Manuscript - Unimusrepository.unimus.ac.id/2016/2/MANUSCRIPT.pdf · Banyaknya tugas atau persepsi...
Transcript of Manuscript - Unimusrepository.unimus.ac.id/2016/2/MANUSCRIPT.pdf · Banyaknya tugas atau persepsi...
1
HUBUNGAN POSITIF PERSEPSI BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT
STRES PERAWAT RUANG OPERASI
DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Manuscript
Oleh :
YULI WIDIASTUTI
NIM : G2A216043
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
http://repository.unimus.ac.id
2
HUBUNGAN POSITIF PERSEPSI BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN TINGKAT
STRES PERAWAT RUANG OPERASI DI RSUP DR KARIADI SEMARANG
Yuli Widiastuti ˡ, Tri Hartiti ², Vivi Yosafianti Pohan ³
1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected]
2. Dosen Manajemen Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected]
3. Dosen Manajemen Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected]
Latar Belakang : Beban kerja atau persepsi beban kerja perawat yang tidak sesuai dapat
menimbulkan stres bagi perawat. Kondisi serta persepsi beban kerja perawat di ruang operasi perlu
diketahui untuk menentukan kuantitas dan kualitas perawat demi pelayanan yang paripurna.
Banyaknya tugas atau persepsi beban kerja perawat yang tidak sebanding dengan kemampuan fisik
dan waktu akan menimbulkan stres bagi perawat tersebut. Pelayanan di ruang operasi berkaitan
dengan beban kerja dan tingkat stres perawat yang ada. Keadaan pasien yang setiap hari berubah,
perlunya kecakapan, kecepatan dan ketelitian dalam bekerja juga menjadi beban bagi perawat di
ruang operasi yang juga menimbulkan stres bagi perawat yang bekerja di ruang operasi. Tujuan
Penelitian : bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi beban kerja dengan tingkat stres perawat
ruang operasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskripsi korelasi dengan menggunakan metode penelitian belah lintang (cross sectional).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana ruang operasi di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Sampel penelitian sebanyak 80 responden dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Analisis data dengan menggunakan pearson product moment.
Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi beban kerja perawat sebagian besar
adalah persepsi beban kerja sedang sebanyak 60 responden (75%). Stres kerja perawat sebagian besar
adalah stres kerja ringan sebesar 47 responden (58,8%).
Simpulan : Ada hubungan antara persepsi beban kerja dengan tingkat stres perawat ruang operasi di
RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05).
Saran : Diharapkan perawat ruang operasi dapat mengenali ciri-ciri stres agar dapat lebih efektif
memanajemen stres, membuat manajemen waktu dengan baik, tidak menunda pekerjaan dan selalu
berpikir positif.
Kata Kunci : Persepsi beban kerja, stres kerja perawat, ruang operasi.
ABSTRACT
Background : The unequal workload may lead to stress among nurses. The condition and perception
of nurses’ workload should be acknowledged so that the nurses are able to determine the quantity and
quality of the perfect health service. The unequal assignment or workload compared to the physical
performance and the given time may initiate stress among nurses. The service in operating room
highly related to the workload and stress level of nurses. The change of patients’ condition in each
day requires quick response and accuracy which also affect the stress among nurses in operating
room. Research Target : This research was aimed to find out the correlation between workload
perceptionsand the stress level among nurses in Operating Room at RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Research Method : Research design was adescriptive correlative research with cross sectional
approach. The research was conducted on September 2017 – February 2018 in the Operating Roomof
http://repository.unimus.ac.id
3
RSUP Dr. Kariadi Semarang with 80 nurses taken as sample. From the statistical analysis using
Pearson Product Moment. Result of research : The research result drawn that most of the workload
perception was moderate with 60 respondents (75%). The stress level was mainly minor with 47
respondents (58.8%).
Conclusion : There is a correlation between perception of workload and stress level of operating
room nurses at Dr. Kariadi Hospital Semarang with p value of 0,000 (α < 0,05).
Suggestion : From the research, it is recommended for the nurses at Operating Room to find out
more about the characteristics of minor, moderate, and chronic stress and apply effective stress
management, have a positive mind, also smile more often to reduce the stressor.
Keywords : Perception of workload, nurses work stress, operating room.
PENDAHULUAN
Manusia dalam hidupnya pasti mengalami stres dan tidak ada seorangpun yang kebal akan
stres. Stres juga diperlukan bagi seseorang walaupun sedikit, hal itu bisa menguntungkan
untuk selalu siap atau siaga pada situasi tertentu demi mendapatkan kinerja yang baik. Stres
terjadi bila pikiran dan tubuh bereaksi terhadap sebuah situasi yang nyata ataupun yang
dibayangkan (Boenisch and Hanley, 2005). Stres sebagai ketidakmampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stres di tempat kerja merupakan
hal yang biasa, hal ini dapat menyebabkan penurunan tingkat kinerja seseorang. Semua
pekerjaan dapat menyebabkan ketegangan atau stres, namun ada beberapa pekerjaan yang
lebih menyebabkan stres dibanding pekerjaan lainnya salah satunya yaitu pekerjaan sebagai
perawat (National Safety Council,2004). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan yang merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan kesehatan (UU No 44 Tahun 2009).
Tingginya permasalahan dalam dunia kesehatan berkaitan dengan tingginya kebutuhan
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan di rumah sakit. Tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang paripurna
termasuk pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual terkait dengan manusia
sebagai objek pelayanan. Masyarakat pun semakin pintar dan selektif dalam memilih
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berpihak pada mayarakat itu sendiri, maka semua
rumah sakit berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat. Peran perawat di suatu rumah sakit sangat penting sebagai tolok ukur penilaian
suatu rumah sakit yang berkualitas dalam pelayanan (UU No 44 Tahun 2009).
http://repository.unimus.ac.id
4
Penelitian Haryanti (2013), tentang hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD
RSUD Kabupaten Semarang didapatkan hasil beban kerja perawat sebagian besar adalah
tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%).Stres kerja perawat sebagian besar adalah stres
sedang sebanyak 24 responden (82,2%).Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres
kerja perawat . Penelitian Kasmarani (2012), yang berjudul pengaruh beban kerja fisik dan
mental terhadap stres kerja pada perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur
didapatkan hasil beban kerja fisik ringan sebesar 96,2% dan beban kerja mental yang tinggi
sebesar 70,1% dan tidak mengalami stres kerja 70,1%. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan kerja fisik dan ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja
perawat di IGD RSUD Cianjur. Perawat di IGD lebih besar beban kerja mental nya seperti
hal nya beban kerja perawat yang di ICU ataupun di ruang operasi.
Berdasarkan hasil wawancara 10 perawat di ruang operasi rumah sakit Dokter Kariadi
(dengan pedoman wawancara) menyatakan bahwa beban kerja di ruang operasi dalam
kategori berat. Sepuluh orang perawat ini juga menyampaikan bahwa jumlah pekerjaan yang
ada tidak sebanding dengan jumlah perawat yang ada saat ini di ruang operasi. Perawat juga
menyatakan tingkat stres di ruang operasi tinggi dengan dibuktikan kadang-kadang merasa
jenuh dalam bekerja, tingkat emosi naik, mengeluh sakit kepala. Petugas shift sore yang
seharusnya minimal dua orang (sebagai perawat scrub dan perawat sirkular) tiap kamar
operasi tetapi kenyataannya hanya satu orang perawat tiap kamar operasi yang dapat
menangani operasi, sehingga untuk menutupi kekurangan tenaga di setiap shift diberlakukan
jam kerja tambahan (lembur) bagi semua perawat di ruang operasi secara bergantian.
Jumlah operasi terprogram pada lima bulan terakhir. Pada bulan Januari yaitu 1.612 operasi,
bulan Februari adalah 1.510 operasi, Maret sebanyak 1.610 operasi, April sebanyak 1.306
operasi, bulan Mei yaitu sebesar 1.499 operasi. Jadi rata-rata jumlah operasi mencapai 1.500
operasi per bulan dengan jumlah kamar operasi sebanyak 21 kamar operasi + 2 ruang
pemulihan + satu ruang timbang terima alat kotor dan tenaga perawat di ruang operasi
sebanyak 104 perawat yang terbagi dalam tiga shift (data dari Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RS Dokter Kariadi Semarang). Keadaan pasien yang setiap hari berubah juga menjadi beban
bagi perawat di ruang operasi, maka perawat ruang operasi tidak hanya dituntut untuk cakap
dalam bekerja namun harus mempunyai keahlian khusus juga yang dapat menunjang
kelancaran perawat dalam bekerja di ruang operasi.
http://repository.unimus.ac.id
5
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi dengan metode pendekatan belah
lintang (cross sectional). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perawat
pelaksana ruang operasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 104 perawat. Cara
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan simple
random sampling sehingga jumlah sampel menjadi 80 responden. Penelitian ini dilakukan di
ruang operasi RSUP Dr. Kariadi Semarang. Alat pengumpul data dengan lembar kuesioner.
Proses penelitian ini berlangsung dari bulan September 2017 – Februari 2018. Data dianalisa
menggunakan uji Pearson Product Moment.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan karakteristik umur responden, dari 80 responden didapatkan bahwa kelompok
umur paling banyak adalah usia dewasa awal ( 25-35 tahun ) yaitu sebanyak 53 orang ( 66,3
% ). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu
sebanyak 47 orang ( 58,8 % ). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan,
didapatkan bahwa pendidikan D3 adalah terbanyak yaitu 59 orang ( 73,8 % ). Berdasarkan
kelompok masa kerja terbanyak adalah masa kerja >10 tahun yaitu 30 orang ( 37,5 % ).
Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami persepsi
beban kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang ( 10 % ). Responden yang mengalami persepsi
beban kerja sedang dengan persentase sebesar 75 % adalah 60 orang dan persepsi beban kerja
berat sebanyak 12 orang ( 15 % ). Responden yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak
47 orang ( 58,8 % ). Responden yang mengalami tingkat stres sedang sebanyak 31 orang (
38,8 % ) dan tingkat stres berat sebanyak 2 orang ( 2,5 % ).
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden pada Perawat
Ruang Operasi Di RSUP Dr. Kariadi Semarang (n=80) 2018 Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur (tahun)
25-35 53 66,3%
36-55 25 31,30%
>56 2 2,50%
Jenis kelamin
Laki-laki 47 58,80%
Perempuan 33 41,30%
Tingkat pendidikan
DIII 59 73,80%
S1 21 26,30%
Masa kerja
<5 tahun 22 27,50%
5-10 tahun 28 35%
>10 tahun 30 37,50%
http://repository.unimus.ac.id
6
a. Analisis Univariat
Persepsi Beban Kerja Perawat di Ruang Operasi
Persepsi beban kerja responden digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu : ringan, sedang
dan berat.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Persepsi Beban Kerja Perawat
Ruang Operasi RSUP Dr. Kariadi Semarang (n=80) 2018 Persepsi Beban Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 8 10
Sedang 60 75
Berat 12 15
Total 80 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi beban kerja perawat ruang operasi di
RSUP Dr. Kariadi Semarang berada pada kategori sedang yaitu dengan jumlah 60 responden
(75%), sedangkan untuk stres ringan sebanyak 8 responden (10%) dan kategori berat
sebanyak 12 responden (15%).
Tingkat Stres Perawat di Ruang Operasi
Tingkat stres responden digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu : ringan,sedang dan berat.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Stres Perawat
Ruang Operasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang (n=80) 2018 Tingkat Stress Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 47 55,8%
Sedang 31 38,8%
Berat 2 2,5%
Total 80 100
Tabel 3 menunjukkan hasil bahwa responden yang mengalami tingkat stres ringan sebanyak
47 responden (55,8%), sebagian lagi dalam kategori sedang sebanyak 31 responden (38,8%)
dan sisanya dalam kategori tngkat stres berat sebanyak 2 responden (2,5%).
b. Analisis Bivariat
Hasil uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan persepsi beban kerja dengan tingkat
stres perawat ruang operasi dapat dilihat pada tabel 4
http://repository.unimus.ac.id
7
Tabel 4
Uji Korelasi Pearson
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi Pearson diperoleh nilai p value 0,001 < 0,05
dan nilai koefisien korelasi (r=0,569), maka Ho ditolak yang artiya secara statistik ada
hubungan antara persepsi beban kerja dengan tingkat stres perawat ruang operasi di RSUP
Dr. Kariadi Semarang dan mempunyai hubungan keeratan sebesar 0,569 (korelasi sedang).
PEMBAHASAN
Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya hubungan antara persepsi beban kerja dengan
tingkat stres perawat ruang operasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Karakteristik Responden
Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah kelompok umur 25-35
tahun (dewasa awal ) yaitu sebanyak 53 responden dengan persentase 66,3%. Peran dari
faktor umur ini memberikan respon terhadap situasi yang potensial dapat menimbulkan stres.
Umur seseorang juga dapat mempengaruhi besar beban kerja seseorang. Kategori kelompok
umur berdasarkan Depkes pada kelompok umur tersebut tergolong pada kelompok umur
dewasa awal (26-35 tahun), dimana pada usia produktif dan dewasa awal ini seseorang mulai
terbentuk pola pikir dan kemampuan untuk belajar dari lingkungan. Pada rentang umur 25-35
tahun seseorang masih mempunyai kekuatan otot atau tenaga yang kuat jadi seseorang masih
mampu dalam menyelesaikan aktifitasnya dengan baik. Perawat ruang operasi RSUP Dr.
Kariadi terbanyak umur dewasa awal, meskipun beban pekerjaan yang diterima berat tetapi
perawat ruang operasi dalam menyelesaikan aktifitasnya mereka mempunyai persepsi tentang
beban kerja dalam tingkat sedang dan dapat mengatasi stres yang dialami.
Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden terbanyak adalah jenis kelamin
laki-laki dengan persentase 58,8% atau sebanyak 47 responden. Jenis kelamin responden di
ruang operasi RSUP Dr. Kariadi semarang di dominasi oleh laki-laki yang memiliki
Correlations
SKOR TOTAL
BEBAN KERJA
SKOR TOTAL
STRES KERJA
SKOR TOTAL BEBAN
KERJA
Pearson Correlation 1 ,569**
Sig. (2-tailed) ,000
N 80 80
SKOR TOTAL STRES
KERJA
Pearson Correlation ,569** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
http://repository.unimus.ac.id
8
kemampuan fisik lebih besar dibandingkan perempuan, hal ini menjadikan aktivitas yang
dilakukan masih dalam batas kemampuan tenaga perawat di ruang operasi RSUP Dr. Kariadi
Semarang sehingga tidak menjadikan persepsi beban kerja yang tinggi dan tingkat stres juga
dirasakan ringan. Jenis kelamin berperan terhadap terjadinya stres. Otak perempuan
mempunyai kewaspadaan negatif dengan adanya konflik dan stres, konflik ini memicu
hormon sehingga memunculkan stres. Laki-laki umumnya menganggap konflik dapat
memberikan dorongan yang positif. Respon saat menghadapi stres pada jenis kelamin
perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki, Perempuan lebih banyak
memproduksi hormon stres dibandingkan laki-laki. Hormon progesteron pada perempuan
akan menghambat sistem hormon stres untuk menonaktifkan diri, tidak seperti laki-laki.
Perempuan lebih cepat merespon stres tetapi perempuan juga lebih cepat dalam mengatasi
stres. Hasil penelitian ini terbanyak laki-laki, karena laki-laki lebih berespon positif terhadap
stres maka kompensasi stres pada perawat ruang operasi dalam beradaptasi termasuk dalam
tingkat stres ringan.
Pendidikan
Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini terbanyak adalah pendidikan D3 yaitu
sebesar 59 responden (73,8%), sebagian tingkat pendidikan S1 sebesar 26,30% (21 orang).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Kurnia (2015) tentang
hubungan tingkat stres dengan tingkat kelelahan kerja perawat ICU RS Immanuel Bandung
yang menyatakan bahwa 66,6% responden dengan tingkat pendidikan D3. Tingkat
pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Tingkat
pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi proses berfikir dan pengetahuan seseorang.
Tingkat pendidikan D3 dan S1 dapat memanajemen stres dengan baik, karena tingkat
pendidikan merupakan sumber koping. Siagian (2001), menyatakan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap daya kritik dan daya nalar, sehingga individu semakin
mampu untuk menyelesaikan masalah, mengatasi tekanan atau beban kerja yang dihadapai.
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempermudah seseorang untuk mengatasi
permasalahan, berpikir secara luas, makin mudah daya inisiatifnya dan semakin mudah
menemukan cara-cara yang efisien untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perawat ruang operasi
juga mempunyai kompetensi dasar yang sama, perawat yang bekerja di ruang operasi harus
mempunyai sertifikat pelatihan kamar bedah dan itu dimiliki oleh semua perawat yang ada
diruang operasi RSUP Dr. Kariadi sehingga perawat ruang operasi yang D3 dan S1 dapat
melakukan manajemen stres dengan baik.
http://repository.unimus.ac.id
9
Masa kerja
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa masa kerja responden terbanyak adalah lebih dari 10
tahun yaitu sebesar 30 responden dengan persentase 37,5%. Siagian (2008), menyatakan
bahwa lama kerja menunjukkan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing
pekerjaan atau jabatan. Masa kerja atau lamanya bekerja seseorang akan menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi seseorang tersebut. Responden dalam penelitian ini
sebagian besar menyatakan bahwa persepsi tentang beban kerja yang diterimanya tidak
dirasakan tinggi karena lama masa kerja dari responden yang lebih dari 10 tahun menjadikan
pengalaman dan ketrampilan yang didapat menjadi lebih baik, sehingga dalam koping stres
juga menjadi lebih baik dan tidak menyebabkan tingkat stres yang tinggi.
Persepsi beban kerja.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa persepsi beban kerja terbanyak adalah persepsi beban
kerja sedang dengan jumlah 60 responden (75%). Robbins (2007), menyatakan bahwa postif
negatifnya beban kerja merupakan masalah persepsi. Masing-masing orang memiliki
kemampuan yang berbeda terkait dengan beban kerja dan memiliki persepsi yang berbeda
juga tentang beban kerja. Hasil wawancara responden pada penelitian ini menyatakan bahwa
beban kerja yang ada saat ini dirasakan berat. Notoadmodjo (2007), menyatakan bahwa
tingkat ketepatan penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, disamping didasarkan pada
beban optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, ketrampilan, motivasi, dan sebagainya.
Penelitian ini terbanyak adalah responden dengan usia produktif yang masih muda, yaitu
umur 25-35 tahun, dimana pada usia tersebut seseorang masih mempunyai kekuatan otot dan
tenaga yang kuat, sehingga beban kerja yang diterima di persepsikan dengan beban kerja
yang sedang. Masa kerja yang lama juga menjadi faktor seseorang mempersepsikan beban
kerja menjadi ringan atau sedang karena dengan masa kerja yang lama seseorang akan
mendapatkan pengalaman dan ketrampilan lebih banyak sehingga akan membantu seseorang
dalam menghadapi beban kerja yang diterimanya. Jenis kelamin pada penelitian ini juga
terbanyak adalah laki-laki sebesar 47 responden (58,8%), laki-laki lebih mempunyai
kemampuan fisik dibandingkan perempuan sehingga responden laki-laki lebih dapat
menerima beban kerja dan mempersepsikan beban kerja menjadi sedang. Persentase persepsi
beban kerja pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian
Susanto (2015),menyatakan bahwa persentase persepsi beban kerja terbanyak adalah persepsi
beban kerja berat yaitu sebesar 60,9%, sedangkan hasil penelitian ini adalah yang terbanyak
persepsi beban kerja sedang sebesar 75%.
http://repository.unimus.ac.id
10
Tingkat stres perawat ruang operasi.
Hasil penelitian didapat perawat yang bekerja di ruang operasi RSUP Dr. Kariadi Semarang
yang terbanyak adalah tingkat stres ringan yaitu sebesar 58,8% atau sebanyak 47 responden.
Stres adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stresor)
(Hartono,2007). Stres membutuhkan koping serta adaptasi. Sindrom adaptasi umum dalam
teori Selye menggambarkan bahwa tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian jika
mendapat stresor baik positif maupun negatif. Respon tubuh dapat diprediksi tanpa
memperhatikan stresor atau penyebab tertentu (Riyadi, 2009). Penelitian ini memperkuat
hasil penelitian sebelumnya , yaitu penelitian Dewi, Rukmala (2012) yang didapatkan hasil
bahwa responden dengan stres ringan sebesar 37,1% dari total responden 27 orang,
sedangkan dalam penelitian ini total responden sebanyak 80 orang dengan hasil terbanyak
responden mengalami stres ringan sebesar 58,8%.
Pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden berumur antara 25-35 tahun,
dimana pada usia tersebut seseorang lebih bertambah kedewasaan dan kematangan dalam
berfikir dan mempunyai kestabilan emosi. Robert J. Havighurst dalam bukunya “Human
Development and Education” (1953), bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan tiga
puluhan telah akan dapat mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga seseorang dapat
mencapai emosi yang stabil dan kalem. Responden pada penelitian ini merupakan responden
dengan usia dewasa awal dimana responden mampu mengatasi stresor yang diterimanya,
sehingga pada penelitian ini hasil terbanyak adalah responden dengan tingkat stres ringan.
Tingkat pendidikan yang tinggi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi respon
terhadap stresor. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah
dengan tingkat pendidikan D3, namun sebagian adalah pendidikan S1 yang keduanya
merupakan sama-sama tingkat pendidikan yang tinggi dan mempunyai kompetensi dasar
yang sama, perawat yang ada di ruang operasi juga mempunyai sertifikat pelatihan teknik
kamar bedah. Tingkat pendidikan D3 dan S1 bersifat praktis dan menjadikan perawat lebih
terlatih dalam menjalankan pekerjaannya sehingga memungkinkan lebih dapat mengontrol
stresor. Tingkat pendidikan merupakan suatu koping bagi seseorang, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka seseorang akan mempunyai manajemen stres yang baik. Tingkat
pendidikan seseorang yang tinggi akan membuat pikiran menjadi luas, menganggap stresor
yang datang sebagai dorongan untuk bersaing.
Hubungan persepsi beban kerja dengan tingkat stres perawat di ruang operasi.
Hasil uji statistik menggunakan uji Pearson Product Moment diperoleh hasil p value 0,000
yang berarti lebih kecil dari 0,05 (p value < α 0,05). Hal ini berarti Ha di terima dan Ho di
http://repository.unimus.ac.id
11
tolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi beban kerja dengan
tingkat stres perawat ruang operasi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Susanto (2015), menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara persepsi beban kerja dengan stres kerja perawat IGD dan ICU Eka Hospital Pekanbaru.
Hasil penelitian Dewi, Rukmala (2012), juga menyatakan bahwa ada hubungan antara beban
kerja dengan stres pada perawat di ruang perawatan 2 RSUD RA. Basuni Gedeg Mojokerto.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Gambaran distribusi karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak adalah umur
antara 25-35 tahun, yaitu sebesar 66,3% (53 responden), responden dengan jenis kelamin
laki-laki juga terbanyak di ruang operasi, yaitu sebesar 58,8%, sedangkan berdasarkan
tingkat pendidikan terbanyak adalah responden dengan pendidikan D3 sebesar 73,8% (59
responden) dan responden dengan masa kerja lebih dari 10 tahun merupakan responden
terbanyak di ruang operasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, yaitu sebesar 37,5% (30
responden).
2. Responden dengan tingkat stres ringan pada penelitian ini adalah sebesar 58,8% atau
sebanyak 47 responden, sedangkan responden dengan tingkat stres sedang sebanyak 31
responden atau sebesar 38,8% dan sebagian dengan tingkat stres berat sebesar 2,5% (2
responden).
3. Responden dengan persepsi beban kerja sedang pada saat penelitian adalah sebesar 75%
(60 responden), sebagian mempersepsikan beban kerja berat sebanyak 12 responden
(15%) dan dengan persepsi ringan sebesar 10% adalah 8 responden.
4. Ada hubungan antara persepsi beban kerja dengan tingkat stres perawat ruang operasi
RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan nilai p value = 0,001 dan nilai koefisien korelasi (r =
0,569) atau tingkat korelasi sedang. Keeratan hubungan antara persepsi beban kerja
dengan tingkat stres perawat ruang operasi nilainya positif yang artinya semakin berat
persepsi beban kerja, maka semakin berat tingkat stres perawat ruang operasi di RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
SARAN
1. Perawat Ruang Operasi
a. Mengenal lebih dini ciri-ciri dari stres kerja ringan, sedang dan berat agar lebih efektif
dalam memanajemen stres.
b. Menerapkan manajemen waktu dengan baik, tidak menunda pekerjaan.
http://repository.unimus.ac.id
12
c. Berpikiran positif dan murah senyum untuk mengurangi stresor.
2. Rumah Sakit
a. Mengadakan wadah atau tempat serta membuat jadwal rutin pertemuan antara atasan
dengan pelaksana untuk berdiskusi atau menyampaikan aspirasi terkait masalah-masalah
yang dihadapi pearawat dan pelaksana lainnya.
b. Menambah tenaga keperawatan di ruang operasi sesuai dengan kebutuhan jumlah operasi
dan kamar operasi.
c. Memberikan reward kepada perawat yang mempunyai dedikasi tinggi pada pekerjaannya.
d. Mengadakan atau mengirim perawat untuk pelatihan tentang perawat ruang operasi.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya perlu meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi beban kerja
dan stres kerja perawat yang belum dibahas pada penelitian ini.
KEPUSTAKAAN
Anonim, (2009). Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta
Boenisch, Ed dan Haney, M. (1998). Menggapai Keseimbangan Hidup. Cetakan ketiga.
Diterjemahkan oleh: Dr. Joehana Oka. Jakarta: Grasindo.
Dewi, Fitria. (2012). Hubungan Beban Kerja dan Lama Masa Kerja dengan Stres pada
Perawat di Ruang Perawatan 2 RSUD RA. Basuni Gedeg Mojokerto. Jurnal Medica
Majapahit, 4 (1), pp: 23-32.
Hartono,LA. (2007). Stres dan Stroke : Stres, satu faktor tambahan penyebab stroke.
Yogyakarta : Kanisius.
Haryanti. (2013). Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan, 1 (1),
pp: 48-56.
Kasmarani, Murni. (2012). Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental terhadap Stres Kerja
pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1 (2), pp: 767-776.
Kurnia, Nur intan. (2015). Hubungan Tingkat Stres Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja
Perawat ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan, 9 (1), pp:
487-500.
National Safety Council. (2004). Manajemen Stres. Edisi ke 1. Diterjemahkan oleh: Palupi
Widyastuti. Jakarta: EGC.
http://repository.unimus.ac.id
13
Nishizaki, Yuji et al. (2010). Relationship between Nursing Workloads and Patient Safety
incidents. Journal of Multidisciplinary Healthcare, 3, pp: 49-54.
Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto.(2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Robbins, Stephen. (2007). Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT Indeks
Gramedia.
Siagian, Sondang P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, Heri. (2015). Hubungan Persepsi Beban Kerja dengan Stres Kerja pada Perawat
IGD dan ICU Eka Hospital Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan, 2(1), pp : 872-878.
http://repository.unimus.ac.id