Membandingkan Fungsi Dan Ragam Bahasa Dari Koran Dan Internet

3
Membandingkan Fungsi dan Ragam Bahasa dari Koran dan Internet Ragam bahasa berdasarkan tingkat keformalannya dibagi atas 5 yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), ragam akrab (intimate). Fungsi pada ragam bahasa media cetak dan media elektronik memiliki satu fungsi sama yaitu information atau memberikan informasi pada pembaca. Ragam bahasa yang digunakan media cetak dan media eletronik adalah ragam resmi (formal). Namun Ragam bahasa di koran lokal lebih mudah sedangkan bahasa syang ada di internet lebih berat, selain itu pada ragam bahasa koran lokal terdapat bahasa daerah seperti: Galodo gunung sago yang melanda 13 lorong di Kabupaten Limapuluh kota dan 2 kelurahan di Kota Payakumbuh…” Sedangkan pada ragam bahasa yang digunakan oleh media elektronik lebih baku dan formal, seperti: “Longsor dan air bah dari gunung sago di Kabupaten Limapuluh kota, Sumatera barat…” Dapat disimpulkan bahwa bahasa ang digunakan media elektronik sedikit lebih formal dibandingkan dengan bahasa Koran lokal. Afifah Muthmainnah (0910312068) Putri Yuriandini Y. (0910313225)

Transcript of Membandingkan Fungsi Dan Ragam Bahasa Dari Koran Dan Internet

Page 1: Membandingkan Fungsi Dan Ragam Bahasa Dari Koran Dan Internet

Membandingkan Fungsi dan Ragam Bahasa dari Koran dan Internet

Ragam bahasa berdasarkan tingkat keformalannya dibagi atas 5 yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), ragam akrab (intimate).

Fungsi pada ragam bahasa media cetak dan media elektronik memiliki satu fungsi sama yaitu information atau memberikan informasi pada pembaca. Ragam bahasa yang digunakan media cetak dan media eletronik adalah ragam resmi (formal). Namun Ragam bahasa di koran lokal lebih mudah sedangkan bahasa syang ada di internet lebih berat, selain itu pada ragam bahasa koran lokal terdapat bahasa daerah seperti:

“Galodo gunung sago yang melanda 13 lorong di Kabupaten Limapuluh kota dan 2 kelurahan di Kota Payakumbuh…”

Sedangkan pada ragam bahasa yang digunakan oleh media elektronik lebih baku dan formal, seperti:

“Longsor dan air bah dari gunung sago di Kabupaten Limapuluh kota, Sumatera barat…”

Dapat disimpulkan bahwa bahasa ang digunakan media elektronik sedikit lebih formal dibandingkan dengan bahasa Koran lokal.

Afifah Muthmainnah (0910312068)

Putri Yuriandini Y. (0910313225)

Nalia Maharani (0910313259)

Longsor dan Air Bah dari Gunung Sago Hantam Empat Nagari di Limapuluh Kota Senin, 22 Maret 2010 | 23:06 WIB

Page 2: Membandingkan Fungsi Dan Ragam Bahasa Dari Koran Dan Internet

Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Padang — Longsor dan air bah dari Gunung Sago di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, menghantam empat nagari (desa), Senin (22/3) pukul 17.00 WIB.

Bupati Limapuluh Kota Amri Darwis yang dikontak melalui telepon belum bisa memastikan apakah ada korban dan berapa rumah yang rusak.

Menurut Amri, setidaknya empat nagari di tiga kecamatan terkena longsor yang disertai air bah. Dua nagari di Kecamatan Luhak, yaitu Nagari Sungai Kamuyang dan Nagari Tanjuang Aro. Lainnya Nagari Batu Payuang di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Nagari Situjuah Gadang di Kecamatan Situjuah Limo Nagari.

“Kejadian menjelang magrib, jadi kami tidak bisa melihat apa yang terjadi, semuanya sudah gelap," ujarnya.

Ia menjelaskan, informasi awal sejumlah rumah rusak berat dihantam air bah berikut material batu dan kayu. Selain itu juga menghancurkan SMP Negeri 1 Lareh Sago Halaban. "Kami jadi belum bisa kami berikan informasi akurat, kami minta doa mudah-mudahan tidak banyak korban jiwa,” kata Amri Darwis.

Tim dari Satpol PP, Polisi, TNI, Karang Taruna, dan sejumlah masyarakat sedang menuju ke lokasi yang berjarak 2 sampai 3 km dari Nagari Batu Payuang tempat posko didirikan.

Amri mengatakan, pihaknya sudah melaporkan kejadian tersebut melalui telepon ke gubernur Sumatera Barat dan meminta bantuan alat berat. Sedangkan beberapa ambulans sudah dikirim ke posko lokasi bencana.

N Datuak Mangkuto salah seorang warga di Nagari Ibuah, Kota Payakumbuh yang dekat dengan lokasi bencana, saat ini di rumahnya menampung empat keluarga atau sekitar 20 orang sanak saudaranya dari Nagari Batu Payuang yang dilanda longsor.

“Ada ratusan pengungsi lagi di rumah tetangga saya, mereka mengatakan melihat longsor dan air bah yang tiba-tiba mencurah dari puncak Gunung Sago, airnya hitam, bercampur batu-batu besar dan pohon-pohon, menghantam rumah-rumah penduduk,” ujarnya.

Namun, lanjut mantan anggota DPRD Limapuluh Kota dari Partai Golkar ini, pihaknya  belum mendapatkan informasi apakah ada korban jiwa dalam persitiwa itu.

Febrianti

Resourch: http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/03/22/brk,20100322-234639,id.html