Manifestasi Klinis Hiv

7
Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu dan anak. 50 % kasus AIDS anak berumur < 1 tahun dan 82% berumur < 3 tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada umur 10 tahun. Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa : 1) Gagal tumbuh 2) Berat badan menurun 3) Anemia 4) Panas berulang 5) Limfadenopati 6) hepatosplenomegali Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun, terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antara lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karena Pneumocystis carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau toksiplasmosis otak. Bila anak terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga menderita diare berulang. Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan

description

a

Transcript of Manifestasi Klinis Hiv

Manifestasi KlinisManifestasi klinis pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu dan anak. 50 % kasus AIDS anak berumur < 1 tahun dan 82% berumur < 3 tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada umur 10 tahun.Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa :1) Gagal tumbuh2) Berat badan menurun3) Anemia4) Panas berulang5) Limfadenopati6) hepatosplenomegaliGejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun, terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antara lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karena Pneumocystis carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau toksiplasmosis otak. Bila anak terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga menderita diare berulang.Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jarigan paru. Manifestasi klinisnya berupa :1) Hipoksia2) Sesak napas3) jari tabuh4) Limfadenopati5) Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang dengan dangan adenopati di hilus dan mediastinum.Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati kronik yang mengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran ketrampilan motorik dan daya intelektual, sehingga terjadi retardasi mental dan motorik. Ensefalopati dapat merupakan manifestasi primer infeksi HIV. Otak menjadi atrofi dengan pelebaran bventrikel dan kadangkala terdapat klasifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan susunan saraf pusat atau cairan serebrospinal.( Ardhiyanti, Yulrina, Lusiana, Novita & Megasari, Kiki. 2015. Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Deepublish )

3.1 MANIFESTASI KLINISPerjalanan alamiah infeksi HIV-AIDS pada pasien yang tidak mendapat pengobatan adalah khas. Hal ini merupakan kombinasi dari kompetisi antara patogenitas virus dan imunopatogenitas yang berlangsung selama penyakit ini yang dimulai saat infeksi primer yang berkembang sampai stadium lanjut, yang bersifat kompleks dan bervariasi. Penting untuk dipahami bahwa mekanisme pathogenesis HIV-AIDS adalah multifaktorial dan multifasik, serta berbeda pada masing-masing stadium yang berbeda.

GGambar 8 memperlihatkan replikasi virus yang sangat aktif pada beberapa minggu pertama infeksi dan kerusakan yang cepat dari sel CD4 di sirkulasi perifer. Hal ini disebabkan tidak adanya kontrol dari T cytotoxic terhadap sel-sel yang terinfeksi HIV. Di samping itu, peranan imunitas alamiah yang mensekresi IFN tidak banyak berfungsi secara in vivo. Konsekuensi klinis dari infeksi HIV meliputi suatu spectrum yang dimulai dengan munculnya sindrom akut yang berkaitan dengan suatu infeksi primer, diikuti oleh suatu masa tanpa gejala yang panjang dan diakhiri oleh suatu stadium lanjut yang berat.Diperkirakan sekitar 50-70% pasien mengalami suatu gejalagejala akut 3-6 minggu setelah infeksi primer. Gejala yang paling primer adalah demam dan rash, serta limfadenopati selama berlangsungnya serokonversi HIV. Gambaran klinis yang dapat ditemukan bisa bervariasi dari ringan sampai berat. yang umumnya dibedakan dalam kelompok umum/konstitusional, sermatologik, dan neurologik. Gejala-gejala konstitusional adalah demam, faringitis, limfadenopati, sakit kepaIa/retroorbitaI, artraIgia/miaIgia, lethargy / maIaise, anoreksia / penurunan berat badan, nausea / vomitus / diare. Gejala - gejala dermatologik bisa berupa erythematous maculopapular rash dan mucocutaneus ulceration. Gejala-gejala neurologik mungkin meningitis, encepalitis, neuropati perifer, dan myelopathy.Selama masa tanpa gejala (Iaten) yang panjang, peranan cytotoxic T cell penting sedangkan antibodi terhadap HIV sering tidak protektif. Meskipun viral load rendah, tetapi replikasi virus terus berlangsung di jaringan limfoid dan sel CD4 mengalami kerusakan secara bertahap.Pada saat kontrol T cytotoxic dapat dihindari oleh HIV karena sel CD4 tidak dapat sepenuhnya membantu T cytotoxic maka viral load dalam plasma mulai meningkat dan diikuti dengan menurunnya jumlah sel CD4. Saat ini mulailah muncul kembali gejala-gejala konstitusional. Apabila sel CD4 jumlahnya 50% per hari dalam bulan terakhir. HIV wasting syndrome, keadaan sangat kurus disertai demam kronis dan atau diare kronis Candidiasis esophagus/trakea/bronkus/paru Toxoplasmosis, abses di otak Cytomegalovirus (CMV) : retinitis atau organ lain, tidak termasuk hati. limpa, dan kelenjar getah bening TBC ekstrapulmoner Mikobakterium non TBC Cryptococcus ekstrapulmoner, meningitis Cryptosporidiosis kronis Isosporiasis kronis Mikosis diseminata : histoplasmosis, coccidiomycosis Leishmania diseminata atipikal Pneumonia pnemocystis jiroveci Pneumonia bakterial berat berulang Septikemia berulang, termasuk Salmonella non tifoid Ensefalopati HIV Leukoensefalopati multifokal progresif Sarkoma Kaposi Limfoma sel B non Hodgkin Ca serviks invasive