manajemen agribisnis
-
Upload
valentina-purba -
Category
Documents
-
view
79 -
download
11
description
Transcript of manajemen agribisnis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pisang (Musa Paradisica) merupakan salah satu komoditas buah-buahan
penting di Jawa Barat, karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat mengingat
harganya relative lebih murah dari buah-buahan lainnya tetapi banyak
mengandung zat gizi.Permintaan akan komoditas pisang terus meningkat terutama
di dalam negeri sebagai buah meja atau diolah menjadi berbagai jenis makanan
olahan. Pengembangan pisang merupakan salah satu program Dinas Pertanian
Propinsi Jawa Barat dalam Penganekaragaman sumber pangan masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan pisang mempunyai kandungan gizi lengkap selain kaya
kalsium, magnesium, fosfor, besi serta kalsium selain itu juga mengandung
vitamin A, B dan C. Pisang sebagai salah satu produk unggulan di jawa barat
khususnya di Kabupaten Cianjur mempunyai tingkat produksi cukup tinggi,
bahkan pada saat panen raya produksinya tidak terpasarkan, dengan kondisi
tersebut maka pengembangan agroindustri merupakan salah upaya yang
memungkinkan untuk memanfaatkan potensi produksi pisang di Jawa Barat.
Pisang dapat ditanam diberbagai kondisi alam dan berbagai olahan di Jawa
Barat.Walaupun pisang sudah cukup berkembang di Jawa Barat, namun usaha
tani pisang oleh masyarakat belum berdampak secara nyata terhadap pendapatan,
hal ini disebabkan karena usaha tani pisang belum dilaksanakan secara komersial
yang berdampak pada rendahnya produktivitas, mutu dan efisiensi usaha.
1.2 Tujuan
Pisang mempunyai arti penting dalam menunjang program agribisnis dan
ketahanan pangan karena:
1. Sebagai Bahan Pangan Benilai Gizi Tinggi
2. Sebagai Bahan Baku Industri
3. Sebagai Sumber Pendapatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prospek Buah Pisang
Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.Usaha tani
pisang mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang
relatif singkat (1 – 2 tahun). Dari segi produksi, pisang memberikan kontribusi
antara 40 – 45% terhadap produksi buah nasional maupun keragaman penggunaan
seperti buah konsumsi segar, olahan, bahan baku industri dan pakan ternak serta
keragaman varietas yaitu memiliki kekayaan kurang lebih 300 varietas dengan 14
varietas ekonomis.Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah sentra
produksi pisang dengan total produksi pada tahun 2007 mencapai 1 981 234
kuintal, dengan total keseluruhan di Jawa Barat mencapai 14 536 645 kuintal.
Pemanfaatan pisang pada saat ini adalah sebagian besar masih dalam bentuk segar
dan dalam bentuk olahan berupa sale, dodol, puree, keripik dan lain-lain.
Tabel 1. Komposisi Daging Buah
Komponen Pisang Meja (Matang) Pisang Rebus (Mangkal)
Air (%) 83,0 347,0
Karbohidrat (gr) 2,0 0,3
Lemak (gr) 0,1 0,1
Protein Kasar (gr) 19,1 85,6
Serat 11,0 20,0
Abu 77,8 13,0
Sumber : Harvey T, Chan 1983
Permintaan akan komoditi buah pisang dunia memang sangat besar,
terutama jenis pisang cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat
tidak mungkin diabaikan. Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas
panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang
merupakan tanaman unggulan di Indonesia.
Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar akan membuka
peluang agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan industri peralatan
mekanisasi pertanian, yang tentunya akan membuka kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja. Selain sebagai buah yang dimakan segar, pisang juga dapat
diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik, getuk dan sale, maupun
industri berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang
tumbuhnya agribisnis hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara
memberdayakan industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan
menengah maupun skala besar (investor dalam dan luar negeri).
Permintaan pisang untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50
kg/hari), skala UKM kripik (100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120
kg/hari), puree (300-500 kg/h) dan tepung (700-1000 kg/minggu). Skala besar,
membutuhkan kapasitas + 10-12 ton pisang segar/hari.
2.2 Pengolahan buah pisang
Pada dasarnya,pengolahan komoditi pisang tidak hanya mengolah daging
buahnya saja,tetapi segala unsure yang terdapat pada tanaman pisang dapat diolah
dan dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.Seperti :
- Kulit pisang.
Bisa diolah menjadi selai kulit pisang,anggur kulit pisang.Kulit pisang dari
jenis pisang raja dan ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman
anggur.Lebih dari itu kulit pisang juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
nata de banana,yaitu produk makanan yang terbentuk dari kumpulan biomassa
yang terdiri dari selulosa dan memiliki penampilan seperti agar-agar warna
putih seperti nata de coco.
- Daun Pisang.
Daun yang tua yang sudah robek bisa untuk pakan ternak karena banyak
mengandung unsure yang diperlukan oleh tubuh hewan.
- Jantung Pisang.
Untuk makanan lauk pauk ( dendeng jantung pisang ).
- Bonggol Pisang (Batang pisang bagian bawah ).
Bisa diolah menjadi keripik bonggol pisang,urap,lalapan,bisa juga dijadikan
pupuk dengan cara batang tersebut diiris-iris lalu dibakar jadi abu.Air bonggol
pisang kapok dan klutuk dapat dijadikan obat disentri,pendarahan usus,obat
kumur,serta untuk menghitamkan rambut
- Buah
Industri pengolahan buah pisang skala besar lebih diarahkan pada industri
tepung (1,5-2 ton/mg ),puree (600kg-1,5 ton/hari ) dan jam ( 1-2 ton/hari ).
Sebagai contoh,pengubahan bentuk buah pisang menjadi tepung pisang akan
mempermudah dan memperluas pemanfaatan pisang sebagai bahan
makanan,misalnya untuk kue,roti,bubur,kerupuk,dan lain-lain.Untuk membuat
tepung pisang,diperlukan beberapa langkah diantaranya
Pengupasan,pengirisan,pengeringan,penepungan,dan,penyimpanan.
Pengolahan pisang menjadi tepung agar mempunyai masa simpan
lebih lama, lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan, lebih praktis
untuk diversifikasi produk olahan, mampu memberikan nilai tambah buah
pisang, dan mampu menciptakan peluang usaha pengembangan agroindustri
pedesaan. Pemanfaatan tepung pisang sebagai bahan subtitusi pembuatan roti
tawar, makanan bayi, biskuit maupun snack sebagai upaya untuk menambah
keanekaragamaan pengaplikasian dari tepung pisang, disamping itu produk
tersebut cara pengolahannya mudah dan ekonomis.
2.3 Prospek Agroindustri Buah pisang
Keripik pisang adalah makanan ringan yang paling banyak diproduksi dan
diperdagangkan di Indonesia. Hal ini bisa dimaklumi, karena pisang juga
merupakan buah yang paling banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Selain itu, pisang juga merupakan buah tanpa musim.
Hingga agroindustri keripik pisang bisa berlangsung sepanjang tahun tanpa
berhenti. Meskipun pada musim kemarau, produksi pisang tidak sebanyak pada
musim penghujan, hingga para perajin keripik sering kesulitan bahan baku.
Bahan keripik adalah pisang ambon dan kepok kuning. Sebab dua jenis
pisang ini paling mudah dijumpai di pasaran. Dan dua jenis pisang ini, juga akan
menghasilkan keripik dengan kualitas terbaik. Ambon kuning, selama ini
merupakan pisang favorit sebagai buah meja. Sementara kepok kuning paling
banyak diminati sebagai pisang goreng. Hingga agroindustri keripik pisang, harus
berebut bahan baku ambon kuning dengan pasar buah segar, serta kepok kuning
dengan pedagang pisang goreng.Pisang tanduk, sebenarnya juga bisa menjadi
bahan keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ukurannya terlalu besar, dan
nilai pisang segarnya juga cukup tinggi, hingga harga keripiknya akan menjadi
terlalu mahal. Pisang raja sereh dan raja bulu, sebenarnya juga akan menghasilkan
keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ketersediaan dua pisang ini sangat
terbatas. Untuk pasar segar pun masih kurang, apalagi untuk keripik. Pisang
kepok putih, sebenarnya tersedia dalam volume melimpah, namun kualitas
keripiknya kurang bagus.
Yang juga tersedia melimpah adalah pisang cavendish. Sebab baru pisang
jenis inilah yang sudah dikebunkan secara massal. Ketika suplai ambon dan kepok
kuning kurang, maka perajin keripik banyak yang lari ke cavendish. Sebab tidak
ada alternatif lain. Kelemahan cavendish adalah, rasanya sedikit masam, dan
kadar patinya tidak sebaik ambon maupun kepok kuning. Hingga ketika digoreng
susutnya terlalu banyak. Karena rasanya sedikit masam, maka hasil keripiknya
pun juga agak masam.
Para perajin menyiasati masamnya keripik cavendish, dengan memberi
gula serta tambahan rasa lainnya. Namun ketika bahan baku ambon dan kepok
kuning tersedia, maka perajin akan menolak pisang cavendish. Kepok kuning,
akan menghasilkan keripik ukuran kecil, sementara ambon kuning menjadi
keripik standar. Ketersediaan kepok kuning, sebenarnya juga lebih kecil
dibanding ambon kuning. Hingga keripik pisang yang beredar di pasar,
kebanyakan berbahan baku ambon kuning.
Berikut ini disajikan nilai gizi buah pisang dalam 100 gram:
NutrisiPisang (acuminata)
Pisang Kering Pisang BasahAir (%)Karbohidrat (g)Protein (g)Lemak (g)Abu (g)
75.722.21.10.20.8
-91.44.50.83.3
Vitamin Gros Michel Cavendish
Vitamin A (SI)As. Ascorbic (mg)Vitmin B (mg)Thimin (mg)Riboflavin (mg)Niacin (mg)
3.813.325.03.33.84.7
5.120.0
-2.65.34.8
2.4 Pisang untuk bahan baku keripik,
Syaratnya harus memenuhi syarat ketuaan. Pisang yang masih agak muda,
memang tetap bisa diperam hingga masak dan laku dijual sebagai buah segar.
Tetapi pisang muda tidak mungkin untuk dijadikan keripik. Selain susutnya akan
terlalu banyak, rasa keripik juga sedikit sepet (kelat). Hingga bahan baku keripik
haruslah pisang yang benar-benar tua, dengan tingkat kemasakan 80%.
Karenanya, harga pisang sebagai bahan baku keripik, sering lebih tinggi
dibanding pisang untuk buah meja.
Karena menuntut spesifikasi khusus, maka pemasok pisang untuk
agroindustri keripik, beda dengan pedagang pisang segar untuk pasar induk, atau
industri pemeraman di Ciawi dan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Para pedagang
pisang segar di Lampung, selama ini mengumpulkan dan mengirim pisang
“rames” ke Jakarta. Yang disebut pisang rames adalah aneka macam varietas
pisang, dengan aneka macam grade. Sementara pemasok agroindustri keripik,
dituntut untuk mengumpulkan dan mengirim pisang yang homogen.
Bandar pisang dari Lampung, umumnya mengirim pisang rames ke
Jakarta. Sementara pedagang dari Bengkulu, seringkali mendapatkan pisang yang
homogen. Biasanya kepok kuning. Sesampai di bandar pisang di Lampung,
pisang dari Bengkulu yang sudah homogen itu akan kembali dicampur dengan
aneka pisang lain, hingga menjadi pisang rames. Sebab pedagang pasar induk
Cibitung, tidak mau menerima pisang yang homogen. Atau membayarnya dengan
harga lebih rendah dari pisang rames.
Dengan kondisi pasar bahan baku seperti ini, para perajin keripik terpaksa
harus mencari bahan baku sendiri, atau menjalin hubungan baik dengan para
pemasok khusus. Para perajin dan pemasok khusus ini, akan mencari bahan baku
langsung di petani, atau menyeleksi pisang rames yang sudah berada di tangan
bandar. Pola kerja seperti ini, juga ikut berpengaruh terhadap tingginya harga
bahan baku keripik, dibanding dengan pisang segar yang akan diperam sampai
masak menjadi buah meja.
Sesampai di tangan perajin, pisang bahan baku keripik ini dionggokkan di
ruang terbuka, berupa tandanan. Setiap hari pasti ada pisang yang masuk ke
perajin keripik. Pisang-pisang ini diseleksi, untuk memperoleh pisang dengan
tingkat kemasakan yang tepat, yakni “setengah masak”. Ciri pisang setengah
masak adalah, kulit sudah agak empuk, tetapi daging buahnya masih keras, dan
rasanya belum manis. Pisang setengah masak seperti mudah dikupas dengan
tangan tanpa bantuan pisau dan alat lainnya.
Karena pisang yang sampai ke tangan perajin berasal dari berbagai petani,
maka ukuran tandan, sisir, buah, dan juga tingkat ketuaannya tidak seragam.
Karyawan perajin keripik akan meng “grade” pisang-pisang yang masuk, sesuai
dengan tingkat ketuaan dan kemasakannya. Ada yang bisa langsung diproses hari
itu juga. Ada yang perlu waktu satu dua hari, ada yang sampai beberapa hari
untuk menunggu menjadi setengah masak. Hingga pisang yang datang, tidak
semuanya bisa diolah hari itu juga.
2.5 Proses Pembuatan Keripik pisang
Proses pembuatan keripik pisang terdiri dari tahap pengupasan, pengirisan
dan penggorengan. Tiga tahap ini harus dilakukan secara simultan dan dalam
waktu pendek. Kalau antara tahap pegupasan, pengirisan dan penggorengan, jarak
waktunya terlalu lama, maka ada kemungkinan irisan pisang yang belum
tergoreng, akan mengalami oksidasi hingga menjadi cokelat. Terlebih, kalau
pisang itu masih mentah, maka begitu dikupas, akan langsung teroksidasi. Pisang
yang sudah setengah masak, tidak teroksidasi dengan mudah.
Hingga para perajang harus mengupas satu-per satu pisang setengah
masak yang ada di samping mereka, dan begitu terkupas, langsung dirajang
menggunakan alat perajang manual. Irisan pisang yang jatuh ke dalam wadah,
langsung dimasukkan ke dalam wajan untuk digoreng sampai kering. Pengirisan
pisang ini memerlukan keterampilan tersendiri. Baik keterampilan memilih pisang
dengan tingkat kemasakan yang tepat, maupun keterampilan mengoperasikan alat
perajang.
Kadang dalam satu sisir pisang, masih ada yang terlalu keras dan susah
dikupas. Pisang demikian akan dilewatkan, untuk diiris setelah benar-benar
mencapai tingkatan setengah masak. Kedua, para perajang pisang harus terampil
menggerakkan pisang yang sudah dikupas di atas serutan, hingga secara kuantitas
menghasilkan irisan cukup banyak, tetapi secara kualitas irisan tersebut juga
cukup rapi. Hanya dengan berlatih beberapa hari, para perajang sudah cukup
terampil mengiris pisang.
Alat perajang dalam industri keripik adalah serutan berupa papan kayu
yang ditaruh terlentang, dan pisang digerakkan membujur berulangkali di atas
pisau yang terpasang pada papan tersebut. Pisang akan teriris dengan tingkat
ketipisan sama. Perajang pisang dalam agroindustri keripik, umumnya
perempuan, dan selalu mengenakan sarung tangan. Guna sarung tangan untuk
menghindari luka terkena pisau, menjaga agar hasil irisan higienis, juga guna
melindungi tangan dari getah pisang
Ada tiga metode pengeringan buah, hingga menjadi keripik. Pertama
dengan menggoreng biasa menggunakan minyak panas. Kedua dengan
menggoreng, sekaligus menyedot uap air yang keluar dari minyak (hot vacum).
Ketiga, dengan mendinginkan sampai mendekati 0o C, dan menyedot uap air
yang keluar dari buah (cold vacum). Alat untuk proses cold vacum harganya
paling tinggi. Hingga di Indonesia masih jarang kita jumpai agroindustri keripik
buah dengan peralatan cold vacum.
Agroindustri keripik pisang di Indonesia, umumnya masih menggunakan
proses penggorengan biasa, dengan kompor minyak maupun briket batubara. Ada
juga yang masih memanfaatkan tungku berbahan bakar kayu dan sekam. Proses
penggorengan dilakukan dengan sangat cepat untuk menghindari hangus. Keripik
yang telah kering, ditiriskan, untuk dikemas, atau diproses lebih lanjut dengan
pemberian cokelat, keju, atau gula. Baru kemudian keripik dikemas dalam kaleng
atau plastik.
Sentra terbesar agroindustri keripik pisang, berada di Lampung. Namun
agroindustri ini sudah merata di mana-mana. Ada beberapa kategori rasa keripik
pisang, yakni tawar, asin, manis, cokelat, dan keju. Komoditas pisang, memang
berpotensi menjadi bahan baku aneka makanan. Mulai dari keripik, sale basah
(asap), sale kering (goreng), sampai ke ledre. Ledre adalah pisang raja masak
yang dihancurkan dan dioleskan tipis-tipis ke pemanggang panas lalu digulung.
Hasilnya adalah crackers yang disebut ledre
2.6 Pemasaran
Dalam skala industri,aspek pemasaran tidak hanya dijuruskan dalam
negeri saja,tetapi sudah mengarah untuk ekspor.Pemasaran buah pisang
sebenarnya cukup mudah,karena buah pisang memiliki keistimewaan
tertentu.Oleh karena itu,banyak orang mencarinya.Selain itu,harga buah pisang
juga tergolong murah sehingga buah pisang dapat dikonsumsi oleh masyarakat
berbagai golongan.Kenyataan demikian ini dapat dilihat dari terus meningkatnya
permintaan buah pisang dari tahun ke tahun.
Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan dari sentra produksi ketempat
pemasarannya sebagian besar dilakukan oleh pedagang pengumpul yang sudah
mempunyai jaringan pemasarannya. Pedagang pengumpul pada umumnya
merangkap sebagai tengkulak. Buah pisang dikumpulkan dari petani dengan cara
sistem ijon, yaitu dengan membayar buah pisang yang masih muda dengan harga
murah dan memanennya setelah agak tua. Disamping itu, pengumpul juga
membeli pisang dari petani yang menjual langsung kepadanya. Setelah buah
pisang yang terkumpul mencapai kapasitas 1 truk (4-5 ton), buah pisang diangkut
ke tujuan pemasaran.
2.6.1 Pemasaran lokal
Untuk pemasaran local,petani lebih suka memetik pada stadia matang
penuh.Buah yang dipetik pada stadia ini dalam 3-4 hari akan menjadi matang
penuh. Pemasaran yang memerlukan waktu, misal keluar daerah, keluar pulau
atau untuk ekspor,maka buah dipanen pada tingkat ketuaan ¾ penuh. Hal ini
dimaksudkan agar daya simpan pisang menjadi lebih lama.Buah menjadi matang
setelah 7-19 hari penyimpanan.
2.6.2 Pemasaran Swalayan
Untuk konsumsi pasar swalayan,dipilih pisang yang tingkat ketuaanya
optimum,penampakannya menarik,tanpa cacat,dan dari varietas
tertentu.Jenis0jenis pisang yang dipasarkan di pasar swalayan adalah jenis pisang
ambon dalam bentuk tangkaian dua-dua yang dikemas dalam kantong plastik
berlubang,pisang barangan,pisang raja bulu,dan jenis-jenis lainnya dipasarkan
dalam bentuk sisiran.
Selain pemasaran dalam bentuk buah segar,pemasaran dalam bentuk
olahan juga mempunyai peluang yang baik.Bentuk olahan yang umum
diperdagangkan seperti sale segar,sale goreng,dsb.
2.6.3 Kendala pemasaran oleh petani
Namun dalam memasarkan buah pisang terdapat beberapa kendala yang
dihadapi petani,antara lain sebagai berikut :
1. Pola pemasaran sekarang tidak menghargai produk bermutu dan selalu
menerapakan harga borongan.
2. Penetapan harga cenderung dilakukan oleh pedagang pengumpul.
3. Sistem pemasaran yang ada saat ini belum berpihak kepada petani.
4. Fungsi kelompok tani untuk saat ini belum optimal.
5. Sebagian besar sentra produksi belum memiliki Sub Terminal
Agribisnis (STA).
2.6.4 Solusi dari Pemerintah
Maka dari itu untuk Pemerintah harus bisa mengatasinya,adapun
diantaranya sebagai berikut :
1. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis ( KUBA ) yang
dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif.
2. Mendorong berkembangnya Koperasi pedesaan dengan kegiatan
produktifnya agribisnis komoditi pisang dan mampu bermitra usaha
dengan pihak luar
2.7 Segmen Pasar
Segmen pasar yang ditawarkan oleh buah pisang adalah dengan
keanekaragaman jenis buah pisang seperti: pisang cavendish (merupakan buah
pisang yang sangat digemari oleh konsumen baik lokal maupun mancanegara),
pisang raja, pisang barangan, pisang jambe, pisang raja sere, pisang kapok, pisang
bali, pisang mas, pisang lampung, dan sebagainya. Selain itu, standar mutu lain
yang harus dipenuhi adalah pengelompokkan buah pisang, bentuk fisik buah
pisang (ketahanan buah pisang terhadap hama penyakit), maupun kebersihannya
untuk menjaga kepercayaan konsumen. Disamping itu mereka memperketat
sortasi buah pisang yang diterima dari petani/kelompok tani sehingga tidak semua
produk yang dihasilkan petani/kelompok tani dapat diterima oleh segmen pasar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.Usaha tani
pisang mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang
relatif singkat (1 – 2 tahun). Dari segi produksi, pisang memberikan kontribusi
antara 40 – 45% terhadap produksi buah nasional maupun keragaman
penggunaan seperti buah konsumsi segar, olahan, bahan baku industri dan
pakan ternak serta keragaman varietas yaitu memiliki kekayaan kurang lebih
300 varietas dengan 14 varietas ekonomis.T
2. Tanaman pisang mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah dapat
diolah menjadi macam-macam bentuk makanan olahan seperti keripik pisang,
sale pisang, dan lain-lain.Indonesia merupakan negara tropis, sangat subur
untuk sebagian besar tanaman, termasuk buah pisang. Buah pisang dapat
tumbuh dimana-mana, baik sebagai tanaman sela, batas/pagar disekitar rumah
dan dipekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh sebab itu, tanaman
pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber devisa
negara yang sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin A.Sukarti, Bertanam buah-buahan di Pekerangan (Bogor : Bagian hortikultura Departemen Agronomi IPB, 1977).
Anonim, Anjuran Pemupukan Tanaman Jeruk dan Pisang, Liptan, BIP Departemen Pertanian Jawa Timur, No. 13, tahun 1988.
_______, Banpres Pisang dan Kambing Gunung Kidul, Sinar Tani, 25 Januari 1989.
______, Hama dan Penyakit Tanaman (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1974).
Utami Dewi, Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Baku Terhadap Mutu Keripik Pisang, Evaluasi Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Holtikultura selama Pelita III (Jakarta : SBPHP, 1982).
http://usahakebunpisang.blogspot.com/2012/05/aneka-olahan-pisang-untuk-nilai-
tambah.html diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.30 WIB
http://em-ridho.blogspot.com/2011/12/makalah-management-agribisnis-
komoditi_30.html diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.30 WIB
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1649 diakses pada tanggal 19
Maret 2013 pukul 17.30 WIB
http://foragri.wordpress.com/2011/06/23/prospek-agroindustri-keripik-pisang/
diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.30 WIB
http://www.hortikultura.deptan.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=124&Itemid=160 diakses pada tanggal 19 Maret 2013
pukul 17.50 WIB