Materi Tutor I
-
Upload
hendri-tamara-yuda -
Category
Documents
-
view
6 -
download
3
description
Transcript of Materi Tutor I
Berbagai masalah muncul ketika pasien dalam keadaan stadium irreversible seperti
penyakit Ca yang sudah metastase, stroke hemoragik dan HIV. Segala jenis terapi sudah
dilakukan namun tetap saja tidak berkualitas untuk pasien. Disisi yang lain beban keluarga dari
segi psikososial dan ekonomi semakin berat, biaya pengobatan semakin menumpuk karena
kondisi pasien tidak banyak perubahan yang berarti. Disisi medis terjadi dilema untuk
meneruskan atau tidak tindakan medis yang memperpanjang kehidupan pasien.
Sesuai dengan makin meningkatnya kesadaran akan menentukan nasib sendiri (self
determination), dibanyak negara mulai timbul gerakan dan penghargaan atas hak seseorang
mengakhiri hidup. Dibeberapa negara hak ini diakui oleh pemerintah karena diatur dalam
undang-undang, seperti negara Belanda, Belgia dan Australia ( Jusuf Hanafiah, 2007)
Salah satu masalah yang muncul dalam usaha untuk mengakhiri hidup yaitu euthanasia.
Menurut Jusuf hanafiah (2007), euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuaitu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri.
Euthanasia dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu :
1) Euthanasia aktif; euthanasia yang mengacu pada praktek yang membawa kematian secara
langsung , baik orang tersebut menhendaki atau tidak. Pelaksanaan euthanasia di sini
memerlukan suatu upaya tertentu untuk mencapai kematian.
2) Euthanasia pasif; tidak melakukan tindakan apapun untuk mencegah kematian itu terjadi.
Pelaksanaan euthanasia yang kematiannya dibuat secara perlahan – lahan dan alami, sehingga
tidak diperlukan adanya tindakan apapun untuk mencapai kematian. Istilah euthanasia pasif kini
tidak lagi dipergunakan tetapi diganti dengan “ membiarkan pasien meninggal “ (letting die).
Menurut perkembangan terbaru, euthanasia dikelompokkan dalam tiga tahapan : mercy death,
mercy killing, allowing someone to die. Pemilahan ini muncul karena semakin banyak kasus
baru yang timbul. Salah satu kasus yang menarik di antaranya adalah penemuan di bidang medis
yaitu brain death (kegagalan fungsi otak yang cenderung parah/fatal ). Menghadapi kasus
demikian, timbul kebimbangan moral seorang dokter yang dihadapkan pilihan antara kasihan
apabila tetap dipertahankan dan mengakhiri penderitaan pasien dan di sisi lain sumpah dokter
untuk mempertahankan hak hidup seseorang.
Menurut KUHP pasal 344 “barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dengan sungguh-sungguh,
dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun”
Jika pihak keluarga merasa kasihan pada pasien atau tidak sanggup dengan biaya
perawatan maka mereka memutuskan untuk euthanasia aktif sementara pasien masih ada tanda-
tanda kehidupan (belum mati batang otaknya), maka si pelaku euthanasia dan keluarga pemberi
izin, tergolong pembunuhan disengaja dan pelaku jarimah (akan kena hukuman). Hal ini diancam
Allah dalam firmannya yang artinya: “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin
dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya. (Q.S. an-Nisa` : 93).
Para ulama sepakat dan begitu juga dikalangan kedokteran bahwa euthanasia pasif atau
negative dibolehkan, yakni tanpa memberikan pengobatan bagi pasien karena tidak mampu atau
memang pasrah dengan keadaan yang tak tau kepastiannya, hanya menunggu kekuasaan Allah
(Siregar, USU).
Eutanasia memang seperti buah simalakama, sebagai tenaga kesehatan dalam
menyikapi kondisi ini kita harus jeli dalam memutuskan tindakan kepada pasien tersebut.
Menurut pendapat saya apabila kita menemukan pasien seperti tersebut diatas dan kita sudah
berikhtiar dengan semua tindakan namun tidak merubah keadaan akan lebih baiknya kita sebagai
tenaga medis terutama sebagai perawat tetap melakukan tindakan keperawatan yang mengarah
ke aspek psikologi, sosial dan spiritual. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang
dan damai.
DAFTAR PUSTAKA
Intan Zainnafree. 2009. Euthansia dalam perspektif etika dan moralitas. Jurnal KEMAS Volume
4 / No. 2 / Januari - Juni 2009, Unnes
Siregar, Ramadhani S. Euthanasia Dalam Perspektif Islam. Medan: USU
Jusuf hanafiah, M. 2007. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Jakarta : EGC