Masjid Raya Sintang
-
Upload
bobin-aldise-saputra -
Category
Documents
-
view
39 -
download
4
description
Transcript of Masjid Raya Sintang
-
1) Alumnus Prodi Teknik Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Universitas Tanjungpura
339
MASJID RAYA SINTANG
Novita1)
Abstrak
Secara etimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada, yang artinya tempat sujud.
Kemudian kata sajada mendapatkan awalan ma- sehingga terbentuklah kata masjid. Menurut arti
katanya, fungsi masjid yang utama adalah sebagai tempat sujud. Secara luas, masjid dapat
diartikan sebagai tempat bagi orang Islam untuk mengabdikan diri dan melakukan segala aktivitas
yang mengandung makna kepatuhan kepada Tuhan. Berdasarkan musyawarah masjid DKI Jakarta,
masjid raya yaitu tingkatan masjid terbesar yang ada di suatu provinsi (Susanta, dkk, 2007).
Menurut Dr. Ir. Soegijanto (Effendi, 2008), melalui penelitian kinerja akustik di Indonesia sesuai
dengan fungsi dan dimensinya, masjid raya yaitu masjid yang mempunyai skala kota. Dengan
adanya masjid yang besar ini tentunya membutuhkan energi yang besar pula untuk pemenuhan
penghawaannya. Salah satu esensi bangunan masjid ialah terciptanya suasana khusyu dalam beribadah, karena masjid yang dibangun cukup besar dan daya tampung jamaah yang ramai
sehingga membutuhkan penghawaan yang cukup berupa penghawaan secara alami pada bangunan.
Kata-kata kunci: masjid raya, penghawaan alami
1. PENDAHULUAN
Pada awal berkembangnya agama Islam,
mendirikan masjid merupakan langkah
awal bagi Nabi Muhammad SAW dalam
membentuk suatu komunitas Islam setelah
hijrahnya ke Madinah. Sejarah masjid
pertama yang didirikan oleh Nabi
Muhammad SAW sewaktu hijrah adalah
Masjid Quba, kemudian Masjid Nabawi.
Sebagai tempat ibadah, masjid dapat
diartikan sebagai suatu bangunan tempat
melakukan salat secara berjamaah atau
sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang
berhubungan dengan Islam. Masjid diper-
lukan mengingat semakin bertambahnya
masyarakat muslim yang ada terutama
dalam pelaksanaan salat Jumat dan salat
hari raya yang membutuhkan daya
tampung ruang yang cukup luas sebagai
fasilitas beribadah secara berjemaah dan
kegiatan keislaman lainnya yang membu-
tuhkan satu tempat untuk mewadahi
seluruh aktivitas tersebut. Dengan adanya
multifasilitas penunjang yang disediakan,
diharapkan masjid tidak akan sepi setiap
harinya dan ukhuwah masyarakat muslim
akan semakin erat.
Optimalisasi fungsi masjid selain sebagai
tempat ibadah juga sebagai tempat pem-
binaan umat dengan segala aspek yang
akan mewujudkan masyarakat yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan
hubungan yang baik sesama manusia.
Kabupaten Sintang sebagai kabupaten
terbesar ketiga di Provinsi Kalimantan
Barat setelah Ketapang dan Kapuas Hulu,
merupakan salah satu wilayah yang
memiliki masyarakat pinggiran Kota
Sintang, walaupun sudah ada masjid dan
surau lainnya yang tersebar di Sintang
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
340
namun daya tampung jemaah dan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada masih
minim sehingga efektivitas dan aktivitas
masjid menjadi kurang teroptimalkan.
Permasalahan khusus yang ingin diseles-
aikan terhadap ruang masjid terutama pada
saat pelaksanaan ibadah salat Jumat dan
hari raya adalah berkenaan dengan upaya
pemaksimalan penghawaan alami. Karena
bangunan masjid yang akan didirikan ini
cukup besar dalam hal kapasitas, tentu-
nya pertimbangan mengenai hal tersebut
cukup penting, karena nantinya diharapkan
bangunan ini dapat memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya alam yang ada
berupa angin/udara alami yang dapat
membantu dalam efektivitas penghawaan
alami ruang, sehingga tidak memerlukan
alat pendingin ruangan dan bangunan
diharapkan dapat lebih ramah terhadap
lingkungan sekitar.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masjid
Masjid merupakan bangunan karya
peradaban umat yang berkembang setiap
masanya sebagai tuntutan kebutuhan umat
dalam beribadah, bersyukur, dan berserah
diri kepada Allah yang menciptakan alam
semesta ini. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW, Di mana pun engkau salat, tempat itulah masjid (Susanta, dkk, 2007).
Secara estimologi, kata masjid berasal
dari bahasa Arab yaitu sajada, yang
artinya tempat sujud. Kemudian kata
sajada mendapat awalan ma- sehingga
terbentuklah kata masjid. Menurut arti
katanya, fungsi masjid yang utama
adalah sebagai tempat sujud. Namun, jika
dilihat secara lebih mendalam, fungsi
masjid yang sebenarnya meliputi segala
segi kehidupan manusia. Hal ini sebagai-
mana yang terkandung dalam surat Al-
Alaq: 19, Sujudlah kepada Tuhan dan beribadahlah.
Menurut Aslah (2010), masjid memiliki
fungsi dan peran yang dominan, di
antaranya:
a. Sebagai tempat beribadah b. Sebagai tempat menuntut ilmu c. Sebagai tempat pembinaan jemaah d. Sebagai pusat dakwah dan
kebudayaan Islam
e. Sebagai pusat kaderisasi umat f. Sebagai basis kebangkitan umat
Islam.
Fungsi masjid yang utama adalah sebagai
tempat pusat ibadah dan kebudayaan
Islam. Sedangkan ibadah dalam Islam
mencakup (Aslah,2010):
Hubungan manusia dengan Allah (hablunminallah), yang berwujud
salat, iktikaf, dan lain-lain.
Hubungan manusia dengan manusia (hablunminannas), yang berwujud
zakat, fitrah, dan lain-lain.
Hubungan manusia dengan dirinya, yang berwujud mencari ilmu,
mengaji, dan lain-lain.
Hubungan manusia dengan alam, yang berwujud memelihara, meman-
faatkan, dan tidak merusak alam.
Menurut Dr. Ir. Soegijanto dalam Effendi
(2008), melalui penelitian kinerja akustik
di Indonesia sesuai dengan fungsi dan
dimensinya masjid dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
-
Masjid Raya Sintang (Novita)
341
Masjid raya yaitu masjid yang mem-punyai skala kota. Masjid ini umum-
nya terletak di sebelah barat alun-alun
di depan bangunan-bangunan peme-
rintah. Contoh Masjid Raya Pondok
Indah.
Masjid kecil yaitu biasa disebut masjid jami. Contoh Masjid Jami
Lebuh Aceh.
Masjid komunitas yaitu masjid yang dapat dijadikan tempat untuk salat far-
du berjemaah/tempat berkumpul secara
komunitas. Contoh Masjid Kampus.
Menurut Susanta (2007), secara garis
besar kelengkapan suatu bangunan masjid
dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Ruang inti, merupakan ruang-ruang utama pada sebuah masjid yang
terdiri dari ruang salat, ruang untuk
bersuci (khususnya untuk berwudu),
dan teras atau serambi.
b) Ruang penunjang, biasanya disesuai-kan dengan kategori dan daya
tampung masjid, antara lain:
Ruang pertemuan
Ruang audio
Ruang perpustakaan
Toko atau kantor sewa
Ruang kantor pengelola
Ruang kegiatan remaja masjid
Gudang
Parkir
Pos keamanan
Menara
Ruang terbuka atau lapangan olahraga
Taman.
Eksotisme para teolog, filsuf atau fukaha
menyumbangkan pemahamannya melalui
analogi konsep esensi pergerakan inti zat
yang bersumber dari gagasan dasar
pujangga Al-Kindi, sebagai berikut:
a) Inspirasi eksoterik
Apabila massa adalah manusia itu
sendiri, kualitas muatan suatu massa
dianalogikan dengan ketakwaan,
esensi atau inti massa adalah tauhid,
maka gerak batas massa mendekati
esensi atau intinya adalah ruang
takwa yang tercipta.
b) Inspirasi syariat
Interpretasi kekayaan syari (hukum-hukum Islam) maupun sufi
memberi banyak inspirasi terhadap
requirement arsitektur masjid.
Khasanah kekayaan syari mencerminkan hablunminallah.
Adapun aktivitas muamalah yang
menampung ruang-ruang aktivitas
sosial, ekonomi, budaya, menjadi
cerminan hablunminannas.
c) Inspirasi eksoterik
Khazanah sufi untuk tampilan
arsitektur masjid adalah:
Prinsip perjalanan ibadah dan ketakwaan (tarekat) yang secara
skematik membentuk diagram
kerucut ketakwaan.
Prinsip maqomat (jenjang posisi derajat ketakwaan) yang memberi
inspirasi terhadap hierarki ruang-
ruang.
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
342
d) Inspirasi angka suci
Khazanah sufi juga menyediakan
posisi angka-angka yang terkait
dengan makna keimanan. Angka-
angka yang diambil sebagai inspirasi,
antara lain:
1 esa, keesaan, ketauhidan, sya-hadat tauhid laa illaha illallah.
3 personifikasi tiga posisi penting
manusia:
Allah Muhammad individu muslim.
Esensi zikir kepada Allah,
sekaligus syahadatain.
6 arkanul iman, sendi utama keya-
kinan, waktu penciptaan alam.
99 asmaul husna, nama dan
cerminan sifat suci Allah.
Angka-angka ini akan ditransforma-
sikan menjadi batasan modul-modul
perancangan pokok.
3 diambil dari esensi zikir, diolah
menjadi 3,3 sebagai modul dasar
ruang salat utama (33 adalah isi
lafadz zikir tasbih, tahmid dan
takbir).
Modul ini menurunkan modul saf
salat menjadi 0,66 m 1,1 m (kombi-nasi dari angka 1 dan 6).
6 diambil dari esensi keimanan
arkanul iman, diolah menjadi 6,6
m sebagai modul dasar serambi
utama masjid.
e) Inspirasi praktis: Masjid Nabawi
f) Inspirasi karakteristik.
2.2 Penghawaan Alami
2.2.1 Ventilasi
Sistem ventilasi adalah strategi untuk
mencapai kualitas udara di dalam ruang
yang merupakan dasar (based on) untuk
menyuplai udara segar dalam ruang dan
untuk meminimalkan (dillution) konsen-
trasi polusi dalam ruang. Jumlah bukaan
ventilasi diperlukan untuk menjaga
kualitas udara yang tergantung dari
kondisi alam dan dominasi sumber polusi
pada ruang tersebut (Allard, 1998).
Santamouris (1996) menyatakan bahwa
natural ventilation digunakan tidak
hanya untuk menyuplai udara segar untuk
kebutuhan pengguna (occupants) dan
untuk kebutuhan menjaga level kualitas
udara (maintain acceptable air quality),
tetapi juga untuk pendinginan.
2.2.2 Perhitungan Penghawaan Alami
Transmitan elemen bangunan berdasarkan
material yang digunakan yaitu
U = 1/Ra (1)
atau
U = 1 (1/fo + Rb + 1/fi) (2)
di mana
U : nilai transmitan (konduktan total),
W/m2 C
fo : konduktor permukaan luar bahan,
W/m2 C
Rb : resistan lapisan elemen m2
C/W fi : konduktan permukaan dalam
bahan, W/m2 C.
-
Masjid Raya Sintang (Novita)
343
3. ANALISIS
Analisis perancangan meliputi analisis
internal, analisis eksternal dan gubahan
bentuk. Analisis internal meliputi fungsi
dan aktivitas secara umum. Kemudian,
dari fungsi dan aktivitas tersebut diurai-
kan atas pelaku, aktivitas pelaku, kebu-
tuhan ruang, karakter ruang, hubungan
ruang, serta besaran ruang dari setiap
fungsi tersebut. Analisis eksternal terkait
dengan hubungan bangunan terhadap site
dan lokasi, yang terdiri dari tata massa
bangunan, orientasi, sirkulasi, vegetasi,
sistem struktur dan operasional (utilitas)
serta korelasinya dengan pemanfaatan
penghawaan alami. Sedangkan analisis
bentuk berdasarkan fungsi dan aplikasi
pemanfaatan penghawaan alami sehingga
dapat mengoptimalkan penghawaan
alami dalam ruang.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsep Internal
4.1.1 Klasifikasi Masjid
Masjid yang dirancang berskala provinsi
dengan klasifikasi tingkatan masjid raya
berdasarkan pertimbangan terhadap
pemekaran Provinsi Kapuas Raya.
4.1.2 Pelaku dan Kebutuhan Ruang
Berdasarkan analisis aktivitas pelaku dan
kebutuhan ruang, hasilnya sebagai
berikut:
a) Pelaku
1) Pelaku utama (a) Imam
(b) Makmum pria (c) Makmum wanita (d) Muazin (e) Khatib.
2) Pelaku penunjang
(a) Pengelola
Ketua Masjid
Wakil Ketua Masjid
Kabag. Umum
Staf Bag. Umum
Kabag. Humas
Staf Bag. Humas
Kabag. Administrasi
Staf Bagian Administrasi
Kabag. Pendidikan dan Majelis Taklim
Staf Bagian Pendidikan dan Majelis Taklim
Kabag. Informasi dan Komunikasi
Staf Bagian Informasi dan Komunikasi
Kabag. Ekonomi
Staf Bag. Ekonomi.
(b) Pelaku tambahan
Ulama/penceramah/ustaz
Masyarakat
Musafir
Penyewa retail toko/kantor sewa
Karyawan retail toko/kantor sewa
Satpam
Petugas parkir
Teknisi
Cleaning service
Tukang kebun
Office boy.
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
344
b) Kebutuhan ruang
1) Ruang utama, terdiri dari: (a) Ruang sholat
Mihrab
Zulla (pria dan wanita)
Mimbar. (b) Ruang bersuci atau wudu pria
dan wanita
Ruang wudu
Ruang penitipan sepatu/san-dal
Ruang penitipan barang-barang
Kamar mandi
Toilet. (c) Teras atau serambi
Plaza tertutup dan plaza terbuka.
2) Ruang penunjang bangunan masjid yang terdiri dari:
(a) Ruang kantor pengelola yang terdiri dari:
(1) Ruang Ketua
Ruang Wakil Ketua. (2) R. Kabag Umum
Ruang Staf Bagian Umum.
(3) Ruang Kabag Humas
Ruang Staf Bagian Humas.
(4) Ruang Kabag. Adminis-trasi
Ruang Staf Bagian Administrasi
Ruang Resepsionis
Ruang Tunggu. (5) Ruang Kabag. Pendidikan
dan Majelis Taklim
Ruang Staf Pendidikan dan Majelis Taklim
(6) Ruang Kabag. Informasi dan Komunikasi
Ruang Staf Bagian Informasi dan Komuni-
kasi.
(7) Ruang Kabag. Fungsi Ekonomi (Keuangan
Masjid)
Ruang Staf Bagian Ekonomi (Keuangan
Masjid).
(8) Pantry (9) Ruang office boy (10) Janitor (11) Ruang Cleaning Service (12) Gudang (13) Toilet.
(b) Ruang pertemuan/aula (c) Ruang audio/menara (d) Perpustakaan
Ruang informasi (lobby) dan administrasi
Ruang penitipan barang/tas dan sebagainya
Ruang baca
Ruang katalog dan database
Ruang koleksi dan referensi
Toilet. (e) Radio Islam
Ruang operator penyiaran
Ruang studio siaran
Ruang tamu
Ruang wawancara
Toilet. (f) Toko atau kantor sewa
Ruang penjualan barang-barang
Gudang persiapan barang
-
Masjid Raya Sintang (Novita)
345
Toilet. (g) Ruang penyusunan mading (h) Ruang Kegiatan Remaja
Masjid
(i) Ruang Tidur Musafir
Kamar tidur
Pantry
Ruang makan
Toilet. (j) Ruang Tidur Pengelola
Kamar tidur
Pantry/dapur
Ruang makan
Toilet. (k) Ruang Teknisi (l) Ruang Panel (m) Ruang Genset (n) Ruang Sewage Treatment (o) Ruang utilitas pendukung
masjid lainnya
(p) Parkiran mobil, motor dan sepeda, bus dan truk
(q) Pos keamanan (r) Lapangan terbuka (voli dan
badminton)
(s) Taman.
Gambar 1. Organisasi ruang makro
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
346
c) Organisasi ruang
Berdasarkan hasil analisis kedekatan
ruang, didapatkan organisasi ruang
yang terdiri dari:
1) Organisasi ruang makro (Gambar 1) 2) Organisasi ruang mikro (Gambar 2)
d) Besaran ruang
Konsep besaran ruang menggunakan
sumber standar-standar ruang yang
umum digunakan, antara lain NAD
(Neufert Architects Data), BPDS (Building Planning and Design
Standard), PPM (Pedoman Pembinaan
Masjid), AL (Akustik Lingkungan:
Lesli, L. Doelle).
Hasil analisis tersebut dibagi menjadi dua
fungsi yaitu utama dan penunjang, di
antaranya:
a) Ruang utama dengan luas 19703,97 m
2.
b) Ruang penunjang:
Ruang pengelola masjid 337,35 m2
Menara 1146,54 m2
Toko/kantor sewa 184,60 m2
Ruang tidur 62,48 m2
Lainnya 13566,75 m2.
Jadi, total besar ruang Masjid Raya
Sintang adalah
19703,97 + 337,35 + 1146,54 + 184,60 +
62,48 + 13566,75 = 35.399,23 m2.
4.2 Konsep Eksternal
Arah kiblat Masjid Raya Sintang terletak
pada 0,0802 latitude, 111,4955 longitude,
292,43N.
Konsep eksternal disajikan pada Gambar
3 s.d. Gambar 7.
Gambar 2. Organisasi ruang mikro
-
Masjid Raya Sintang (Novita)
347
Gambar 3. Konsep perletakan bangunan
Gambar 4. Konsep orientasi bangunan
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
348
Gambar 5. Konsep zoning tapak
Gambar 6. Konsep sirkulasi tapak
Tanaman pengendali
arah angin
Tanaman
peredam bunyi
Tanaman pengarah
Tanaman
pembatas
Tanaman
pelindung
-
Masjid Raya Sintang (Novita)
349
4.3 Konsep Gubahan Massa dan Bentuk
Berdasarkan analisis gubahan massa dan
bentuk, didapatkan konsep gubahan yang
juga diangkat dari beberapa inspirasi
yaitu:
a) Inspirasi eksotik yang diterjemahkan dalam bentuk bangunan yang
sederhana namun dapat mencitakan
efektivitas ruang.
b) Inspirasi eksoterik yang membentuk bangunan dengan mengerucut ke
atas sebagai simbol ketakwaan atau
hierarki.
c) Inspirasi Islami berupa prinsip landasan akhlak dan perilaku Islami.
4.4 Konsep Penghawaan Alami Bangunan
Berdasarkan analisis material dan bahan,
bangunan Masjid Raya Sintang ini meng-
gunakan spesifikasi bahan-bahan yang
dapat memaksimalkan penghawaan alami
ruang dengan memilki peruangan terbuka
untuk penetrasi hembusan angin dengan
cara memberikan banyak bukaan pada
tiap sisi bangunan agar dapat menerima
penetrasi hembusan angin, mempunyai
ruang tunggal, tidak bersekat-sekat agar
penyediaan pergerakan angin permanen.
Jika memiliki sekat, diberikan bukaan
ventilasi. Dinding yang digunakan untuk
menyesuaikan dengan iklim yang ada di
Sintang adalah dinding ringan dengan
waktu perambatan panas pendek.
Material dinding yang digunakan berupa
batubata bolong isolator flibreboard
setebal 13 mm, diplester di bagian luar
(eksterior) dan dalam (interior) dinding.
Atap yang digunakan berupa atap ringan
yang berisolator. Material atap yang
digunakan adalah atap owen yang pada
gording, langit-langit flibreboard 13 mm
Gambar 7. Konsep perletakan pada tapak
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
350
yang di atasnya dilapisi flibreglass 25
mm dan di atas flibreglass ditempelkan
alumunium foil.
4.5 Konsep Sistem Struktur
Konsep struktur bangunan meliputi:
a) Sistem fondasi menggunakan tiang pancang.
b) Sistem lantai mengunakan lantai pelat beton datar dua arah yang
dicor di tempat.
c) Sistem struktur rangka mengguna-kan rangka (balok dan kolom) beton
bertulang.
d) Sistem dinding eksterior bagian-bagian integral dari struktur dinding
harus kokoh dan tahan terhadap
cuaca atau sinar matahari, angin dan
hujan sedangkan interior konstruksi-
nya harus memenuhi tingkat pemi-
sahan akustik yang disyaratkan, dan
mengakomodasi distribusi saluran
sistem mekanikal dan elektrikal.
e) Sistem atap untuk bangunan fungsi ibadah salah satunya masjid, pada
area ruang salat diupayakan bebas
kolom. Sistem struktur atap yang
diterapkan adalah struktur bentang
lebar.
4.6 Konsep Sistem Utilitas
Konsep sistem utilitas bangunan
berkaitan dengan konsep pencahayaan
dan penghawaan alami antara lain :
a) Sistem penghawaan dimaksimalkan menggunakan penghawaan alami
terutama pada ruang salat. Pengha-
waan dimaksimalkan dengan bukaan
yang cukup banyak, namun diberi-
kan perantara/penyaring (filter) udara
yang masuk ke bangunan dan
lubang udara disusun dengan bentuk
ventilasi silang. Untuk mendapatkan
efek cahaya ruang yang yang agung,
diberikan efek sky light pada atap.
b) Sistem distribusi air bersih menggu-nakan sistem penampungan air hujan,
penampungan air sungai dengan
pompa listrik dan tenaga angin.
Menggunakan reservoir atas me-
nyimpan persediaan air dari penam-
pungan curah hujan, setelah penuh
langsung mengisi ground watertank
di bagian bawah. Selain itu, air
bersih juga didapatkan dari PDAM.
c) Sistem sanitasi menggunakan sistem pengolahan limbah sewage treatment.
d) Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran menggunakan sistem
hydrant halaman (pole hydrant).
e) Sistem Jaringan Listrik dari PLN sebagai sumber energi listrik utama
dan genset digunakan sebagai energi
listrik cadangan.
f) Sistem Jaringan Komunikasi meng-gunakan sistem jaringan dari
Telkom.
5. KESIMPULAN
Masjid Raya Sintang adalah masjid yang
akan dibangun di kota Sintang dengan
penyediaan kapasitas jemaah berskala
provinsi dan fasilitas penunjang masjid
dalam upaya pemakmuran masjid. Masjid
raya ini memiliki target standardisasi
-
Masjid Raya Sintang (Novita)
351
provinsi dengan fasilitas penunjang yang
mendukung kegiatan masjid berupa poli-
tik, ekonomi, sosial, budaya dan pendi-
dikan informal. Salah satu esensi dari
bangunan masjid ialah terciptanya suasana
khusyuk dalam beribadah, karena peran-
cangan Masjid Raya Sintang ini menggu-
nakan konsep bangunan yang sederhana
namun dapat mencitakan efektivitas ruang
dengan bentuk bangunan mengerucut ke
atas sebagai simbol ketakwaan atau
hierarki serta menerapkan konsep site
yang mengangkat prinsip seni dan
estetika Islam, berupa prinsip balance
dan harmoni terhadap alam atau kondisi
tapak. Berdasarkan analisis material dan
bahan bangunan, menggunakan spesifi-
kasi bahan-bahan yang dapat memaksi-
malkan penghawaan alami ruang. Dinding
yang digunakan untuk menyesuaikan
dengan iklim yang ada di Sintang adalah
dinding ringan dengan waktu perambatan
panas pendek.
Daftar Pustaka
Allard, Francis. 1998. Natural
Ventilation In Building. London:
James & James (Science
Publishers).
Aslah, Gunawan. 2010. Fungsi dan
Peran Masjid. Institut Manajemen
Masjid. [Online]. Tersedia:
www.masjidrayavip.org. Tanggal
akses : 25 Maret 2012.
Effendi, Andrey Caesar. 2008. Mesjid
Kebon Jeruk. Jakarta. Universitas
Bina Nusantara. [Online]. Tersedia:
www.thesis.binus.ac.id (Diakses
pada tanggal 29 Juni 2012).
Santamouris, M. 1996. Passive Cooling.
London: Applied Science
Publishesn Ltd.
Susanta, Gatut, Khoirul Amin & Rizka
Kautsar. 2007. Membangun Masjid
dan Mushola. Jakarta: Penebar
Swadaya.
-
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013
352