merupakan model yang diciptakan dengan
melakukan pendesainan dan penilaian ulang terhadap model Altman Z-
Score. Jeffrey S. Grover menggunakan sampel sesuai dengan model
Altman Z-score pada tahun 1968, dengan menambahkan tiga belas rasio
keuangan baru. Sampel yang digunakan sebanyak 70 perusahaan dengan
35 perusahaan yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut pada
tahun 1982 sampai 1996. Jeffrey S. Grover (2001) menghasilkan fungsi
sebagai berikut: Score = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA + 0,057
Dimana :
X1 = Working capital/Total assets
X3 = Earnings before interest and taxes/Total asset
ROA = net income/total assets
Model Grover mengkategorikan perusahaan dalam keadaan
bangkrut dengan skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z ≤ -0,02).
45
Sedangkan nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan
tidak bangkrut adalah lebih atau sama dengan 0,01 (Z ≥ 0,01).
46
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
1 Fitriani Rahayu, I
Wayan Suwendra, Ni
Nyoman Yulianthini
(2016)
Analisi Financial
Distress dengan
Menggunakan Metode
Altman Z – Score,
Springate, Zmijewski
pada Perusahaan
Telekomunikasi
Variabel X (Altman Z –
Score):
Working Capital to Total
Asset, Retained Earning to
Total Asset, Earning Before
Interest and Taxes to Total
Asset, Book Value of Equity
to Book Value of Total
Liabilities
Variabel X (Springate):
Working Capital to Total
Asset, Earning Before
Interest and Taxes to Total
Asset, Earning Before Taxes
to Total Asset, Sales to Total
Asset
Variabel X (Zmijewski):
Return on Asset, Debt Ratio,
Current Ratio
Variabel Y (Altman Z –
Score (Z), Springate (S),
Zmijewski (X)):
Financial Distress
Hasil perhitungan
berdasarkan model
Altman Z – Score pada
perusahaan
Telekomunikasi selama
periode 2012 – 2013
diperoleh tiga dari lima
perusahaan
dikategorikan
mengalami financial
distress. Hasil
perhitungan
berdasarkan metode
Springate diperoleh
empat dari lima
perusahaan
dikategorikan
mengalami financial
distress.
Berdasarkan metode
Zmijewski diperoleh
dua dari lima
perusahaan yang
dikategorikan
mengalami financial
distress.
2 Suyatmin Waskito
Adi dan Aryani Intan
Endah Rahmawati
(2015)
Analisis Rasio
Keuangan Terhadap
Kondisi Financial
Distress pada
Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun
2008 – 2013
Variabel X:
Earning Before Interest and
Taxes to Total Asset,
Working Capital to Total
Asset, Market Value of
Equity to Book Value of
Total Liability, Retained
Earnings by Total Asset,
Sales by Total Asset, Cash
Flow from Operations to
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
baik pada periode satu
tahun sebelum financial
distress (t-1) maupun
dua tahun sebelum
financial distress (t-2)
variabel yang
berpengaruh signifikan
hanya variabel Earning
47
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Total Asset
Variabel Y:
Financial Distress
Before Interest and
Taxes to Total
Asset, Working
Capital to Total
Asset, Market Value
of Equity to Book
Value of Total
Liability, Retained
Earnings by Total
Asset, Sales by
Total Asset, dan
Cash Flow from
Operations to Total
Asset berpengaruh
tetapi tidak
signifikan. Hasil
analisis data dengan
menggunakan
regresi logistik
menghasilkan
ketepatan prediksi
sebesar 69,4% pada
satu tahun sebelum
financial distress
dan 54,2% pada dua
tahun sebelum
financial distress.
3 Yayu Kusdiana (2014) Analisis Model Camel
dan Altman Z – Score
dalam Memprediksi
Kebangkrutan Bank
Umum di Indonesia
(Studi pada Bank
Umum yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007 – 2011)
Variabel X (Model
CAMEL):
Capital Aqequacy Ratio,
Non Performing Loan,
Return on Asset, Biaya
Operasional tehadap
Pendapatan Operasional,
Loan to Deposit Ratio
Terdapat perbedaan
dari model CAMEL
dan Altman Z –
Score dalam
ketepatan
memprediksi
kebangkrutan bank.
Ketepatan
48
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Variabel X (Altman Z –
Score):
Working Capital to Total
Asset, Retained Earning
to Total Asset, Earning
Before Interest and Taxes
to Total Asset, Book Value
of Equity to Book Value of
Total Liabilities
Variabel Y:
Memprediksi
kebangkrutan
prediksi model
Altman Z – Score
lebih baik dalam
memprediksi
kebangkrutan bank
umum di Indonesia
dibandingkan model
CAMEL. Hal ini
disebabkan model
Altman Z – Score
mengalami tingkat
probabilitas
kebangkrutan yang
tinggi.
4 Evani Indri Hapsari(2012) Kekuatan Rasio
Keuangan dalam
Memprediksi Kondisi
Financial Distress
Perusahaan
Manufaktur Bursa Efek
Indonesia
Variabel X:
Rasio Leverage
Rasio Likuiditas
Rasio Profitabiltas
Variabel Y:
Financial Distress
Rasio likuiditas dan
rasio profitabilitas
(profit margin on
sales) tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kondisi financial
distress perusahaan.
Sedangkan rasio
profitabilitas (return
on total assets) dan
rasio leverage
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kondisi
financial distress
perusahaan.
5 Listri Fitriyani, Prima
Apriliyani dan
Firmansyah Kusasi
(2016)
Analisis Perbandingan
Prediksi Kondisi
Financial Distress
dengan Menggunakan
Model Altman,
Springate dan
Zmijewksi pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Variabel X:
Altman Z Score,
Springat
Zmijewksi
Variabel Y:
Financial Distress
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa model
Zmijewski adalah
model yang paling
akurat untuk
memprediksi
kondisi financial
49
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Terdapat di Bursa Efek
Indonesia 2011-2014
distress pada
perusahaan
manufaktur di
Indonesia karena
memiliki tingkat
akurasi tertinggi
dibandingkan
dengan model
lainnya, yaitu
100%, diikuti oleh
model Springate
yang memiliki
tingkat akurasi
sebesar 89,29% dan
model Altman
sebesar 75%.
50
C. Kerangka Berpikir
Memprediksi financial distress Asuransi unit Syariah dengan
menggunakan metode Altman Z Score Periode 2011 - 2015
Analisis Financial Distress
Altman Z – Score
Revisi
Altman Z – Score
Modifikasi
Altman Z – Score
Original
X1 = Working
capital to total asset
X2 = Retained
earning to total asset
X4 = Book value of equity to
book value of total debt
X3 = EBIT to
total asset
Perbandingan antara rasio
likuiditas dan Altman Z
Score.
- Safe Zone
- Grey Zone
- Distress Zone
Nilai Hasil Altman Z -
ScoreLaporan Keuangan
Data Lain
Altman Z Score
Gambar12.2 Kerangka Berpikir
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014:8).
Oleh sebab itu, tujuan diadakannya penelitian ini dimaksudkan untuk
memprediksi kondisi financial distress sebagai variabel dependennya yang dilihat
dari laporan keuangan Perusahaan Asuransi Syariah Tahun 2011 - 2015 dengan
menggunakan rasio keuangan yang terdapat pada Model Altman Z – Score
Modifikasi sebagai variabel independennya.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014:80).
Sedangkan sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri
atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah tapi
tidak semua elemen populasi akan membentuk sampel (Sekaran, 2014:123).
52
Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul – betul representatif
(mewakili) (Sugiyono, 2014:81).
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling dengan memilih purposive sampling sebagai metode dalam
pengambilan datanya. Menurut Sugiyono (2014:84-85) non probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.Dan
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
Kriteria sampel yang dibutuhkan dan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. PerusahaanAsuransi Jiwa Unit Usaha Syariah.
b. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan yang berakhir pada periode
31 Desember.
c. Memiliki laporan keuangan dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
d. Perusahaan mempunyai data dan informasi laporan keuangan yang lengkap.
Daftar perusahaan asuransi jiwa unit usaha syariah dapat dilihat pada tabel
3.1, beserta dengan kelengkapan laporan keuangannya.
53
Tabel 3.1 Perusahaan Asuransi Jiwa Unit Usaha Syariah Indonesia yang Memiliki
Laporan Keuangan pada Periode 31 Desember 2011 – 31 Desember 2015
Sumber: website masing-masing perusahaan (data diolah)
Berdasarkan kriteria sampel yang telah disebutkan, maka jumlah
perusahaan Asuransi Syariah yang memiliki kelengkapan data dan informasi yang
lengkap pada periode 31 Desember 2011 sampai 31 Desember 2015 sebanyak 8
perusahaan.
No Nama Perusahaan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
1912 x
2 PT AIA Financial x x x x
3 PT Asuransi Allianz Life Indonesia x
4
PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa
Sejahtera x x x x
5 PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya x x
6 PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia x
7 PT Asuransi Jiwa Mega Life x x
8 PT Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG
9 PT Avrist Assurance x
10 PT Axa Financial Indonesia x x x x x x
11 PT Axa Mandiri Financial Services x x x x x x
12 PT BNI Life Insurance x x x x x
13 PT Great Eastern Life Indonesia x x x x x x
14
PT Panin Daichi Life (d/h PT Panin
Life)
15 PT Prudential Life Assurance
16 PT Sun Life Financial Indonesia
17
PT Tokio Marine Life Insurance
Indonesia (d/h PT MAA Life
Assurance) x x x
18 PT ACE Life Assurance x x x
19 PT Financial Wiramitra Danadyaksa x x x x x x
54
Tabel 3.2 PerusahaanAsuransi Jiwa Unit Usaha Syariah yang Memiliki Data dan
Informasi yang Lengkap pada Periode Desember 2011 – Desember 2015
No Nama Perusahaan
Kelengkapan
Data dan
Informasi
1 Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 V
2 PT AIA Financial
3 PT Asuransi Allianz Life Indonesia V
4 PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera
5 PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya
6 PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia V
7 PT Asuransi Jiwa Mega Life
8 PT Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG V
9 PT Avrist Assurance V
10 PT Axa Financial Indonesia
11 PT Axa Mandiri Financial Services
12 PT BNI Life Insurance
13 PT Great Eastern Life Indonesia
14 PT Panin Daichi Life (d/h PT Panin Life) V
15 PT Prudential Life Assurance V
16 PT Sun Life Financial Indonesia V
17
PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia (d/h PT MAA Life
Assurance)
18 PT ACE Life Assurance
19 PT Financial Wiramitra Danadyaksa
Sumber: website masing-masing perusahaan (data diolah)
Perusahaan yang akan diteliti adalah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
1912, PT Asuransi Allianz Life Indonesia, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia,
PT Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG, PT Avrist Assurance, PT Panin Daichi Life
(d/h PT Panin Life), PT Prudential Life Assurance dan PT Sun Life Financial
Indonesia.
55
C. Metode Pengumpulan Data
Data merupakan bagian yang terpenting dalam melakukan penelitian. Jika
peneliti tidak memiliki data maka tidak akan mendapatkan informasi yang
diingkan.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sumber
data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2014:137). Basis data keuangan yang sudah tersedia untuk
penelitian juga merupakan sumber data sekunder (Sekaran, 2014:65).
Data sekunder yang diperoleh peneliti berasal dari laporan keuangan
perusahaan Asuransi unit Syariah Periode 2011 – 2015 yang telah dipublikasikan
melalui website masing-masing perusahaan.
Sebelum peneliti melakukan pengumpulan data laporan keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah Periode 2011 - 2015, peneliti terlebih dahulu
mempelajari serta menganalisa tinjauan tekstual sebagai dasar teori serta
informasi yang bersumber dari jurnal, website, buku, dan skripsi yang memiliki
kesamaan tujuan penelitian.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis dalam mengolah
data untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kegiatan
dalam menganalisis data meliputi: mengelompokkan data yang ada di laporan
keuangan berdasarkan variabel, melakukan perhitungan terhadap data
56
berdasarkan variabel, melakukan perhitungan dari berbagai variabel untuk
menjawab perumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan. Teknik analis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik (Sugiyono, 2014:147). Metode analisis yang digunakan
oleh peneliti yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Setelah mengumpulkan, mengelompokkan dan menghitung data,
selanjutnya peneliti menganalisis data dengan menggunakan statistik
deskriptif. Pengujian statistik deskriptif ini menggunakan alat bantu software
SPSS versi 24 untuk memudahkan peneliti untuk mendapatkan data dalam
memberikan informasi terkait variabel – variabel yang digunakan. Metode
statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014:207).
2. Model Altman Z – Score Modifikasi
Analisis diskriminan Altman merupakan salah satu teknik statistik
yang bisa digunakan untuk memprediksi adanya kebangkrutan suatu
perusahaan.Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio keuangan
menjadi model prediksi dengan teknik statistik (Rahayu, et. al., 2016).
57
Ramadhani dan Lukviarman (2009 dalam Rahayu, et. al., 2016)
mengungkapkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu dan penyesuaian
terhadap berbagai jenis perusahaan, Altman kemudian merevisi
modelnyasupaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, seperti
manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara
berkembang (emerging market). Dalam model Altman Z – Scoremodifikasi
ini Altman mengeliminasi X5 (sales to total asset) karena rasio ini sangat
bervariatif pada indsutri dengan ukuran aset yang berbeda – beda serta
berubahnya nilai bobot dari setiap variabel yang digunakan dalam persamaan
tersebut dan nilai klasifikasinya. Persamaan model Altman Z – Score
Modifikasi adalah (Altman, 1995):
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3+ 1,05X4
Dimana:
X1 = working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and taxes to total assets
X4 = book value of equity to book value of total debt
Z = overall index
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai
Z – Score, yaitu (Altman, 1995):
d. Z < 1,10
Perusahaan masuk dalam kategori financial distress.
58
e. 1,10 < Z <2,60
Perusahaan masuk dalam kategori grey area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami financial distress).
f. Z > 2,60
Perusahaan masuk dalam kategori tidak financial distress.
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Syariah
Dengan beroperasinya bank syariah sesuai Undang Undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaannya, muncullah kebutuhan
terhadap jasa asuransi berdasarkan syariah. Asuransi Syariah (Ta‟min, Tafakul
dan Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) sesuai dengan syariah. Pengelolaan asuransi syariah hanya dilakukan
oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah, perusahaan
asuransi syariah juga mendapat bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul
atas dasar akad ijarah (mudharabah), serta perusahaan asuransi syariah mendapat
ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru‟ atau hibah (pedoman DSN MUI).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi
unit syariah yang memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2011-2015 dan
menerbitkan laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba rugi yang
dipublikasian melalui website perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut
diantaranya, Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, PT Asuransi Allianz Life
Indonesia, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT Asuransi Jiwa Sinar Mas
MSIG, PT Avrist Assurance, PT Panin Daichi Life (d/h PT Panin Life), PT
60
Prudential Life Assurance, dan PT Sun Life Financial Indonesia. Laporan
keuangan yang digunakan adalah laporan neraca dan laporan laba rugi.
B. Statistik Deskriptif
Setelah mengumpulkan, mengelompokkan dan menghitung data,
selanjutnya peneliti menganalisis data dengan menggunakan statistik deskriptif.
Pengujian statistik deskriptif ini menggunakan alat bantu software SPSS versi 24
untuk memudahkan peneliti untuk mendapatkan data dalam memberikan
informasi terkait variabel – variabel yang digunakan. Pengertian metode statistik
deskriptif adalah sebagai berikut: “Metode statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi” (Sugiyono,
2014:207).
Berikut ini adalah hasil dari pengujian statistik deskriptif:
61
Tabel44.1 Descriptive Statistics
Berdasarkan hasil tabel 4.1 diatas, nilai N menunjukkan banyaknya
jumlah data yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebanyak 40 data yang
merupakan jumlah sampel selama periode penelitian dari tahun 2011 sampai
dengan 2015. Untuk variabel working capital to total asset (X1) atau wcta
memiliki nilai minimum sebesar -0.0061, nilai maksimum sebesar 0.61679, nilai
rata – rata sebesar 0.927 dan standar deviasi sebesar 0.149.
Untuk variabel retained earning to total asset (X2) atau reta memiliki nilai
minimum sebesar -0.34220, nilai maksimum sebesar 0.65010, nilai rata – rata
sebesar 0.1343475dan standar deviasi sebesar 0.18351357.
Untuk variabel earning before interest to total asset (X3) atau ebitta
memiliki nilai minimum sebesar -0.34220, nilai maksimum sebesar 0.91580, nilai
rata – rata sebesar 0.1600400dan standar deviasi sebesar 0.22917686.
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
wcta 40 -.00610 .61670 3.71150 .0927875 .14902938 .022
reta 40 -.34220 .65010 5.37390 .1343475 .18351357 .034
ebitta 40 -.34220 .91580 6.40160 .1600400 .22917686 .053
bvbd 40 .82990 57.03300 380.94580 9.5236450 11.47086907 131.581
financial distress 40 0 61 485 12.12 12.191 148.610
Valid N (listwise) 40
62
Sedangkan pada variabel book value of equity to book value of total debt
(X4) atau bvbd memiliki nilai minimum sebesar 0.82990, nilai maksimum sebesar
57.03300, nilai rata – rata sebesar 9.5236450dan standar deviasi sebesar
11.47086907.
C. Model Altman Z – Score Modifikasi
1. Working Capital to Total Assets (X1)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
modal kerja bersih dari total keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.Modal kerja bersih didapatkan berdasarkan perhitungan dari
jumlah aktiva lancar dikurangi dengan jumlah kewajiban lancar. Apabila
perusahaan mempunyai modal kerja bersih yang benilai positif, maka
perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya (Irfan dan Yuniati, 2014:11).
Dari data laporan keuangan perusahaan asuransi syariah tahun 2011
sampai 2015, maka diperoleh hasil rasio X1 adalah:
X1 = Modal Kerja (Aset Lancar – Kewajiban Lancar) X 6,56 (bobot Z – Score X1)
Total Aset
63
Tabel54.2 Hasil penghitungan X1 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 0.0270 0.0257 0.0173 0.0057 0.0021
2 Allianz 0.0012 -0.0058 0.0106 0.0103 0.0075
3 Manulife 0.0540 0.0532 0.0611 0.0450 0.0029
4 Sinar Mas 0.0192 0.0348 0.0097 0.0198 0.0170
5 Avrist 0.0533 0.0472 0.0316 0.0356 0.1081
6 Panin 0.6070 0.2611 0.3230 0.3883 0.6167
7 Prudential 0.0599 0.0186 0.1146 -0.0032 -0.0061
8 Sun Life 0.1265 0.1134 0.1041 0.1037 0.1898
Sumber: Data diolah.
Penjelasan:
a. Rasio X1 adalah hasil perhitungan dari modal kerja dibagi dengan total
aset.
b. Pada tahun 2011, tidak ada perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif.
c. Pada tahun 2012 perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif adalah
perusahaan Allianz dengan nilai X1 sebesar -0.0058. Sisanya nilai X1
perusahaan di tahun 2012 memiliki nilai positif.
d. Pada tahun 2013, tidak ada perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif.
e. Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif adalah
perusahaan Prudential dengan nilai X1 sebesar -0.0032. Perusahaan
lainnya memiliki nilai X1 positif ditahun tersebut.
f. Pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif adalah
perusahaan Prudential dengan nilai X1 sebesar -0.0061. Perusahaan
lainnya memiliki nilai X1 positif ditahun tersebut.
64
Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya
apabila memiliki modal kerja bersih bernilai negatif.
2. Retained Earning To Total Assets (X2)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
yang ditahan dari total keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Laba ditatan adalah besarnya laba yang tidak dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen yang digunakan untuk
pengembangan perusahaan. Semakin rendah nilai dari rasio laba ditahan
terhadap total aktiva, maka semakin kecil juga peranan dari laba ditahan
terhadap total aktiva perusahaan sehingga probabilitas perusahaan
mengalami kondisi financial distress adalah semakin tinggi (Irfan dan
Yuniati, 2014:11-12).
Dari data laporan keuangan perusahaan asuransi syariah tahun
2011 sampai 2015, maka diperoleh hasil rasio X2 adalah:
X2 = Laba Ditahan X 3,26 (bobot Z – Score X2)
Total Aset
65
Tabel64.3 Hasil penghitungan X2 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 0.050672 -0.00082 0.000322 0.00077 0.013845
2 Allianz 0.04443 0.021649 0.08447 0.107349 0.130871
3 Manulife 0.174289 0.158394 0.260622 0.2195 0.207386
4 Sinar Mas 0.139604 0.142445 0.18328 0.168604 0.167578
5 Avrist 0.272976 0.240383 0.228785 0.160436 0.175787
6 Panin 0.045852 0.100252 0.051771 0.094298 0.066576
7 Prudential 0.650072 0.550445 0.430215 0.424131 0.341984
8 Sun Life -0.00112 -0.34218 -0.11778 -0.10269 -0.17731
Sumber: Data diolah.
Penjelasan:
a. Rasio X2 merupakan hasil perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan
total aset.
b. Pada tahun 2011 perusahaan yang memiliki nilai X2 negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.0011. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X2 positif ditahun tersebut.
c. Pada tahun 2012 perusahaan yang memiliki nilai X2 negatif adalah
perusahaan Bumiputera dengan nilai sebesar -0.00082 dan perusahaan Sun
Life dengan nilai -0.34218. Pedangkan perusahaan lainnya memiliki nilai
X2 positif ditahun tersebut.
d. Pada tahun 2013 perusahaan yang memiliki nilai X2 negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.11778. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X2 positif ditahun tersebut.
66
e. Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki nilai X2 negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.1027. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X2 positif ditahun tersebut.
f. Pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki nilai X2 negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.1773. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X2 positif ditahun tersebut.
Semakin tinggi nilai rasio laba ditahan terhadap total aset, maka semakin
besar juga peranan dari laba ditahan terhadap total aset perusahaan
sehingga kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress
adalah semakin rendah.
3. Earning Before Interest And Taxes To Total Assets (X3)
Rasio ini menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba usaha dari total keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Laba usaha yang dimaksud adalah laba yang belum
digunakan untuk membayar beban bunga dan beban pajak.Semakin kecil
nilai dari rasio ini mencerminkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba usaha dari aktiva yang digunakan semakin kecil
X3 = Pendapatan Sebelum Pajak dan Bunga X 6,72 (bobot Z – Score X3)
Total Aset
67
sehingga probabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress yaitu
semakin tinggi (Irfan dan Yuniati, 2014:12).
Dari data laporan keuangan perusahaan asuransi syariah tahun 2011
sampai 2015, maka diperoleh hasil rasio X3 adalah:
Tabel74.4 Hasil penghitungan X3 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 0.050672 -0.00082 0.000322 0.00077 0.013845
2 Allianz 0.04443 0.023947 0.124785 0.142901 0.167807
3 Manulife 0.180685 0.2084 0.24757 0.23299 0.2202
4 Sinar Mas 0.139823 0.140203 0.184342 0.16696 0.168172
5 Avrist 0.280003 0.246332 0.237509 0.172707 0.183198
6 Panin 0.045852 0.100252 0.051771 0.099384 0.073518
7 Prudential 0.91578 0.722305 0.573397 0.541229 0.43569
8 Sun Life -0.00112 -0.34218 -0.11778 -0.10269 -0.17731
Sumber: Data diolah.
Penjelasan:
a. Rasio X3 merupakan hasil perhitungan dari laba sebelum bunga dan pajak
dibagi dengan total aset.
b. Pada tahun 2011, perusahaan yang memiliki nilai X3 negatif adalah
perusahaan asuransi Sun Life, dengan nilai -0.00112. Sedangkan
perusahaan lainnya memiliki nilai X3 positif.
c. Pada tahun 2012 perusahaan yang memiliki nilai X3negatif adalah
perusahaan Bumiputera dengan nilai sebesar -0.00082 dan perusahaan Sun
68
Life dengan nilai -0.34218. Pedangkan perusahaan lainnya memiliki nilai
X2 positif ditahun tersebut.
d. Pada tahun 2013 perusahaan yang memiliki nilai X3negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.11778. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X3 positif ditahun tersebut.
e. Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki nilai X3 negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.10269. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X3 positif ditahun tersebut.
f. Pada tahun 2014 perusahaan yang memiliki nilai X3negatif adalah
perusahaan Sun Life dengan nilai X2 sebesar -0.17731. Perusahaan lainnya
memiliki nilai X3 positif ditahun tersebut.
Nilai dari rasio ini mencerminkan bahwa kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba usaha dari aktiva yang digunakan semakin besar
sehingga probabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress yaitu
semakin rendah, begitupun sebaliknya.
4. Book Value Of Equity To Book Value Of Total Debt (X4)
Rasio ini menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dengan nilai buku ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.Nilai
buku ekuitas memberikan informasi mengenai besarnya nilai dari sumber
X4 = Nilai Buku Modal X 1,05 (bobot Z – Score X4)
Nilai Buku Hutang
69
daya atau modal yang dimiliki oleh perusahaan.Nilai buku ekuitas dapat
dihitung dengan mengurangi jumlah total aset dengan jumlah total
kewajiban. Sedangkan nilai buku kewajiban memberikan informasi
mengenai besarnya jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai
buku kewajiban dapat dihitung dengan menjumlahkan total kewajiban
jangka pendek dengan total kewajiban jangka panjang. Jika nilai rasio ini
bersifat negatif (semakin kecil), hal tersebut menandakan semakin
kecilnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dari
ekuitas, sehingga probabilitas financial distress bagi perusahaan adalah
semakin tinggi (Irfan dan Yuniati, 2014:12).
Dari data laporan keuangan perusahaan asuransi syariah tahun
2011 sampai 2015, maka diperoleh hasil rasio X4 adalah:
Tabel84.5 Hasil penghitungan X4 pada Perusahaan Asuransi Unit Syariah
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 57.033 9.259499 8.587883 11.16829 12.9312
2 Allianz 5.27439 4.562406 7.474673 9.216228 11.95819
3 Manulife 19.70764 4.645346 2.82574 2.397135 2.53486
4 Sinar Mas 2.054984 1.542138 1.760383 1.537105 2.339807
5 Avrist 17.65781 17.54956 24.07908 35.11599 34.02211
6 Panin 18.0152 7.130545 2.723895 1.752721 1.227711
7 Prudential 1.337818 5.674496 6.703714 10.10035 9.623369
8 Sun Life 3.950029 2.178154 1.007331 1.455252 0.829944
Sumber: Data diolah.
70
Penjelasan:
a. Rasio X4 merupakan hasil perhitungan dari nilai buku ekuitas dibagi
dengan nilai buku kewajiban.
b. Pada tahun 2011, seluruh perusahaan memiliki nilai X4 positif.
c. Pada tahun 2012, seluruh perusahaan memiliki nilai X4 positif.
d. Pada tahun 2013, seluruh perusahaan memiliki nilai X4 positif.
e. Pada tahun 2014, seluruh perusahaan memiliki nilai X4 positif.
f. Pada tahun 2015, seluruh perusahaan memiliki nilai X4 positif.
Rasio ini mencerminkan bahwa semakin tinggi nilai rasio maka
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dari ekuitas
semakin besar, sehingga probabilitas perusahaan untuk mengalami kondisi
financial distress semakin kecil.
D. Hasil Perhitungan Model Altman Z – Score Modifikasi
Langkah pertama untuk melakukan analisis model Altman Z – Score
modifikasi yaitu mengumpulkan data laporan keuangan pada perusahaan
Asuransi Syariah tahun 2011 sampai 2015 yang sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
Langkah kedua yaitu melakukan pengelompokan dan menghitung
setiap variabel – variabel yang ada didalam model Altman Z – Score
modifikasi.
71
Langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis prediksi kondisi
financial distress dengan menjumlahkan dan menghitung hasil dari setiap
variabel – variabel didalam model Altman Z – Score modifikasi, dimana
rumus dari model Altman Z – Score modifikasi yaitu:
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3+ 1,05X4
Dimana:
X1 = working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and taxes to total assets
X4 = book value of equity to book value of total debt
Z = overall index
Langkah keempat yaitu hasil dari perhitungan model Altman Z – Score
modifikasi diklasifikasikan berdasarkan nilai cut-off, yaitu:
a. Z < 1,10
Perusahaan masuk dalam kategori financial distress.
b. 1,10 < Z <2,60
Perusahaan masuk dalam kategori grey area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami financial distress).
c. Z > 2,60
Perusahaan masuk dalam kategori tidak financial distress.
72
Dibawah ini adalah hasil perhitungan model Altman Z – Score
modifikasi dengan laporan keuangan perusahaan Asuransi Syariah yang ada di
Indonesia tahun 2011 sampai 2015.
Tabel94.6 Nilai Z – Score Perusahaan Asuransi Syariah pada Tahun 2011 – 2015
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 60.5676 9.939695 9.133797 11.7717 13.72947
2 Allianz 5.989403 4.983678 9.032067 11.05509 14.1594
3 Manulife 22.82961 7.143341 5.881395 5.093231 4.836277
4 Sinar Mas 3.678398 3.253744 3.748372 3.415463 4.244738
5 Avrist 21.66162 21.17593 27.83199 38.78862 38.23641
6 Panin 23.35539 10.20019 5.49546 5.363156 6.045426
7 Prudential 10.07078 12.72862 13.0461 15.60439 14.10744
8 Sun Life 4.966233 -0.38376 0.565336 1.183109 0.347097
Sumber: Hasil olah data
Penjelasan:
a. Analisis Hasil Perhitungan Z – Score tahun 2011
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, pada tahun 2011 seluruh perusahaan
dikategorikan dalam keadaan non financial distress, karena nilai Z > 2,60.
b. Analisis Hasil Perhitungan Z – Score tahun 2012
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, pada tahun 2012 terdapat sebanyak
1 perusahaan yang dikategorikan mengalami kondisi financial distress (Z
< 1,10). Sedangkan 7 perusahaan lainnya dikategorikan kedalam keadaan
non financial distress (Z> 2,60).
73
c. Analisis Hasil Perhitungan Z – Score tahun 2013
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, pada tahun 2013 terdapat sebanyak
1 perusahaan yang dikategorikan mengalami kondisi financial distress (Z
< 1,10). Sedangkan 7 perusahaan lainnya dikategorikan kedalam keadaan
non financial distress (Z> 2,60).
d. Analisis Hasil Perhitungan Z – Score tahun 2014
Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2014, terdapat sebanyak 0
perusahaan yang dikategorikan mengalami kondisi financial distress (Z <
1,10)., 1 perusahaan yang dikategorikan dalam grey zone (1,10 < Z <
2,60) dan 7 perusahaan lainnya dikategorikan dalam non financial distress
(Z > 2,60).
e. Analisis Hasil Perhitungan Z – Score tahun 2015
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, pada tahun 2015 terdapat sebanyak
1 perusahaan yang dikategorikan mengalami kondisi financial distress (Z
< 1,10). Sedangkan 7 perusahaan lainnya dikategorikan kedalam keadaan
non financial distress (Z> 2,60).
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji metode Altman Z-Score pada
Perusahaan Asuransi Syariah, dan untuk mengetahui pengaruh Working
Capital to Total Asset (X1), Retained Earning to Total Asset (X2), Earning
before Interest and Tax to Total Asset (X3) dan Book value of Equity to Book
Value of Total Debt (X4) terhadap financial distress (Y) dengan sampel
sebanyak 40 data pada 8 perusahaan selama 5 tahun.
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Working Capital to Total Asset (X1) memiliki nilai rata – rata sebesar 0.927.
Lalu pada variabel Retained Earning to Total Asset (X2) memiliki nilai rata –
rata sebesar 0. 1343475. Pada variable Earning Before Interest to Total Asset
(X3) memiliki nilai rata – rata sebesar 0. 1600400. Sedangkan pada variabel
Book Value of Equity to Book Value of Total Debt (X4) memiliki nilai rata –
rata sebesar 9.5236450.
2. Berdasarkan hasil dari analisis model Altman Z – Score modifikasi dalam
memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan Asuransi Syariah
periode 2011 sampai 2015 menyimpulkan bahwa pada tahun 2011 tidak
terdapat perusahaan yang mengalami kondisi financial distress. Pada tahun
75
2012, perusahaan Sun Life mengalami financial distress, pada tahun 2013 dan
2015 perusahaan yang sama juga mengalami financial distress. Sedangkan
pada tahun 2014 perusahaan Sun Life mengalami kondisi grey zone atau
rawan kesulitan keuangan.
3. Hasil Perbandingan Antara Rasio Likuiditas dan Perhitungan Altman Z Score
Berdasarkan hasil perhitungan Altman Z Score.
Perusahaan Sun Life merupakan perusahaan yang mengalami financial
distress maupun pada posisi grey zone, namun rasio likuiditas perusahaan Sun
Life mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, kecuali pada tahun
2015, rasio likuiditas perusahaan Sun Life mengalami penurunan.
Sedangkan perusahaan Sinar Mas yang memiliki rasio likuiditas kurang dari
150% selama lima tahun berturut-turut, hasil perhitungan Altman Z Score nya
selalu diatas 2.60 yang berarti kinerja keuangan perusahaan tersebut tergolong
baik dan terhindar dari financial distress.
76
B. Saran
Setelah peneliti melihat hasil dari penelitian ini, maka terdapat beberapa
saran yang akan peneliti sampaikan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan antara hasil dan fenomena yang diangkat. Oleh sebab itu,
untuk penelitian selanjutnya harus lebih mengkaji lebih dalam fenomena yang
hendak diangkat agar sesuai dengan hasilnya.
2. Memperluas periode waktu sampel agar dapat melihat kondisi financial
distresss pada perusahaan asuransi syariah dengan lebih lengkap.
3. Memperbanyak perusahaan yang akan diteliti untuk melihat seberapa akurat
metode yang digunakan.
4. Penelitian yang selanjutnya sebaiknya tidak terpaku terhadap variabel –
variabel yang ada pada model prediksi kebangkrutan supaya hasil penelitian
menjadi lebih baik dan mengetahui penyebab kebangkrutan secara lengkap.
5. Perusahaan asuransi unit syariah sebaiknya melakukan analisa laporan
keuangan secara terus – menerus atau secara berkala, untuk mengetahui
kondisi keuangan perusahaan dan dapat menghindari financial distress pada
perusahaan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi. 2003. “Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia
(JAAI), Vol. 7 No. 2, Desember 2003, hal. 183-210. STIE Perbanas Surabaya.
Almilia, Luciana Spica. 2004. “AnalisisFaktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi
Financial Distress Suatu Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”,
Simposium Nasional Akuntansi 6. hal. 546-564. STIE Perbanas Surabaya.
Altman, E. 1968.“Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of
Corporate Bakruptcy”, The Journal of Finance, Vol. 23, No. 4, September
1968, hal.589-609.
Altman, E., 1983. “Corporate Financial Distress”, John Wiley & Son. New York.
Altman, E., J. Hartzell, dan M. Peck. 1995. “Emerging Markets Corporate Bonds: A
Scoring System”, Salomon Brothers Inc. New York.
Amrin, Abdullah. 2011. “Apa Bedanya Asuransi Syariah dengan Asuransi
Konvensional”. Cetakan Pertama. Unit Pelaksana Teknis Percetakan dan
Penerbitan, ST. Mediakom Trisakti, Jakarta.
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2012. “Analisis Laporan Keuangan”, UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Hapsari, Evanny Indri. 2012. “Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di BEI”, Jurnal
Dinamika Manajemen, Vol. 3, No. 2, Tahun 2012, hal. 101-109. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2016. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2016. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Ichsan, Nurul. 2014. “Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah”, Al-Iqtishad: Jurnal
Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics), Vol. 6, No. 1, hal. 97-
120.
Irfan, Mochamad dan Tri Yuniati. 2014. “Analisis Financial Distress Dengan
Pendekatan Altman Z”-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan
Telekomunikasi”, Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 3, No. 1, Tahun
2014.
78
Kasmir. 2015. “Analisis Laporan Keuangan”, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kusdiana, Yayu. 2014. “Analisis Model Camel Dan Altman Z-Score Dalam
Memprediksi Kebangkrutan Bank Umum Di Indonesia (Studi Pada Bank
Umum Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011”, Jurnal
Tepak Manajemen Bisnis, Vol. 6, No. 1, Januari 2014. Hal. 85-95.
Munawir, S. 2014. “Analisa Laporan Keuangan”, Edisi 4. Liberty. Yogtakarta.
Munawir, S. 2014. “Analisa Laporan Keuangan”, Liberty. Yogtakarta.
Platt, H dan M. Platt. 2002. “Predicting Corporate Financial Distress: Reflections on
Choice Based Sample Bias”, Journal of Economics and Finance, Vol. 26, No.
2. Hal. 184-197.
Prihanthini, Ni Made dan Ratna Sari. 2013. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan
Model Grover, Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski pada Perusahaan
Food and Beverage di BEI”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5,
No. 3. Hal. 544-560.
Puspitasari, Novi. 2011. “Sejarah dan Perkembangan Asurans Islam Serta
Perbedaannya dengan Asuransi Konvensional”, JEAM Vol. X No. 1. Hal. 38
Rahayu, Firiyani, I Wayan Suwendra, dan Ni NyomanYulianthini. 2016. “Analisis
Financial Distress Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score, Springate,
Dan Zmijewski Pada Perusahaan Telekomunikasi”, e-Journal Bisma, Vol. 4,
Tahun 2016.
Rama, Ali dan Meliawati. 2014. “Analisis Determinan Pengungkapan Islamic Social
Reporting: Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia”, Equilibrium:
Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 2, No. 1. Jakarta. Hal. 95-115.
Rama, Ali. 2014. “Analisis Kesesuaian Konstitusi Ekonomi Indonesia terhadap
Ekonomi Islam”, Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of
Islamic Economics), Vol. 6, No. 1. Hal. 22-51.
Rama, Ali. 2015. “Analisis Kerangka Regulasi Model Shariah Governance Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia”, Journal of Islamic Economics Lariba,
Vol. 1, No. 1. Hal. 1-18.
Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman. 2009. “Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan Altman Modifikasi
Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”,
Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No 1. Hal. 15-28.
79
Redhika, Rizki dan Kasyful Mahalli. “Analisis Potensi dan Kendala Pengembangan
Asuransi Syariah di Kota Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 2,
No. 5. Hal 324-325.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2014. “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra
Wacana Media. Jakarta.
Sekaran, Uma. 2014. “Research Methods For Business, Edisi 4”, Salemba Empat.
Jakarta.
Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D”, Alfabeta.
Bandung.
Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai
Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek
Jakarta.
Terminanto, Ade Ananto dan Ali Rama. 2017. “Pengaruh Belanja Pemerintah dan
Pembiayaan Bank Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus
Data Panel Provinsi di Indonesia”, Iqtishadia Jurnal Kajian Ekonomi dan
Bisnis Islam Vol. 10, No. 1. Hal. 97-129.
Weston, J.F. dan T.E. Copeland. 1992. “Manajemen Keuangan”, Erlangga. Jakarta.
Whitaker, R.B. 1999. “The Early Stages of Financial Distress”, Journal of Economics
and Finance 23:123-133.
Website
http://asuransi-allianz.info/
http://repository.unair.ac.id/42856/
http://www.avrist.com/avrist-life/
http://www.bumiputera.com/
https://www.manulife-indonesia.com/
https://www.panindai-ichilife.co.id/id/home
https://www.prudential.com/
https://www.sinarmasmsiglife.co.id/
https://www.sunlife.co.id/indonesia
ix
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan
Bumi putera asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 16569.9900 1564.7100 15005.2800 28142.1300
2012 19808.1100 1744.8700 18063.2400 3433.3200
2013 16108.0100 3227.5600 12880.4500 240.3800
2014 8468.4400 3322.5700 5145.8700 696.9800
2015 7269.9400 5389.7900 1880.1500 12615.5500
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 28142.1300 76143.6100 8402.7800 555379.3900
2012 3433.3200 93571.8700 65842.8100 703243.3100
2013 240.3800 112631.6100 73722.2500 745749.6900
2014 696.9800 118189.9400 70442.3100 904910.4000
2015 12615.5500 115935.3700 61500.6000 911212.1200
Allianz asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 1995.0000 1815.0000 180.0000 6658.0000
2012 1502.0000 2766.0000 -1264.0000 4681.0000
2013 5570.0000 2260.0000 3310.0000 26304.0000
2014 8762.0000 3889.0000 4873.0000 50615.0000
2015 9479.0000 4564.0000 4915.0000 86121.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 6658.0000 37672.0000 21269.0000 149853.0000
2012 5178.0000 62002.0000 33803.0000 216225.0000
2013 38858.0000 54487.0000 34371.0000 311399.0000
2014 67378.0000 81801.0000 42284.0000 471500.0000
2015 110427.0000 80851.0000 48269.0000 658061.0000
x
Manulife asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 2360.0000 47.0000 2313.0000 7466.0000
2012 3859.0000 684.0000 3175.0000 9455.0000
2013 6541.0000 358.0000 6183.0000 26357.0000
2014 7600.0000 477.0000 7123.0000 34771.0000
2015 1310.0000 672.0000 638.0000 46046.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 7740.0000 2594.0000 2042.0000 42837.0000
2012 12440.0000 11832.0000 10303.0000 59693.0000
2013 25037.0000 27885.0000 25921.0000 101131.0000
2014 36908.0000 49151.0000 45579.0000 158410.0000
2015 48891.0000 65074.0000 61919.0000 222030.0000
Sinar Mas
Syariah asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 1697.0000 209.0000 1488.0000 10820.0000
2012 4940.0000 739.0000 4201.0000 17220.0000
2013 3101.0000 1345.0000 1756.0000 33144.0000
2014 5480.0000 1542.0000 3938.0000 33535.0000
2015 7965.0000 3390.0000 4575.0000 45098.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 10837.0000 32731.0000 21788.0000 77505.0000
2012 16949.0000 57026.0000 41412.0000 120889.0000
2013 33336.0000 81695.0000 56319.0000 180838.0000
2014 33208.0000 97944.0000 65678.0000 198898.0000
2015 45258.0000 118637.0000 64313.0000 269117.0000
xi
Avrist asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 3312.0000 0.0000 3312.0000 16975.0000
2012 3986.3600 0.0000 3986.3600 20284.9600
2013 3480.7700 0.0000 3480.7700 25230.5800
2014 4771.0000 0.0000 4771.0000 21530.0000
2015 18537.0000 0.0000 18537.0000 30148.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 17412.0000 10324.0000 2937.0000 62185.0000
2012 20787.0000 12265.7200 4109.5200 84386.0000
2013 26192.7600 10927.0200 4126.1500 110280.9100
2014 23176.6500 11993.0000 3480.0000 134196.6500
2015 31419.0000 14525.0000 4614.0000 171503.0000
Panin asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 45036.0000 0.0000 45036.0000 3402.0000
2012 26213.0000 112.0000 26101.0000 10023.0000
2013 42528.0000 125.0000 42403.0000 6797.0000
2014 43035.0000 588.0000 42447.0000 10307.0000
2015 92327.0000 305.0000 92022.0000 9935.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 3402.0000 4279.0000 3881.0000 74196.0000
2012 10023.0000 12857.0000 12218.0000 99978.0000
2013 6797.0000 35605.0000 35128.0000 131290.0000
2014 10863.0000 40528.0000 39239.0000 109303.0000
2015 10971.0000 68177.0000 66018.0000 149228.0000
xii
Prudential asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 55948.0000 10564.0000 45384.0000 492723.0000
2012 28008.0000 9051.0000 18957.0000 560835.0000
2013 201152.0000 16241.0000 184911.0000 694446.0000
2014 11575.0000 18384.0000 -6809.0000 915210.0000
2015 2519.0000 20850.0000 -18331.0000 1033318.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 694117.0000 356850.0000 299818.0000 757952.0000
2012 735939.0000 226477.0000 139642.0000 1018875.0000
2013 925567.0000 324964.0000 192314.0000 1614182.0000
2014 1167890.0000 342565.0000 179725.0000 2157850.0000
2015 1316454.0000 449685.0000 267251.0000 3021540.0000
Sun Life asset lancar kewajiban lancar working capital retained earning
2011 5805.0000 256.0000 5549.0000 -49.0000
2012 5842.0000 22.0000 5820.0000 -17557.0000
2013 7559.0000 7.0000 7552.0000 -8542.0000
2014 10140.0000 226.0000 9914.0000 -9822.0000
2015 17515.0000 338.0000 17177.0000 -16045.0000
EBIT jml total kewajiban nilai buku utang total asset
2011 -49.0000 9243.0000 8765.0000 43865.0000
2012 -17557.0000 16612.0000 15930.0000 51310.0000
2013 -8542.0000 36797.0000 35467.0000 72524.0000
2014 -9822.0000 42618.0000 36437.0000 95643.0000
2015 -16045.0000 53062.0000 45097.0000 90490.0000
xiii
Lampiran 2 Tabel X1
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 0.0270 0.0257 0.0173 0.0057 0.0021
2 Allianz 0.0012 -0.0058 0.0106 0.0103 0.0075
3 Manulife 0.0540 0.0532 0.0611 0.0450 0.0029
4 Sinar Mas 0.0192 0.0348 0.0097 0.0198 0.0170
5 Avrist 0.0533 0.0472 0.0316 0.0356 0.1081
6 Panin 0.6070 0.2611 0.3230 0.3883 0.6167
7 Prudential 0.0599 0.0186 0.1146 -0.0032 -0.0061
8 Sun Life 0.1265 0.1134 0.1041 0.1037 0.1898
Lampiran 3Tabel X2
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 0.050672 0.004882 0.000322 0.00077 0.013845
2 Allianz 0.04443 0.021649 0.08447 0.107349 0.130871
3 Manulife 0.174289 0.158394 0.260622 0.2195 0.207386
4 Sinar Mas 0.139604 0.142445 0.18328 0.168604 0.167578
5 Avrist 0.272976 0.240383 0.228785 0.160436 0.175787
6 Panin 0.045852 0.100252 0.051771 0.094298 0.066576
7 Prudential 0.650072 0.550445 0.430215 0.424131 0.341984
8 Sun Life -0.00112 -0.34218 -0.11778 -0.10269 -0.17731
Lampiran 4 Tabel X3
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 0.050672 0.004882 0.000322 0.00077 0.013845
2 Allianz 0.04443 0.023947 0.124785 0.142901 0.167807
3 Manulife 0.180685 0.2084 0.24757 0.23299 0.2202
4 Sinar Mas 0.139823 0.140203 0.184342 0.16696 0.168172
5 Avrist 0.280003 0.246332 0.237509 0.172707 0.183198
6 Panin 0.045852 0.100252 0.051771 0.099384 0.073518
7 Prudential 0.91578 0.722305 0.573397 0.541229 0.43569
8 Sun Life -0.00112 -0.34218 -0.11778 -0.10269 -0.17731
xiv
Lampiran 5 Tabel X4
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 57.033 9.259499 8.587883 11.16829 12.9312
2 Allianz 5.27439 4.562406 7.474673 9.216228 11.95819
3 Manulife 19.70764 4.645346 2.82574 2.397135 2.53486
4 Sinar Mas 2.054984 1.542138 1.760383 1.537105 2.339807
5 Avrist 17.65781 17.54956 24.07908 35.11599 34.02211
6 Panin 18.0152 7.130545 2.723895 1.752721 1.227711
7 Prudential 1.337818 5.674496 6.703714 10.10035 9.623369
8 Sun Life 3.950029 2.178154 1.007331 1.455252 0.829944
Lampiran 6 Hasil Z Score
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bumiputera 60.5676 9.939695 9.133797 11.7717 13.72947
2 Allianz 5.989403 4.983678 9.032067 11.05509 14.1594
3 Manulife 22.82961 7.143341 5.881395 5.093231 4.836277
4 Sinar Mas 3.678398 3.253744 3.748372 3.415463 4.244738
5 Avrist 21.66162 21.17593 27.83199 38.78862 38.23641
6 Panin 23.35539 10.20019 5.49546 5.363156 6.045426
7 Prudential 10.07078 12.72862 13.0461 15.60439 14.10744
8 Sun Life 4.966233 -0.38376 0.565336 1.183109 0.347097
Lampiran 7 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
wcta 40 -.00610 .61670 3.71150 .0927875 .14902938 .022
reta 40 -.34220 .65010 5.37390 .1343475 .18351357 .034
ebitta 40 -.34220 .91580 6.40160 .1600400 .22917686 .053
bvbd 40 .82990 57.03300 380.94580 9.5236450 11.47086907 131.581
financial distress 40 0 61 485 12.12 12.191 148.610
Valid N (listwise) 40