Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

33
RINGKASAN MATERI FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia, Filsafat dan Pendidikan DOSEN: Drs. H. ANANG ABDUL RAJAK, M.Pd. DISUSUN OLEH: Eka Lusiandani Koncara SEMESTER 5 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAI DR. KHEZ. MUTTAQIEN - PURWAKARTA 2007/2008

description

Filsafat atau falsafah berasal dari kata Philore dan Sophia dari bahasa Yunani kuno. Philore berarti cinta dan sophia berarti kebajikan, kebaikan atau kebenaran, dan bisa diartikan cinta atau hikmah (Ariefin, 1993 : 1).Bagi yang butuh unduhan file ini dalam format editable (‘.doc’, ‘.docx’, ‘.rtf’), dapat menghubungi alamat berikut:[email protected]

Transcript of Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Page 1: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

RINGKASAN MATERI FILSAFAT PENDIDIKAN

Manusia, Filsafat dan Pendidikan

DOSEN: Drs. H. ANANG ABDUL RAJAK, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Eka Lusiandani Koncara

SEMESTER 5 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI DR. KHEZ. MUTTAQIEN - PURWAKARTA

2007/2008

Page 2: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

i

KATA PENGANTAR

Filsafat atau falsafah berasal dari kata Philore dan Sophia dari bahasa Yunani kuno. Philore berarti cinta dan sophia berarti kebajikan, kebaikan atau kebenaran, dan bisa diartikan cinta atau hikmah (Ariefin, 1993 : 1). Beranjak dari pengertian tersebut maka filosof adalah orang yang mencintai hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatiannya padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selain itu filosof juga mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berupaya melakukan penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia.

Menurut Hasbullah Bakry (1970 : 9) bahwa ilmu filsafat merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu secara mendetail mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana tentang sikap manusia semestinya ketika telah memperoleh pengetahun. Ada pula, pendapat yang mengatakan bahwa filsafat ialah suatu ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan budi pekerti (Salam, 1988 : 5).

Definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan di atas pada prinsipnya menempatkan suatu berdasarkan kemampuan nalar manusia.

Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka acuan bidang filsafat pendidikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa maka tak mengherankan bila filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu negara dipengaruhi oleh filsafat hidup menjadi anutan bangsa di negara itu masing-masing.

Ringkasan materi ini membahas tentang pemahaman yang komperhensif mengenai filsafat pendidikan yang dapat membantu kita dalam memahami hubungan filsafat pendidikan dengan sistem pendidikan.

Purwakarta, Januari 2008

Penyusun

Page 3: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN

FILSAFAT PENDIDIKAN ................................................................ 1

A. Pengertian Filsafat ..................................................................... 1

B. Pengertian Filsafat Pendidikan ................................................. 2

C. Ruang Lingkup Bahasa Filsafat dan Filsafat Pendidikan ......... 3

D. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ....................... 5

E. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Program Fakultas

Tarbiyah ..................................................................................... 6

BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT

PENDIDIKAN .................................................................................. 8

A. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno ........... 8

1. Timur Jauh ........................................................................... 8

2. Timur Tengah ...................................................................... 10

3. Romawi dan Yunani: Antromorpisme ................................ 12

B. Reaksi Terhadap Spiritualisme di Yunani ................................ 13

1. Idealisme .............................................................................. 13

2. Materialisme ........................................................................ 14

3. Rasionalisme ........................................................................ 15

C. Pemikiran Filsafat Pra-Socrates ................................................ 15

D. Pemikiran Filsafat Pendidikan

Menurut Socrates (470-399 SM) ............................................... 16

E. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM).. 17

F. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Aristoteles

(367-345 SM) .............................................................................. 18

Page 4: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

iii

BAB III BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN

DITINJAU DARI ONTOLOGI, EFISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

.......................................................................................................... 19

A. Pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi .................. 19

B. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern ............................... 19

1. Aliran Progressivisme .......................................................... 19

a. Pandangan Ontologi ........................................................ 20

b. Pandangan Epistemologi ................................................. 21

c. Pandangan Aksiologi ....................................................... 21

d. Progressivisme dan Pendidikan ...................................... 21

2. Aliran Essensialisme ............................................................ 21

a. Pandangan Ontologi Essensialisme ................................ 22

b. Pandangan Epistemologi Essensialisme ......................... 22

c. Pandangan Aksiologi Essensialisme ................................ 24

d. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar .................. 24

3. Aliran Perennialisme ........................................................... 24

a. Pandangan Ontologi Perennialisme ............................... 25

b. Pandangan Epistemologi Perennialisme ........................ 25

c. Pandangan Aksiologi Perennialisme ............................... 26

4. Aliran Rekonstruksionisme ................................................. 26

a. Pandangan Ontologi ........................................................ 26

b. Pandangan Epistemologi ................................................. 26

Page 5: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

1

BAB I

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini

berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari

kata Philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti

pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.

Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philoshoper (Inggris), dan

orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia

menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan

pemikiran filosofis.

Imam Barnadib menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang

menyeluruh dan sistematis. Harun Nasution berpendapat, filsafat ialah

berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi,

dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke

dasar-dasar persoalan.

Jujun S. Suriasumantri berpandangan bahwa berpikir secara filsafat

merupakan cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar

untuk sesuatu permasalahan yang mendalam.

Muhammad Noor Syam menjelaskan bahwa :

Filsafat adalah sesuatu lapangan pemikiran dan penyelidikan

manusia yang amat luas (komprehensif). Kebenaran filsafat adalah

kebenaran yang relatif. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami

perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengetian bahwa filsafat

adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha

Page 6: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

2

untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan

ruang lingkup pengalaman manusia.

Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran

yang tergantung sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia.

B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktifitas

pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk

mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.

Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu

pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut

daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah

tabi’at manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum

pendidikan.

Barnadib (1993 : 3) mempunyai versi pengertian atas filsafat

pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Menurut seorang ahli

filsafat Amerika Brubachen , filsafat pendidikan adalah seperti menaruh

sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga,

bukan sebagai akar tunggal pendidikan.

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak-didik menuju terbentuknya

manusia memiliki kepribadian yang utama dan ideal.

Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses

pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, yang menyangkut daya

fikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi) manusia. Prof. DR. Omar

Muhammad Al-Taomy al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah

usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya

sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya.

Page 7: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

3

Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan

sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengetahuannya, pengalaman dan kecakapan serta keterampilannya kepada

generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memahami fungsi

hidupnya baik jasmani maupun rohani.

Filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar

bagitercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi filsafat pendidikan

adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaa-

pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisa

filosofis dalam lapangan pendidikan.

Aripin mengungkapkan bahwa keberadaan filsafat dalam ilmu

pendidikan bukan merupakan insindental, artinya, filsafat itu merupakan

teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran menganai

pendidikan.

Filsafat pendidikan memiliki batasan-batasan, sebagai berikut:

Pertama, filsafat pendidikan merpakan pelaksana pandangan filsafat dan

kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut

pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya

kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan

pandangan terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan

pendidikan. Ketiga, filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip,

kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu satu sama lainnya. Prinsip-

prinsip yang dimaksudkan ialah kepercayaan-kepercayaan, andaian-andaian

yang dipercayai terhadap masalah-masalah pendidikan.

C. RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT DAN FILSAFAT

PENDIDIKAN

Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran

manusia yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada

Page 8: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

4

dan benar-benar ada (nyata), baik material konkrit maupun non material

abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas.

Secara mikro (khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat

pendidikan meliputi:

1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of

Education).

2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subyek dan obyek

pendidikan (The Nature of Man).

3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,

agama dan kebudayaan.

4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori

pendidikan.

5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat

pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).

6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang

merupakan tujuan pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang : 65)

Will Durant dalam Hamdani Ali membagi ruang lingkup bidang

studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika.

a. Logika

Studi mengenai metode-metode ideal menganai berpikir (thingking) dan

meneliti (research) yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia

melalui upaya logika agar bisa dipahami.

b. Estetika

Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang

sesungguhnya.

c. Etika

Studi mengenai tingkah laku yang terpuji (teladan) yang dianggap

sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).

d. Politik

Page 9: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

5

Studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang

diperkirakan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam

melaksanakan pekerjaan kantor.

e. Metafisika

Studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda

(ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal

pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai

hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda di dalam proses

pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber:

a. Manusia (people) masyarakat kebanykan mengalami kesulitan-kesulitan

dalam proses pendewasaan atau kematangannya yang mana mempunyai

dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang akan diyakini, terhadap

sesuatu yang terjadi.

b. Sekolah (school), pengalaman-pengalaman seseorang kekuatan-

kekuatan (forces), jenis sekolah dan guru-guru di dalamnya, merupakan

sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.

c. Lingkungan (environment), lingkungan sosial budaya di mana seorang

tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.

D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai

landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Hasan

Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan

metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang

disebutkan pendidikan. Prof. DR. Oemar Muhammad Al-Toumy al-Syaibani

secara rinci menjelaskan bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha

mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam, yang

meliputi:

Page 10: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

6

1. Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh.

2. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah

pendidikan.

3. Pokok-pokok yang menjdai dasar dari konsep pendidikan dalam

kaitannya dengan bidang kehidupan manusia (Jalaludin & Said, 1994 : 11-

12).

Kilpatrik dalam Noor Syam (1988 : 43) mengatakan bahwa :

Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah

memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih

baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-

cita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia.

Bruner dan Burns dalam bukunya Problems in Education and

Philosophy secara tegas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah

merupaka tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing ke arah kebijaksanaan.

Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu

sebagai berikut:

1. Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang

dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun

teori-teori pendidikan oleh para ahli.

2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada

menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevensi dengan

kehidupan yang nyata.

3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk

memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori

pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedogogik).

Menurut Ali Saifullah antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori

pendidikan terdapat hubungan yang suplementer, yaitu filsafat pendidikan

sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan

memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:

Page 11: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

7

a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep

tentang hakikat menusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.

b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi,

politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan

dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan

dalam pembangunan masyarakat (Zuhairini, 1992 : 18).

E. HUBUNGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DENGAN PROGRAM

FAKULTAS TARBIYAH

Karena fungsi filsafat dalam pendidikan sangat penting, maka

fakultas tarbiyah sebagai fakultas yang mencetak atau memproduksi calon

pendidik, maka dalam fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat pendidikan

merupakan MKDK (Mata Kuliah Dasar Khusus) yang wajib diikuti oleh

mahasiswa.

Merujuk Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 mengenai Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990

tentang Pendidikan Tinggi maka cita-cita dan tujuan IAIN dapat

dirumuskan:

a) Menyiapkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik atau

profesional yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti luhur, yang

mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

Agama Islam dalam bermasyarakat;

b) Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan Agama Islam

serta mengupayakan pengalamannya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan memperkaya nilai-nilai kehidupan

Indonesia (RIP-IAIN Raden Fatah, 1994/1999 : 19).

Menurut Woodsidge dalam Barnadib (1994 : 16) mempelajari dan

memperdalam filsafat pendidikan khususnya bagi mereka yang bergelut

dengan ilmu pengetahuan dan keguruan, yang mempunyai beberapa alasan:

a). munculnya problem-problem pendidikan dari masa ke masa yang

Page 12: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

8

menjadi perhatian para ahli (experts) masing-masing. b). dengan

mempelajari filsafat pendidikan akan memiliki wawasan yang luas dan

didapat secara eksperimental dan empirik. c). mempelajari filsafat juga

memenuhi tuntunan intelektual dan akademik hal ini dikarenakan filsafat

meletakkan landasan berpikir logis, sistematis, kritis dan teratur.

Dengan demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini filsafat

pendidikan Islam mempunyai hubungan yang erat sekali dalam peranannya

sebagai sumber idealisme pada program pendidikan Fakultas Tarbiyah

dalam menyiapkan dan menghasilkan sarjana-sarjana pendidikan muslim

yang sesuai dengan tujuan pendidikan program Fakultas Tarbiyah.

Page 13: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

9

BAB II

LATAR BELAKANG MUNCULNYA

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT SPIRITUALISME KUNO

Sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengatahui salah

satu cerita dalam kategori filsafat spiritualisme kuno diantaranya adalah:

kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya Zarathusthara

dari keluarga Sapitama, yang lahir di tepi sebuah sungai, yang didorong

oleh Ahura Mazda dalam masa pemerintahan raja-raja Akhmania (550-530

SM).

1. Timur Jauh

a. Hindu

Pemikiran spiritualisme Hindu ialah konsep karma yang berarti

setiap individu menurut kepercayaan telah dilahirkan kembali secara

berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi

suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal (reinkarnasi)

yang pada akhirnya karma akan menentukan statusnya sebagai

seorang anggota suatu kasta. Poedjawijatna (1986 : 54) mengatakan

bahwa para ahli pikir (filosof) Hindu berpikir untuk mencari jalan

lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk ke dalam kebebasan (yang

bagi mereka) suatu kesempurnaan.

b. Budha

Pencetus ajaran Budha ialah Pangeran Sidarta Gautama (kira-kira

563-483 SM) sebagai akibat dari ketidakpuasaannya terhadap

penjelasan para guru Hinduisme tentang kejahatan yang sering

menimpa manusia.

Meskipun di Indonesia, ajaran Budha telah disebut agama,

namun sebenarnya ia bukanlah agama dalam arti sesungguhnya,

karena tidak ditemukan dalam agama Budha suatu ajaran tentang

Page 14: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

10

Tuhan. Dalam hal pemurniaan dalam keadaan yang sempurna,

Budha menyalurkan 8 (delapan) jalur yang mulia (The Noble Eighfold

Path), yakni: a). pandangan yang benar (pengetahuan tentang apa-

apa yang jahat dan bagaimana caranya mendengarkannya); b).

aspirasi yang benar (motivasi yang benar untuk menaklukan

perbuatan-perbuatan yang baik hati); c). berbicara yang benar

(menjauhi bohong, fitnah, gunjingan, dan kata-kata yang hina); d).

berbuat yang benar (menjauhi pencurian, mabuk, melukai makhluk-

makhluk hidup dan imoral seksual); e). mata pencaharian yang benar

(menghindari pekerjaan yang berbahaya, perbudakan dan karir

militer); f) berusaha yang benar (usaha untuk menghapuskan emosi-

emosi yang jahat, untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang

baik); g). kesadaran yang benar (menghapus kekuasaan, ambisi dan

rasa kekesalan); h). renungan yang benar (rasa terpesona

perenungan yang tercapai melalui Yoga).

c. Tao

Pendiri Taoisme ialah Lao Tse, lahir pada tahun 604 SM.

Tulisannya yang mengandung makna filsafat: jalan Tuhan atau Sabda

Tuhan, Tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak

dapat pula diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Manusia harus

hidup selaras dengan Tao dan harus bisa menahan nafsunya sendiri.

Peperangan menurut Lao Tse hanya memusnahkan manusia saja,

kebahagiaan hidup sulit dicapai dengan peperangan (Jumhur &

Danasaputra, 1979 : 18).

Pada filsafat Lao Tse pengertian Tao dapat dimasukan ke dalam

aliran yang cenderung kepada spiritualisme. Ajaran-ajaran pokok

Taoisme dimuat dalam buku kecil Tao Te Ching (ajaran-ajaran Tao).

Taoisme menganggap adanya suatu pandangan yang mistik bahwa

alam semesta sebagai sistem yang sempurna dan ideal berjalan

menurut suatu kekauatan ber-Tuhan.

Page 15: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

11

d. Shinto

Shinto (shintoisme) merupakan salah satu kepercayaan yang

diperlukan masyarakat Jepang. Kojiki sebagai kitab suci

menerangkan proses penciptaan alam semesta yang dilakukan oleh

para dewa, dan menjelaskan bahwa manusia itu abadi dan

menegaskan bahwa setiap orang harus memiliki bagi dirinya sendiri,

kelakuan yang mengandung nilai budi luhur, dan mengajarkan

mencuci dengan air sebagai metode pencucian keagamaan (Smith,

1986 : 16), ajaran-ajarannya mengandung nilai atau ekspresi antara

lain sozo (kreasi), sizi (generasi) dan hatten (pembangunan),

sehingga ia menjadi jalan hidup(a way of life) dan kehidupan (living),

dan mengandung nilai optimis (optimistic). Dalam agama Shinto

memiliki ajaran-ajaran moral (a moral instructions), sebagai berikut:

1. Jangan melanggar keinginan (kecintaan) terhadap Tuhan (Gods).

2. Jangan lupa kewajiban atas.

3. Jangan melanggar pernyataan (peraturan) negara.

4. Jangan lupa atas kebaikan yang mendalam dari Tuhan, di mana

kesalahan kesempatan dihindari dan menyakitkan diakhiri

(dioabti).

5. Jangan lupa bahwa alam ini merupakan satu keluarga besar.

6. Jangan lupa atas keterbatasan-keterbatasan sendiri.

7. Meskipun orang lain marah jangan kamu menjadi marah pula.

8. Jangan malas dalam urusan bisnismu.

9. Jangan menjadi seseorang yang melakukan kesalahan dalam

mengajar.

10. Jangan terbuai dengan ajaran-ajaran luar negeri. (Dixen, 1988 :

64)

2. Timur Tengah

a. Yahudi

Page 16: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

12

Asal mula Yahudi berasal dari nama seorang putera Ya’kub, yakni

Yahuda, putera keempat dari 12 orang bersaudara. Bangsa Yahudi

dinamakan bangsa Israel. Agama Yahudi pada prinsipnya sama

dengan agama Nasrani dan agama Islam.

Kaum Yahudi sangat mementingkan pendidikan bagi

generasinya. Karenanya, pandangan ini sangat mengilhami akan rasa

kecintaan kepada anak-anak, kepercayaan terhadap keadilan,

kebenaran dan potensial masyarakat beserta ganjaran-ganjarannya di

syurga.

Kemudian pemikiran Philo (30-50) sempat mempengaruhi

penyesuaian agama Yahudi dengan filsafat Helenisme. Menurutnya,

Allah merupakan seorang figur adikodrati yang berbeda dengan

kosmos atau dengan lainnya, karena Allah dan roh yang transenden,

tampak di dunia ini. Pemikiran para filosof Yahudi, termasuk Philo,

telah menempatkan pandangannya tentang kelebihan-kelebihan

(superiority) kaum Yahudi dari bangsa lain.

Dalam kitab suci agama Yahudi, Talmud salah satu ajarannya

adalah umat Yahudi wajib untuk berusaha semaksimal mungkin agar

kekuatan umat lain di muka bumi dapat dicegah, dan kekuatan

harus dipegang oleh kaum Yahudi.

b. Kristen

Setelah melalui perkembangannya, pengikutnya telah berasal dari

kalangan atas, ahli pikir, (filosof) dan kemudian pemikir Kristen pun

mulai bangkit. Zaman ini disebut zaman rasul (pada abad pertama)

sampai abad kedelapan.

Ada dua tokoh yang pantas disebut mewakili dari aliran tersebut.

Mereka adalah Pertualinus (160-22) dilahirkan di Katargo dan

kemudian ia menjadi pemeluk agama Kristen di Roma, dan

kemudian Agustinus (354-430) ajarannya tampak menunjukkan

sistem yang merupakan totalitas.

Page 17: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

13

Pertumbuhan agama Kristen ditandai oleh dua hal yang unik.

Dari satu sekte Yahudi, agama ini telah menjadi satu agama dunia,

dan agama inipun untuk sebagian telah meninggalkan dan untuk

sebagian kehilangan tanah asalnya dan menjadi agama yang

terutama dibagian dunia sebelah barat (Roham, 1993 : 3).

Agama Kristen ini mempunyai kitab suci (suatu kepercayaan)

yang dikenal dengan perjanjian lama dan perjanjian baru. Kitab suci

agama Kristen ini berasal dari Injil yang diturunkan kepada Isa Al-

Masih guna dijadikan tuntunan bagi umat Bani Israil, Injil yang

diakui syah oleh gereja ada 4 yaitu:

1. Injil karangan Markus ditulis tahun 60.

2. Injil karangan Matius ditulis tahun 70.

3. Injil karangan Lukas ditulis tahun 95.

4. Injil karangan Yahya ditulis tahun 100.

Agama Kristen ini juga mempunyai ajaran-ajaran, pokok

ajarannya pada masa Yesus mengajarkan konsep Tuhan, dalam arti

monoteisme murni, kemudian dikembangkan oleh Paulus dalam

lingkungan jemaat-jemaat Asing di Asia Kecil tersimpul dalam

dokrin-dokrin (Sou’yab, 1993 : 329)

Yesus Kristus dikenal sebagai guru, ajaran-ajaran yang

diberikannya sangat mempengaruhi ilmu pengetahuan, dan cara-

cara menagajar di sekolah seluruh dunia sampai sekarang.

Adapun tokoh-tokoh Kristen diantaranya adalah Martin Luther ia

anak seorang pekerja tambang, yang dibesarkan salah satu desa di

Jerman. Ia seorang yang cerdas dan ayahnya memasukannya ke

universitas di Erfurt. Akhirnya ia jadi seorang biarawan. John Calvin,

ia dibesarkan dalam keluarga yang cukup terkenal, ayahnya

sekretaris pada seorang uskup di Prancis. Ia belajar di Paris dan

tamat sebagai Doktor Hukum tahun 1531. Yang ketiga adalah John

Wesley di Inggris, di rumah seorang pendeta yang miskin, lahirlah

Page 18: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

14

anak ke 15 dari 19 bersaudara pada tahun 1707, tetapi orang-orang

memusuhi ayahnya.

3. Romawi dan Yunani : Antromorpisme

Antromorpisme adalah suatu paham yang menggunakan antara sifat-

sifat yang ada pada manusia (yang diciptakan). Paham ini muncul pada

zaman Patristik dan Skolastik, yaitu pada akhir zaman kuno dan selama

zaman pertengahan filsafat barat yang dikuasai oleh pemikiran Kristiani.

Secara garis besar, zaman Patristik dapat dibedakan menjadi dua zaman,

yaitu a). zaman patristik Yunani, dan b). zaman patristik Latin.

Aliran-aliran filsafat yang mempunyai pengaruhnya yang sangat

besar di Roma, adalah pertama, Epistemologi, yang dimotori oleh

Epicuros (341-270). Epicuros mengatakan bahwa rasa suka akan dimiliki

apabila hidup secara relevan dengan alam manusia, yang mana rasa suka

itu anggaplah sebagai sifat yang hendaknya selalu dimiliki. Kedua, aliran

Stoa, yang dipelopori oleh Zeni (336-126). Aliran ini mempunyai

pendapat bahwa adanya kebajikan apabila manusia hidup sesuai dengan

alam (Poedjawijatna, 1986 : 22).

Romawi dan Yunani sama-sama memiliki paham Antromorpisme.

Dalam hal ini dipahami dalam sifat-sifat yang ada persamaannya pada

manusia tentunya tidak sama dengan paham yang dianut oleh aliran

dalam Islam, misalnya Qadariyah.

B. REAKSI TERHADAP SPIRITUALISME DI YUNANI

1. Idealisme

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), ia adalah murid

Sokrates (Ali, 1996 ; 23). Aliran Idealisme, adalah suatu aliran ilmu

filsafat yang mengagungkan jiwa, menurutnya cita adalah gambaran asli

(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera

Page 19: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

15

(Suryadipura, 1994: 133), dalam pertemuannya antara jiwa dan cita

melahirkan sesuatu angan-angan yaitu idea.

Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan

lingkungan sehingga melahirkan dua maca realita; pertama, yang

nampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku mahluk hidup dalam

lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan

ada yang mati demikian seterusnya.; kedua, adalah realitas sejati, yang

merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan fikiran

yang utuh didalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli,

kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari

yang nampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki (Ibid., 1978:

61). Adapun bua pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato

adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum dikenal dan

dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua pendapatnya tentang idea

yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan

persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu sampai sekarang belum

terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya

tentang keabadian, yamg keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos,

yang kelima, pandanganya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990: 28).

2. Materialisme

Aliran Materialisme adalah sesuatu aliran filsafat yang berisikan

tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumber segalanya,

sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkan kebendaan

menurut matearilisme (Poewadarminta, 1984: 683). Aliran ini, berfikir

dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya,

kenyataannya aliran ini memberikan pernyataan bahwa segala sesuatu

yang ada di semua alam ini adalah semua yang dapat dilihat atau

diobservasi, baik wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-

peristiwanya.

Page 20: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

16

Tokoh-tokoh metrialisme di antaranya Leukipos dan Demokritos

(460-370 SM), mereka mengemukakan pendapat bahwa kejadian

seluruh alam terjadi oleh atom kecil, yang mempunyai bentuk dan

bertubuh dan lanjutnya jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai

bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak

(Suryadipura,1994: 130), demikian atom-atom tersebut membentuk satu

kesatuan yang dikuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atom-

atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan

ditambahkan juga bahwa kemungkinan yang dimiliki manusia tidak

melebihi kemungkinan kombinasi-kombinasi atom oleh karena itu atom

itu tidak pernah melampaaui potensi-potensi jasmani karena kedua-

duanya memiliki sumber yang sama, demikian juga bahwa adanya suatu

keberakhiran itu atau kematian itu karena hancurnya struktur atom-

atom, peleburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau

alam lainnya.

Karls Marxs, memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang

nyata adalah dunia materi dan didalam suatu susunan kehidupan yaitu

masyarakat. Demikian halnya dengan Thomas Hobbes yang disebut

dengan materialismus monistis, yaitu sangat mengagung-agungkan

materi atau kebendaan (Suryadipura, 1994: 130).

3. Rasionalisme

Aliran ini memfokus akal (rasio) sebagai satu-satunya alat yang

paling fundamental dan tepat untuk dijadikan basis pencarian

kebenaran. Pelopor aliran Rasionalisme adalah Rene Descartes (1595-

1650), ia juga penggerak dan pembaru pemikiran modern abad ke-17

(Salam, 1988: 78), menurutnya sumber pengetahuan yang dapat

dijadikan patokan dan dapat diuji kebenarannya adalah rasio, sebab

pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-

syarat yang dituntut ilmu pengetahuan ilmiah, dengan demikian dunia

Page 21: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

17

pengetahuan (empirik) bukanlah utama untuk menentukan kebenaran

dalam ilmu pengetahuan yang didapat dari proses akal.

Dalam pendapat yang agak berbeda filosuf Blaise Pascal (1632-1662),

menyatakan akal adalah tumpuan utama dalam menjelajahi

pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan

kesanggupan dalam menganalisa bahan (objek), tetapi pada sisi lain,

akal idak dapat menemukan pengertia yang sempurna tanpa adanya

keterkaitan atau keterpaduan dengan pengalaman. Demikian dengan

halnya Spinoza (1632-1677), ia mengeluarkan pendapat bahwa akal

adalah tumpuan dari segala sesuatu, tidak ada pengetahuan yang

terlepas dari akal, bahkan Tuhanpun menjadi sasaran akal dengan

interprestasi religius.

C. PEMIKIRAN FILSAFAT PRA-SOCRATES

Pada masa ini keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan

penghuninya, yang mana keterangan tersebut masih berdasarkan

kepercayaan. Para pemikir belum puas atas dengan keterangan itu

kemudian mencoba mencari keterangan melalui budinya. Oleh karena

filosuf-filosuf itu berusaha mencari inti alam, dalam sejarah mereka disedut

filosuf alam dan filsfat mereka dinamakan filsafat alam.

Menurut Poedjawijatna (1983: 23-25) filosuf filosuf alam yang

terkenal pada masa ini adalah:

1. Thales (624-548 SM) berpendaoat bahwa dasar pertama atau intisari alam

ialah air.

2. Anaximandros, menyatakan bahwa dasar pertama atau intisari alam ini

ialah zat yng tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinamakan to apeiron.

3. Anaximanes (590-528 SM) menngatakan bahwa intisari alam adalah

udara.

Page 22: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

18

4. Pitagoras, menyatakan dasar segala sesuatunya ialah bilangan sehingga

orang yang tahu dan mengerti betul akal bilangan, maka ia akan

mengetahui segala sesuatunya.

5. Heraklitos, mengatakan bahwa di dunia ini segala sesuatunya berubah.

6. Parmenides, ia dilahirkan di Elea, maka itu penganutnya disebut kaum

Elea. Pendapatnya merupakan kebalikan filsafat Heraklitos. Parmenides

mengakui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-

ubah itu, serta pengetahuan mengenai yang tetap;pengetahuan budi dan

pengetahuan indera.

D. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT SOCRATES (470-

399 SM)

Socrates yang dilahirkan di Athena, ia adalah putra seorang pemahat

dan seorang bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu

Sophonicus dan Phaenarete (smith, 1986: 19). Adapun prinsip-prinsip dasar

pendidikan menurut Socrates adalah, metode diakletis, yang digunakan

oleh Socrates yang mana telah menjadi dasar teknis pendidikan yang

direncanakan untuk mendorong seorang belajar untuk berfikir secara

cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan memperbaiki pengetahuannya.

Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang

penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akanmenghasilkan

perkembangan intelektual yang terus mnerus dan standar moral yang tinggi

(Smith, 1986: 25). Salah satu pendirian Socrates yang terkenal bahwa

kekuatan utama adalah pengetahuan. Jadi bagi Socrates yang terkenal

adanya pendidikan sudah membuktikan bahwa keutamaan tidak dapat

diajarkan dan pendidikan tidak mungkin dijalankan. Cara mengejar

Socrstes pada dasarnya disebut dialekta, yang disebabkan dalam pengajaran

itu dialog memegang peranan penting (Hadiwijono, 1980: 36). Dalam

pendidikan Socrates mengemukakan sistem atau cara brpikir secara

Page 23: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

19

induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan

berpangkal dari banyak pengetauan tentang hal khusus.

E. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURU PLATO (427-347

SM)

Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya

menyerap ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan

sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. Plato dilahirkan dalam keluarga

Aristoraksi yang kaya (mungkin di Athwna disekitar tahun 427 SM). Bagi

Plato, pendidikan itu adalah suatu bangsa dengan tugas yang harus

dilaksanakan untuk kepentingan negara dan perorangan, pendidikan itu

memberikan kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan diri

pribadinya. Menurut Plato di dalam negara idealnya pendidikan

memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang

paling khusus bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan

panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara.

Tujuan pendidikan menurut Plato adalah untuk menemukan kemampuan-

kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia akan

menjadi sorang warga negara yang baik, dalam suatu masyarakat yang

harmonis, melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang

anggota kelasnya.

F. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ARISTOTELES

(367-345)

Aristoteles adalah murid Plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan

intelek yang terkemuka, mungkin sepanjang masa. Aristoteles dilahirkan

tahun 394 SM di Stagira sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice yang

meonjol di sebelah barat Laut Egea. Menurut Aristoteles, agar orang dapat

hidup baik, maka ia harus mendapatkan pendidikan. Menurut Aristoteles,

untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus lebih dari binatang

Page 24: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

20

binatang lain berdasarkan kekuatanya untuk berfikir, harus mengamati

secara hati-hati menganalisa struktur-struktur, fungsi-fungsi organisme itu,

dan segala yang ada dalam alam. Oleh karena itu prinsip pokok pendidikan

menurut Aristoteles adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta suatu

belajar induktif.

Page 25: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

21

BAB III

BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN

DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN

AKSIOLOGI

A. PENGERTIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

Ontologi memiliki arti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata ini

dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ontologi berupaya mengetahui

tentang hakikat sesuatu. Ontologi dibatasi adanya mutlak, keterbatasan,

umum dan khusus.

Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab

pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia

memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.

Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari

benda atau diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (objek), manusia

juga melakukan berbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya

mengetahui (mengenal) benda atau hal yang telah diselidiki tadi (subjek).

Epistemologi membahas sumber , peroses, syarat, batas fasilitas, dan

hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaaan dan jaminan bagi

guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.

Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan, apakah

yang baik atau yang bagus itu. Definisi lain mengatakan aksiologi adalah

suatu pendidikan yang menguji dan yang mengintegrasikan semua nilai

tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam

kepribadian anak.

B. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN

1. ALIRAN PROGRESSIVISME

Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangkan rasa

progressivisme dalam semua realita,terutama dalam kehidupan adalah

Page 26: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

22

tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis

dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progressivisme

dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa

kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk

kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan

memperaktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji

kebenaran suatu teori. Prossivisme dinamakan environmentalusme

karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi

pembinaan kepribadian (Noor Syam,1987:228-229).

Aliran progressivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu

pengetahuan yang meliputi : Ilmu Hayat, Antropologi, dan Psikologi.

Adapun tokoh-tokoh Progressivisme ini adalah:

1. William james(New York,11 Januari 1842)

James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti, juga aspek dari

eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai

kelanjutan hidup.

2. John dewey(Vermont,20 oktober 1859)

Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan

problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktek.

3. Hans Vaihinger, menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis.

Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-

satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani

Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.

4. Ferdinant Schiller dan Georges santayana.

a. Pandangan Ontologi

Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang

amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah

kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci

Page 27: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

23

pengertian manusia atas segala sesuatu. Pengalaman adalah suatu

sumber evolusi maju setapak demi setapak. Pengalaman adalah

perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan.

b. Pandangan Epistemologi

Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses,

kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi

dan pengalaman.

c. Pandangan Aksiologi

Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian

adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.

d. Progressivisme dan Pendidikan

Aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James

dan John Dewey yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup

praktis. Oleh karena itu Filsafat Progressivisme tidak mengakui

kemutlakan kehidupan, menolak absolutisme dan otoriterisme dalam

segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu

mengalami perubahan, sebagaimana dikembangkan oleh Imanuel Kant.

Progressivisme dianggap sebagai The Liberal Road of Culture (kebebasan

mutlak menuju ke arah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut

bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open

minded).

2. ALIRAN ESSENSIALISME

Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai

kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-

nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan

kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas

(Zuhairini, 1991 : 21)

Page 28: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

24

Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak

essensialisme.

Realisme modern, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan

dunia fisik, sedangkan idealisme , pandangan-pandangannya bersifat

spiritual.

Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama

dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini

ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta

adanya kosmos.

a. Pandangan Ontologi Essensialisme

Sifat yang menonjol dari ontologi essensialisme adalah suatu konsep

bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya

dengan tiada cela pula.

Tujuan umum aliran essensialisme adalah membentuk pribadi

bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu

pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan

kehendak manusia.

Adapun uraian mengenai realisme dan idealisme ialah:

1. Realisme yang mendukung essensialisme yang disebut realisme

obyektif karena mempunyai pandangan sistematis mengenai alam

serta tempat manusia di dalamnya.

2. Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis

dibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah bahwa

pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh

dikatakan meliputi segala sesuatu.

b. Pandangan Epistemologi Essensialisme

Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk

mengerti epistemologi essensialisme.

Page 29: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

25

1. Kontraversi Jasmaniah Rohaniah

Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama

menganggap bahwa rohani kunci kesadaran tentang realita. Sebaliknya

realist berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di

dalam melalui jasmani.

Konsekkuensinya kedua unsur rohani dan jasmani adalah realita

kepribadian manusia.

2. Pendekatan (Approach) Idealisme pada Pengetahuan

a) Kita hanya mengerti rohani kita sendiri, tetapi pengertian ini

memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.

b) Menurut T.H Green, approach personalisme itu hanya melalui

introspeksi.

c) Dalam filsafat religious yang modern, ada teori yang mengatakan

bahwa apa yang dimengerti tentang sesuatu adalah karena

resonansi pengertian Tuhan.

3. Pendekatan (Approach) Realisme pada Pengetahuan

a) Menurut Teori Asosiasionisme

Pikiran atau ide-ide serta isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur

penginderaan dan pengamatan.

b) Menurut Teori Behaviorisme

Perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku,

sebab manusia sebagai suatu organisme adalah totalisme

mekanisme biologis.

c) Menurut Teori Koneksionisme

Semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya)

oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara)

stimulus dan respon.

4. Tipe Epismologi Realisme

a) Neorealisme

Page 30: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

26

Menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar

dengan sedikit atau tanpa adanya proses intelek.

b) Cretical Realisme

Menyatakan bahwa media antara intelek dengan realita adalah

seberkas penginderaan dan pengamatan.

c. Pandangan Aksiologi Essensialisme

1. Teori Nilai Menurut Idealisme

Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah

hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak

interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.

2. Teori Nilai Munurut Realisme

Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi

bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada

keteraturan lingkungan hidupnya.

d. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai

pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku.

Dengan mengambil landasan pikiran tersebut, belajar dapat

didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai

substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri

(Poedjawijatna, 1993 : 120-121). Pandangan realisme mencerminkan

adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas:

1. Determinisme mutlak

2. Determinisme terbatas

3. ALIRAN PERENNIALISME

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis

diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang

pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka

Page 31: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

27

perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada

kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji

ketangguhannya.

Perennialisme memandang pendidikan sebgai jalan kembali atau

proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan

sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi

kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Noor Syam, 1986 : 296).

Filsafat perennialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia

Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri,

kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai

pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.

Perennialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan

aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar

penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.

Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan

yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada

dalam pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut

ajaran dan interprestasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni

yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.

a. Pandangan Ontologi Perennialisme

Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti

benda individual, esensi, aksiden dan substansi. Perennialisme

membedakan suatu relaita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut

istilah ini.

b. Pandangan Epistemologi Perennialisme

Perennialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat

diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada

kepercayaan.

Page 32: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

28

Menurut perennialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika.

Jadi epistemologi dari perennialisme, harus memiliki pengetahuan

tentang pengertian dari kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan

menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode

deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran

hakiki, dan tujuan dari epistemologi perennialisme dalam premis mayor

dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.

c. Pandangan Aksiologi Perennialisme

Perennialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas

supranatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam

tingkah laku manusia, maka manusia sebagai subyek telah memiliki

potensi-potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping itu

adapula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah

yang tidak baik.

4. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris rekonsttruct yang

berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran

rekonstrusinisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata

susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

bercorak modern.

Rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia

merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa.

Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa

merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara

demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.

Page 33: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan

Filsafat Pendidikan

29

a. Pandangan Ontologi

Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala

sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu

bersifat universal, yang mana realita itu ada di mana dan sama di setiap

tempat.

b. Pandangan Epistemologi

Kajian epistemologi aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran

pragmatisme (progressive) dan perennialisme.

Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat

dibuktikan dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri,

realita dan eksistensinya.

Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang

membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence),

dengan jalan pemikirannya adalah silogisme.