Media Peternakan a Gunawan

9
Edisi April 2006 Vol. 29 No. 1 Media Peternakan, April 2006, hlm. 7-15 ISSN 0126-0472 Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005 7 PENDAHULUAN Domba Garut merupakan rumpun domba tersendiri yang banyak digemari. Ternak ini dipelihara oleh masyarakat di daerah Priangan dan sekitarnya. Populasinya di propinsi Jawa Barat tahun 2002 sebanyak 3 juta ekor. Populasi tahun 2000 – 2002 terdapat penurunan sebanyak 451 ribu ekor (Dinas Peternakan Jabar, 2002). Salah satu penyebabnya adalah seleksi negatif yang disebabkan karena peternak yaitu dengan cara menjual ternak yang memiliki penampilan baik karena harga jualnya lebih tinggi. Apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus diduga dapat menyebabkan terjadinya penurunan mutu genetik ternak tersebut sebagai plasma nutfah yang dimiliki Indonesia. Pemeliharaan domba Garut pada umumnya diarahkan menjadi dua tipe yaitu tipe pedaging tipe laga. Domba Garut Tangkas atau Laga merupakan domba yang dipelihara dengan tujuan untuk aduan (Natasasmita et al.,1986). Bentuk morfologis tubuhnya menurut Mulliadi (1996), berbeda dengan tipe domba lainnya, yaitu bergaris muka cembung, telinga rumpung atau kecil. Jantan bertanduk kokoh dan kuat, bergaris punggung cekung, pundak lebih tinggi dari bagian belakang, bagian dada berukuran besar serta pangkal ekor berukuran sedang sampai besar. Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga A. Gunawan & R.R. Noor Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Fakultas Peternakan, IPB Bogor 16680 (Diterima 10-10-2005; disetujui 10-03-2006) ABSTRACT The objective of this study was to estimate heritability of birth and weaning weights of the fighting type of Garut sheep. The data of birth and weaning weight of 175 SR (Super lambs, i.e. cross between fighting type Garut rams and selected Garut ewes) and 61 SB (Sukabumi lambs, i.e. cross between fighting type Garut rams and Sukabumi ewes) were used. The data were collected from March 2001 to August 2002. The results showed that the means of all traits of SR sheep group were larger (P<0.01) than those of SB sheep group. Estimated heritability of birth weight and weaning weight of SR sheep were 0.67 ± 0.19 and 0.95 ± 0.16 respectively. Estimated heritability value of birth and weaning weight of SB sheep were 0.53 ± 0.33 and 0.57 ± 0.37 respectively. The heritability of birth and weaning weight were considered as high which means that the selection programme will be more effective and efficient in improving the genetic merits. Key words : heritability, birth and weaning weight, fighting type Garut sheep

description

2

Transcript of Media Peternakan a Gunawan

  • Edisi April 2006

    Vol. 29 No. 1Media Peternakan, April 2006, hlm. 7-15ISSN 0126-0472Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005

    7

    PENDAHULUAN

    Domba Garut merupakan rumpun dombatersendiri yang banyak digemari. Ternak inidipelihara oleh masyarakat di daerah Priangandan sekitarnya. Populasinya di propinsi JawaBarat tahun 2002 sebanyak 3 juta ekor. Populasitahun 2000 2002 terdapat penurunan sebanyak451 ribu ekor (Dinas Peternakan Jabar, 2002).Salah satu penyebabnya adalah seleksi negatifyang disebabkan karena peternak yaitu dengancara menjual ternak yang memiliki penampilanbaik karena harga jualnya lebih tinggi. Apabilahal ini dilakukan secara terus-menerus didugadapat menyebabkan terjadinya penurunan mutu

    genetik ternak tersebut sebagai plasma nutfahyang dimiliki Indonesia.

    Pemeliharaan domba Garut padaumumnya diarahkan menjadi dua tipe yaitu tipepedaging tipe laga. Domba Garut Tangkas atauLaga merupakan domba yang dipelihara dengantujuan untuk aduan (Natasasmita et al.,1986).Bentuk morfologis tubuhnya menurut Mulliadi(1996), berbeda dengan tipe domba lainnya,yaitu bergaris muka cembung, telinga rumpungatau kecil. Jantan bertanduk kokoh dan kuat,bergaris punggung cekung, pundak lebih tinggidari bagian belakang, bagian dada berukuranbesar serta pangkal ekor berukuran sedangsampai besar.

    Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot SapihDomba Garut Tipe Laga

    A. Gunawan & R.R. NoorDepartemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB

    Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Fakultas Peternakan, IPB Bogor 16680(Diterima 10-10-2005; disetujui 10-03-2006)

    ABSTRACT

    The objective of this study was to estimate heritability of birth and weaning weightsof the fighting type of Garut sheep. The data of birth and weaning weight of 175 SR (Superlambs, i.e. cross between fighting type Garut rams and selected Garut ewes) and 61 SB(Sukabumi lambs, i.e. cross between fighting type Garut rams and Sukabumi ewes) wereused. The data were collected from March 2001 to August 2002. The results showed thatthe means of all traits of SR sheep group were larger (P

  • Edisi April 20068

    Media PeternakanGUNAWAN & NOOR

    Salah satu upaya peningkatan mutugenetik domba laga ini adalah melalui seleksiyang diarahkan untuk menghasilkan domba lagaunggul seperti tetuanya yang diharapkankeunggulannya dapat diwariskan kepadaanaknya. Hal ini dapat dilakukan apabila nilaiheritabilitas yang menunjukkan persentasekeunggulan tetua yang diwariskan kepadaanaknya terlebih dahulu diestimasi melaluibobot lahir dan bobot sapihnya.

    Bobot lahir merupakan faktor pentingyang mempengaruhi produktivitas ternak(Devendra & Burn, 1994). Bobot lahir yangtinggi di atas rataan, umumnya akan memilikikemampuan hidup lebih tinggi dalam melewatimasa kritis, pertumbuhannya cepat dan akanmemiliki bobot sapih yang lebih tinggi. MenurutHardjosubroto (1984), bobot sapih diartikansebagai bobot anak saat mulai dipisahkan dariinduknya. Bobot sapih mempunyai korelasipositif dengan bobot lahir, artinya bobot lahiryang lebih tinggi akan menentukan bobot sapihyang tinggi pula. Jadi, jika seleksi dilakukanterhadap bobot sapih akan meningkatkan bobotlahir pada generasi berikutnya (Triwulaningsih,1986)

    Nilai heritabilitas dapat beragam karenaperbedaan jumlah dan jenis ternak, waktu danlingkungan serta metode pendugaan yangdigunakan. Pendugaan parameter genetikseperti heritabilitas pada domba laga masihjarang dilakukan. Hasil penelitian inidiharapkan dapat membantu penentuan strategiperbaikan mutu domba laga.

    MATERI DAN METODE

    Pengumpulan Data

    Penelitian dilakukan di PeternakanDomba Laga Lesan Putera Ciomas, Bogor daribulan Agustus sampai dengan November 2002.

    Penelitian ini menggunakan data sekunderbobot lahir dan bobot sapih anak domba yangtelah dikumpulkan dari bulan Maret 2001-Agustus 2002. Data tersebut meliputi data bobotlahir dan bobot sapih anak domba yang berasaldari dua kelompok bibit yang dipelihara ditempat penelitian yaitu domba Garut Super (SR)dan Domba Garut Sukabumi (SB).

    Perbedaan antar kedua kelompok bibittersebut didasarkan pada jenis induknya.Domba SR adalah domba unggul tipe laga.Domba ini berasal hasil perkawinan antarapejantan tipe laga yang dikawinkan pertama kalipada umur diatas 3,5 tahun dengan indukterseleksi. Domba SB adalah domba hasilperkawinan antara pejantan tipe laga yangdikawinkan pertama kali pada umur di atas 3,5tahun dengan domba garut Sukabumi. Indukpertama kali dikawinkan pada umur 1,0-1,5tahun.

    Pendataan fenotipik berhasil dikumpulkansebanyak 175 anak domba Garut SR yangberasal dari 64 induk dan 15 pejantan dan 61anak domba Garut SB yang berasal dari 20induk dan 4 pejantan. Populasi ternak dalampenelitian berjumlah 100 ekor, terdiri atas 84induk dan 16 pejantan tipe laga.

    Peubah yang diamati terdiri atas:1. Bobot lahir dan bobot sapih2. Heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih.

    Analisis Data

    Data bobot lahir diperoleh denganpenimbangan secara langsung anak yang barulahir. Data bobot sapih dikoreksi terlebih dahuluterhadap bobot badan pada umur 90 hari denganpersamaan :

    BB 90 hari =

    Bobot lahir + (Bobot saat ditimbang - Bobot lahir) x 90

    Umur saat ditimbang

  • Edisi April 2006

    PENDUGAAN NILAI HERITABILITASVol. 29 No. 1

    Umur bobot sapih pada saat ditimbangberkisar antara 90 hari sampai 120 hari denganrataan bobot sapih pada domba Garut SR 14,09+ 3,11 dan pada domba Garut SB 10,30 + 2,20.Data tersebut diolah sesuai dengan peubah yangdiuji.

    1. Bobot lahir dan bobot sapihAnalisis data menggunakan Uji-t untuk

    mempelajari adanya perbedaan fenotip keduakelompok domba yang diamati yaitu Garut SRdan Garut SB yang dibedakan berdasarkanparitas, jenis kelamin, tipe kelahiran, musim.

    2. HeritabilitasMetode pendugaan nilai heritabilitas

    menggunakan Metode Best Linier UnbiasedPrediction (BLUP). Metode BLUP adalahmetode yang akurat karena menggunakansemua informasi dari kerabat baik yang masihhidup maupun yang sudah mati. MenurutBourden (1997), kemampuan metode inimampu dalam mengolah banyak informasidapat meningkatkan kecermatan dari pendugaannilai pemuliaannya sehingga disebut UnbiasedPrediction atau peramalan tanpa penyimpangan.

    Pendugaan nilai heritabilitas ini dilakukandengan menggunakan metode Best LinierUnbiased Prediction (BLUP) univariate animalmodel dengan menggunakan perangkat lunakVCE4 (Variance Component Estimation)Version 1.1 (Groeneveld, 1998). Pada model ini,pejantan dan induk diperlakukan sebagairandom effect, sedangkan jenis kelamin, paritas,tipe kelahiran dan musim diperlakukan sebagaifixed effect. Rumus umum model campuranliniernya (Henderson, 1985) adalah :

    Y= X + Z + e

    Keterangan :Y = vektor pengamatan berukuran n x 1 = vektor dari pengaruh tetap (fixed effect)

    yang berukuran p x 1

    = vektor dari pengaruh acak (randomeffect) yang berukuran q x 1

    X = design matrik yang berhubungandengan fixed effect

    Z = design matrik yang berhubungan denganrandom effect

    Pemasukan data dilakukan sesuaiprosedur menurut Henderson (1985). Apabilapejantan atau induk tidak diketahui identitasnya,maka diidentifikasi dengan angka nol (0,00).Data dikelompokkan dan dimasukkan ke dalamsembilan kolom yang terdiri atas nomor ternak,pejantan, induk, jenis kelamin, paritas induk,tipe kelahiran, musim, bobot lahir dan bobotsapih. Ternak yang tidak memiliki bobot sapihatau mati diidentifikasi dengan angka -1,00(Groeneveld, 1999).

    Pengolahan data dengan metode BLUP inidilakukan secara univariate model yaitu hanyasatu model yang digunakan dalam setiappengolahan data. Data yang telah dikelompok-kan dan disusun, diolah menggunakan programPEST (Prediction and Estimation) (Groeneveld,1999). Program tersebut menghasilkan dataterkode, kemudian dilanjutkan dengan programVCE4 untuk menduga nilai heritabilitas(Groeneveld, 1998).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pendugaan Keunggulan KomparatifDomba Garut SR Dibanding

    Domba Garut SB

    Perbandingan antara bobot lahir dan bobotsapih pada dua kelompok domba yaitu antaradomba Garut SR dan domba Garut SB yangdibedakan berdasarkan paritas, jenis kelamin,tipe kelahiran dan musim terdapat pada Tabel 1dan Tabel 2. Perbandingan bobot lahir jantandan betina antara domba Garut SR dan GarutSB masing-masing adalah 2,39 vs 1,83 dan 2,30

    9

  • Edisi April 200610

    Media PeternakanGUNAWAN & NOOR

    vs 1,67. Perbandingan bobot sapihnya masing-masing adalah 14,12 vs 9,89 dan 14,06 vs 10,76.Perbedaan ini diduga merupakan dampak dariseleksi yang dilakukan terhadap bobot sapihdomba Garut SR yang dipersiapkan sebagaidomba laga. Sesuai dengan yang dikemukakanTriwulaningsih (1986), bahwa bobot sapih danbobot lahir mempunyai korelasi genetik yangbersifat positif, sehingga seleksi terhadap bobotsapih akan meningkatkan bobot lahir padagenerasi berikutnya.

    Bobot lahir dan bobot sapih domba GarutSR yang berasal dari induk paritas pertama lebihtinggi (P

  • Edisi April 2006 11

    PENDUGAAN NILAI HERITABILITASVol. 29 No. 1

    Peubah n Bobot sapih SR n Bobot sapih SB

    Jantan 69 14,12 3,11a 24 9,89 2,17a Betina 101 14,06 3,13a 21 10,76 2,19a Paritas I 13 15,30 2,24a 10 11,31 1,59a Paritas II 106 13,46 2,81b 35 10,00 2,28b Paritas III 42 14,89 3,70a - - Tunggal 23 16,63 4,11a 17 11,41 1,93a Kembar 2 135 13,80 2,62b 3 8,71 1,14b Kembar 3 10 13,02 3,82b 25 9,73 2,16b Kembar 4 2 9,75 2,12b - - Hujan 132 14,13 3,09a 36 9,77 3,09a Kemarau 38 13,93 3,20a 9 12,38 2,26b Rata-rata 170 14,09 3,11 45 10,30 2,20

    Keterangan : superkrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P

  • Edisi April 200612

    Media PeternakanGUNAWAN & NOOR

    SB (2,35 vs 1,73) pada musim yang sama.Begitu pula bobot lahir domba Garut SR padamusim kemarau lebih tinggi (P

  • Edisi April 2006 13

    PENDUGAAN NILAI HERITABILITASVol. 29 No. 1

    Nilai heritabilitas hasil penelitian inidikategorikan tinggi karena lebih dari 0,4 (Noor,2000). Menurut Warwick et al. (1995), nilaiheritabilitas yang dikategorikan sedang sampaitinggi dapat memberikan petunjuk, bahwaseleksi yang dilakukan akan lebih efektif danefisien dalam meningkatkan perbaikan mutugenetik bila dibandingkan dengan seleksi yangdilakukan pada nilai heritabilitas rendah.

    Tingginya nilai heritabilitas bobot lahirpada kedua kelompok yang diteliti terutamapada domba Garut SR disebabkan besarnyapengaruh genetik yang mendominasi ragamfenotipik yang dalam hal ini diduga berasal daritetuanya, yaitu sebagai domba laga unggul.Selain itu sistem manajemen yang intensifdalam pemeliharaan turut mempengaruhibesarnya nilai heritabilitas yang dihasilkansesuai pernyataan Noor (2000), bahwa ternakyang memiliki genetik tinggi harus dipeliharapada lingkungan yang baik pula agarmenampilkan produksi secara maksimal.

    Perbedaan nilai heritabilitas bobot lahirpada penelitian ini dan penelitian-penelitiansebelumnya mungkin disebabkan olehperbedaan jumlah pengamatan, jenis ternak,waktu, lingkungan dan metode pendugaan yangdigunakan (Noor, 2000). Metode BLUP mampumenghitung nilai heritabilitas ternak darigenerasi yang berbeda dengan latar belakanggenetik yang sama. Menurut Bourden (1997),perbedaan model pada metode BLUP umumnyadibedakan berdasarkan macam prediksi genetikternak (misalnya hanya pejantan, semua tetuaatau semua ternak).

    Heritabilitas Bobot Sapih

    Nilai heritabilitas bobot sapih yangdiperoleh pada kedua kelompok domba yaitudomba Garut SR dan SB berturut-turut adalah0,95 + 0,16 dan 0,57 + 0,37. Nilai heritabilitasbobot sapih SB yang diperoleh masih lebihrendah dibandingkan hasil penelitian Setiadi(1983) pada domba Priangan sebesar 0,71. Nilaiheritabilitas bobot sapih SB ini masih lebihtinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitianyang dilaporkan Siregar (1981) pada dombaPriangan sebesar 0,35 + 0,25; Inounu (1996)pada domba prolifik sebesar 0,06 + 0,16;Takaendengan (1998) pada domba ekor gemuksebesar 0,47 + 0,46; Ercambrack & Price (1972)pada Rambouillet, Targhee dan Columbia yangmasing-masing sebesar 0,45; 0,16 dan 0,15.

    Nilai heritabilitas bobot sapih dombaGarut SR yang dihasilkan dari penelitian inilebih tinggi dari yang lain, sehinggadigolongkan dalam kategori heritabilitas tinggi.Tingginya nilai heritabilitas ini disebabkan olehmetode pendugaan nilai heritabilitas. MetodeBLUP adalah suatu metode yang akurat karenamenggunakan semua informasi dari kerabatwalaupun sudah mati (Bourden, 1997).Fenomena ini mengikuti heritabilitas bobotlahir, bahwa keragaman bobot sapih sebagianbesar dipengaruhi ragam gen aditif dan hanyasebagian kecil yang dipengaruhi oleh ragamlingkungan.

    Bila dibandingkan dengan nilaiheritabilitas bobot lahir, maka pengaruh ragamlingkungan pada bobot sapih kedua kelompok

    Tabel 3. Nilai heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih domba Garut SR dan SB (h2+ SE)

    Kelompok domba Parameter

    Domba Garut SR Domba Garut SB

    Bobot lahir 0,67 + 0,19 0,53 + 0,31 Bobot sapih 0,95 + 0,16 0,57 + 0,37

  • Edisi April 200614

    Media PeternakanGUNAWAN & NOOR

    domba yang diteliti lebih rendah. Pengaruh genaditif yang relatif lebih besar pada bobot sapihmenyebabkan nilai heritabilitas yang dihasilkanlebih tinggi dibandingkan heritabilitas bobotlahirnya. Harapan untuk mendapatkankemajuan atau perbaikan mutu genetik relatifcepat, karena dengan heritabilitas tinggi waktuyang dibutuhkan untuk mencapai kemajuangenetik relatif cepat.

    Nilai heritabilitas dengan kategori sedangsampai tinggi (P>0,05) menggambarkan bahwafaktor genetik sangat berperan dalammenentukan keragaman fenotipik ternak,sehingga dapat secara maksimal dimanfaatkandalam peningkatan kemajuan genetik melaluiprogram seleksi (Takaendengan, 1998). Karenanilai heritabilitas bobot sapih pada penelitianini paling tinggi pada kedua kelompok yangditeliti, maka seleksi akan lebih berhasil danefisien apabila dilakukan pada umur sapih 90hari.

    Seleksi yang dilakukan sebaiknya duatahap. Tahap pertama yaitu pada ternakmencapai bobot sapih, karena diharapkan padaumur dewasa mempunyai bobot badan yangtinggi. Jadi, untuk ternak yang bobot sapihnyadi atas rata-rata kelompok sebaiknyadipertahankan, terutama pada pejantan. Hal inibisa dipergunakan sebagai calon penggantipejantan bibit yang sudah tua baik pada dombaGarut SR maupun pada domba Garut SB. Anakjantan yang mempunyai bobot sapih rendah darirataan kelompok sebaiknya digunakan untukpenggemukan atau dijual. Anak jantan yangmempunyai bobot sapih di bawah rata-ratakelompok menunjukkan, bahwa pejantan atautetua yang dipergunakan kurang baik mengingatmanajemen yang diterapkan sama sampaipenyapihan. Hal ini sebaiknya jikamemungkinkan harus dikeluarkan daripeternakan.

    Hal lain yang penting untuk diperhatikanadalah pengaturan manajemen pemeliharaandan pemberian pakan yang seragam, sehingga

    bila anak domba dibesarkan dalam kondisi yangsama maka ekspresi gen aditif dari induk jantanakan lebih mudah untuk diseleksi.

    KESIMPULAN

    Rataan bobot lahir dan bobot sapih anakjantan dan betina hampir sama baik pada dombaSR maupun SB. Bobot lahir dan bobot sapihpada paritas pertama merupakan yang tertinggijika dibandingkan dengan bobot lahir dan bobotsapih pada paritas kedua baik pada domba SRmaupun SB. Bobot lahir dan bobot sapihkelahiran tunggal lebih tinggi jika dibandingkandengan kelahiran kembar pada kedua kelompokternak yang diteliti. Rataan bobot lahir danbobot sapih domba SR dan SB pada musimhujan dan kemarau hampir sama, kecuali bobotsapih domba SB pada musim kemarau lebihtinggi dibandingkan dengan musim hujan.

    Nilai heritabilitas bobot lahir dan bobotsapih kelompok domba SR yang diperolehmasing-masing adalah 0,67 + 0,19 dan 0,95 +0,16, sedangkan nilai heritabilitas bobot lahirdan bobot sapih kelompok domba SB yangdiperoleh masing-masing adalah 0,53 + 0,33 dan0,57 + 0,37.

    Nilai heritabilitas bobot lahir dan bobotsapih hasil penelitian ini dikategorikan tinggiyang berarti bahwa seleksi akan lebih efektifdilakukan dalam meningkatkan perbaikan mutugenetik, sehingga waktu dan harapan untukmendapatkan kemajuan genetik relatif cepat.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terima kasih penulis sampaikankepada Peternakan Domba Garut Lesan Putra,Ciomas dan Keluarga Besar Bagian Pemuliaandan Genetika, Fakultas Peternakan IPB.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bourden, R. M. 1997. Understanding AnimalBreeding. Prectice Hall, New Jersey, USA.

  • Edisi April 2006 15

    PENDUGAAN NILAI HERITABILITASVol. 29 No. 1

    Devendra, C. & M. Burns. 1994. ProdiksiKambing di Daerah Tropis. Terjemahan IDKHarya Putra. Penerbit Institut TeknologiBandung, Bandung.

    Dinas Peternakan Jawa Barat. 2002. LaporanTahunan Populasi Ternak Propinsi Jawa Barat.Bandung.

    Ercambrack, S.K. & D.A. Price. 1972. Selectingfor weight and rate of gain in non inbreedlambs. J. Anim Sci. 34 : 713.

    Groeneveld, E. 1998. VCE 4 Users Guide andReference Manual. Institut of AnimalHusbandary and Animal Behavior. FederalAgricultural Research Center (FAL).Mariensee, Germany.

    Groeneveld, E. 1999. PEST Users Manual. Institutof Animal Husbandary and Animal Behavior.Federal Agricultural Research Center (FAL).Mariensee, Germany.

    Hardjosubroto, W. 1984. Aplikasi PemuliabiakanTernak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.

    Henderson, C. R. 1985. Equivalent linier modelto reduce computations. J. Dairy Sci. 68 :2267-2277.

    Inounu, I. 1996. Keragaman produksi ternakProlifik. Disertasi. Fakultas Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Mulliadi. 1996. Sifat fenotifik domba Priangan diKabupaten Pandeglang dan Garut. DisertasiProgram Studi Pascasarjana. Institut PertanianBogor, Bogor.

    Natasasmita, A., N Sugana., M Duldjaman &Amsar. 1986. Penentuan parameter seleksidan pengarahan metode pembibitandikalangan petani. Laporan Penelitian.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,Bogor.

    Noor, R.R. 2000. Genetika Ternak. PenebarSwadaya, Jakarta.

    Setiadi, R. 1983. Pengamatan fenotifik dan genetiksifat pertumbuhan sebagai dasar seleksi dankaitannya dengan prolifikasi domba Priangan.Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor,Bogor.

    Siregar, A.R. 1981. Parameter fenotipik dan genetiksifat pertumbuhan serta pengamatan beberapasifat kuantitatif domba Priangan. Tesis.Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Takaendengan, B.J. 1998. Kemajuan genetikbeberapa sifat kuantitatif domba Ekor Gemuk.Tesis. Program Pascasarjana. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

    Tiesnamurti, B. 2000. Kajian genetik beberapasifat kuantitatif domba Ekor Gemuk. Tesis.Program Pascasarjana. Institut PertanianBogor, Bogor.

    Triwulaningsih, E.J. 1986. Beberapa parametergenetik sifat kuantitatif kambing PeranakanEtawah. Tesis. Pascasarjana. Institut PertanianBogor, Bogor.

    Warwick, E.J., J.M. Astuti & W. Hardjosubroto.1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.