MANAJEMEN RISIKO K3 PADA PROYEK TOWER TRANSMISI …
Transcript of MANAJEMEN RISIKO K3 PADA PROYEK TOWER TRANSMISI …
MANAJEMEN RISIKO K3 PADA PROYEK TOWER TRANSMISI
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan
Ekstra Tinggi 275 kV Galang - Simangkuk)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil
DISUSUN OLEH :
HILMAN WARDHANA
11 0404 131
BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi selalu ada potensi bahaya atau
risiko yang dapat menyebabkan kerugian yang cukup banyak mengenai biaya,
material, dan waktu. Setiap tempat kerja selalu memiliki risiko kecelakaan kerja
yang dapat mengganggu aktivitas pekerjaan dalam sebuah proyek. Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja adalah kurangnya pemahaman
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik dan juga kurangnya
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) pada
proyek. Pengerjaan proyek tower transmisi merupakan salah satu dari
infrastruktur memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi dalam dunia konstruksi
dikarenakan kurangnya kesadaran pekerja untuk menggunakan APD dan terlepas
dari faktor peralatan dan mesin kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko K3, penilaian risiko, dan menentukan pengendaliannya.
Metode yang digunakan dalam penilaian risiko pada penelitian ini adalah AS/NZS
4360. Penelitian ini menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan kepada
responden, dalam hal ini responden yang dituju adalah pihak kontraktor yang
memiliki pengetahuan tentang K3 dengan metode purposive sampling.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapat 34 variabel risiko, dengan 4 variabel
risiko yang termasuk dalam kategori risiko tinggi, 20 variabel risiko yang
termasuk dalam kategori risiko sedang, dan 10 variabel risiko yang termasuk
dalam kategori risiko rendah. Risiko tertinggi yang didapat adalah terjatuh dari
ketinggian dengan indeks risiko sebesar 10,439.
Kata kunci: AS/NZS 4360, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Tower Transmisi
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik
Sipil bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :
“MANAJEMEN RISIKO K3 PADA PROYEK TOWER TRANSMISI (Studi
Kasus : Proyek Pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi
275 kV Galang – Simangkuk)”
Dalam penyusunan dan penulisan tugas akhir ini hingga dapat
terselesaikan tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :
1. Terutama kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Ir. Mukhtaruddin dan
Ibunda Rozana serta kepada abang - abang saya Denny Hernawan, S.H., M.H.
dan Yudha Widyanata, S.T., yang telah memberikan dukungan penuh serta
mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A. sebagai Dosen
Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan
dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan dan Indra Jaya, S.T., M.T. sebagai
Dosen Pembanding dan Penguji Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T, M.T, Ph.D, sebagai Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
iii
6. Seluruh anak Don yang terus memberikan motivasi dan bantuan nya selama
ini.
7. Sahabat-sahabat saya Ahmad Arifin Porkas Lubis, S.T., Ledwin Alwi
Anggara, S.T., Fadil Natoras Nasution, S.T., Yusuf Parlaungan Lubis, Satria
Fadillah Siregar yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini dari
awal proses hingga selesai.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Sipil 2011 yang tidak mungkin saya
tuliskan satu-persatu atas dukungannya yang sangat baik.
9. Adik – adik angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Dan segenap pihak yang belum saya sebut disini atas jasa-jasanya dalam
mendukung dan membantu penulisan Tugas Akhir saya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 2018
Penulis
( Hilman Wardhana )
11 04 04 131
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah .......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................. 5
1.7 Metodologi Penulisan .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8
2.1 Tempat Kerja ............................................................................... 8
2.2. Tower Transmisi ......................................................................... 10
2.3 Wawancara .................................................................................. 10
2.4 Bahaya ........................................................................................ 11
2.4.1 Pengelompokan Bahaya .................................................... 11
2.5 Risiko ......................................................................................... 13
2.5.1 Jenis – Jenis Risiko .......................................................... 13
2.5.1.1 Risiko Finansial ...................................................... 14
Universitas Sumatera Utara
v
2.5.1.2 Risiko Operasional ................................................. 14
2.5.1.3 Risiko Alam ........................................................... 16
2.5.1.4 Risiko Pasar ............................................................ 17
2.5.1.5 Risiko Sosial .......................................................... 17
2.5.1.6 Risiko Keamanan ................................................... 18
2.6 Kecelakaan Kerja ........................................................................ 18
2.6.1 Teori Kecelakaan Kerja .................................................... 19
2.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..................................... 21
2.7.1 Keselamatan Kerja ........................................................... 21
2.7.2 Kesehatan Kerja ............................................................... 22
2.8 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 23
2.8.1 Definisi ............................................................................. 23
2.8.2 Prinsip Dasar SMK3 ......................................................... 23
2.8.3 OHSAS 18001 .................................................................. 25
2.9 Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control .......... 26
2.10 Manajemen Risiko....................................................................... 27
2.10.1 Proses Manajemen Risiko .............................................. 29
2.10.1.1 Menentukan Konteks ........................................... 30
2.10.1.2 Identifikasi Bahaya .............................................. 30
2.10.1.3 Analisis Risiko ..................................................... 35
2.10.1.4 Evaluasi Risiko .................................................... 40
2.10.1.5 Pengendalian Risiko ............................................. 40
2.10.1.5.1 Menekan Likelihood ................................... 41
2.10.1.5.2 Menekan Consequence .............................. 42
2.10.1.5.3 Pengalihan Risiko ....................................... 43
Universitas Sumatera Utara
vi
2.10.1.6 Komunikasi dan Konsultasi ................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 44
3.1 Pendahuluan ............................................................................... 44
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 44
3.3 Data Primer dan Sekunder .......................................................... 45
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 47
3.5 Proses Pengolahan Data .............................................................. 48
3.6 Flowchart Penelitian .................................................................... 49
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA .................................. 50
4.1 Pendahuluan ................................................................................ 50
4.2 Hasil Pengumpulan Data ............................................................ 50
4.2.1 Data Responden Penelitian ............................................. 50
4.2.2 Hasil Identifikasi Risiko ................................................. 53
4.3 Analisa Data .............................................................................. 54
4.3.1 Pengujian Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ................... 54
4.3.2 Penilaian Risiko ............................................................... 55
4.4 Pembahasan ............................................................................... 65
4.5. Pengendalian Risiko .................................................................. 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 72
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 72
5.2 Saran ............................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ix
LAMPIRAN ...........................................................................................
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel Judul Halaman
2.1 Ukuran dari Dampak (Consequence) 38
2.2 Ukuran dari Kemungkinan (Likelihood) 38
2.3 Matriks Analisa Risiko (Level) menurut AS/NZS 4360:2004 39
4.1 Daftar Hasil Identifikasi Risiko 53
4.2 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Leg Tower
Bagian Kemungkinan (Likelihood) 56
4.3 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Body
Tower Bagian Kemungkinan (Likelihood) 56
4.4 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Cross Arm
Bagian Kemungkinan (Likelihood) 57
4.5 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Penarikan Kabel
Transmisi Bagian Kemungkinan (Likelihood) 57
4.6 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Leg Tower
Bagian Dampak (Consequence) 58
4.7 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Body
Tower Bagian Dampak (Consequence) 58
4.8 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Cross Arm
Bagian Dampak (Consequence) 59
4.9 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Penarikan Kabel
Transmisi Bagian Dampak (Consequence) 59
4.10 Hasil Perhitungan Indeks Risiko 60
4.11 Hasil Tingkat Risiko Berdasarkan Matriks Risiko AS/NZS
4360:2004 63
4.12 Indeks Risiko Dengan Adanya Pengendalian 68
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Sistem Manajemen K3 27
2.2 Bagan Proses Manajemen Risiko 29
4.1 Diagram Usia Responden 51
4.2 Diagram Tingkat Pendidikan Responden 51
4.3 Diagram Pengalaman Kerja Responden 52
4.4 Diagram Jabatan Responden 52
4.5 Diagram Pengelompokan Potensi Risiko 66
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini perkembangan konstruksi di Indonesia sangat cepat. Hal ini
dapat terlihat dari banyaknya pembangunan infrastruktur seperti : hotel,
perumahan, apartemen, irigasi, dan tower transmisi. Dalam pelaksanaan proyek
konstruksi selalu ada potensi bahaya/risiko yang dapat menyebabkan kerugian.
Risiko dapat didefinisikan sebagai ketidakpastian terkait dengan terjadinya suatu
kerugian (Redja, 2008). Risiko bisa berdampak pada lingkungan kerja dan juga
pekerja di lapangan. Untuk mengurangi dan mencegah risiko yang terjadi,
diperlukan manajemen risiko yang baik.
Setiap tempat kerja selalu memiliki risiko kecelakaan kerja yang dapat
mengganggu aktivitas pekerjaan di proyek. Untuk itu diperlukan sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) guna meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja tertulis bahwa “setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional”.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang juga dikenal dengan istilah K3,
merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan di lingkungan kerja, baik untuk tenaga kerja, pengurus, dan orang -
orang di sekitar lingkungan kerja. K3 juga banyak menyita perhatian, terlebih lagi
Universitas Sumatera Utara
2
pada proses pembangunan proyek konstruksi yang pada umumnya memiliki
aktivitas pekerjaan yang mengandung unsur bahaya dan risiko yang cukup besar
(Wulfram, 2005).
Mengutip pertimbangan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.01/MEN/1980 bahwa dengan semakin meningkatnya
pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, harus diimbangi pula
dengan upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat
kerja. Pada pasal 1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan
pada Ketinggian menyatakan bahwa “Bekerja pada Ketinggian adalah kegiatan
atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada Tempat Kerja di
permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki
potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain yang berada di
Tempat Kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta
benda”.
BPJS Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pada tahun 2017 tercatat
sebanyak 123.041 kasus kecelakaan kerja (Laporan Keuangan BPJS
Ketenagakerjaan 2017) . Hal ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
101.367 kasus kecelakaan kerja (Laporan Keuangan BPJS Ketenagakerjaan
2016). Dari data tersebut terlihat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja belum
diterapkan dengan baik.
Konstruksi tower transmisi merupakan salah satu dari bangunan
infrastruktur yang ada di Indonesia. Pekerjaan konstruksi tower transmisi
merupakan pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan yang tinggi dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
3
pekerjaan tersebut berada pada ketinggian. Dalam pengerjaannya, ada beberapa
risiko yang dapat terjadi pada konstruksi tower transmisi, misalnya terjatuh dari
ketinggian, tertimpa material besi atau baut, dan juga tersandung material.
Manajemen risiko K3 yang direncanakan dengan baik dapat mengurangi dan
mengendalikan risiko pada proyek tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas
maka diambil penelitian dengan judul “Manajemen Risiko K3 Pada Proyek Tower
Transmisi”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka ditemukan rumusan masalah
yang ada. Adapun rumusan masalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mengidentifikasi risiko pada proyek pembangunan Jaringan
Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi?
b. Bagaimana penilaian risiko pada proyek pembangunan Jaringan
Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi?
c. Bagaimana pengendalian risiko pada proyek pembangunan Jaringan
Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, adalah :
a. Mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi pada proyek pembangunan
Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi.
b. Mengukur nilai risiko pada proyek pembangunan Jaringan Transmisi
Tegangan Ekstra Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4
c. Mengetahui pengendalian risiko pada proyek pembangunan Jaringan
Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini diambil batasan masalah sebagai berikut :
a. Penelitian ini dilakukan di Proyek Pembangunan Jaringan Transmisi
Tegangan Ekstra Tinggi 275 kV Galang-Simangkuk.
b. Responden penelitian ini adalah pihak kontraktor pada Proyek
Pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 275 kV
Galang-Simangkuk.
c. Risiko yang ditinjau ialah risiko mengenai K3.
d. Pekerjaan yang ditinjau adalah pekerjaan pemasangan body tower (leg
tower, common body, dan cross arm) dan penarikan kabel transmisi.
e. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya.
f. Dasar penilaian tingkat risiko yang dipakai adalah AS/NZS 4360:2004.
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat manfaat bagi penulis dan pelaku konstruksi.
Adapun manfaatnya adalah :
a. Bagi penulis, dapat mengetahui risiko-risiko yang dapat terjadi pada
proyek pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 275
kV Galang-Simangkuk.
Universitas Sumatera Utara
5
b. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan bacaan dan referensi untuk
penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan pengendalian risiko
untuk pembangunan tower transmisi.
c. Bagi pelaku konstruksi, dapat menjadi bahan bacaan dan masukan
dalam mengendalikan risiko yang dapat terjadi guna mencapai zero
accident.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi dasar-dasar teori mengenai K3, kecelakaan kerja dan metode
yang digunakan untuk menjadi landasan pendukung penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang penjabaran keseluruhan proses yang dilakukan mulai
dari teknik pengumpulan data primer dengan observasi dan wawancara
serta data sekunder.
Universitas Sumatera Utara
6
Bab IV Pengolahan dan Analisa Data
Bab ini menyajikan tentang pengolahan dan analisa data-data yang telah
dikumpulkan mengenai risiko K3 pada pembangunan konstruksi tower
transmisi.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran-saran
yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian.
1.7 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Studi Literatur
Cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber sumber
yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi
literatur bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan
pustaka. Dalam penelitian ini studi literatur yang dipakai ialah jurnal, peraturan
dan buku yang terkait.
b. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer ialah data yang didapat langsung melalui sumber utama
(orang pertama) sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari sumber
kedua (bukan orang pertama). Dalam hal ini data primer yang diperoleh adalah
observasi dan wawancara di lapangan serta menggunakan penyebaran kuesioner
Universitas Sumatera Utara
7
yang diberikan kepada responden. Data sekunder yang dipakai adalah data kajian
studi literatur dan penelitian sejenis sebelumnya.
c. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan tabel yang di dapat dari hasil
penyebaran kuesioner dengan menggunakan bantuan software SPSS. Data - data
yang didapat kemudian dianalisis menggunakan matriks risiko. Penilaian risiko
dilakukan dengan memperhitungkan nilai konsekuensi/dampak (consequence) dan
kemungkinan kejadian (likelihood).
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tempat Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 1 Tempat
Kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup ataupun terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya baik di darat di dalam tanah di permukaan air di dalam air maupun di
udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Secara rinci tempat kerja dijelaskan dalam ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 ayat
(2) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja berlaku di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan bahan atau barang yang: dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
Universitas Sumatera Utara
9
d. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam
atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya,
baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat,
melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam
air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan;
j. dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
Universitas Sumatera Utara
10
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi,
atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
2.2 Tower Transmisi
Tower Transmisi, atau yang lebih dikenal dengan Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah
sarana yang terbentang di udara untuk menyalurkan tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit ke Gardu Induk (GI) / Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)
atau dari GI / GITET ke GI /GITET lainnya yang disalurkan melalui konduktor
yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui insulator-insulator dengan
sistem tegangan tinggi (30 kV, 70 k,150 kV) atau tegangan ekstra tinggi (275 kV,
500 kV). Tower transmisi terdiri dari pondasi dan stub, erection (pemasangan
badan tower), dan stringing (penarikan kawat konduktor, OPGW dan GSW).
2.3 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur (Sugiyono, 2015).
Universitas Sumatera Utara
11
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara bebas di mana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
2.4 Bahaya
Menurut OHSAS 18001:2007 hazard (bahaya) adalah sumber, situasi atau
tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau
penyakit terhadap manusia ataupun kombinasi dari semuanya. Bahaya adalah
segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Oleh
karena itu, diperlukan pengendalian yang tepat agar bahaya tersebut tidak
menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya merupakan sifat yang melekat dan
menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan.
2.4.1 Pengelompokan Bahaya
Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak pada
timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka, cacat hingga
mengakibatkan kematian serta kerusakaan properti. Jenis - jenis bahaya dapat
dikelompokkan menjadi (Ramli, 2010:66) :
Universitas Sumatera Utara
12
a. Bahaya mekanis
Sumber bahaya yang berasal dari benda bergerak atau peralatan
mekanis baik secara manual maupun dengan penggerak. Bagian yang
bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,
memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya.
Gerakan ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti
terpeleset, tersayat, terpotong, terjatuh dan terjepit.
b. Bahaya Listrik
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat
mengakibatkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan
hubungan singkat (short circuit).
c. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat
dan kandungannya. Beberapa bahaya yang diakibatkan oleh bahan
bahan kimia seperti keracunan, iritasi, kebakaran dan peledakan, seta
polusi dan pencemaran lingkungan.
d. Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain kebisingan, tekanan,
getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan, dan radiasi
dari bahan radioaktif.
e. Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari
unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja
atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam
Universitas Sumatera Utara
13
industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak
dan gas bumi.
2.5 Risiko
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan. Sedangkan menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah
peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran,
diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood dan
consequence. Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan
kontak antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam
suatu interaksi. Formula yang secara umum digunakan dalam melakukan
perhitungan risiko adalah :
Risk = Likelihood x Consequence
Dalam aspek K3 risiko biasanya bersifat negatif seperti cedera, kerusakan
atau gangguan operasi. Risiko yang bersifat negatif harus dihindarkan atau
ditekan seminimal mungkin (Ramli, 2010).
2.5.1 Jenis – Jenis Risiko
Menurut Ramli Soehatman (2010) risiko yang dihadapi oleh suatu
organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Risiko dalam organisasi sangatlah beragam sesuai dengan sifat
lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain :
1) Risiko Finansial
2) Risiko Operasional
3) Risiko Alam
Universitas Sumatera Utara
14
4) Risiko Pasar
5) Risiko Sosial
6) Risiko Keamanan
2.5.1.1 Risiko Finansial
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko finansial yang
berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko finansial seperti piutang
macet, utang di bank yang harus segera dilunasi, perubahan suku bunga, nilai
tukar mata uang dan lain-lain. Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik
agar organisasi tidak mengalami kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.
2.5.1.2 Risiko Operasional
Risiko dapat terjadi dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan
bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang
memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk
mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan berbeda dengan
perusahaan lainnya tergantung dari jenis, bentuk dan skala bisnis masing-masing.
Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain yaitu :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan aset paling berharga dan menentukan dalam
operasi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah mengambil
risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan
memutuskan untuk menerima seseorang bekerja. Perusahaan harus
membayar gaji yang memadai bagi pekerja serta memberikan
jaminan sosial yang diwajibkan menurut perundang - undangan.
Disamping itu perusahaan juga harus memberikan perlindungan
Universitas Sumatera Utara
15
keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar tunjangan jika
tenaga kerja mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses
produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang
pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko yang
serius terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan mesin
modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan
pengurangan tenaga kerja. Teknologi juga bersifat dinamis dan terus
berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap
perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak
mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan
teknologi yang lebih baik.
Penerapan teknologi yang lebih baik oleh pesaing akan
mempengaruhi produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan
dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan dampak risiko
yang ditimbulkan.
c. Risiko K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang
timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
Universitas Sumatera Utara
16
peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3
dikonotasikan sebagai hal yang negatif seperti :
Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan aset perusahaan
Kebakaran dan peledakan
Penyakit akibat kerja
Kerusakan sarana produksi
Gangguan operasi
Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah dengan
menerapkan sistem manajemen K3 dengan salah satu aspeknya melalui
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang diimplementasikan di berbagai
perusahaan.
2.5.1.3 Risiko Alam
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan
dapat terjadi setiap saat. Bencana alam dapat berupa gempa bumi, badai atau
angin topan, tsunami, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi. Selain
memakan korban jiwa, bencana alam juga mengakibatkan kerugian materil yang
sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan yang lama.
Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap
usaha dan kegiatan. Indonesia berada di pertemuan berbagai lempeng besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kondisi ini tentu saja meningkatkan
risiko terjadi nya gempa, tsunami dan juga longsor. Indonesia berada diantara dua
benua dan dua lautan luas yang mempengaruhi pola iklim dan cuaca. Indonesia
juga memiliki banyak gunung yang aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam
harus dipertimbangkan sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
17
2.5.1.4 Risiko Pasar
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya
dikonsumsi atau digunakan secara luas di tengah masyarakat. Setiap perusahaan
terikat dengan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap produk dan jasa yang
dihasilkannya.
Berkaitan dengan hal ini berbagai negara memiliki perundangan yang
mengatur hak dan kewajiban penyedia jasa dan produk. Perusahaan wajib
menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikannya aman bagi konsumen
atau pengguna.
Risiko pasar dapat berupa penolakan terhadap produk atau mungkin
tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau larangan beredar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Risiko lainnya datang dari pesaing,
dikarenakan dalam era pasar terbuka konsumen memiliki kebebasan untuk
memilih produk atau jasa yang disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga,
layanan dan jaminan keselamatannya. Setiap produk atau jasa yang bersaing di
pasar bebas menghadapi risiko untuk ditinggalkan konsumen.
2.5.1.5 Risiko Sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan
lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti
tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan
risiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli
terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
18
2.5.1.6 Risiko Keamanan
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
atau kegiatan suatu perusahaan seperti data informasi, data keuangan, formula
produk, dan lain sebagainya. Di daerah yang mengalami konflik, gangguan
keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.
Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen
keamanan dengan pendekatan manajemen risiko. Manajemen keamanan dimulai
dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam
kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah
pencegahan dan pengamanannya.
2.6 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja
pada perusahaan, dalam arti kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau
pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1995). Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) nomor 3 Tahun 1994 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian
Lepas, Tenaga Kerja Borongan dan Tenaga Kerja Kontrak, kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke
rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.
Universitas Sumatera Utara
19
Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu:
1. Kerusakan.
2. Kekacauan organisasi.
3. Keluhan dan kesedihan.
4. Kelainan dan cacat.
5. Kematian.
2.6.1 Teori Kecelakaan Kerja
Ada banyak teori mengenai kecelakaan kerja. Berikut ini adalah beberapa
teori mengenai kecelakaan kerja.
a. Teori Domino
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Herbert William Heinrich
pada tahun 1931. Heinrich mengatakan bahwa kecelakaan terjadi
disebabkan oleh 88 % unsafe acts (perilaku tidak aman), 10 % unsafe
conditions (kondisi tidak aman) dan 2 % unpreventable (tidak dapat
dicegah). Adapun 5 faktor penyebab kecelakaan adalah : lingkungan
sosial dan keturunan, kesalahan manusia, perilaku dan/atau kondisi
tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian.
Kelima faktor tersebut tersusun layaknya kartu domino yang
diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu
yang lain hingga semua kartu domino akan jatuh. Untuk mencegah
kecelakaan, dapat dilakukan dengan menghilangkan kartu domino yang
ketiga (unsafe act dan unsafe condition). Jika kartu nomor 3 sudah tidak
ada lagi maka seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh, hal ini tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu karena sudah ada jarak antara kartu
Universitas Sumatera Utara
20
nomor 2 dan nomor 4 sehingga dapat mencegah terjadi nya kecelakaan
dan cedera.
b. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih
dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili
perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan –
kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu di
teliti.
c. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan
yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan
mempertimbangkan salah satu dari faktor – faktor yang terlibat. Untuk
lebih memahami mengenai penyebab – penyebab terjadinya kecelakaan
maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui
secara detail.
d. Teori Domino Terbaru
Teori ini mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan
kerja adalah ketimpangan manajemen. Teori ini merupakan
pengembangan teori domino (Heinrich) oleh Widnerdan Bird dan
Loftus untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara
21
e. Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat
berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai
keselamatan kerja.
f. Teori Frank E. Bird Petersen
Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino (Heinrich) dengan
menggunakan teori manajemen, yaitu : manajemen kurang kontrol,
sumber penyebab utama, gejala penyebab langsung (praktik dibawah
standar), kontak peristiwa (kondisi dibawah standar), dan kerugian
gangguan (tubuh maupun harta benda).
2.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Di dalam OHSAS 18001:2007 dijelaskan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan kondisi – kondisi dan faktor – faktor yang berdampak
pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja
kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).
2.7.1 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur
atau tata cara kerja (Suma’mur, 1995). Keselamatan kerja menyangkut segenap
proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting
sasaran keselamatan kerja mengingat risiko bahayanya adalah penerapan
teknologi terutama teknologi yang lebih maju. Keselamatan kerja adalah tugas
semua pekerja yang bekerja pada perusahaan. Keselamatan kerja adalah dari, oleh,
Universitas Sumatera Utara
22
dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masayarakat pada
umumnya.
Tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut (Suma’mur, 1995) :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2.7.2 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau pekerja
memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya, baik fisik, mental, emosional,
maupun sosial dengan usaha - usaha pencegahan terhadap penyakit - penyakit atau
gangguan – gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor - faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya. Ada dua kategori
penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu:
a. Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja,
yang masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini
merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.
b. Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan pekerjaannya.
Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
23
saat melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja,
kondisi lingkungan kerja, dan mentaati peraturan - peraturan yang
berlaku misalnya menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan
pekerjaan.
2.8 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.8.1 Definisi
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 1 Pasal 1, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja, serta unsur
manajemen yang terintegrasi guna mengurangi dan mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
2.8.2 Prinsip Dasar SMK3
Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: PER.05/MEN/1996 tentang penerapan SMK3 diwajibkan kepada
perusahaan dengan syarat setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
24
sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3. Sistem
Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh
pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Ketentuan – ketentuan yang wajib dilasanakan oleh perusahaan
sebagaimana diatur dalam pasal 4 adalah:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan
dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar
SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya
berisi:
Universitas Sumatera Utara
25
a. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
b. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan
peraturan pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan
pelaksanaan ini ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat (b), (c) dan
(d) sebagai berikut:
a. Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja,
serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam
keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
b. Ayat (c) menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan
teknis dalam era globalisasi perdagangan.
c. Ayat (d) menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
2.8.3 OHSAS 18001
OHSAS – Occupational Health and Safety Assesment Series - 18001
adalah standar internasional untuk penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Universitas Sumatera Utara
26
Keselamatan Kerja atau biasa disebut Manajemen K3. Tujuan dari OHSAS 18001
ini tidak jauh berbeda dengan tujuan Sistem Manajemen K3 Permenaker, yaitu
perlindungan terhadap para pekerja dari hal - hal yang tidak diinginkan yg timbul
dari lingkungan kerja pekerjaan itu sendiri yang berdampak terhadap kesehatan
dan keselamatan para pekerja dan tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan
dan pekerja itu sendiri.
2.9 Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control
Organisasi harus menetapkan prosedur mengenai Identifikasi Bahaya
(Hazard Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) dan menentukan
Pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat HIRARC. Keseluruhan proses ini
disebut juga manajemen risiko (risk management). HIRARC merupakan elemen
pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan
langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Di samping itu,
HIRARC juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko (risk
management). Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh
aktifitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung
potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk penyusunan objektif
dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam program kerja. Dari alur
di bawah terlihat bahwa HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3.
Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan
salah arah (misguided), acak atau virtual karena tidak mampu menangani isu
pokok yang ada dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 2.1 Proses Sistem Manajemen K3
( Sumber : Soehatman Ramli Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja OHSAS 18001)
Elemen – elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,
pengukuran, pengendalian rekaman dan lainnya adalah untuk menopang atau
mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana
organisasi hanya fokus kepada elemen – elemen pendukung, lengkap dengan
prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga
kecelakaan masih akan dapat terjadi.
2.10 Manajemen Risiko
Manajemen risiko K3 telah berkembang sejak lama. Pada tahun 1970
British Safety Council di Inggris mendirikan Institute of Risk Management untuk
mengembangkan dan melakukan pembinaan terhadap ahli - ahli K3 mangenai
manajemen risiko. Sebelumnya manajemen risiko K3 telah diaplikasikan di
lingkungan asuransi untuk menentukan tingkat tanggungan dan premi asuransi.
Karena itu, lembaga memiliki hubungan dengan perusahaan penilai risiko (Risk
Universitas Sumatera Utara
28
Survey) yang melakukan analisa risiko terhadap perusahaan - perusahaan yang
akan mempertanggungkan asetnya (Soehatman, 2010:42).
Manajemen risiko K3 sering dimasukkan ke dalam risiko operasional
(Operational risk) karena dianggap sebagai bagian dari kegiatan operasi
perusahaan. Pandangan lain menilai bahwa masalah K3 bersifat multi disiplin dan
menyangkut berbagai aspek, bukan hanya operasional, sehingga risiko yang
berkaitan dengan K3 dikelompokkan tersendiri dalam manajemen Risiko K3
(Occupational Health and Safety Risk Management). Manajemen Risiko sangat
erat hubungannya dengan K3. Timbulnya aspek K3 disebabkan karena adanya
risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja
sehingga harus dikelola dengan baik.
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko
K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan (Ramli, 2010:39).
Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai
dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Pasal 1 No. 05 Tahun
2014). Sedangkan Menurut AS/NZS 4360, “Risk management is an iterative
process consisting of well-defined steps which, taken in sequence, support better
decision-making by contributing a greater insight into risks and their impacts.”
Manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang
telah dirumuskan dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan
Universitas Sumatera Utara
29
membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko
dan dampak yang dapat ditimbulkan.
Menurut Soehatman Ramli (2010:46), menerangkan bahwa manajemen
risiko merupakan bagian integral dari sistem manajemen K3. Implementasi K3
dimulai dengan perencanaan yang baik meliputi identifikasi risiko, penilaian
risiko dan pengendalian risiko.
2.10.1 Proses Manajemen Risiko
Proses pada manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses
manajemen risiko sebagaimana yang terdapat di dalam Risk Management
Standard AS/NZS 4360 (Ramli, 2010) dapat dilihat pada gambar 2.2 :
Gambar 2.2 Bagan Proses Manajemen Risiko
( Sumber : Soehatman Ramli Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja OHSAS 18001)
Kom
unik
asi
dan
Konsu
ltas
i
Penetapan
Konteks
Penetapan Konteks
Identifikasi Risiko
Analisa Risiko
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko
Monit
or
dan
Rev
iew
Universitas Sumatera Utara
30
2.10.1.1 Menentukan Konteks
Menentukan konteks diperlukan karena manajemen risiko sangat luas
dan bermacam aplikasi nya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3.
Untuk manajemen risiko K3 sendiri juga diperlukan penentuan konteks yang akan
dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, dan
lainnya. Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi serta
sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan pula kriteria risiko yang
sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko, langkah
berikutnya adalah melakukan identifikasi bahaya, analisa dan evaluasi risiko serta
menentukan langkah atau strategi pengendaliannya (Ramli, 2010:82).
2.10.1.2 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan
kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak
dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat
dijalankan. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
a. Mengurangi peluang kecelakaan
Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan,
karen identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab
kecelakaan. Dengan melakukan identifikasi bahaya maka berbagai
sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan daoat diketahui
dan kemudian dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat
ditekan.
Universitas Sumatera Utara
31
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi
bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber
bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku
kepentingan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam identifikasi bahaya antara
lain yaitu :
1) Menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian
yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.
2) Pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang
ada secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi.
3) Menyusun skenario proses kejadian yang akan menimbulkan risiko
berdasarkan informasi gambaran hasil identifikasi masalah/bahaya.
Metode dan teknik yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko
antara lain yaitu (Ramli, 2010) :
a. Data kecelakaan
Data kecelakaan adalah salah satu sumber informasi mengenai
adanya bahaya di tempat kerja dan merupakan sumber informasi
yang paling mendasar. Setiap kecelakaan yang terjadi selalu
mempunyai sebab yang didasari adanya kondisi tidak aman baik
menyangkut manusia, peralatan atau lingkungan kerja. Karena itu
Universitas Sumatera Utara
32
dalam setiap kecelakaan, bagaimanapun kecilnya akan ditemukan
adanya sumber bahaya atau risiko.
b. Daftar periksa
Metode ini sangat mudah dan sederhana untuk dilakukan yaitu
dengan membuat daftar pemeriksaan bahaya ditempat kerja. Dalam
penerapan metode ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu :
Metode ini bersifat spesifik untuk peralatan atau tempat kerja
tertentu. Misalnya daftar periksa untuk gudang akan berbeda
dengan daftar periksa untuk unit proses.
Daftar periksa harus dikembangkan oleh orang yang memahami
atau mengenal tempat kerja atau peralatan. Dengan demikian
daftar periksa dapat menjangkau setiap kemungkinan bahaya
yang ada.
Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala, terutama jika
ditemukan ada bahaya baru, atau penambahan dan perubahan
sarana produksi, sistem atau proses.
Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka yang mengenal
dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam
pemahamannya, maka semakin rinci identifikasi bahaya yang
dapat dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan daftar periksa
perlu melibatkan para pekerja setempat.
Universitas Sumatera Utara
33
c. Brainstorming
Sumber informasi tentang bahaya diperoleh dari semua pihak.
Semakin banyak sumber informasi yang digunakan maka akan
semakin luas, dalam dan rinci informasi yang akan diperoleh. Oleh
karena itu, salah satu teknik yang sederhana yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi bahaya adalah dengan teknik brainstorming.
Melalui diskusi dan pertemuan dari berbagai pihak dan individu
yang berbeda untuk menggali potensi bahaya yang ada, atau
diketahui oleh masing-masing anggota kelompok.
d. What-if
Teknik ini bersifat brainstorming, namun semua anggota tim
dipandu dengan kata “what-if”. Tujuan dari teknik ini adalah untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian yang tidak
diinginkan dan menimbulkan suatu konsekuensi yang serius. Melalui
teknik ini dapat dilakukan penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan rancang bangun, konstruksi atau
modifikasi dari yang diinginkan.
e. HAZOPS
HAZOPS (Hazard and Operability Study) digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada pada proses operasional. Teknik
HAZOPS merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis
sehingga dapat menghasilkan kajian yang komprehensif. Kajian
HAZOPS juga bersifat multi disiplin sehingga hasil kajian akan lebih
Universitas Sumatera Utara
34
mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang
disiplin dan keahlian.
f. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode
identifikasi risiko dengan menganalisis berbagai pertimbangan dari
kesalahan suatu sistem atau peralatan yang digunakan dan kemudian
mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut. FMEA membantu
memilih langkah perbaikan untuk mengurangi dampak kumulatif
dari konsekuensi (risk) dan kegagalan sistem (fault).
g. FTA
Fault Tree Analysis (FTA) menggunakan metode analisis yang
bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top
event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau proses. Selanjutnya
semua kejadian yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian
puncak tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika.
h. JSA
Salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan banyak
digunakan di lingkungan kerja adalah Job Safety Analysis (JSA).
Teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa
bahaya dalam suatu pekerjaan (job) seperti mengganti bola lampu,
memasang AC, melepas saringan, mengganti ban serep dan lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula
dari adanya kondisi atau tindakan tidak aman saat melakukan suatu
aktivitas. Karena itu dengan melakukan identifikasi bahaya pada
Universitas Sumatera Utara
35
setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang
tepat dan efektif.
Proses identifikasi risiko yaitu sebagai berikut :
1) Tentukan pekerjaan yang akan identifikasi.
2) Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja
Menetapkan langkah-langkah kerja sederhana yang akan
dilaksanakan.
3) Tentukan tahap kerja kritis
Tahap kerja kritis adalah tahap kerja dimana pada tahap tersebut
dinilai memiliki potensi bahaya yang berdampak pada keselamatan
dan kesehatan kerja.
4) Kenali sumber bahaya
Kemudian kenali sumber bahaya apa saja yang terkandung pada
setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, mekanik, peralatan
yang digunakan, lingkungan kerja, dan cara kerja.
5) Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
2.10.1.3 Analisis Risiko
Analisis risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko
dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang
ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko
sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap
perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan. Hasil analisa risiko
dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan atau standar
dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima
Universitas Sumatera Utara
36
atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima harus dikelola atau ditangani
dengan baik (Ramli, 2010:80).
Analisis risiko merupakan kegiatan menganalisa suatu risiko dengan
menentukan besarnya kemungkinan terjadi dan tingkat dari penerimaan akibat
suatu risiko. Tujuannya adalah untuk membedakan antara risiko kecil, risiko
sedang, dengan risiko besar dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko (AZ/NZS 4360).
Faktor yang mempengaruhi dalam analisis risiko adalah :
a. Sumber risiko
Sumber risiko merupakan asal atau timbulnya risiko yang dapat berupa
material, yang digunakan dalam proses kerja, peralatan kerja, kondisi
area kerja dan perilaku dari pekerja.
b. Likelihood
Likelihood merupakan besaran kemungkinan timbulnya risiko.
Ditentukan dengan menganalisis frekuensi bahaya terhadap para
pekerja, jumlah dan karakteristik bahaya yang terpapar pada pekerja,
jumlah dan karakteristik pekerja yang terkena dampak bahaya, kondisi
area kerja, kondisi peralatan kerja, serta efektifitas tindakan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor kemungkinan juga berkaitan dengan faktor perilaku pekerja
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap bahaya
dan sumber risiko yang ada dalam proses kerja dan di tempat kerjanya
atau stres yang dialami pekerja yang berpengaruh dalam penurunan
konsentrasi pekerja.
Universitas Sumatera Utara
37
c. Konsekuensi
Konsekuensi merupakan besaran dampak yang ditimbulkan dari risiko.
Ditentukan dengan analisis atau kalkulasi statistik berdasarkan data-
data yang terkait atau melakukan estimasi subjektif berdasarkan
pengalaman terdahulu.
Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau likelihood diberi
rentang antara risiko yang jarang terjadi (rare) sampai dengan risiko yang dapat
terjadi setiap saat (almost certain). Sedangkan untuk dampak atau consequence
dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau kerugian kecil
sampai dampak yang paling parah yaitu menimbulkan kejadian fatal (meninggal
dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan.
Adapun analisis yang dipakai adalah analisis risiko kualitatif. Metode
kualitatif ini pada umumnya menggunakan tabulasi sifat karakteristik penelitian
melalui skala deskriptif seperti : tinggi, sedang, atau rendah. Hasil dari analisis
kualitatif berbentuk matriks risiko dengan dua parameter, yaitu kemungkinan
kejadian dan akibat.
Berikut merupakan tabel konsekuensi dan kemungkinan menurut standar
AS/NZS 4360.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 2.1 Ukuran dari Dampak (Consequence)
Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Tidak terjadi cidera, kerugian
finansial sedikit
2 Minor Cedera ringan, memerlukan
perawatan, kerugian finansial sedang.
3 Moderate/Sedang Cedera sedang, perlu penanganan
medis, kerugian finansial besar.
4
Mayor
Cedera berat, kerugian besar,
gangguan produksi.
5
Catastrophic/Bencana Fatal, menyebabkan kematian,
keracunan, kerugian sangat besar,
terhentinya kegiatan.
(Sumber :AS/NZS 4360:2004)
Tabel 2.2 Ukuran dari Kemungkinan (Likelihood)
Level Kriteria Penjelasan
5
Almost
certain
Terjadi hampir di semua keadaan
4 Likely
Sangat mungkin terjadi hampir di semua
keadaan
3 Possible Dapat terjadi sewaktu-waktu
2 Unlikely Kemungkinan terjadi jarang
1 Rare
Hampir tidak pernah, sangat jarang
terjadi
(Sumber :AS/NZS 4360:2004)
Universitas Sumatera Utara
39
Dalam penilaian risiko dimana risiko diformulasikan sebagai
fungsi dari kemungkinan terjadi (Likelihood) dan dampak (Consequences), atau
indeks risiko sama dengan perkalian kemungkinan dengan dampak (AS/NZS 4360
: 2004 Risk Management).
Indeks risiko (risk) = Likelihood x Consequence
Setelah nilai indeks risiko diperoleh, maka langkah selanjutnya
adalah pengelompokan level risiko berdasarkan tabel matriks sehingga dapat
diketahui risiko tersebut masuk dalam kategori Very High (VH), High (H),
Moderate (M), ataupun Low (L). Tingkat atau level dari risiko merupakan alat
yang sangat penting pada manajemen dalam pengambilan keputusan, karena
melalui peringkat risiko pihak manajemen dapat menentukan prioritas dan
penanganan ketika risiko tersebut terjadi.
Tabel 2.3 Matriks Analisa Risiko (Level) menurut AS/NZS 4360:2004
Nilai Risiko Kategori Risiko Keterangan
1-3 L Low
4-9 M Moderate
10-16 H High
17-25 VH Very High
(Sumber : AS/NZS 4360 : 2004)
Keterangan :
VH : Very High Risk = Sangat berisiko atau tidak dapat di
toleransi sehingga perlu penanganan
dengan segera.
H : High Risk = Berisiko besar, perlu perhatian khusus
dari pihak manajemen.
M : Moderate Risk = Risiko sedang, memerlukan tanggung
jawab yang jelas dari manajemen.
Universitas Sumatera Utara
40
L : Low Risk = Risiko rendah, ditangani dengan
prosedur yang rutin.
2.10.1.4 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah untuk menilai apakah risiko tersebut dapat
diterima atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku, atau
kemampuan organisasi untuk menghadapi suatu risiko. Evaluasi risiko
mempunyai tujuan untuk membantu dalam membuat keputusan serta untuk
melihat apakah risiko yang telah dianalisis dapat diterima atau tidak dengan
membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko
dengan kriteria standar yang digunakan (Ramli, 2010:82).
Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen dalam
pengambilan keputusan. Melalui peringkat risiko manajemen dapat menentukan
skala prioritas dalam penanganannya. Manajemen juga dapat mengalokasikan
sumber daya yang sesuai untuk masing - masing risiko sesuai dengan tingkat
prioritasnya. (Ramli, 2010:98).
2.10.1.5 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risko. Pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh
bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan
peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya.
Menurut standar AS/NZS 4360, pengendalian risiko secara ginerik
dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan
kegiatan atau pengguanaan proses, bahan, alat yang berbahaya.
Mengurangi kemungkinan terjadi.
Universitas Sumatera Utara
41
Mengurangi konsekuensi kejadian.
Pengendalian risiko ke pihak lain.
Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin
menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen, sehingga masih
ada sisa risiko yang harus ditanggung perusahaan.
Strategi pengendalian risiko antara lain : menekan Likelihood, menekan
Consequence, dan pengalihan risiko.
2.10.1.5.1 Menekan Likelihood
Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan yaitu secara teknis, administratif dan pendekatan manusia.
1) Pendekatan Teknis
a) Eliminasi
Risiko dapat dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya.
Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul
dapat dihindarkan. Beberapa contoh teknik eliminasi antara
lain:
Mesin yang bisa dimatikan atau dihentikan sehingga tempat
kerja bebas dari kebisingan.
Lubang bekas galian di tengah jalan ditutup dan ditimbun.
Penggunaan bahan kimia berbahaya dihentikan.
b) Substitusi
Teknik subtitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja
dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan kerja
dapat ditekan.
Universitas Sumatera Utara
42
c) Pengendalian jarak
Kemungkinan kecelakaan atau risiko dapat dikurangi dengan
melakukan pengendalian jarak antara sumber bahaya dengan
penerima.
2) Pendekatan Administratif
Pendekatan ini dilakukan untuk mengurangi kontak antara
penerima dengan sumber bahaya.
3) Pendekatan Manusia
Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja yang
aman, budaya keselamatan dan prosedur keselamatan.
2.10.1.5.2 Menekan Consequence
Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan
menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya. Berbagai pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsekuensi antara lain:
1) Tanggap darurat
Keparahan suatu kejadian dapat ditekan jika perusahaan memiliki
sistem tanggap darurat yang baik dan terencana.
2) Penyediaan alat pelindung diri
Penggunaan APD bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk
mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian.
3) Sistem pelindung
Dengan memasang sistem pelindung, dampak kejadian dapat
ditekan. Misalnya dengan memasang tanggul sekeliling tangki,
jika ada kebocoran atau tumpahan, maka cairan tidak akan
Universitas Sumatera Utara
43
menyebar ke daerah sekitarnya sehingga dampak kejadian dapat
dikurangi.
2.10.1.5.3 Pengalihan Risiko
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya:
1) Kontraktual, yang mengalihkan tanggungjawab K3 kepada pihak
lain, misalnya pemasok atau pihak ketiga.
2) Asuransi, dengan menutup asuransi untuk melindungi potensi
risiko yang ada dalam perusahaan.
2.10.1.6 Komunikasi dan Konsultasi
Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui oleh
semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan manfaat dan
keuntungan bagi semua pihak. Pihak manajemen harus memperoleh informasi
yang jelas mengenai semua risiko yang ada dibawah kendalinya. Demikian pula
dengan para pekerja perlu diberi informasi mengenai semua potensi bahaya yang
ada di tempat kerjanya sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan atau
kegiatannya dengan aman. Pihak lainpun seperti pemasok, kontraktor dan
masyarakat sekitar aktivitas perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas
tentang kegiatan perusahaan dan potensi terhadap bahaya yang dapat timbul dan
akan membawa pengaruh terhadap keselamatan dan kesehatannya. Dengan
mengetahui dan memahami semua risiko yang ada di lingkungannya, maka semua
pihak akan dapat bertindak dengan hati-hati (Ramli, 2010).
Universitas Sumatera Utara
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam
kehidupan manusia (Sugiyono, 2007). Menurut (J.R Raco, 2010), menjelaskan
metode penelitian adalah sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan data dan menganalisis
data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik,
gejala atau isu tertentu. Dikatakan bertahap karena kegiatan ini berlangsung
mengikuti suatu proses tertentu, sehingga ada langkah - langkah yang perlu dilalui
secara berjenjang sebelum melangkah pada tahap berikutnya.
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2007) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda -
benda alam yang lain.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul – betul representatif (Sugiyono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
45
Penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel yang berdasarkan pada kemampuan dan pengetahuan
responden yang diyakini dapat memberikan jawaban sesuai dengan topik
penelitian (Sugiyono, 2007). Sampel dari penelitian ini merupakan pihak
pelaksana (kontraktor) yang memiliki jabatan minimal setingkat dengan
mandor. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan metode Slovin dengan
taraf toleransi kesalahan 5%. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat
sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan
5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%.
(Persamaan 3.1)
dimana
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance).
𝑛 =15
1 + 15 𝑥0.052= 14.46 ≈ 14 orang
(Jumlah populasi sebanyak 15 orang diambil dari data struktur organisasi.)
Maka dengan menggunakan rumus Slovin jumlah sampel atau responden
pada penelitian ini adalah sebanyak 14 orang.
3.3 Data Primer dan Sekunder
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara
atau diskusi, serta penyebaran kuesioner berupa gambaran bahaya dan potensi
risiko kepada para responden.
Universitas Sumatera Utara
46
a. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap responden dengan cara wawancara
terbuka atau tidak terstruktur dengan tanya jawab yang berkaitan
dengan risiko K3.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan
dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban -
jawaban yang mempunyai makna. Desain Kuesioner dibuat berdasarkan
studi pustaka dan disesuaikan dengan pengamatan di lapangan. Struktur
kuesioner terbagi dalam tiga bagian:
Data profil responden
Berisi mengenai informasi identitas responden yaitu usia, pendidikan
terakhir, pengalaman bekerja di bidang konstruksi, dan jabatan
(spesifikasi pekerjaan).
Petunjuk pengisian kuesioner
Pada bagian ini, responden diberi petunjuk pengisian kuesioner,
sehingga responden tidak salah dalam pengisian jawaban kuesioner.
Variabel Pertanyaan
Pertanyaan yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup untuk
mempermudah responden menjawab pertanyaan dan memfokuskan
jawaban yang diharapkan penulis.
Sugiyono (2012) mendefinisikan data sekunder adalah sumber sekunder
adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan
memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku - buku, serta
Universitas Sumatera Utara
47
dokumen perusahaan, serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.
Data sekunder diperoleh dari pihak kontraktor seperti struktur organisasi,
item pekerjaan, dan lain - lain. Selain itu didapat juga dari penelitian terdahulu,
buku, internet dan sumber - sumber yang menunjang dalam penelitian. Data
sekunder digunakan untuk melengkapi data penelitian.
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Data Likelihood dan Consequences dari hasil pengumpulan data yang
didapat dari penyebaran kuesioner dan wawancara kemudian diuji validitas dan
reliabilitasnya. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono,
2015). Untuk menentukan tingkat kevalidan data maka diperlukan nilai r yang
diambil dari jumlah responden. Uji validitas pada penelitian in dilakukan dengan
bantuan program SPSS.
Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilakukan uji reliabilitas. Susan
Stainback dalam buku Sugiyono (2015) menyatakan bahwa “Reliability is often
defined as the consistency and stability of data or findings. From a
positivistic perspective , reliability typically is considered to be synonymous with
the consistency of data produced by observations made by different researchers (
eg interrater reliability), by the same researcher at different times (e.g testratest),
or by splitting a data set in two parts (split half)”. Reliabilitas berkenaan dengan
derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik
(kuantitas), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam
objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu
Universitas Sumatera Utara
48
yang berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah
menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Menurut Sugiyono (2012),
“Suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila koefisien reliabilitas minimal 0.60”.
3.5 Proses Pengolahan Data
Setelah data kuesioner diuji validitas dan reliabilitas selanjutnya data
kuesioner diolah sehingga diperoleh nilai rata - rata kemungkinan dan dampak
dari tiap-tiap risiko. Kemudian nilai rata-rata kemungkinan dikalikan dengan nilai
rata-rata dampak sehingga diperoleh nilai indeks risiko (tingkat risiko). Setelah
nilai indeks risiko diperoleh, maka nilai risiko dibandingkan dengan standar level
risiko untuk mengetahui level/tingkatan risiko berdasarkan standar AS/NZS
4360:2004. Berdasarkan dari level/tingkatan risiko yang telah diketahui
selanjutnya dilakukan strategi pengendalian terhadap risiko K3.
Universitas Sumatera Utara
49
3.6 Flowchart Penelitian
Tidak
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer
- Observasi dan wawancara
di lapangan
- Kuesioner
Data Sekunder
- Struktur organisasi
- SOP (Standar Operasional
Prosedur)
Pengolahan Data
- Uji validitas dan
reabilitas data
Pengendalian risiko – risiko
K3
Analisa Data
Analisa tingkat risiko
menggunaan matriks risiko
Manajemen Risiko K3 Pada Proyek
Tower Transmisi
Ya
Kesimpulan dan Saran
Universitas Sumatera Utara
50
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.1 Pendahuluan
Di dalam bab ini akan dibahas hasil analisis data untuk memperoleh
jawaban (output) dari penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh serta hasil
observasi lapangan yaitu dengan cara wawancara dan menyebar kuesioner kepada
responden sesuai struktur organisasi yang sudah berpengalaman dalam hal K3,
yang selanjutnya diolah berdasarkan teori-teori dari tinjauan kepustakaan.
Kemudian dilakukan pembahasan mengenai hasil dan pengendalian dari hasil
yang diperoleh.
4.2 Hasil Pengumpulan Data
Pada hasil penelitian ini akan diuraikan mengenai hasil – hasil yang
diperoleh setelah tahapan pengumpulan data dan pengolahan data.
4.2.1 Data Responden Penelitian
Data diperoleh dari hasil wawancara serta penyebaran kuesioner pada
beberapa staf pihak kontraktor, minimal setingkat mandor. Pada penelitian ini
kuesioner diberikan kepada 14 orang responden. Dalam praktiknya, responden
sangat sulit meluangkan waktu untuk wawancara karena kesibukan proyek.
Sebelum melakukan pengisian kuesioner, maksud dan tujuan dari penelitian ini
akan dijelaskan terlebih dahulu.
Berikut data responden yang dikategorikan berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, pengalaman kerja, dan jabatan. Adapun data – data dibawah ini akan
dijelaskan dalam bentuk diagram.
Universitas Sumatera Utara
51
1. Usia Responden
Gambar 4.1 Diagram Usia Responden
Berdasarkan gambar 4.1, hasil survei usia responden dengan total 14
orang, sebanyak 1 orang atau 7% berusia ≤ 25 tahun, 9 orang atau 64% berusia 26
≤ x ≤ 35 tahun, dan 4 orang atau 29% berusia ≥ 36 tahun.
2. Tingkat Pendidikan
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan gambar 4.2, hasil survei tingkat pendidikan responden dengan
total 14 orang, sebanyak 2 orang atau 14% dengan tingkat pendidikan Strata 2
(S2), 7 orang atau 50% dengan tingkat pendidikan Strata 1 (S1), 3 orang atau 22%
dengan tingkat pendidikan Diploma 3 (D3), dan 2 orang atau 14% dengan tingkat
pendidikan SMA/sederajat.
7%
64%
29%≤ 25 tahun
26≤X≤35 tahun
≥36 tahun
14%
50%
22%
14%
S2
S1
D3
SMA/sederajat
Universitas Sumatera Utara
52
3. Pengalaman kerja
Gambar 4.3 Diagram Pengalaman Kerja Responden
Berdasarkan gambar 4.3, hasil survei pengalaman kerja responden dengan
total 14 orang, sebanyak 2 orang atau 14% dengan pengalaman kerja ≤ 5 tahun
dan 12 orang atau 86% dengan pengalaman kerja > 5 tahun.
4. Jabatan
Gambar 4.4 Diagram Jabatan Responden
Berdasarkan gambar 4.4, hasil survei jabatan responden dengan total 14
orang, sebanyak 2 orang atau 13% dengan masing - masing jabatan Project
Engineer, Site Manager, Site Engineer EM, dan Mandor. Sebanyak 1 orang atau
14%
86%
≤ 5 tahun
> 5tahun
7%
7%
15%
15%
7%7%
7%
7%
14%
14%
Project Manager
Management Team
Project Engineer
Site Manager
Supervisor K3
Supervisor Sipil dan EM
Administrasi & Keuangan
Logistik
Site Engineer EM
Mandor
Universitas Sumatera Utara
53
7% dengan masing – masing jabatan Project Manager, Management Team,
Supervisor K3, Supervisor Sipil dan EM, Administrasi dan Keuangan, serta
logistik.
4.2.2 Hasil Identifikasi Risiko
Dibawah ini merupakan tabel hasil identifikasi risiko yang diperoleh dari
observasi dan wawancara.
Tabel 4.1 Daftar Hasil Identifikasi Risiko
No. Kegiatan Variabel Risiko
Pekerjaan Erection
1 Proses pemasangan
leg tower
1.Box Crane manual terjatuh mengenai pekerja
2.Tali terputus mengenai pekerja
3.Material besi / baut terjatuh
4.Mata rusak saat pengelasan
5.Pekerja terjatuh dari ketinggian
6.Kulit terkena percikan api pada saat pengelasan
7.Peralatan kerja terjatuh mengenai pekerja
8.Kaki pekerja tersandung material besi
2 Proses Pemasangan
Common Body 1.Box Crane manual terjatuh mengenai pekerja
2.Tali terputus mengenai pekerja
3.Material besi / baut terjatuh
4.Dehidrasi
5.Pekerja terjatuh dari ketinggian
6.Peralatan kerja terjatuh mengenai pekerja
7.Kaki pekerja tersandung material besi
3 Proses Pemasangan
Cross Arm
1.Box Crane manual terjatuh mengenai pekerja
2.Tali terputus mengenai pekerja
3.Material besi / baut terjatuh
4.Dehidrasi
5.Pekerja terjatuh dari ketinggian
6.Tersambar petir
7.Peralatan kerja terjatuh mengenai pekerja
8.Kaki pekerja tersandung material besi
Pekerjaan Stringing
4 Proses Penarikan
Kabel transmisi 1.Pekerja terjatuh dari ketinggian
2.Dehidrasi
3.Tangan terluka terkena tali tambang
4.Kaki pekerja tersandung tali tambang
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.1 Lanjutan
5.Kaki pekerja tersandung kawat konduktor
6.Tangan terluka terkena peralatan pada saat
pemotongan kawat konduktor
7.Kaki terluka terkena cangkul
8.Tangan tergores ujung kawat konduktor
9.Tangan tertusuk kawat konduktor
10.Roller terjatuh mengenai pekerja
11.Isolator terjatuh mengenai pekerja
Setelah didapat variabel potensi risiko K3 yang ada pada proyek,
dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden guna mengetahui
kemungkinan dan dampak dari risiko K3 tersebut. Kemudian dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap hasil jawaban kuesioner. Pengujian dibantu
dengan program SPSS 25.
4.3 Analisa Data
4.3.1 Pengujian Uji validitas dan Uji reliabilitas
a. Uji validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan atau kecermatan
instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian atau untuk melihat
apakah hasil pengisian kuesioner yang dilakukan telah valid dan
dimengerti oleh responden. Untuk menentukan tingkat kevalidan data
maka diperlukan nilai r yang diambil dari jumlah responden. Nilai r
dapat dilihat pada tabel r yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007).
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 14 orang
responden sehingga nilai r yang didapat yaitu 0,532. Dari hasil uji
validitas nilai r Hitung > r Tabel = 0,532 sehingga hasil pengisian
kuesioner dinyatakan valid.
Universitas Sumatera Utara
55
b. Uji reliabilitas
Untuk mengetahui suatu instrumen dinyatakan reliabilitas, Sugiyono
(2012) mengemukakan bahwa : “Suatu instrumen dinyatakan reliabel,
bila koefisien reliabilitas minimal 0,60”. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka dapat diketahui bahwa suatu instrumen dinyatakan
reliabel jika nilai Alpha ≥ 0,60. Dari hasil uji reliabilitas nilai r Hitung
> Alpha 0,60 sehingga dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
4.3.2 Penilaian Risiko
Setelah hasil kuesioner sudah valid dan reliabel, dilakukan penilaian risiko
dengan parameter kemungkinan (Likelihood) dan dampak (Consequences).
Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel
untuk mendapatkan nilai rata – rata kemungkinan dan dampak risiko pada masing
– masing item pekerjaan. Kemudian nilai rata – rata kemungkinan dan dampak
dikalikan untuk mendapatkan indeks risiko. Hasil pengisian kuesioner dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel 4.2 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Leg Tower Bagian
Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 1 1 3 2 1 2 3
2 1 1 2 2 2 1 3 2
3 2 3 3 3 3 3 2 2
4 3 2 3 2 3 4 2 3
5 2 2 1 1 1 3 2 1
6 1 2 2 3 3 2 3 3
7 3 3 3 2 2 3 2 4
8 3 3 2 2 3 2 2 3
9 2 3 2 3 2 3 3 2
10 1 1 3 2 2 2 1 3
11 3 2 3 4 3 2 3 4
12 2 1 1 2 2 1 1 2
13 1 3 1 2 2 1 1 1
14 3 3 2 3 3 4 4 3
Tabel 4.3 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Body Tower Bagian
Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
1 2 2 1 2 3 1 3
2 1 1 2 2 2 1 2
3 2 2 3 2 2 3 3
4 3 3 2 3 3 2 3
5 2 2 1 2 2 2 1
6 1 3 3 2 3 3 3
7 3 2 3 3 2 2 4
8 2 3 2 3 3 3 2
9 1 3 4 2 3 3 3
10 2 3 2 2 2 1 2
11 2 2 2 2 3 2 3
12 1 1 3 1 3 3 2
13 1 1 1 1 1 2 2
14 4 3 3 2 3 2 3
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 4.4 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Cross Arm Bagian
Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 1 2 2 1 2 2 3
2 2 1 3 2 2 1 1 2
3 3 3 3 4 2 2 2 4
4 2 2 2 3 3 3 3 3
5 1 3 1 1 2 1 1 1
6 3 3 2 2 3 2 3 3
7 2 2 3 3 2 1 2 3
8 3 3 2 2 3 2 3 2
9 2 3 3 3 2 3 2 3
10 2 1 2 1 2 1 1 2
11 2 2 3 2 3 3 2 4
12 2 1 1 3 2 2 3 2
13 2 2 1 1 2 1 2 3
14 3 3 2 3 3 2 3 3
Tabel 4.5 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Penarikan Kabel Transmisi Bagian
Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 1 1 3 2 3 1 2 1 1 1 2
2 1 3 2 1 2 2 1 2 1 2 3
3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2
4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 3
5 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1
6 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2 2
7 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3
8 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2
9 3 3 3 1 3 2 2 3 1 2 3
10 2 1 2 2 3 3 2 1 1 3 2
11 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 3
12 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2
13 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2
14 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.6 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Leg Tower Bagian
Dampak (Consequence)
Dampak
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 1 1 1 5 1 2 1
2 1 1 1 1 4 1 1 2
3 2 3 3 3 4 1 3 3
4 2 3 2 1 5 2 3 2
5 2 1 1 2 3 1 1 1
6 3 2 3 3 5 2 2 1
7 2 3 2 2 5 2 2 3
8 3 3 3 3 4 3 3 2
9 2 3 2 2 5 2 1 3
10 1 2 3 1 5 3 1 2
11 3 1 3 3 5 2 3 2
12 2 1 1 1 4 1 2 1
13 1 2 2 1 3 1 1 2
14 3 2 3 2 5 3 2 3
Tabel 4.7 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Body Tower Bagian
Dampak (Consequence)
Dampak
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 1 2 4 1 2
2 1 1 1 1 3 1 1
3 2 2 2 2 4 2 3
4 2 3 3 2 5 2 3
5 1 1 1 2 3 1 1
6 2 2 2 1 4 2 2
7 3 2 3 3 4 2 3
8 3 3 3 2 4 3 1
9 3 3 2 2 4 1 2
10 1 1 3 1 5 1 3
11 2 2 2 3 5 3 3
12 1 1 1 1 4 1 1
13 3 1 1 1 4 1 2
14 3 2 2 2 5 1 3
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 4.8 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Pemasangan Cross Arm Bagian
Dampak (Consequence)
Dampak
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 2 1 2 5 4 2 3
2 1 1 1 1 4 5 1 1
3 2 3 3 3 5 5 2 3
4 2 1 3 3 5 5 3 2
5 1 1 1 1 4 4 1 1
6 2 2 2 3 5 5 3 2
7 2 3 2 2 5 5 2 2
8 2 2 1 3 4 5 2 1
9 2 3 1 1 4 5 2 3
10 1 1 1 2 5 4 1 1
11 2 2 3 3 5 5 3 3
12 2 1 1 1 4 4 1 1
13 2 1 2 1 3 4 1 1
14 3 2 3 1 5 4 2 2
Tabel 4.9 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Penarikan Kabel Transmisi Bagian
Dampak (Consequence)
Dampak
Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 1 1 1 3 3 1 1 2 2 2
2 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1
3 4 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3
4 5 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2
5 4 1 2 2 1 1 2 1 3 1 2
6 5 3 3 3 1 2 3 1 2 2 3
7 5 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2
8 5 2 1 2 3 2 2 2 3 3 1
9 5 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4
10 4 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1
11 5 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3
12 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1
13 4 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2
14 4 3 1 3 2 2 3 3 3 2 3
Di bawah ini adalah hasil perhitungan indeks risiko yang didapat dari
perkalian nilai rata – rata kemungkinan dan rata – rata dampak pada masing –
masing pertanyaan di setiap kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
60
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Indeks Risiko
Event Risiko Nilai rata –
rata
kemungkina
n
Nilai
rata –
rata
dampak
Indeks
Risiko
(kemungkin
an x
dampak)
No
Pekerjaan
Variabel
Risiko Pekerjaan
Erection
1
Proses
pemasangan
Leg Tower
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
2,143 2,071 4,439
Tali terputus
mengenai
pekerja
2,143 2,000 4,286
Material
besi terjatuh 2,071 2,143 4,439
Mata rusak
saat
pengelasan
2,429 1,857 4,510
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
2,357 4,429 10,439
Kulit terkena
percikan api
pada saat
pengelasan
2,286 1,786 4,082
Peralatan
kerja
terjatuh
mengenai
pekerja
2,214 1,929 4,270
Kaki pekerja
tersandung
material besi
2,571 2,000 5,143
2
Proses
pemasangan
Body
Tower
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
1,929 2,000 3,857
Tali terputus
mengenai
pekerja
2,214 1,857 4,112
Material besi
terjatuh 2,286 1,929 4,408
Dehidrasi 2,071 1,786 3,699
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
2,500 4,143 10,357
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.10 Lanjutan
Peralatan
kerja
terjatuh
mengenai
pekerja
2,214 1,571 3,480
Kaki pekerja
tersandung
material besi
2,571 2,143 5,510
3
Proses
pemasangan
Cross Arm
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
2,214 1,857 4,112
Tali terputus
mengenai
pekerja
2,143 1,786 3,827
Material besi
terjatuh 2,143 1,786 3,827
Dehidrasi 2,286 1,929 4,408
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
2,286 4,500 10,286
Tersambar
petir 1,857 4,571 8,490
Peralatan
kerja
terjatuh
mengenai
pekerja
2,143 1,857 3,980
Kaki pekerja
tersandung
material besi
2,714 1,857 5,041
Pekerjaan Stringing
4
Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
2,429 4,214 10,235
Dehidrasi 2,214 2,000 4,429
Tangan
terluka
terkena tali
tambang
2,357 1,929 4,546
Kaki pekerja
tersandung
tali tambang
1,929 2,071 3,995
Universitas Sumatera Utara
62
Tabel 4.10 Lanjutan
Kaki pekerja
tersandung
kawat
konduktor
2,714 2,000 5,429
Tangan
terkena
peralatan
pada saat
pemotongan
kawat
konduktor
1,929 2,071 3,995
Kaki terluka
terkena
cangkul
1,857 2,071 3,847
Tangan
tergores
ujung kawat
konduktor
2,000 1,857 3,714
Tangan
tertusuk
kawat
konduktor
1,929 2,214 4,270
Roller
terjatuh
mengenai
pekerja
2,143 1,929 4,133
Isolator
terjatuh
mengenai
pekerja
2,357 2,143 5,051
Langkah selanjutnya setelah nilai indeks risiko didapat adalah
mengkelompokkan risiko berdasarkan matriks risiko AS/NZS 4360:2004. Berikut
ini adalah hasil tingkat risiko.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.11 Hasil Tingkat Risiko Berdasarkan Matriks Risiko AS/NZS 4360:2004
No Kegiatan Potensi Risiko Indeks Risiko Kategori
Risiko
1 Proses
pemasangan Leg
Tower
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,439 H
2 Proses
pemasangan Body
Tower
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,357 H
3 Proses
pemasangan
Cross Arm
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,286 H
4 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,235 H
5 Proses
pemasangan
Cross Arm
Tersambar
petir
8,490 M
6 Proses
pemasangan Body
Tower
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,510 M
7 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Kaki pekerja
tersandung
kawat
konduktor
5,429 M
8 Proses
pemasangan Leg
Tower
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,143 M
9
Proses Penarikan
Kabel transmisi
Isolator
terjatuh
mengenai
pekerja
5,051 M
10 Proses
pemasangan
Cross Arm
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,041 M
11 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Tangan terluka
terkena tali
tambang
4,546 M
12 Proses
pemasangan Leg
Tower
Mata rusak
saat
pengelasan
4,510 M
13 Proses
pemasangan Leg
Tower
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
4,439 M
Universitas Sumatera Utara
64
Tabel 4.11 Lanjutan
14 Proses
pemasangan Leg
Tower
Material besi
terjatuh
4,439 M
15 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Dehidrasi 4,429 M
16 Proses
pemasangan Body
Tower
Material besi
terjatuh
4,408 M
17 Proses
pemasangan
Cross Arm
Dehidrasi 4,408 M
18 Proses
pemasangan Leg
Tower
Tali terputus
mengenai
pekerja
4,286 M
19 Proses
pemasangan Leg
Tower
Peralatan kerja
terjatuh
mengenai
pekerja
4,270 M
20 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Tangan
tertusuk kawat
konduktor
4,270 M
21 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Roller terjatuh
mengenai
pekerja
4,133 M
22 Proses
pemasangan Body
Tower
Tali terputus
mengenai
pekerja
4,112 M
23
Proses
pemasangan
Cross Arm
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
4,112 M
24 Proses
pemasangan Leg
Tower
Kulit terkena
percikan api
pada saat
pengelasan
4,082 M
25 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Kaki pekerja
tersandung tali
tambang
3,995 L
26
Proses Penarikan
Kabel transmisi
Tangan
terkena
peralatan pada
saat
pemotongan
kawat
konduktor
3,995 L
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 4.11 Lanjutan
27 Proses
pemasangan
Cross Arm
Peralatan kerja
terjatuh
mengenai
pekerja
3,980 L
28
Proses
pemasangan Body
Tower
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
3,857 L
29 Proses Penarikan
Kabel transmisi
Kaki terluka
terkena
cangkul
3,847 L
30 Proses
pemasangan
Cross Arm
Tali terputus
mengenai
pekerja
3,827 L
31 Proses
pemasangan
Cross Arm
Material besi
terjatuh
3,827 L
32
Proses Penarikan
Kabel transmisi
Tangan
tergores ujung
kawat
konduktor
3,714 L
33 Proses
pemasangan Body
Tower
Dehidrasi 3,699 L
34 Proses
pemasangan Body
Tower
Peralatan kerja
terjatuh
mengenai
pekerja
3,480 L
Keterangan :
H (High) : Risiko Tinggi
M (Medium) : Risiko Sedang
L (Low) : Risiko Rendah
4.4 Pembahasan
Dari hasil identifikasi risiko yang diteliti terdapat 34 variabel risiko.
Kemudian dilakukan pengelompokan terhadap potensi risiko yang memiliki
kesamaan dari kegiatan yang berbeda. Dengan melakukan pengelompokan ini,
maka akan diketahui nilai persentase dari setiap jenis potensi risiko terhadap
Universitas Sumatera Utara
66
keseluruhan potensi risiko yang terjadi. Berikut hasil pengelompokan terhadap
potensi risiko yang dijelaskan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 4.5
dibawah ini.
Gambar 4.5 Diagram Pengelompokan Potensi Risiko
Dari hasil penilaian indeks risiko, diperoleh 4 variabel dengan kategori
High Risk dengan potensi risiko pekerja terjatuh dari ketinggian pada masing –
masing pekerjaan. Untuk kategori Medium Risk diperoleh 20 variabel, dan
sebanyak 10 variabel termasuk didalam kategori Low Risk.
4.5 Pengendalian Risiko
Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka diperoleh alternatif
pengendalian risiko terhadap risiko. Strategi pengendalian risiko dapat dilakukan
dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Menekan kemungkinan (likelihood) potensi risiko
Cara untuk melakukan penekanan angka likelihood potensi risiko
adalah dengan melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap setiap
Potensi risiko pekerja terjatuh
12%
Potensi risiko akibat cuaca
12%
Potensi risiko kejatuhan
benda32%Potensi Risiko
tertusuk/tergores benda
14%
Potensi Risiko tersandung
15%
Potensi Risiko terbakar
6%
Potensi Risiko kerusakan peralatan
9%
Universitas Sumatera Utara
67
potensi risiko yang terjadi. Berikut tindakan yang dapat dilakukan
untuk menekan likelihood potensi risiko :
a. Memasang rambu – rambu K3 yang bertujuan untuk menunjukkan
adanya potensi risiko sehingga para pekerja selalu bekerja dengan
waspada dan hati – hati.
b. Menggunakan work permit (izin kerja K3) pada setiap kegiatan.
c. Melakukan Safety Briefing (Safety Talk) seminggu sekali, misalnya
sebelum dimulai semua aktivitas pada proyek, para pekerja
diingatkan pentingnya penggunaan APD dalam bekerja.
d. Melakukan Safety Patrol K3 pada tiap pekerja secara rutin yang
bertujuan untuk mengawasi dan memberi tahu para pekerja jika
terdapat potensi bahaya yang mengancam pada saat pekerjaan
berlangsung.
e. Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai metode-metode
penggunaan alat kerja, pelaksanaan pekerjaan dan pelatihan tentang
K3.
2. Menekan dampak (consequence) potensi risiko
Cara untuk menekan consequence potensi risiko adalah dengan
melakukan persiapan perlindungan diri jika sewaktu-waktu suatu
potensi risiko terjadi. Cara pengendalian terhadap consequence potensi
risiko adalah :
a. Selalu memakai alat pelindung diri (APD) dalam bekerja dan
penggunaan APD disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Contoh
Universitas Sumatera Utara
68
penggunaan APD pada pekerjaan di ketinggian diwajibkan
menggunakan full body harness ataupun safety belt.
b. Menggunakan alat pelindung jatuh seperti safety net untuk
melindungi pekerja yang terjatuh dari ketinggian dan menahan benda
yang terjatuh.
c. Setelah pekerja selesai memakai peralatan, agar meletakkan kembali
pada tempat yang telah disediakan sebelumnya.
d. Membersihkan sisa – sisa potongan material yang berserakan seperti
kawat konduktor yang ada di lokasi proyek.
3. Menghindari Risiko (Avoiding Risk)
Mengganti peralatan kerja dan APD yang tidak layak dipakai.
4. Pengalihan Risiko (Risk Transfer)
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan memberikan asuransi kepada
para pekerja.
Dengan strategi pengendalian diatas, diharapkan dapat mengurangi nilai
risiko yang ada. Berikut ini adalah tabel nilai indeks risiko dengan ada nya
pengendalian.
Tabel 4.12 Indeks Risiko Dengan Adanya Pengendalian
No. Kegiatan Potensi
Risiko
Indeks Risiko
Sebelum
Pengendalian
Setelah
Pengendalian
1 Proses
pemasangan
Leg Tower
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,439 4,653
2 Proses
pemasangan
Body Tower
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,357 4,715
3 Proses
pemasangan
Cross Arm
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian
10,286 4,501
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 4.12 Lanjutan
4 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Pekerja
terjatuh dari
ketinggian 10,235 4,593
5 Proses
pemasangan
Cross Arm
Tersambar
petir 8,490 3,917
6 Proses
pemasangan
Body Tower
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,510 1,796
7 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Kaki pekerja
tersandung
kawat
konduktor
5,429 1,714
8 Proses
pemasangan
Leg Tower
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,143 1,571
9 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Isolator
terjatuh
mengenai
pekerja
5,051 1,551
10 Proses
pemasangan
Cross Arm
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,041 1,469
11 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Tangan
terluka
terkena tali
tambang
4,546 1,261
12 Proses
pemasangan
Leg Tower
Mata rusak
saat
pengelasan
4,510 1,225
13 Proses
pemasangan
Leg Tower
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
4,439 2,367
14 Proses
pemasangan
Leg Tower
Material besi
terjatuh 4,439 1,224
15 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Dehidrasi
4,429 2,428
16 Proses
pemasangan
Body Tower
Material besi
terjatuh 4,408 1,195
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.12 Lanjutan
17 Proses
pemasangan
Cross Arm
Dehidrasi
4,408 2,481
18 Proses
pemasangan
Leg Tower
Tali terputus
mengenai
pekerja
4,286 1,143
19 Proses
pemasangan
Leg Tower
Peralatan
kerja terjatuh
mengenai
pekerja
4,270 1,128
20 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Tangan
tertusuk kawat
konduktor 4,270 1,128
21 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Roller terjatuh
mengenai
pekerja 4,133 1,062
22 Proses
pemasangan
Body Tower
Tali terputus
mengenai
pekerja
4,112 1,040
23
Proses
pemasangan
Cross Arm
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
4,112 1,040
24 Proses
pemasangan
Leg Tower
Kulit terkena
percikan api
pada saat
pengelasan
4,082 1,011
25 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Kaki pekerja
tersandung
tali tambang 3,995 0,995
26
Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Tangan
terkena
peralatan pada
saat
pemotongan
kawat
konduktor
3,995 0,995
27 Proses
pemasangan
Cross Arm
Peralatan
kerja terjatuh
mengenai
pekerja
3,980 0,980
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 4.12 Lanjutan
28
Proses
pemasangan
Body Tower
Box Crane
manual
terjatuh
mengenai
pekerja
3,857 0,929
29 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Kaki terluka
terkena
cangkul 3,847 0,918
30 Proses
pemasangan
Cross Arm
Tali terputus
mengenai
pekerja
3,827 0,898
31 Proses
pemasangan
Cross Arm
Material besi
terjatuh 3,827 0,898
32 Proses
Penarikan
Kabel
transmisi
Tangan
tergores ujung
kawat
konduktor
3,714 0,857
33 Proses
pemasangan
Body Tower
Dehidrasi
3,699 0,842
34 Proses
pemasangan
Body Tower
Peralatan
kerja terjatuh
mengenai
pekerja
3,480 0,693
Berdasarkan tabel diatas, rata – rata indeks risiko setelah adanya
pengendalian mengalami penurunan dalam tingkatan indeks risiko sebesar 1
tingkatan. Sehingga indeks risiko tertinggi berada pada tingkat risiko sedang,
dengan indeks risiko sebesar 4,715 yaitu risiko pekerja terjatuh dari ketinggian
dalam kegiatan proses pemasangan body tower.
Universitas Sumatera Utara
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Diperoleh potensi risiko yang teridentifikasi sebanyak 34 variabel, yang
dapat terjadi pada proyek pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan
Ekstra Tinggi 275 kV Galang – Simangkuk, dengan potensi risiko
terjatuh dari ketinggian adalah risiko yang paling tinggi sebesar 10,439
dengan tingkat high risk.
2. Diperoleh level atau ranking menurut standar AS/NZS 4360 : 2004
yaitu terdapat 4 risiko tergolong high risk, 20 risiko tergolong medium
risk, dan 10 risiko tergolong low risk.
3. Strategi pengendalian risiko untuk mengurangi potensi risiko adalah
dengan melakukan pencegahan sedini mungkin, dengan cara :
a. Memasang rambu – rambu K3, menggunakan work permit,
melakukan Safety Briefing dan Safety Patrol serta memberikan
pelatihan mengenai metode – metode penggunaan alat kerja,
pelaksanaan pekerjaan dan pelatihan tentang K3.
b. Selalu memakai alat pengaman diri (APD), merapikan peralatan
kerja dan membersihkan lokasi proyek dari sisa – sisa material.
c. Menghindari risiko dengan cara melakukan penggantian peralatan
kerja dan APD yang tidak layak pakai.
Universitas Sumatera Utara
73
d. Pengalihan risiko (risk transfer) dengan memberikan asuransi
kepada para pekerja.
5.2 Saran
1. Melakukan pemeriksaan terhadap pemakaian APD yang digunakan oleh
pekerja dan pemasangan rambu – rambu K3 serta alat pelindung jatuh
seperti safety net di lokasi kerja guna mencapai target zero accident.
2. Perlu dilakukan pembaharuan SOP dengan menambahkan metode kerja
dan juga uraian kegiatan yang lebih detail agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam pengerjaannya.
3. Petugas K3 harus selalu berada di lapangan agar megawasi setiap
pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Fahmi Nurul, Ida Farida, dan Agus Ismail, 2014. Analisis Manajemen
Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Pekerjaan Upper
Structure Gedung Bertingkat (Studi Kasus Proyek Skyland City –
Jatinangor). Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Vol.13 No.
1. Garut.
Arifin, Mohamad, 2014. Analisa Resiko dan Implementasi Metode HIRARC
(Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) pada Satuan
Penyelam di Dislambair Koarmatim. Tugas Akhir. Surabaya.
[AS/NZS] The Australian And New Zealand Standard 4360, 2004. 3rd Edition The
Australian And New Zealand Standard on Risk Management. Broadleaf
Capital International Pty Ltd. NSW Australia.
[BPJS] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, 2016. Laporan
Keuangan. Jakarta.
[BPJS] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, 2017. Laporan
Keuangan. Jakarta.
Ervianto, Wulfram I., 2005. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Andi.
Yogyakarta.
K., Suma’mur P., 1995. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Toko
Gunung Agung. Jakarta.
Marsden, Eric, (2017, 1 Augustus). Heinrich's domino model of accident causation:
https://risk-engineering.org/concept/Heinrich-dominos [04 Juli 2018]
[OHSAS] Occupational Health and Safety Assesment Series 18001, 2007.
Occupational Health and Safety Management System – Requirements.
[OHSAS] Occupational Health and Safety Assesment Series 18002, 2008.
Occupational Health and Safety Management System – Guidelines for the
Implementation of OHSAS 18001: 2007.
Universitas Sumatera Utara
x
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2014. Pasal 1 No. 05 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 1980. No. 01 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, 1996. No. 05 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, 1994. No. 3 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Tenaga
Kerja Borongan dan Tenaga Kerja Kontrak. Jakarta.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, 2016. No. 9 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pada Ketinggian. Jakarta.
Ramli, Soehatman, 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Dian Rakyat. Jakarta.
Ramli, Soehatman, 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3
OHS Risk Management. Dian Rakyat. Jakarta.
Redja, George E., 2008. Principle of Risk Management and Insurance. 10th
Edition. Pearson Education. Boston.
Sepang, Bryan Alfons Willyam, 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion
Manado. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.4. Manado.
Soputan, Gabby E.M., 2014. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal
Ilmiah Media Engineering Vol. 4 No. 4. Manado.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Alfabeta. Bandung.
UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.
UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
Wicaksono, I. K. dan Singgih, M. L., 2011. Manajemen Risiko K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Permai.
Universitas Sumatera Utara
xi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII, Program Studi
MMT-ITS. Surabaya.
Universitas Sumatera Utara