MEMBANGUN KARAKTER POSITIF PADA ANAK USIA...
Transcript of MEMBANGUN KARAKTER POSITIF PADA ANAK USIA...
MEMBANGUN KARAKTER POSITIF PADA ANAK USIA DINI
MELALUI DONGENG
Makalah ini diajukan untuk mengikuti lomba simposium guru
tingkat nasional
Tahun 2016
Oleh:
Siti Juwariyah, S.Pd
TK Setia Budi
Kabupaten Kendal – Jawa Tengah
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KENDAL
2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan membuat makalah ini.
Makalah sederhana ini kami buat sebagai bahan persyaratan
mengikuti kegiatan Simposium Tingkat Nasional Tahun 2016. Materi yang
kami tulis merupakan bahan yang kami sajikan pada pertemuan rutin KKG
PAUD Gugus Sembodro Kecamatan Kaliwungu Selatan dalam upaya
membangun karakter positif anak dengan memberdayakan kemampuan
guru PAUD mengembangkan karya inovatif.
Pada kesempatan ini, ijin kami untuk menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Harimurti, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan
Kaliwungu Selatan yang senantiasa memberi dorongan dan
dukungan.
2. Bapak Su’udi, S.Pd. M.Pd, Pengawas TK/SD Kecamatan Kaliwungu
Selatan yang senantiasa memberikan pembinaan kepada kami.
3. Ibu Dwi Asrini, S.Pd, Ketua Gugus Sembodro yang telah memberikan
waktu dan tempat.
4. Teman-teman guru TK Setia Budi yang selalu memberikan motivasi.
Kami menyadari dalam membuat makalah ini masih jauh dari
sempurna disebabkan keterbatasan kemampuan kami. Untuk itu saran
dan kritik kami harapkan dari pembaca sekalian guna perbaikan di masa
mendatang.
Horat kami
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ........................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ......................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................... 5
A. Pendidikan Karakter ..................................................... 5
B. Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini .................. 6
C. Dongeng ...................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN .................................................................. 10
A. Upaya Membentuk Karakter Positif .............................. 10
B. Mengapa Harus Dengan Dongeng .............................. 11
C. Dongeng Yang Sesuai Dengan Pembentukan Karakter
Positif ........................................................................... 12
BAB IV PENUTUP .......................................................................... 14
A. Simpulan ...................................................................... 14
B. Harapan ....................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. DATA DIRI PESERTA LOMBA
2. CERITA/ DONGENG HASIL KARYA GURU
3. DOKUMENTASI KEGIATAN MENDONGENG DI SEKOLAH
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (early child educatioan/PAUD) adalah
masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini sangat
penting dilaksanakan pendidikan secara bersama sebagai dasar
pembentukan kepribadian manusia dewasa secara utuh, mulai dari
pembentukan karakter, tauladan berbuat baik, penanaman budi
pekerti luhur, kecerdasan, keterampilan dan pengenalan terhadap
Tuhan pencipta alam semesta. Pendidikan anak usia dini tidak hanya
pada penguasaan calistung saja, tetapi harus lebih tinggi dari itu
dengan mengembangkan semangat sebagai penemu cilik,
mengembangkan kreativitas, memiliki percaya diri, kemampuan
berinteraksi, dan mengaplikasikan pemahaman tentang nilai-nilai
kebaikan.
Ranah pengembangan PAUD yang tertuang pada bidang
pengembangan pembiasaan dan kemampuan dasar dapat tercapai
dengan baik jika ada kerjasama dari orang dewasa sebagai model
yang dapat dilihat anak secara langsung. Salah satunya dengan
adanya keterlibatan orang tua dalam membuat pola pendidikan yang
selaras antara lingkungan rumah dengan lingkungan sekolah.
Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara (2012:10),
mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama dan utama. Frobel dalam Latiana (2012:9) memandang
anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang
buruk timbul, sifat yang buruk karena kurangnya pendidikan atau
pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap
perkembangan yang dialami oleh anak dipandang sebagai satu
kesatuan yang utuh. Jan Lighthart dalam Latiana (2012:29)
menggariskan tujuan pendidikan pada upaya menghasilkan manusia
2
(anak) yang memiliki budi pekerti yang luhur, bukan hanya cerdas dan
terdidik otaknya saja, maka mengisi dan membina “kata hati” anak
menjadi sesuatu yang sangat penting.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberian pendidikan anak usia dini menjadi tanggungjawab bersama
(guru, orang tua, masyarakat) untuk membentuk pribadi yang unggul
dan mandiri di masyarakat.
Sejalan perkembangan usia anak, secara realita pendidikan
anak usia dini berada di bawah bimbingan guru PAUD dalam
lembaga pendidikan formal ataupun non formal merupakan awal
latihan menuju konsep mandiri. Momen ini menjadi langkah positif
orang tua dalam memaksimalkan peranannya ketika mengasuh anak.
Hubungan Orang tua dan guru saling bersinergi saling mengisi pola
pendidikan yang baik jika terdapat kekurangan yang ada. Adanya
kerjasama orang tua dan lembaga pendidikan dalam pengelolaan
pendidikan anak usia dini mempunyai andil dalam menanamkan
karakter positif anak dan peran aktif orang tua dalam pengelolaan
pendidikan anak mereka.
Mendengarkan dongeng adalah salah satu kegiatan
pembelajaran menyenangkan bagi anak. Mereka antusias duduk
mendekati ibu guru bahkan berebut menempati urutan terdepan agar
tidak terhalangi cerita yang akan didengarnya. Suasana kelas seperti
itu menjadi gambaran sederhana, menariknya sebuah dongeng untuk
anak. Dongeng yang disampaikan guru dalam kondisi dan suasana
yang tepat, mampu membawa imajinasi anak menilai sikap, bahkan
mengembangkan karakter tokoh yang ada pada dongeng. Munculnya
sebuah idola dalam setiap dongeng yang dibacakan secara berulang-
ulang, akan memperkaya wawasan anak dan pesan moral dalam
dongeng secara tidak langsung baik dari tokoh yang baik, tokoh yang
jelak, sikap jujur, berbakti, menyayangi, jiwa penolong memberikan
3
motivasi yang luar biasa untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan mendongeng atau storytelling juga mampu
menstimulasi anak mengembangkan kemampuan bahasanya melalui
gambar tokoh, ekspresi pendongeng dan barisan tulisan yang
ditampilkan. Dyer (2004:2) mengungkapkan bahasa merupakan suatu
sistem simbolis yang digunakan untuk mewakili pikiran seseorang
yang mengacu pada kosa kata, tata bahasa, kondisi sosial yang
mengatur cara berkomunikasi melalui berbagai sarana seperti bicara,
memberikan isyarat tubuh dan menulis. Oleh karena itu dengan
dongeng atau cerita secara tidak langsung anak dapat belajar
berbicar, mengungkapkan perasaannya baik secara verbal maupun
non verbal.
Meskipun kehebatan dongeng bagi pendidikan karakter anak
usia dini sudah sering disampaikan oleh pakar-pakar pendidikan anak
pada acara seminar, workshop, kegiatan gugus dan penampilan
lomba guru maupun anak, tetapi kegiatan mendongeng secara total
masih belum menjadi kegiatan menarik bagi guru. Hal ini dikarenakan
antara lain guru merasa kurang percaya diri jika harus menyampaikan
cerita dengan lisan, tidak seringnya guru membaca buku-buku cerita,
kurangnya referensi buku-buku cerita dan belum diajaknya orang tua
untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan mendongeng.
Atas dasar pengalaman di atas penulis tertarik untuk
mengambil tema tentang membentuk karakter positif melalui dongeng
pada anak usia dini
B. Rumusan Masalah
Dari paparan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membangun karakter positif pada anak usia dini?
2. Mengapa harus dengan dongeng?
4
3. Bagaimana mencari dongeng yang sesuai untuk pembentukan
karakter positif anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pentingnya pendidikan karakter
2. Memahami pesan moral dalam dongeng
3. Mengetahui bentuk dongeng yang tepat bagi pembentukan
karakter
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta (2003)
menjelaskan karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan lainnya. Lebih lanjut
disampaikan pendidikan karakter pada anak usia dini memiliki makna
lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan
dengan benar atau salah, akan tetapi bagaimana menanamkan
kebiasaan tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan,
sehingga anak mempunyai kesadaran dan pemahaman yang tinggi
serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dalam bukunya Etika dan Karakter Pendidik PAUD (2012:25) karakter
didefinisikan sebagai bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, temperaman, watak, yang mengacu pada
serangkaian sikap (attitude), motivasi (motivasion) dan keterampilan
(skills).
Abdullah (2015:122) mengungkapkan dalam buku terbitan
Association of Character Cities (2006) karakter adalah motivasi
batiniah untuk melakukan yang benar berapa pun “harga” yang harus
dibayar. Pengertian ini, karakter dikaitkan dengan perbuatan yang
mengandung nilai-nilai, moral, atau etika dalam kehidupan seperti
kejujuran, kesabaran, kesetiaan, kedisiplinan dan lain sebagainya.
Dari beberapa pengertian itu disimpulkan pendidikan karakter
perlu ditanamkan sedini mungkin, sebagai bekal anak berinteraksi dan
berkomunikasi dengan masyarakat yang beragam. Oleh karena itu
peran guru sebagai model yang sangat dekat dengan anak menjadi
sangat penting melalui kegiatan pembiasaan di sekolah.
6
B. Mengembangan Karakter Anak Usia Dini
Anak usia dini mempunyai daya ingat yang kuat dalam
menghafal. Dengan kemampuannya itu, anak terlihat sering
menghafal kata-kata yang ia sendiri tidak memahaminya, misal
menghafal lagu, tepuk, bahkan menirukan ucapan orang dewasa yang
didengarnya yang membuat terkejut orang yang mendengarnya.
Untuk itu potensi menghafal anak perlu diarahkan sebaik-baiknya oleh
guru dengan memperhatikan teknik hafalan yang mudah dan menarik
bagi anak.
Aktivitas mengembangkan karakter anak usia dini adalah
dengan mengajak mereka untuk mengeksplorasi nilai dalam kaitannya
dalam mengembangkan keterampilan yang terkait dengan nilai,
misalnya bermain boneka tangan untuk memperagakan tokoh yang
disukainya. Sedangkan untuk mengembangkan sosial emosional
ditekankan pada penyelesaian konflik melalui berbagai permainan dan
kerjasama. (Mulyasa; 2010: 78)
Dalam mengembangkan pendidikan karakter anak usia dini
akan berjalan efektif dan berdampak pada perubahan perilaku anak,
jika keteladanan melalui pembiasaan didukung oleh semuanya yaitu,
guru, orang tua dengan menciptakan lingkungan yang kondusif.
Mulyasa (2010: 88) mengemukakan bahwa lingkungan kondusif
dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai
berikut:
1. Memberikan pilihan inividual bagi setiap anak dalam belajar dan
bermain. Hal ini akan membangkitkan semangat belajar yang
tinggi.
2. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman
dan aman bagi perkembangan potensi seluruh anak usia dini
secara optimal.
7
3. Menciptakan kerjasama saling menghargai di antara anak-anak
dan juga antara anak-anak dengan guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
4. Melibatkan anak secara optimal dalam setiap kegiatan, baik di
kelas maupun di luar kelas untuk melatih rasa tanggung jawab.
5. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap
anak untuk berkreasi dan berimprovisasi.
6. Mengembangkan kegiatan bermain dan belajar sebagai tanggung
jawab bersama.
7. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang
menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation). Hal ini
membantu peserta didik dalam menilai kemajuan mereka dalam
kegiatan belajar dan bermain yang dilakuknnya.
C. Dongeng
Dalam kamus besar Bahasa Inonesia (2007:274) pengertian
dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama
kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh. Dongeng merupakan cerita
tradisional yang menggambarkan adat istiadat, kepercayaan,
kebudayaan suatu daerah. Menurut Nurgiantoro (2005: 198) dongeng
adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal
sering tidak masuk akal. termasuk cerita rakyat dan merupakan
bagian tradisi lisan.
Menurut Brunvard, Carvalho, dan Neto dalam (Danadjaja 2007
: 3-5) dongeng mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu
disebarkan dari mulut ke mulut, melalui kata-kata dan dari
generasi ke generasi berikutnya.
2. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup
lama
8
3. Ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara
penyebaran dari mulut ke mulut ( lisan)
4. Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui
lagi
5. Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata
klise, kata-kata pembukaan dan penutup baku
6. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu
kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan
proyeksi keinginan yang terpendam
7. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai
dengan logika umum
8. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan
penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga
setiap anggota kolektif merasa memilikinya.
9. Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar,
terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga
merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur
manifestasinya (teori dongeng.com)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan dongeng
merupakan cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi, kejadian masa
lampau secara turun temurun dan disebarkan melalui lisan sehingga
menjadi kekayaan legenda sgenuatu daerah.
Al-Qudsy (2010:115) mengemukakan dari segi sumbernya
dongeng dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Dongeng tradisional, yaitu dongeng yang berasal dari cerita
rakyat.
2. Dongeng futuristik atau modern, yaitu dongeng yang berasal dari
imajinasi tentang kondisi masa depan yang dapat menembus
ruang dan waktu.
3. Dongeng pendidikan, yaitu dongeng yang sengaja dibuat untuk
memperbaiki perilaku seseorang.
9
4. Dongeng fabel, yaitu dongeng yang bersumber dari binatang-
binatang yang dapat berbicara an bertingkah seperti manusia.
5. Dongeng sejarah, yaitu dongeng tentang sejarah tokoh atau
kejadian.
6. Dongeng terapi, yaitu dongeng yang digunakan untuk terapi orang
yang trauma atas suatu kejadian.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Upaya Membentuk Karakter Positif
Upaya guru membentuk karakter positif peserta didik melalui
pengelolaan pembelajaran di sekolah, diperlukan keterlibatan orang
tua dalam memantau perkembangan perubahan perilaku.
Pembiasaan keteladanan bersikap dan berinteraksi yang dapat dilihat
secara lansung oleh anak memotivasi mereka untuk meniru
melakukannya. Dari kebiasaan meniru anak akan mulai memahami
manfaat dari sikap yang dimunculkannya. Ketika guru bersama orang
tua senang memberikan reward melalui kata-kata pujian, senyuman,
acungan jempol saat anak melakukan kebajikan menambah
pengetahuan mereka tentang sikap yang diterima oleh semuanya.
Mulyasa (2012: 69) keberhasilan pendidikan karakter bagi anak
usia dini sangat tergantung pada ada tidaknya kesadaran,
pemahaman, kepedulian dan komitmen berbagai pihak terhadap
pendidikan. Kilpatrick mengemukakan” bahwa salah satu penyebab
ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki
pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan
karena tidak terlatih untuk melakukannya. Oleh karena itu pendidikan
karakter bagi anak usia dini sebaiknya direalisasikan melalui berbagai
tindakan nyata dalam pembelajaran, jangan terlalu teoretis dan jangan
membatasi aktivitas pembelajaran apalagi hanya di dalam kelas.
Dongeng dapat digunakan sebagai media untuk mendidik serta
membentuk karakter positif pada anak oleh orang tua maupun guru.
Dalam dongeng ditanamkan nilai-nilai yang baik bagi anak melalui
penghayatan terhadap maksud dari dongeng. (teori dongeng pdf).
Oleh karena itu dengan pengertian dongeng itu sendiri, melatih
kognisi, afektif secara imajinatif.
11
El-Khuluqo (2015: 119) sikap yang dibutuhkan dalam mendidik
anak usia dini sebagai penunjang membangun karakter positif adalah:
1. Siapkan menu untuk anak usia dini.
2. Hargailah anak usia dini
3. Tersenyum pada anak didik
4. Mencuri perhatian anak didik
5. Bersahabat dengan anak didik
6. Menjadi tauladan yang baik
7. Berkomunikasi dengan anak didik
B. Mengapa Harus Dengan Dongeng
Bermacam metode pembelajaran digunakan guru untuk
menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik sebagai
dasar menyiapkan kelanjutan pendidikan selanjutnya. Membacakan
dongeng merupakan salah satu bentuk cerita yang digunakan untuk
menanamkan sikap positif sekaligus merangsang kemampuan
berbahasa. Smilansky dalam Beaty (1994) (Mulyasa, 2010;117) ada
tiga fungsi utama kegiatan mendongeng untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa yaitu: (1) meniru ucapan orang dewasa; (2)
membayangkan situasi; (3) mengatur permainan.
Asfandiar ( 2007) mengungkapkan tanpa disadari orang tua
(khususnya ibu) yang sering membacakan cerita kepada anak-
anaknya sejak kecil ternyata mampu menciptakan anak-anak yang
mencintai buku dan gemar membaca ketika mereka sudah besar
Menurut Thurstone dalam Hamalik (2004:214) “sikap
merupakan tingkat afektif yang positif atau negatif yang dihubungkan
objek psikologis yang diartikan simbol, kalimat, slogan, orang, institusi
serta ide yang ditujukan agar orang dapat membedakan pengaruh
yang positif dan negatif.” Hal ini jika dikaitkan dengan pesan moral
yang ada dalam dongeng memiliki pengaruh yang besar bagi
pertumbuhan mental anak usia dini. Dalam kemasan metode dongeng
12
guru bisa memberikan contoh perbedaan perilaku baik atau buruk,
bentuk keteladanan dan sikap pantang menyerah melalui sosok tokoh
cerita.
Kekuatan dan manfaat dongeng untuk pertumbuhan mental
anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Dongeng dapat mengasah daya pikir dan imajinasi. Anak dapat
membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia
dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi
yang muncul dari dongeng tersebut.
2. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk
menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk
menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah
hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai
kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan
menggosok gigi.
3. Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat
baca anak. berawal dari menyukai buku-buku dongeng yang
menarik, ada keinginan membaca buku-buku lainnya seperti buku
pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya
C. Dongeng Yang Sesuai Dengan Pembentukan Karakter Positif
Sebelum guru menceritakan dongeng kepada peserta didik
hendaknya membaca keseluruhan dan memahami kesesuaian pesan
moral dalam moral dengan perkembangan usia mereka. Sebab tidak
semua dongeng dapat diceritakan dapat dimengerti oleh daya pikrnya
seperti dongeng percintaan Sangkuriang, Roro Mendut, sifat licik
Kancil Mencuri Timun serta dongeng-dongeng sejenisnya.
Pendapat Al-Qudsy (2010: 113) macam-macam dongeng
yang sesuai dibcakan untuk anak adalah:
1. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat.
2. Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang.
13
3. Dongeng yang berkaitan dengan pelipur lara
4. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang.
5. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.
Dengan banyaknya macam dongeng yang ada dapat
disimpulkan pesan moral atau nilai dalam suatu dongeng yang dapat
mengarahkan sikap anak sebagai pembentuk karakter positif antara
lain; (1) nilai tentang persahabatan; (2) pesan jangan berbuat jahat;
(3) nilai akibat durhaka kepada orang tua; (4) nilai kepahlawanan dan
perjuangan. Setelah mengetahui kekuatan dongeng bagi pendidikan
anak usia dini, kita sebagai guru dan orang tua sebaiknya juga
menyiapkan diri menjadi seorang pendongeng yang disukai anak. Ada
beberapa tip dari Al-Qudsy (2010:109) tentang cara mendongeng
yang baik, antara lain:
1. Seorang pendongeng harus dapat berekspresi dan energik
dengan perubahan intonasi, mimik, wajah, dan gerakan tubuh.
2. Banyak membaca cerita-cerita rakyat atau literatur lainnya agar
anak tidak bosan dengan cerita yang sering didengarnya.
3. Memilih cerita yang mempunyai pesan positif, artinya pesan moral
atau budaya dari cerita yang disampaikan dapat ditiru anak.
4. Sesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. untuk usia di
bawah 5 tahun cerita yang cocok adalah tentang lingkungan
seperti hewan atau tumbuhan. Usia 5-7 tahun dengan cerita
rakyat, usia 9-12 dengan cerita fiksi dan usia 12 tahun ke atas
dengan cerita tokoh sebagai teladan mereka.
5. Siapkan dan kuasai materi cerita agar tidak nampak kesalahan
dalam mendongeng.
6. Gunakan alat peraga untuk memperjelas karakter tokoh.
7. Mengubah mimik muka dan intonasi suara.
8. Libatkan anak dalam dongeng yang kita bacakan.
9. Bila perlu gunakan dengan gerakan tubuh.
10. Memilih waktu yang tepat untuk mendongeng.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan tentang pembentukan karakter positif dengan
dongeng dapat disimpulkan:
1. Mendongeng merupakan salah satu metode yang efektif dalam
membentuk karakter positif anak usia dini. Cerita yang menarik,
pendongeng yang ekpresif akan memudahkan penyampaian
pesan moral yang diinginkannya.
2. Keberhasilan pembentukan karakter positif perlu keteladanan,
pembiasaan dan kerjasama semua pihak agar anak mampu
menjadikan karakter itu sebagi sikap hidup di masa mendatang.
B. Harapan
Dari kegiatan mendongeng, hasil yang diharapkan :
1. Memanfaatkan sebagian waktu untuk membaca literasi buku-buku
dongeng agar wawasan pengetahuan kita bertambah dan percaya
diri jika tampil mendongeng.
2. Pesan moral dalam dongeng dapat diaplikasikan dengan kegiatan
bermain lainnya untuk memberikan pemahaman bersikap.
3. Guru atau orang tua mampu membuat buku cerita atau dongeng
yang sederhana sendiri untuk memperbanyak koleksi buku
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.2015. Etika Pendidikan. Keluarga, Sekolah, Masyarakat. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Asfandiyar, Andi Yudha. 2007. Cara Pintar Mendongeng. Mizan. Jakarta Ihsana El-Khuluqo. 2015. Manajemen PAUD. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Laura Dyer. 2004. Meningkatkan kemampuan Bicara Anak. PT Buana
Ilmu Populer. Jakarta Muhaimin Al–Qudsi. 2010. Mendidik Anak Lewat Dongeng. Bintang
Pustaka Abadi. Yogyakarta Mulyasa. 2010. Manajemen PAUD. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. GMUP. Yogyakarta Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka . Jakarta Tim Penyusun Bahan Ajar PLPG PAUD FIP UNNES. 2012.Modul Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Semarang. Semarang Tim Penulis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. 2012. Etika dan Karakter Pendidik PAUD. Direktorat Pembinaan Jakarta
Oemar Hamaliki.2004. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo.
Bandung http://etheses.uin-malang.ac.id/2227/5/08410119_Bab2_.pdf
diakses pada tanggal 05 Nopember 2016 http://eprints.uny.ac.id/9387/3bab%202-07204244037.pdf
diakses pada tanggal 05 Nopember 2016
LAMPIRAN
DATA DIRI PESERTA LOMBA
LAMPIRAN 1
DATA DIRI PESERTA LOMBA SIMPOSIUM GURU
TINGKAT NASIONAL
TAHUN 2016
1. Nama : SITI JUWARIYAH, S.Pd
2. Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 13 Maret 1971
3. No Induk Kependudukan : 332408503710001
4. Pekerjaan : Guru TK
5. Unit Kerja : TK Setia Budi
6. Alamat Instansi : Protokulon Rt.05 Rw.01 Protomulyo
Kec. Kaliwungu Selatan Kab.Kendal
Provinsi Jawa Tengah Kode Pos : 51372
7. Alamat Rumah : Perumahan Kaliwungu Indah A II No. 17
Rt.02 Rw. 10 Protomulyo
Kec. Kaliwungu Selatan Kab. Kendal
Provinsi Jawa Tengah Kode Pos : 51372
HP : 085225802665,
Email : [email protected]
8. NPWP Perorangan
a. No. NPWP : 25.507.823.051.3.000
b. Nama di NPWP : Siti Juwariyah
Kaliwungu Selatan, 18 Nopember 2016
Hormat kami
Siti Juwariyah, S.Pd
CERITA/DONGENG HASIL KARYA GURU
LAMPIRAN 2
Pesan moral cerita Si Hitam :
Sikap tolong menolong
Saling mengasihi dan menyayangi
Bersahabat
Pesan moral dari cerita Ikan Mas & Kura-Kura :
Mendengar dan mematuhi pesan/nasehat
Berhati-hati dalam bermain/melakukan kegiatan
Sikap tolong menolong
Saling mengasihi dan menyayangi
Bersahabat
Pesan moral dari cerita Mari Bersodaqoh :
Membiasakan beramal dengan tulus ikhlas
Giat melaksanakan ibadah
Peduli sesama
Sikap tolong menolong
Saling mengasihi dan menyayangi
Pesan moral dari cerita Lupa Pesan Ibu :
Mendengarkan dan patuh pada nasehat/perintah orang tua
Berhati-hati dalam bermain/melakukan kegiatan
Peduli sesama
Sikap tolong menolong
Saling mengasihi dan menyayangi
DOKUMENTASI KEGIATAN MENDONGENG
DI SEKOLAH
LAMPIRAN 3