Manfaat Analisis Fundamental Dan Analisis Teknikal
-
Upload
yana-suryana -
Category
Documents
-
view
438 -
download
18
Transcript of Manfaat Analisis Fundamental Dan Analisis Teknikal
MANFAAT ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL DALAM
MEMBUAT KEPUTUSAN
Untuk menghadapi pergerakan harga di bursa saham ada dua macam pendekatan, yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal.
Pada masing-masing pendekatan ada penganut yang agak fanatik sehingga menimbulkan
antagonisme seolah-olah yang satu lebih unggul daripada yang lain. Para penganut haluan
fundamental (fundamentalist) menganggap bahwa harga bergerak secara acak (random)
sehingga arahnya tidak mungkin bisa diduga sebelumnya. Upaya untuk berbuat demikian
tidak lain adalah spekulasi belaka, yang tentu tidak bisa diterima oleh para teknisi pasar
(market technician), sehingga suka memplesetkan nama fundamentalist
menjadi funnymentalist dalam ucapan yang dipercepat. Antagonisme demikian tidak
perlu terjadi bila kita mempertimbangkan aspek-aspek berikut.
Analisis fundamental adalah analisis terhadap fundamental suatu negara yang didasarkan
pada situasi ekonomi, politik, keamanan secara global dan juga tiap-tiap Negara yang
mengeluarkan indek saham. Prinsipnya analisis fundamental membutuhkan keahlian seni
tersendiri untuk memperhitungkan penting tidaknya suatu informasi menjadi faktor yang
akan mempengaruhi fluktuasi nilai tukar suatu mata uang.
Prinsip-prinsip analisis fundamental:
1. Reaksi berantai, semakin besar dampak berantai suatu informasi, semakin besar
pula pengaruhnya terhadap nilai indek saham.
2. Jarak informasi, semakin dekat informasi dengan suatu indek saham, semakin
besar pengaruh informasi tersebut. Misalnya, informasi yang berasal dari dalam
negeri Indonesia akan lebih besar pengaruhnya terhadap nilai Indek Harga Saham
Gabungan (IHSG) disbanding informasi dari luar negeri.
3. Sumber berita, semakin resmi sumber berita, semakin kuat pengaruhnya
terhadap nilai indek saham.
Suryana Asba 1
4. Jenis berita, berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap indek saham suatu
Negara disbanding berita lainnya, seperti politik, social atau budaya.
Biasanya dalam menggali berita kadang hal-hal yang tidak rasionalpun dijadikan
alat untuk memprediksi pergerakan indek saham. Pada intinya informasi tersebut akan
mempengaruhi supply dan demand atas indek saham suatu negara.
Metode untuk melakukan analisis fundamental adalah dengan terus menerus meng update
informasi yang ada. Media yang menyediakan informasi tersebut tergantung ketersediaan
fasilitas yang ada di tempat tersebut. Biasanya untuk informasi perdagangan indek saham
tersedia di koran, televisi dan juga internet.
Dalam analisis fundamental, yang dijadikan dasar perkiraan harga (intrinsic value) adalah
faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan, informasi penting lain yang sewaktu-
waktu harus diumumkan perusahaan publik dan perkembangan ekonomi makro, mau pun
berita dalam bidang-bidang lain seperti politik, sosial, cuaca, dsb. yang dianggap perlu,
semuanya selama paling tidak dua tahun terakhir. Tentu pekerjaan yang terlibat adalah
kolosal, bila ingin ditinjau secara mendalam dan tuntas.
Tidak mungkin bagi siapa saja untuk menyerap semua informasi yang ditawarkan secara
total. Perlu untuk meletakkan perbatasan menurut urutan prioritas dan keterbatasan waktu
maupun sumber daya masing-masing. Pembatasan yang ditetapkan oleh analis menurut
kebutuhan masing-masing adalah berbeda-beda. Di samping itu akses kepada informasi
yang tersedia tidaklah sama bagi semua pihak yang sedang terlibat, dari segi waktu
maupun jumlah. Perbedaan dalam pembatasan ruang gerak analis akan berpengaruh
terhadap proses pembentukan harga, sehingga akan timbul perbedaan persepsi tentang
tingkat harga yang dianggap wajar.
Bila yang ikut ditinjau juga adalah motivasi berbagai pihak untuk terjun ke bursa saham,
maka gerak harga akan dipengaruhi juga oleh pertimbangan yang tidak fundamental atau
rasional. Pihak yang dianggap menggunakan pendekatan fundamental adalah investor
jangka panjang yang adakalanya perlu melaksanakan penyesuaian portfolio, namun selalu
berusaha untuk memilih saham dengan kinerja terbaik. Golongan yang tidak selalu
bersikap demikian, namun masih cukup rasional adalah penggerak pasar (market maker)
Suryana Asba 2
karena kewajibannya untuk mencipta permintaan pada saham tertentu. Dalam golongan
"market maker" termasuk "specialist" yang oleh peraturan bursa dilarang untuk mencipta
permintaan yang menyesatkan, karena saham yang ditanganinya sebetulnya tidak
memenuhi persyaratan fundamental sama sekali. Para "specialist" ditugaskan untuk
memelihara perdagangan yang hidup dan liquid bagi saham-saham tertentu berdasarkan
imbalan perlakuan istimewa (privileges) dari pihak bursa di Amerika Serikat.
Perbedaan motivasi antara investor dan para penggerak pasar sudah bisa menyebabkan
saham yang terbaik tidak mendapatkan harga tertinggi. Bisa saja terjadi bahwa saham
yang tidak begitu baik fundamentalnya, dikejar pelaku bursa karena permintaan yang
lebih tinggi.
Pelaku bursa dengan persentase rendah di bursa yang sudah maju, namun justru lebih
tinggi di bursa yang belum berkembang dengan baik, adalah para spekulator yang tidak
rasional. Para spekulator terdiri dari dua kelompok yang termakan isu bahwa mencari
untung di bursa adalah lebih mudah dan cepat daripada terjun ke dalam bisnis normal.
Kelompok yang satu memang mempunyai uang lebih, sehingga secara menyeluruh tidak
akan kehilangan segala-galanya secara menyakitkan. Kerugian akan membuat mereka
mendapatkan pelajaran pahit yang mudah-mudahan dapat menjadi pendorong untuk mau
berlelah-lelah dalam membuat analisis sebelum terjun di bursa, daripada mengandalkan
rumor atau naluri saja.
Kelompok yang satu lagi adalah mereka yang sebetulnya tidak mempunyai uang lebih,
namun yang tersedia hanya belum dibutuhkan dengan segera. Karena sama sekali tidak
mempunyai pengertian tentang manajemen dana, tidak ada cadangan untuk menghadapi
kerugian yang tiba bersamaan dengan atau lebih cepat dari kebutuhan penggunaannya.
Pengalaman demikian akan membuat mereka jera masuk ke bursa lagi.
Dari latar belakang materi fundamental dan pelaku bursa saham dapat ditarik kesimpulan
bahwa upaya untuk menetapkan harga di muka, tidak mungkin bisa berhasil dengan baik.
Harga yang telah dihitung dan diperkirakan tidak bisa diharapkan untuk muncul di bursa.
Apa yang dapat diharapkan adalah pedoman untuk tindakan jual atau beli berdasarkan
Suryana Asba 3
perbandingan antara analisis dan kenyataan yang dihadapi pelaku bursa. Juallah saham
yang disebut "overvalued" (harga berada di atas nilai yang telah dihitung/diperkirakan),
sebaliknya belilah saham yang "undervalued" (harga berada di bawah nilai yang telah
dihitung/diperkirakan). Sikap yang rasional demikian memang akan menghasilkan
keuntungan bila jangka waktu yang digunakan adalah cukup lama. Namun apakah suatu
strategi "buy-and-hold" untuk saham yang "undervalued" bisa menghasilkan keuntungan
yang maksimal
Analisis Teknikal.
Ada suatu kelompok pelaku bursa saham yang belum diulas sampai kini, ialah mereka
yang memanfaatkan analisis teknikal.
Keunikan dengan cara analisis ini adalah bahwa pekerjaan baru dimulai setelah harga
terbentuk di bursa. Ingatlah bahwa pekerjaan dalam analisis fundamental
dilaksanakan sebelum harga terbentuk di bursa . Tindakan jual-beli kemudian didasarkan
perbandingan antara hasil analisis dan kenyataan di bursa, yang bisa ditetapkan sebagai
"over" atau "undervalued."
Praktisi yang menggunakan analisis teknikal beranggapan bahwa analisis
fundamental terlalu bervariasi dan pemakaiannya sulit diperhitungkan. Selain itu
informasi berita hanyalah penyebab dan bukan penentu arah pergerakan saham. Karena
itu orang beranggapan bahwa cara analisis yang paling tepat adalah dengan mempelajari
tingkah laku dari pelaku pasar dan ini tercermin dalam pola grafik harga.
Meyers yang banyak menggunakan aplikasi komputer dalam melakukan analisis teknikal
dan banyak dikutip oleh majalah bisnis terkemuka, seperti Wall Street Journal, Financial
Time, Fortune dan lain sebagainya mendefinisikan analis teknikal sebagai studi tentang
sekuritas secara individual dan pasar sebagai keseluruhan berdasar supply dan demand.
Yang menjadi data utama dalam analisis teknikal adalah harga dan volume perdagangan
historis.
Suryana Asba 4
Asumsi yang Mendasari Analisis Teknikal.
Para analis teknikal percaya bahwa mereka biasa mengetahui pola-pola
pergerakan harga saham di masa datang dengan berdasarkan pada observasi pergerakan
harga saham di masa lalu, yang bertentangan dengan hipotesis efisiensi pasar yang
menyatakan bahwa harga saham di pasar mencerminkan semua informasi yang ada di
pasar. Kinerja saham di masa lalu tidak mempengaruhi kinerja saham di masa datang.
Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari data-data harga
dan volume perdagangan saham di masa lalu,. Informasi data masa lalu tersebut akan
mendasari prediksi mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang.
Asumsi yang mendasarinya adalah “ nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi
permintaan dan penawaran” (Levy 1966). Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan
oleh berbagai faktor, baik faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional. Faktor-
faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental, serta
faktor-faktor, seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan investor.
Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan
hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan dapat dideteksi
dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. Hampir semua pihak dapat menerima
asumsi bahwa nilai produk ditentukan oleh kekuatan tarik menarik antara permintaan dan
penawaran. Yang kurang dapat diterima oleh semua semua pihak mungkin asumsi bahwa
permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat tidak rasional
(irrational factor).
Asumsi yang berkaitan dengan kecepatan penyesuaian harga saham (speed of adjustment)
dari harga keseimbangan yang lama menuju harga keseimbangan yang baru. Para analis
teknikal selalu berharap bahwa penyesuaian harga saham yang lama menuju harga
keseimbangan yang baru, akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang karena
informasi yang menyebabkan perubahan harga biasanya memerlukan beberapa waktu
sebelum informasi tersebut diserap secara penuh oleh pasar. Pola penyerapan informasi
seperti ini disebabkan karena adanya informasi yang tidak simetris (asymetris
information), di mana hanya beberapa investor saja yang mampu mengakses informasi
Suryana Asba 5
dan dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada harga saham disbanding investor
lainnya. Seiring dengan tindakan menjual dan membeli saham yang dilakukan pihak-
pihak yang menguasai informasi untuk memperoleh keuntungan maka harga saham juga
akan bergerak menuju harga keseimbangan baru.
Disamping informasi di atas ada tiga prinsip yang dapat digunakan sebagai patokan
dalam memahami analisis teknikal yaitu:
1. Refleksi semua kejadian, segala sesuatu yang terjadi yang dapat mempengaruhi
baik yang rasional maupun irrasional sudah direfleksikan dalam harga yang
terbentuk. Menguat dan melemahnya indek saham merupakan fakta, tetapi nilai
sesungguhnya suatu indek saham ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran yang tercermin pada indek saham. Jika permintaan meningkat dan
penawaran menurun atau tetap, maka harga akan naik, dan akan terjadi kebalikannya
jika kondisi berbalik.
2. Tren, harga bergerak dalam suatu tren, dan tren tidak mungkin dimanipulasi.
Jika tren bergerak ke arah naik, tidaklah mungkin membuatnya turun, kecuali dalam
suatu titik tertentu akan terjadi puncak untuk kemudian berbalik arah (reversal).
3. Selalu berulang, aksi pasar (market action) selalu berulang, artinya para analis
teknikal percaya bahwa investor akan mengulangi tindakan yang sama jika kondisi
pasar yang terjadi juga sama. Keadaan ini akan dipetakan dalam suatu diagram yang
populer dengan sebutan chart.
Keuntungan dan Kritik Terhadap Analis Teknikal
Jika seorang investor mampu mengakses informasi secara cepat, punya
kemampuan analisis yang tinggi dan punya insting yang tajam atas apa yang terjadi
terhadap pasar jika ada informasi baru maka investor tesebut akan mampu
mendapatkan return abnormal yang melebihi return pasar dan return investor lainnya.
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa jika investor akan mendapatkan abnormal
return, mereka harus mampu mendapatkan informasi secara lebih cepat dibanding
investor lainnya, dan menterjemahkan informasi tersebut ke dalam tindakan membeli
atau menjual saham sehingga investor dapat memperoleh keuntungan.
Suryana Asba 6
Kritik yang timbul untuk analisis teknikal adalah yang berkaitan dengan asumsi yang
mendasarinya dan keefektivan pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga
saham. Kritik yang paling tajam muncul dari penganut hipotesis efisiensi pasar, yang
sama sekali tidak percaya harga saham di masa mendatang akan dipengaruhi oleh
pergerakan harga saham masa lalu, karena apabila pasar efisien maka tidak seorang
investor pun dapat memperoleh keuntungan abnormal dari pasar. Hal ini dibuktikan dari
beberapa penelitian yang membuktikan bahwa harga saham secara statistik tidak bergerak
mengikuti tren seperti yang dikemukan analis teknikal.
Kritik selanjutnya menyangkut keefektivan analisis teknikal untuk jangka waktu yang
panjang. Maksudnya adalah jika analisis teknikal mampu memberikan keuntungan bagi
beberapa investor karena mampu menemukan pola pergerakan saham dalam merespon
informasi baru, maka tentu saja pendekatan ini akan menjadi popular dan banyak
diadopsi oleh investor lainnya akan berdampak pada penyesuaian harga yang lebih cepat
dari biasanya. Jika ini terjadi dalam jangka yang panjang keefektivan penggunaan analis
teknikal sudah tidak akan bermanfaat lagi.
Teknik Analisis Teknikal
Para pengguna analisisi teknikal disebut juga chartist karena mereka biasanya
menggunakan grafik (chart) dalam aktivitasnya untuk merekam data pergerakan harga
saham dan volume perdagangan. Dari grafik tersebut mereka akan mencari pola
pergerakan harga saham maupun volume perdagangan serta celah-celah keuntungan dari
pola tersebut.
Analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian yang
mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Sekalipun analisis
teknikal mempertimbangkan data-data statistik lainnya, namun perangkat utama analisis
teknikal adalah pada grafik harga yang dianggap dapat memenuhi prediksi harga terkini
dan kecenderungannya.
Tujuan pokok mengamati grafik adalah:
Secepat mungkin menemukan kecenderungan harga
Memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan itu
Memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar
Suryana Asba 7
Teknik Penggunaan Grafik
1. The Dow Theory.
Teori ini ditemukan oleh Charles H. Dow pada tahun 1800-an. Teori ini bertujuan
untuk mengidentifikasi tren harga pasar saham dalam jangka panjang dengan
berdasar pada data-data historis harga pasar saham di masa lalu, yang
dikelompokkan mejadi tiga yaitu:
Primary Trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu
panjang
Secondary Intermediate Trend, yaitu pergerakan harga saham yang
terjadi selama pergerakan harga dalam primary tren. Bersifat penyimpangan
dari pergerakan primer yang terjadi dalam beberapa minggu atau bulan.
Minor Trend atau day to day move merupakan fluktuasi harga saham
yang terjadi setiap hari.
Contoh Pergerakan Saham menurut The Dow Theory
Suryana Asba 8
2. Chart Pola Pergerakan Harga Saham
Support Level.
Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis
teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas
permintaan saham di pasar. Biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan
tindakan “ambil untung” dengan melakukan penjualan saham-saham karena
tertarik pada harga jual yang cukup tinggi, dan biasanya diikuti oleh penurunan
harga saham. Dampak selanjutnya adalah banyak pembeli saham yang tertarik
untuk melakukan pembelian-pembelian saham sehingga permintaan saham
kembali meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan penawaran, peningkatan
permintaan saham ini nantinya diharapkan menjadi support level yang menjaga
agar harga saham bergerak naik.
Resistance Level
Resistance level berarti kisaran harga di mana para analis teknikal berharap akan
terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di pasar.
Dengan kata lain, resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga
(upper boundary) yang dapat membuat para penjual saham segera menjadi
penahan atas gerakan naik harga saham karena jika banyak pihak yang ingin
menjual saham di pasar maka diharapkan harga akan bergerak turun, dan tidak
melewati batas atas harga. Hal ini biasa terjadi ketika harga saham turun terus
setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham tentunya tidaka
akan mau rugi akibat harga sahamnya selalu turun. Mereka akan menunggu waktu
yang tepat untuk menjual sahamnya agar kerugian berkurang. Biasanya pada saat
harga saham mencapai titik balik (recovery point).
Grafik Pola Pergerakan Saham yang sering digunakan:
a. Bar Chart
Bar Chart merupakan cara paling sederhana dalam analisis teknikal yang
menggambarkan pergerakan harga saham. Sumbu vertikal merupakan harga
saham, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu. Pergerakan harga
Suryana Asba 9
saham setiap harinya ditunjukkan oleh diagram batang vertikal (bar vertikal),
yang ujung atasnya menunjukkan harga tertinggi saham dan ujung bawahnya
menunjukkan harga terendah saham setiap hari.
b. Point-and-Figure Chart
Penggunaan grafik dengan angka dan gambar ini untuk menggambarkan
pergerakan harga saham dan lebih komplek dari bart cahart karena
menggambarkan perubahan harga saham yang berubah secara signifikan.
Perubahan harga yang signifikan biasanya dapat dilihat dalam bentuk angka
yang menunjukka perubahan harga saham.
3. Rata-rata Bergerak
Teknik rata-rata bergerak (moving average) adalah salah satu teknik untuk
mendeteksi dan menganalisis pergerakan harga saham baik saham individual
maupun seluruh saham di pasar modal. Tujuannya adalah untuk mendeteksi arah
pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan tersebut. Data yang
digunakan adalah data harga penutupan saham (closing price) untuk waktu tertentu
misal untuk masa waktu 3 bulan. Dari informasi tersebut menghasilkan sebuah garis
trend rata-rata bergerak yang menunjukkan tren pergerakan harga saham, yang
selanjutnya dipakai untuk memprediksi arah pergerakan saham di masa depan.
Setelah dianalisis akan menghasilkan keputusan menjual dan membeli saham,
dengan anjuran sebagai berikut:
Dianjurkan membeli saham jika:
a. garis rata-rata bergerak secara mendatar dan harga pasar saham melampaui
garis tersebut
b. harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang menaik
c. harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang cenderung
menurun, namun kembali menaik sebelum mencapai garis tersebut.
Disaran menjual jika:
a. harga saham saat ini berada di bawah garis rata-rata bergerak mendatar
Suryana Asba 10
b. harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun garis rata-
rata bergerak tersebut justru sedang menurun
c. harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah garis
rata-rata bergerak) tetapi kembali menurun sebelum mencapai garis rata-rata
bergerak tersebut.
4. Relative Strength
Teknik ini menggambarkan rasio antara harga saham dengan indek pasar atau
industri tertentu. Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang
menunjukkan perbandingan harga relatif saham selama jangka waktu tertentu.
Dari gambar yang tersusun investor akan dapat melihat perbandingan kekuatan
saham-saham tersebut terhadap industrinya atau terhadap indek pasar.
Dalam penggunaan relative strength jika terjadi trend pergerakan harga saham
yang meningkat maka bagi investor pergerakan tersebut merupakan sinyal akan
terjadinya peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar, dan
memungkinkan akan memberikan return yang melebihi return pasar dan akan
menarik minat investor untuk menjadikan saham tersebut sebagai alternatif
investasi yang baik.
Dari ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis fundamental dan
analisis teknikal saling membutuhkan: yang pertama untuk pembentukan harga dan yang
kedua untuk kelanjutan gerak harga. Perbedaan mendasar antara kedua cara analisis ini
adalah dominannya segi eksakta dalam analisis fundamental dan hadirnya intuisi—
berdasarkan pengalaman di masa lampau—dalam kadar tertentu pada analisis teknikal.
Jack D. Schwager sebagai pengaran buku The Market Wizards (1989, New York
Institute of Finance/Simon & Schuster) dan The New Market Wizards: Conversations
with America's Top Traders (1992, Harper Business), setelah mengadakan wawancara
dengan puluhan pakar dalam perdagangan di bursa saham dan komoditi, ia menulis
bahwa analisis fundamental dan teknikal bisa digunakan terpisah atau tergabung, dengan
berhasil.
Suryana Asba 11
Dalam bukunya yang terakhir Schwager on Futures (1996, John Wiley & Sons), ia
mengakui di kata pengantarnya bahwa mula-mula ia merupakan "pure fundamentalist"
dan sangat meremehkan analisis teknikal. Namun setelah mencoba memanfaatkan
analisis grafik, ia berubah 180 derajat dari skeptisismenya yang semula. Perubahan sikap
demikian telah dialami banyak fundamentalist lain melalui pandangan terbuka (open
mindedness) yang memungkinkan mereka mengadakan percobaan. Dengan demikian
maka analisis fundamental dan teknikal tidak perlu dipertentangkan, karena saling
membutuhkan untuk hasil yang maksimal.
Suryana Asba 12