Memerlukan perubahan yang revolusioner tentang · PDF fileMemerlukan perubahan yang...
-
Upload
truongmien -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Memerlukan perubahan yang revolusioner tentang · PDF fileMemerlukan perubahan yang...
menjadi warganegara yang “demokratis”serta“bertanggungjawab”.
...pendidikan dilakukan agar “potensipeserta didikberkembang”
(1) beriman danbertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
SIKAP, PENGETAHUAN dan KETERAMPILAN
Memerlukan perubahan yang revolusioner tentang isi, proses dan penilaian
Memerlukan perubahan mindset, pengetahuan dan keterampilan guru serta kinerja guru mengimplementasikan kurikulum
Oleh sebab itu, kita sedang bicara pelatihan guru yang juga secara revolusioner mengubah perilaku membelajarkan dan menilai siswa
sesuai karakteristik kurikulum 2013 sehingga secara utuh menghasilkan lulusan yang sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional pendidikan
kemampuan dan watakserta peradaban bangsa
yang bermartabat
KERANGKA BERPIKIR PADA KURIKULUM 2013
PROSES BELAJARSKL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
MATERI AJAR
PENILAIAN
3
TUJUAN PEMB
IPK
KEBUTUHAN
Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan;1. Perkembangan psikologis anak2. Lingkup dan kedalaman materi3. Kesinambungan4. Fungsi satuan pendidikan5. Lingkungan
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) - RINGKAS
DOMAIN SD SMP SMA-SMK
SIKAP
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
PRIBADI YANG BERIMAN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI, DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL,
ALAM SEKITAR, SERTA DUNIA DAN PERADABANNYA
KETERAMPILAN
Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji + Mencipta
PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG PRODUKTIF DAN KREATIF DALAM RANAH ABSTRAK DAN KONKRET
PENGETAHUAN
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi+Mencipta
PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, BUDAYA DAN BERWAWASAN KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN, KENEGARAAN, DAN PERADABAN
4
5
Standar Kompetensi Lulusan
SIKAP
KETERAMPILAN
PENGETAHUAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap. Orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam.
Serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Memiliki Pengetahuan Prosedural dan Metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.
Terkait penyebab fenomena dan kejadian yang tampak mata yang mencakup penyebab, alternatif solusi, kendala dan solusiakhir.
DOMAIN ELEMEN SD SMP SMA-SMK
SIKAP
Proses Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
IndividuBERIMAN, BERAKHLAK MULIA (JUJUR, DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB,
PEDULI, SANTUN), RASA INGIN TAHU, ESTETIKA, PERCAYA DIRI, MOTIVASI INTERNAL
Sosial TOLERANSI, GOTONG ROYONG, KERJASAMA, DAN MUSYAWARAH
Alam POLA HIDUP SEHAT, RAMAH LINGKUNGAN, PATRIOTIK, DAN CINTA PERDAMAIAN
KETERAMPILAN
Proses Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta
Abstrak MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG, MENGGAMBAR, MENGARANG
Konkret MENGGUNAKAN, MENGURAI, MERANGKAI, MEMODIFIKASI, MEMBUAT, MENCIPTA
PENGETAHUAN
Proses Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis + Mengevaluasi
Obyek ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, DAN BUDAYA
Subyek MANUSIA, BANGSA, NEGARA, TANAH AIR, DAN DUNIA
Standar Kompetensi Lulusan
6
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN SIKAP
SD SMP SMA/SMK DIKTI-SARJANAMemiliki perilaku yang mencerminkan sikap.
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap.
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap.
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
Orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam.
Orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam.
Orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam.
Orang beriman, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, bertanggung jawab , berbudaya, danberinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam.
Di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Serta berkontribusi aktifdalam kehidupanberbangsa dan bernegaratermasuk berperan dalampergaulan dunia denganmenjunjung tinggipenegakan hukum.
7
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN PENGETAHUAN
SD SMP SMA/SMK DIKTI-SARJANAMemiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam
Memiliki pengetahuan prosedural dan metakognitif dalam
Memiliki pengetahuan prosedural dan metakognitif dalam
Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
konsep teoretis bidangpengetahuan tertentusecara umum dankhusus sertamendalam dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain
terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata
terkait penyebab fenomena dan kejadian
terkait denganfenomena dankejadian yang mencakup penyebab, alternatif solusi, kendala dan solusiakhir 8
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN KETERAMPILAN
SD SMP SMA/SMK DIKTI-SARJANAMemiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif, kreatif daninovatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Terkait dengan yang ditugaskan kepadanya.
Terkait dengan yang dipelajari di sekolah.
Terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah.
Terkait denganpengembangan dirsesuai dengan bakat, minat, dankemampuannya.
(Sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah yang ditugaskan kepadanya.)
(Sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut pandang /teori)
(Dari berbagai sumber berbeda dalam informasi dan sudut pandang/teori yang dipelajarinya di sekolah, masyarakat, dan belajar mandiri).
Serta mampumemberikan petunjukdalam memilihberbagai alternatifsolusi secara mandiridan/ atau kelompok.
9
KOMPETENSI INTI (KI)DALAM KURIKULUM 2013
1.KI SATU : SIKAP SPIRITUAL
2.KI DUA : SIKAP SOSIAL
3.KI TIGA : PENGETAHUAN
4.KI EMPAT : KETERAMPILANBerlaku semua untuk semua mata pelajaran,
jenis, satuan, dan tingkat pendidikan dasar dan sekolah menengah.
Semua KI ditulis/disalin dalam RPP
KOMPETENSI INTI
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
SIKAP KETRAMPILAN PENGETAHUAN
SIKAP SPIRITUAL SIKAP SOSIAL PENGETAHUAN KETERAMPILAN
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
SMK
KI-1 & KD KI-2 & KD KI-3 & KD KI-4 & KD
KI-1 & KD KI-2 & KD KI-3 & KD KI-4 & KD
KI-1 & KD KI-2 & KD KI-3 & KD KI-4 & KD
KI-1 & KD KI-2 & KD KI-3 & KD KI-4 & KD
KOMPETENSI INTIMAPEL DAN KD
X Y Z
SIKAP SPIRITUAL (KI-1) KD-1 KD-1 KD-1
SIKAP SOSIAL (KI-2) KD-2 KD2 KD-2
PENGETAHUAN (KI – 3) KD-3 KD-3 KD-3
KETERAMPILAN (KI – 4) KD-4 KD-4 KD-4
ORGANISASI KONTEN
PROSES BERBASIS KOMPETENSI :
13
Applying
Understanding
Knowing
Analyzing
Evaluating
Valuing
Responding
Accepting
Organizing/Internalizing
Characterizing/Actualizing
Experi-menting
Questioning
Observing
Associating
Communicating
Knowledge(Bloom)
Skill(Dyers)
Attitude(Krathwohl)
Creating
SKL KOMPETENSI INTISIKAP DAN PERILAKU: Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramahlingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkanpengetahuan faktual, konseptual,prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
1. Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingintahu, estetika, percaya diri, motivasi internal
2. Toleransi, gotong royong, kerjasama, danmusyawarah
3. Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik,dan cinta perdamaian
KETERAMPILAN: Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta1. Membaca, menulis, menghitung, menggambar,
mengarang2. Menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, membuat, mencipta
PENGETAHUAN: Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi1. Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya2. Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan
dunia
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
14
PERUBAHAN KURIKULUM 2013 WUJUD PADA:
• Konstruski yang holistik
• Didukung oleh Semua Materi atau Mapel
• Terintegrasi secara Vertikal maupun Horizontal
• Dikembangkan Berbasis Kompetensi sehingga Memenuhi Aspek Kesesuaian dan Kecukupan
• Mengakomodasi Content Lokal, Nasional dan Internasional (antara lain TIMMS, PISA, PIRLS)
• Berorientasi pada karakteristik kompetensi: • Sikap (Krathwohl) : Menerima +
Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
• Keterampilan (Dyers) : Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji + Mencipta
• Pengetahuan (Bloom & Anderson): Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi +Mencipta
• Menggunakan Pendekatan Saintifik, Karakteristik Kompetensi sesuai Jenjang (SD: Tematik Terpadu, SMP: Tematik Terpadu-IPA & IPS- dan Mapel, SMA : Tematik dan Mapel
• Mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning
• Berbasis Tes dan Non Tes (porfolio)
• Menilai Proses dan Output dengan menggunakan authentic assesment
• Rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan Kecukupan
15
ESENSI KURIKULUM 2013: ...1/4
SAAT BERTINDAK :
SIKAP
MEMANDU
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
SIKAP
MENDAHULUI PEMBENTUKAN (DIINTEGRASIKAN DALAM AKTIVITAS PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
DIBIASAKAN (DIBUDAYAKAN)DAN DIAMATI ATAU DINILAI
DITUANGKAN DALAM RPP DAN DILAKUKAN DALAM PEMBELAJARAN
PROSES PEMBENTUKAN :
BEBERAPA PRINSIP UTAMA KUR-20131. SKL diturunkan dari kebutuhan.2. Standar Isi (KD) diturunkan dari SKL melalui KI (bebas mata
pelajaran).3. Semua mapel harus berkontribusi terhadap pencapaian
kompetensi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan siap).
4. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
5. Semua mata elajaran diikat oleh kompetensi inti.6. Keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses
pembelajaran, dan penilaian.
Oleh karena itu, untuk merancang RPP dengan baik, maka SKL, KI, dan KD perlu dianalisis dan diselaraskan dengan isi/materi, proses pembelajaran (pendekatan/ model/strategi/metode), IPK, tujuan pembelajaran, dan penilaian atau asesmen.
Kurikulum yang dapat
menghasilkan insan indonesia
yang:Produktif,
Kreatif, Inovatif, Afektif
melalui penguatan Sikap,
Keterampilan, dan Pengetahuan
yang terintegrasi
Tema Kurikulum 2013
Produktif
KreatifInovatifAfektif
ANALISIS KI/KD dan PERANCANGAN RPP
19
Dalam proses perancangan dan pembelajaran alur yang digunakan adalah: bermula di KD pada KI-3 KD pada KI 4 dan selanjutnya berdampak pada terbentuknya KD pada KI-2 dan KI-1
Setelah KI-3 dan KI-4 tuntas dianalisis, lalu diturunkan materi yang relevan dan rancangan skenario pembelajaran termasuk penugasan dan penilaian.
Berdasarkan aktivitas belajar dan penugasan tersebut dirancang indikator KD pada KI-1 dan KI-2 secara terintegrasi. Rumusan indikator dari KD pada KI-1 dan KI-2 tidak harus dimuat/ditulis dalam RPP, namun diintegrasian dan terbentuk dalam proses memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
STRATEGI ANALISIS SKL, KI, DAN KD Mencermati SKL, KI, dan KD yang ada/tertulis di Buku Guru
apakah sesuai dan konsisten dengan regulasi Kur-2013 atau tidak?
Mencermati apakah rumusan IPK benar, diturunkan dari KD dan mencerminkan pencapaian kompetensi peserta didik?
Mencermati apakah rumusan tujuan pembelajaran benar, diturunkan dari IPK dan mencerminkan pencapaian komptensi peserta didik?
Mencermati apakah kesesuaian, cakupan, dan keakuratan materi pembelajaran terpenuhi dan mencerminkan pencapaian komptensi peserta didik?
Mencermati apakah kegiatan pembelajaran sesuasi dengan tujuan pembelajaran dan mencerminkan pencapaian komptensi peserta didik?
STRATEGI ANALISIS SKL, KI, DAN KD Mencermati apakah rancangan pembelajaran
menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang disarankan dalam regulasi Kur-2013 atau tidak?
Mencermati apakah alat, media dan sumber belajar yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa, materi dan dapat mendukung pencapaian kompetensi peserta didik atau tidak?
Mencermati apakah penilaian yang digunakan mengacu pada sistem penilain yang disarankan dalam Kur-2013 atau tidak?
Mencermati apakah penilaian yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan mencerminkan aspek kompetensi yang dicapai atau tidak?
Analisis SKL, KI, KD, IPK, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Alat, Media dan Sumber Belajar, Kegiatan Pembelajaran, dan Sistem Penilaian dalam Buku Guru dan Buku Siswa dapat menggunakan format-format yang tersedia sebagai perangkat analisis Kur-2013
Oleh:LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO
Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
26
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
27
Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik (Lanjutan)
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
28
Sikap(Tahu Mengapa)
Keterampilan(Tahu Bagaimana)
Pengetahuan(Tahu Apa)
ProduktifInovatifKreatifAfektif
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, danketerampilan.
29
Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik (Lanjtan)
30
1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;3. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;4. pembelajaran berbasis kompetensi;5. pembelajaran terpadu;6. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen
yang memiliki kebenaran multi dimensi;7. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;
PRINSIP-PRINSIP KEGIATAN PEMBELAJARAN
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
13. pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik; dan
14. suasana belajar menyenangkan dan menantang.
3
PRINSIP-PRINSIP KEGIATAN PEMBELAJARAN (Lanjutan)
32
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajarandengan langkah utama yang terdiri atas kegiatan mengamati(untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), menanyaatau merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis),mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagaiteknik, mengasosiasi/menganalisis/mengolah data (informasi)dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yangterdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan,keterampilan dan sikap.
Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatanmencipta.
33
Observing(mengamati)
Questioning(menanya)
Experimen-ting
(mengumpulkan
informasi)
Associating(menalar)
Networking(membentuk Jejaring)
Pendekatan Saintifik/Ilmiah dalam Pembelajaran
LANGKAH PEMBELAJARANLANGKAH
PEMBELAJARANKEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
MENGAMATI MEMBACA, MENDENGAR, MENYIMAK, MELIHAT (TANPA ATAU DENGAN ALAT)
MELATIH KESUNGGUHAN, KESABARAN, KETELITIAN DAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN INFORMASI YANG UMUM DAN KHUSUS, KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS, KRITIS, DEDUKTIF, DAN KOMPREHENSIF
MENANYA MENGAJUKAN PERTANYAAN TENTANG INFORMASI YANG TIDAK DIPAHAMI DARI APA YANG DIAMATI ATAU PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI TAMBAHAN TENTANG APA YANG DIAMATI(DIMULAI DARI PERTANYAAN FAKTUAL SAMPAI KE PERTANYAAN
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS, RASA INGIN TAHU, KEMAMPUAN MERUMUSKAN PERTANYAAN UNTUK MEMBENTUK CRITICAL MINDS YANG PERLU UNTUK HIDUP CERDAS DAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN
MENGUMPULKAN INFORMASI/EKSPERIMEN
MELAKUKAN EKSPERIMEN-MEMBACA SUMBER LAIN SELAIN BUKU TEKS-MENGAMATI OBJEK/KEJADIAN/AKTIVITAS-WAWANCARA DENGAN NARA SUMBER
MENGEMBANGKAN SIKAP TELITI, JUJUR,SOPAN, MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN, KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI, MENERAPKAN KEMAMPUAN MENGUMPULKAN INFORMASI MELALUI BERBAGAI CARA YANG DIPELAJARI, MENGEMBANGKAN KEBIASAAN BELAJAR DAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT.
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN
MENGASOSIASI -MENGOLAH INFORMASI YAG SUDAH DIKUMPULKAN BAIK TERBATAS DARI HASIL KEGIATAN MENGUMPULKAN/EKSPERIMEN MAU PUN HASIL DARI KEGIATAN MENGAMATI DAN KEGIATAN MENGUMPULKAN INFORMASI. -PENGOLAHAN INFORMASI YANG DIKUMPULKAN DARI YANG BERSIFAT MENAMBAH KELUASAN DAN KEDALAMAN SAMPAI KEPADA PENGOLAHAN INFORMASI YANG BERSIFAT MENCARI SOLUSI DARI BERBAGAI SUMBER YANG MEMILIKI PENDAPAT YANG BERBEDA SAMPAI KEPADA YANG BERTENTANGAN
MENGEMBANGKAN SIKAP JUJUR, TELITI, DISIPLIN, TAAT ATURAN, KERJA KERAS, KEMAMPUAN BERPIKIR KORELATIF DANASOSIASI, KEMAMPUAN MENERAPKAN PROSEDUR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF SERTA DEDUKTIF DALAM MENYIMPULKAN .
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN
MENGOMUNIKASIKAN MENYAMPAIKAN HASIL PENGAMATAN, KESIMPULAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS SECARA LISAN, TERTULIS, ATAU MEDIA LAINNYA
MENGEMBANGKAN SIKAP JUJUR, TELITI, TOLERANSI, KEMAMPUAN BERPIKIR SISTEMATIS, MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN SINGKAT DAN JELAS, DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA YANG BAIK DAN BENAR.
Dapat dilanjutkan dengan Mencipta:Peserta didik menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Bertindak sebagai fasilitator.2. Mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar.3. Memberi umpan balik.4. Memberikan penjelasan.5. Memberi konfirmasi6. ...
GURU TIDAK SEKEDAR MEMBIARKAN PESERTA DIDIK MEMPEROLEH/
MENGKONSTRUK PENGETAHUAN SENDIRI.
GURU MEMBERI SETIAP BANTUAN YANG DIPERLUKAN OLEH PESERTA DIDIK.
38
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Tahap mengamati: Membantu peserta didik menemukan/mendaftar/menginventarisasi apa saja yang ingin/perludiketahui sehingga dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
2. Tahap Menanya: Membantu peseserta didik merumuskanpertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingindiketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
3. Tahap Mencoba/mengumpulkan data (informasi):Membantu peserta didik merencanakan dan memperolehdata/informasi untuk menjawab pertanyaan yang telahdirumuskan.
4. Tahap Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah data(informasi): Membantu peserta didik mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan.
39
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
5. Tahap Mengkomunikasikan: Manager, pemberi umpan balik, pemberi penguatan, pemberi penjelasan/ informasi lebih luas.
6. Tahap Mencipta: memberi contoh/gagasan, menyediakan pilihan, memberi dorongan, memberi penghargaan, sebagai anggota yang terlibat langsung.
40
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK1. Bertindak sebagai fasilitator.2. Mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar.3. Memberi umpan balik.4. Memberikan penjelasan.5. Memberi konfirmasi6. ...
GURU TIDAK SEKEDAR MEMBIARKAN PESERTA DIDIK MEMPEROLEH/MENGKONSTRUK
PENGETAHUAN SENDIRI.
GURU MEMBERI SETIAP BANTUAN YANG DIPERLUKAN OLEH PESERTA DIDIK.
4
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK1. Tahap mengamati: Membantu peserta didik
menemukan/mendaftar/menginventarisasi apa saja yangingin/perlu diketahui sehingga dapatmelakukan/menciptakan sesuatu.
2. Tahap Menanya: Membantu peseserta didikmerumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yangperlu/ingin diketahui agar dapatmelakukan/menciptakan sesuatu.
3. Tahap Mencoba/mengumpulkan data (informasi):Membantu peserta didik merencanakan danmemperoleh data/informasi untuk menjawab pertanyaanyang telah dirumuskan.
4. Tahap Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah data(informasi): Membantu peserta didikmengolah/menganalisis data/informasi dan menarikkesimpulan.
4
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
5. Tahap Mengkomunikasikan: Manager, pemberi umpan balik, pemberi penguatan, pemberi penjelasan/ informasi lebih luas. 6. Tahap Mencipta: memberi contoh/gagasan, menyediakan pilihan, memberi dorongan, memberi penghargaan, sebagai anggota yang terlibat langsung.
4
Oleh:LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO
A. Pengertian Penilain Autentik1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
3. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
46
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
47
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013(lanjutan)5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
48
9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
49
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013(Lanjutan)
13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
16. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. 50
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013(Lanjutan)
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula.
2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
51
4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
52
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
53
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta
didik serta desain pembelajaran.2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan caramengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadaibagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, danmengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapatdiperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar temboksekolah.
54
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik
D. Jenis-jenis Penilaian Autentik
1. Penilaian Kinerja2.Penilaian Proyek3.Penilaian Portofolio4.Penilaian Tertulis
55
1. Penilaian KinerjaPenilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja.1. Daftar cek (checklist). 2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).3. Skala penilaian (rating scale). 4. Memori atau ingatan (memory approach).
56
2. Penilaian ProyekPenilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaianterhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurutperiode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasiyang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulandata, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek.1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
57
3. PortofolioPenilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
58
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat. 3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
59
3. Portofolio (lanjutan)
4. Penilaian TertulisTes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik.
60
LANGKAH PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK
ANALISIS KI, KD, IPK, TP, DAN MATERI
PENENTUAN TUGAS AUTENTIK
PENENTUAN KRITERIA
PEMBUATAN RUBRIK
Oleh:LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Definisi/Konsep
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Definisi/Konsep
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri; Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang; Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya; Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar; Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkanmengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Kelemahan Pembelajaran Penemuan
LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL DISCOVERY LEARNING
FASE 1: PEMBERIAN
RANGSANGAN (SIMULATION)
FASE 2: IDENTIFIKASI MASALAH (PROBLEM
STATEMENT)
FASE 3: PENGUMPULAN DATA (DATA
COLLECTION)
FASE 4: PENGOLAHAN DATA (DATA
PROCESSING)
FASE 5: PEMBUKTIAN (VERIFICATION)
FASE 6: MENARIK KESIMPULAN
(GENERALIZATION)
Fase 1: Pemberian Rangsangan (Stimulation)a. Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
b. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
c. Stimulasi pada fase ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Langkah-Langkah Operasional
Fase 2: Identifikasi Masalah (Problem Identification)
a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untukmengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalambentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaanmasalah).
a. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Lanjutan
Fase 3: Pengumpulan Data (Data Collection)
a. Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberikesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkaninformasi yang relevan sebanyak-banyaknya untukmembuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
a. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaanatau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengandemikian peserta didik diberi kesempatan untukmengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji cobasendiri dan sebagainya.
lanjutan
Fase 4: Pengolahan Data (Data Processing)
a. Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi baik melalui wawancara, observasi, dansebagainya, lalu ditafsirkan.
a. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitungdengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkatkepercayaan tertentu
lanjutan
Fase 5: Pembuktian (Verification)
a. Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermatuntuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkandengan hasil pengolahan data.
a. Verifikasi menurut Bruner, bertujuan agar proses belajarakan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untukmenemukan suatu konsep, teori, aturan ataupemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpaidalam kehidupannya.
lanjutan
Fase 6: Menarik Kesimpulan (Generalization)
a. Menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuahkesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum danberlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
a. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
lanjutan
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
SISTEM PENILAIAN
Oleh:LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)
81
KELEBIHAN PBL
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
82
KELEBIHAN PBL
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapesertadidik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilansecara simultan dan mengaplikasikannya dalamkonteks yang relevan
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikirkritis, menumbuhkan inisiatif pesertadidik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasiinternal untuk belajar, dan dapat mengembangkanhubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
83
Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic Concept)Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran
84
dalam Proses Pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
85
. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
86
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
87
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
88
Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
89
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
90
Contoh Penerapan
91
Tahapan-Tahapan Model PBLFASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah
• Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan
• Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja
SISTEM PENILAIAN Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill,yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
92
SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya
93
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Definisi/Konsep
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks. Meningkatkan kolaborasi. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. Membutuhkan biaya yang cukup banyak Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam
kerja kelompok. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-Langkah Operasional
1 PENENTUAN PERTANYAAN MENDASAR
2
MENYUSUN PERECANAAN
PROYEK
3
MENYUSUN JADUAL
4
MONITORING5
MENGUJI HASIL
6
EVALUASI PENGALAMAN
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
SISTEM PENILAIAN
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
RelevansiKesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
KeaslianProyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
SISTEM PENILAIAN
Oleh:LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Definisi/Konsep
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didikdalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks. Meningkatkan kolaborasi. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. Membutuhkan biaya yang cukup banyak Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam
kerja kelompok. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-Langkah Operasional
1 PENENTUAN PERTANYAAN MENDASAR
2
MENYUSUN PERECANAAN
PROYEK
3
MENYUSUN JADUAL
4
MONITORING5
MENGUJI HASIL
6
EVALUASI PENGALAMAN
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
SISTEM PENILAIAN
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
RelevansiKesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
KeaslianProyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
SISTEM PENILAIAN
112
E = mc2