manajemen agribisnis

21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa Paradisica) merupakan salah satu komoditas buah-buahan penting di Jawa Barat, karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat mengingat harganya relative lebih murah dari buah-buahan lainnya tetapi banyak mengandung zat gizi.Permintaan akan komoditas pisang terus meningkat terutama di dalam negeri sebagai buah meja atau diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan. Pengembangan pisang merupakan salah satu program Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dalam Penganekaragaman sumber pangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pisang mempunyai kandungan gizi lengkap selain kaya kalsium, magnesium, fosfor, besi serta kalsium selain itu juga mengandung vitamin A, B dan C. Pisang sebagai salah satu produk unggulan di jawa barat khususnya di Kabupaten Cianjur mempunyai tingkat produksi cukup tinggi, bahkan pada saat panen raya produksinya tidak terpasarkan, dengan kondisi tersebut maka pengembangan agroindustri merupakan salah upaya yang memungkinkan untuk memanfaatkan potensi produksi pisang di Jawa Barat. Pisang dapat ditanam diberbagai kondisi alam dan berbagai olahan di Jawa Barat.Walaupun pisang sudah

description

managris pada pisang

Transcript of manajemen agribisnis

Page 1: manajemen agribisnis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pisang (Musa Paradisica) merupakan salah satu komoditas buah-buahan

penting di Jawa Barat, karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat mengingat

harganya relative lebih murah dari buah-buahan lainnya tetapi banyak

mengandung zat gizi.Permintaan akan komoditas pisang terus meningkat terutama

di dalam negeri sebagai buah meja atau diolah menjadi berbagai jenis makanan

olahan. Pengembangan pisang merupakan salah satu program Dinas Pertanian

Propinsi Jawa Barat dalam Penganekaragaman sumber pangan masyarakat. Hal

tersebut dikarenakan pisang mempunyai kandungan gizi lengkap selain kaya

kalsium, magnesium, fosfor, besi serta kalsium selain itu juga mengandung

vitamin A, B dan C. Pisang sebagai salah satu produk unggulan di jawa barat

khususnya di Kabupaten Cianjur mempunyai tingkat produksi cukup tinggi,

bahkan pada saat panen raya produksinya tidak terpasarkan, dengan kondisi

tersebut maka pengembangan agroindustri merupakan salah upaya yang

memungkinkan untuk memanfaatkan potensi produksi pisang di Jawa Barat.

Pisang dapat ditanam diberbagai kondisi alam dan berbagai olahan di Jawa

Barat.Walaupun pisang sudah cukup berkembang di Jawa Barat, namun usaha

tani pisang oleh masyarakat belum berdampak secara nyata terhadap pendapatan,

hal ini disebabkan karena usaha tani pisang belum dilaksanakan secara komersial

yang berdampak pada rendahnya produktivitas, mutu dan efisiensi usaha.

1.2 Tujuan

Pisang mempunyai arti penting dalam menunjang program agribisnis dan

ketahanan pangan karena:

1. Sebagai Bahan Pangan Benilai Gizi Tinggi

2. Sebagai Bahan Baku Industri

3. Sebagai Sumber Pendapatan

Page 2: manajemen agribisnis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prospek Buah Pisang

Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.Usaha tani

pisang  mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang

relatif singkat (1 – 2 tahun). Dari segi produksi, pisang memberikan kontribusi

antara 40 – 45% terhadap produksi buah nasional maupun keragaman penggunaan

seperti buah konsumsi segar, olahan, bahan baku industri dan pakan ternak serta

keragaman varietas yaitu memiliki kekayaan kurang lebih 300 varietas dengan 14

varietas ekonomis.Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah sentra

produksi pisang dengan total produksi pada tahun 2007 mencapai 1 981 234

kuintal, dengan total keseluruhan di Jawa Barat mencapai 14 536 645 kuintal.

Pemanfaatan pisang pada saat ini adalah sebagian besar masih dalam bentuk segar

dan dalam bentuk olahan berupa sale, dodol, puree, keripik dan lain-lain. 

Tabel 1.  Komposisi Daging Buah

Komponen Pisang Meja (Matang) Pisang Rebus (Mangkal)

Air (%) 83,0 347,0

Karbohidrat (gr) 2,0 0,3

Lemak (gr) 0,1 0,1

Protein Kasar (gr) 19,1 85,6

Serat 11,0 20,0

Abu 77,8 13,0

Sumber : Harvey T, Chan 1983

Permintaan akan komoditi buah pisang dunia memang sangat besar,

terutama jenis pisang cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat

tidak mungkin diabaikan. Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas

panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang

merupakan tanaman unggulan di Indonesia.

Page 3: manajemen agribisnis

Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar akan membuka

peluang agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan industri peralatan

mekanisasi pertanian, yang tentunya akan membuka kesempatan berusaha dan

kesempatan kerja. Selain sebagai buah yang dimakan segar, pisang juga dapat

diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik, getuk dan sale, maupun

industri berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang

tumbuhnya agribisnis hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara

memberdayakan industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan

menengah maupun skala besar (investor dalam dan luar negeri).

Permintaan pisang untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50

kg/hari), skala UKM kripik (100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120

kg/hari), puree (300-500 kg/h) dan tepung (700-1000 kg/minggu). Skala besar,

membutuhkan kapasitas + 10-12 ton pisang segar/hari.

2.2 Pengolahan buah pisang

Pada dasarnya,pengolahan komoditi pisang tidak hanya mengolah daging

buahnya saja,tetapi segala unsure yang terdapat pada tanaman pisang dapat diolah

dan dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.Seperti :

- Kulit pisang.

Bisa diolah menjadi selai kulit pisang,anggur kulit pisang.Kulit pisang dari

jenis pisang raja dan ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman

anggur.Lebih dari itu kulit pisang juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan

nata de banana,yaitu produk makanan yang terbentuk dari kumpulan biomassa

yang terdiri dari selulosa dan memiliki penampilan seperti agar-agar warna

putih seperti nata de coco.

- Daun Pisang.

Daun yang tua yang sudah robek bisa untuk pakan ternak karena banyak

mengandung unsure yang diperlukan oleh tubuh hewan.

- Jantung Pisang.

Untuk makanan lauk pauk ( dendeng jantung pisang ).

- Bonggol Pisang (Batang pisang bagian bawah ).

Page 4: manajemen agribisnis

Bisa diolah menjadi keripik bonggol pisang,urap,lalapan,bisa juga dijadikan

pupuk dengan cara batang tersebut diiris-iris lalu dibakar jadi abu.Air bonggol

pisang kapok dan klutuk dapat dijadikan obat disentri,pendarahan usus,obat

kumur,serta untuk menghitamkan rambut

- Buah

Industri pengolahan buah pisang skala besar lebih diarahkan pada industri

tepung (1,5-2 ton/mg ),puree (600kg-1,5 ton/hari ) dan jam ( 1-2 ton/hari ).

Sebagai contoh,pengubahan bentuk buah pisang menjadi tepung pisang akan

mempermudah dan memperluas pemanfaatan pisang sebagai bahan

makanan,misalnya untuk kue,roti,bubur,kerupuk,dan lain-lain.Untuk membuat

tepung pisang,diperlukan beberapa langkah diantaranya

Pengupasan,pengirisan,pengeringan,penepungan,dan,penyimpanan.

Pengolahan pisang menjadi tepung agar mempunyai masa simpan

lebih lama, lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan, lebih praktis

untuk diversifikasi produk olahan, mampu memberikan nilai tambah buah

pisang, dan mampu menciptakan peluang usaha pengembangan agroindustri

pedesaan. Pemanfaatan tepung pisang sebagai bahan subtitusi pembuatan roti

tawar, makanan bayi, biskuit maupun snack sebagai upaya untuk menambah

keanekaragamaan pengaplikasian dari tepung pisang, disamping itu produk

tersebut cara pengolahannya mudah dan ekonomis.

2.3 Prospek Agroindustri Buah pisang

Keripik pisang adalah makanan ringan yang paling banyak diproduksi dan

diperdagangkan di Indonesia. Hal ini bisa dimaklumi, karena pisang juga

merupakan buah yang paling banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Selain itu, pisang juga merupakan buah tanpa musim.

Hingga agroindustri keripik pisang bisa berlangsung sepanjang tahun tanpa

berhenti. Meskipun pada musim kemarau, produksi pisang tidak sebanyak pada

musim penghujan, hingga para perajin keripik sering kesulitan bahan baku.

Bahan keripik adalah pisang ambon dan kepok kuning. Sebab dua jenis

pisang ini paling mudah dijumpai di pasaran. Dan dua jenis pisang ini, juga akan

menghasilkan keripik dengan kualitas terbaik. Ambon kuning, selama ini

Page 5: manajemen agribisnis

merupakan pisang favorit sebagai buah meja. Sementara kepok kuning paling

banyak diminati sebagai pisang goreng. Hingga agroindustri keripik pisang, harus

berebut bahan baku ambon kuning dengan pasar buah segar, serta kepok kuning

dengan pedagang pisang goreng.Pisang tanduk, sebenarnya juga bisa menjadi

bahan keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ukurannya terlalu besar, dan

nilai pisang segarnya juga cukup tinggi, hingga harga keripiknya akan menjadi

terlalu mahal. Pisang raja sereh dan raja bulu, sebenarnya juga akan menghasilkan

keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ketersediaan dua pisang ini sangat

terbatas. Untuk pasar segar pun masih kurang, apalagi untuk keripik. Pisang

kepok putih, sebenarnya tersedia dalam volume melimpah, namun kualitas

keripiknya kurang bagus.

Yang juga tersedia melimpah adalah pisang cavendish. Sebab baru pisang

jenis inilah yang sudah dikebunkan secara massal. Ketika suplai ambon dan kepok

kuning kurang, maka perajin keripik banyak yang lari ke cavendish. Sebab tidak

ada alternatif lain. Kelemahan cavendish adalah, rasanya sedikit masam, dan

kadar patinya tidak sebaik ambon maupun kepok kuning. Hingga ketika digoreng

susutnya terlalu banyak. Karena rasanya sedikit masam, maka hasil keripiknya

pun juga agak masam.

Para perajin menyiasati masamnya keripik cavendish, dengan memberi

gula serta tambahan rasa lainnya. Namun ketika bahan baku ambon dan kepok

kuning tersedia, maka perajin akan menolak pisang cavendish. Kepok kuning,

akan menghasilkan keripik ukuran kecil, sementara ambon kuning menjadi

keripik standar. Ketersediaan kepok kuning, sebenarnya juga lebih kecil

dibanding ambon kuning. Hingga keripik pisang yang beredar di pasar,

kebanyakan berbahan baku ambon kuning.

Berikut ini disajikan nilai gizi buah pisang dalam 100 gram:

NutrisiPisang (acuminata)

Pisang Kering Pisang BasahAir (%)Karbohidrat (g)Protein (g)Lemak (g)Abu (g)

75.722.21.10.20.8

-91.44.50.83.3

Page 6: manajemen agribisnis

Vitamin Gros Michel Cavendish

Vitamin A (SI)As. Ascorbic (mg)Vitmin B (mg)Thimin (mg)Riboflavin (mg)Niacin (mg)

3.813.325.03.33.84.7

5.120.0

-2.65.34.8

2.4 Pisang untuk bahan baku keripik,

Syaratnya harus memenuhi syarat ketuaan. Pisang yang masih agak muda,

memang tetap bisa diperam hingga masak dan laku dijual sebagai buah segar.

Tetapi pisang muda tidak mungkin untuk dijadikan keripik. Selain susutnya akan

terlalu banyak, rasa keripik juga sedikit sepet (kelat). Hingga bahan baku keripik

haruslah pisang yang benar-benar tua, dengan tingkat kemasakan 80%.

Karenanya, harga pisang sebagai bahan baku keripik, sering lebih tinggi

dibanding pisang untuk buah meja.

Karena menuntut spesifikasi khusus, maka pemasok pisang untuk

agroindustri keripik, beda dengan pedagang pisang segar untuk pasar induk, atau

industri pemeraman di Ciawi dan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Para pedagang

pisang segar di Lampung, selama ini mengumpulkan dan mengirim pisang

“rames” ke Jakarta. Yang disebut pisang rames adalah aneka macam varietas

pisang, dengan aneka macam grade. Sementara pemasok agroindustri keripik,

dituntut untuk mengumpulkan dan mengirim pisang yang homogen.

Bandar pisang dari Lampung, umumnya mengirim pisang rames ke

Jakarta. Sementara pedagang dari Bengkulu, seringkali mendapatkan pisang yang

homogen. Biasanya kepok kuning. Sesampai di bandar pisang di Lampung,

pisang dari Bengkulu yang sudah homogen itu akan kembali dicampur dengan

aneka pisang lain, hingga menjadi pisang rames. Sebab pedagang pasar induk

Cibitung, tidak mau menerima pisang yang homogen. Atau membayarnya dengan

harga lebih rendah dari pisang rames.

Dengan kondisi pasar bahan baku seperti ini, para perajin keripik terpaksa

harus mencari bahan baku sendiri, atau menjalin hubungan baik dengan para

Page 7: manajemen agribisnis

pemasok khusus. Para perajin dan pemasok khusus ini, akan mencari bahan baku

langsung di petani, atau menyeleksi pisang rames yang sudah berada di tangan

bandar. Pola kerja seperti ini, juga ikut berpengaruh terhadap tingginya harga

bahan baku keripik, dibanding dengan pisang segar yang akan diperam sampai

masak menjadi buah meja.

Sesampai di tangan perajin, pisang bahan baku keripik ini dionggokkan di

ruang terbuka, berupa tandanan. Setiap hari pasti ada pisang yang masuk ke

perajin keripik. Pisang-pisang ini diseleksi, untuk memperoleh pisang dengan

tingkat kemasakan yang tepat, yakni “setengah masak”. Ciri pisang setengah

masak adalah, kulit sudah agak empuk, tetapi daging buahnya masih keras, dan

rasanya belum manis. Pisang setengah masak seperti mudah dikupas dengan

tangan tanpa bantuan pisau dan alat lainnya.

Karena pisang yang sampai ke tangan perajin berasal dari berbagai petani,

maka ukuran tandan, sisir, buah, dan juga tingkat ketuaannya tidak seragam.

Karyawan perajin keripik akan meng “grade” pisang-pisang yang masuk, sesuai

dengan tingkat ketuaan dan kemasakannya. Ada yang bisa langsung diproses hari

itu juga. Ada yang perlu waktu satu dua hari, ada yang  sampai beberapa hari

untuk menunggu menjadi setengah masak. Hingga pisang yang datang, tidak

semuanya bisa diolah hari itu juga.

2.5 Proses Pembuatan Keripik pisang

Proses pembuatan keripik pisang terdiri dari tahap pengupasan, pengirisan

dan penggorengan. Tiga tahap ini harus dilakukan secara simultan dan dalam

waktu pendek. Kalau antara tahap pegupasan, pengirisan dan penggorengan, jarak

waktunya terlalu lama, maka ada kemungkinan irisan pisang yang belum

tergoreng, akan mengalami oksidasi hingga menjadi cokelat. Terlebih, kalau

pisang itu masih mentah, maka begitu dikupas, akan langsung teroksidasi. Pisang

yang sudah setengah masak, tidak teroksidasi dengan mudah.

Hingga para perajang harus mengupas satu-per satu pisang setengah

masak yang ada di samping mereka, dan begitu terkupas, langsung dirajang

menggunakan alat perajang manual. Irisan pisang yang jatuh ke dalam wadah,

langsung dimasukkan ke dalam wajan untuk digoreng sampai kering. Pengirisan

Page 8: manajemen agribisnis

pisang ini memerlukan keterampilan tersendiri. Baik keterampilan memilih pisang

dengan tingkat kemasakan yang tepat, maupun keterampilan mengoperasikan alat

perajang.

Kadang dalam satu sisir pisang, masih ada yang terlalu keras dan susah

dikupas. Pisang demikian akan dilewatkan, untuk diiris setelah benar-benar

mencapai tingkatan setengah masak. Kedua, para perajang pisang harus terampil

menggerakkan pisang yang sudah dikupas di atas serutan, hingga secara kuantitas

menghasilkan irisan cukup banyak, tetapi secara kualitas irisan tersebut juga

cukup rapi. Hanya dengan berlatih beberapa hari, para perajang sudah cukup

terampil mengiris pisang.

Alat perajang dalam industri keripik adalah serutan berupa papan kayu

yang ditaruh terlentang, dan pisang digerakkan membujur berulangkali di atas

pisau yang terpasang pada papan tersebut. Pisang akan teriris dengan tingkat

ketipisan sama. Perajang pisang dalam agroindustri keripik, umumnya

perempuan, dan selalu mengenakan sarung tangan. Guna sarung tangan untuk

menghindari luka terkena pisau, menjaga agar hasil irisan higienis, juga guna

melindungi tangan dari getah pisang

Ada tiga metode pengeringan buah, hingga menjadi keripik. Pertama

dengan menggoreng biasa menggunakan minyak panas. Kedua dengan

menggoreng, sekaligus menyedot uap air yang keluar dari minyak (hot vacum).

Ketiga, dengan mendinginkan sampai mendekati 0o C, dan menyedot uap air

yang keluar dari buah (cold vacum). Alat untuk proses cold vacum harganya

paling tinggi. Hingga di Indonesia masih jarang kita jumpai agroindustri keripik

buah dengan peralatan cold vacum.

Agroindustri keripik pisang di Indonesia, umumnya masih menggunakan

proses penggorengan biasa, dengan kompor minyak maupun briket batubara. Ada

juga yang masih memanfaatkan tungku berbahan bakar kayu dan sekam. Proses

penggorengan dilakukan dengan sangat cepat untuk menghindari hangus. Keripik

yang telah kering, ditiriskan, untuk dikemas, atau diproses lebih lanjut dengan

pemberian cokelat, keju, atau gula. Baru kemudian keripik dikemas dalam kaleng

atau plastik.

Page 9: manajemen agribisnis

Sentra terbesar agroindustri keripik pisang, berada di Lampung. Namun

agroindustri ini sudah merata di mana-mana. Ada beberapa kategori rasa keripik

pisang, yakni tawar, asin, manis, cokelat, dan keju. Komoditas pisang, memang

berpotensi menjadi bahan baku aneka makanan. Mulai dari keripik, sale basah

(asap), sale kering (goreng), sampai ke ledre. Ledre adalah pisang raja masak

yang dihancurkan dan dioleskan tipis-tipis ke pemanggang panas lalu digulung.

Hasilnya adalah crackers yang disebut ledre

2.6 Pemasaran

Dalam skala industri,aspek pemasaran tidak hanya dijuruskan dalam

negeri saja,tetapi sudah mengarah untuk ekspor.Pemasaran buah pisang

sebenarnya cukup mudah,karena buah pisang memiliki keistimewaan

tertentu.Oleh karena itu,banyak orang mencarinya.Selain itu,harga buah pisang

juga tergolong murah sehingga buah pisang dapat dikonsumsi oleh masyarakat

berbagai golongan.Kenyataan demikian ini dapat dilihat dari terus meningkatnya

permintaan buah pisang dari tahun ke tahun.

Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan dari sentra produksi ketempat

pemasarannya sebagian besar dilakukan oleh pedagang pengumpul yang sudah

mempunyai jaringan pemasarannya. Pedagang pengumpul pada umumnya

merangkap sebagai tengkulak. Buah pisang dikumpulkan dari petani dengan cara

sistem ijon, yaitu dengan membayar buah pisang yang masih muda dengan harga

murah dan memanennya setelah agak tua. Disamping itu, pengumpul juga

membeli pisang dari petani yang menjual langsung kepadanya. Setelah buah

pisang yang terkumpul mencapai kapasitas 1 truk (4-5 ton), buah pisang diangkut

ke tujuan pemasaran.

2.6.1 Pemasaran lokal

Untuk pemasaran local,petani lebih suka memetik pada stadia matang

penuh.Buah yang dipetik pada stadia ini dalam 3-4 hari akan menjadi matang

penuh. Pemasaran yang memerlukan waktu, misal keluar daerah, keluar pulau

atau untuk ekspor,maka buah dipanen pada tingkat ketuaan ¾ penuh. Hal ini

dimaksudkan agar daya simpan pisang menjadi lebih lama.Buah menjadi matang

setelah 7-19 hari penyimpanan.

Page 10: manajemen agribisnis

2.6.2 Pemasaran Swalayan

Untuk konsumsi pasar swalayan,dipilih pisang yang tingkat ketuaanya

optimum,penampakannya menarik,tanpa cacat,dan dari varietas

tertentu.Jenis0jenis pisang yang dipasarkan di pasar swalayan adalah jenis pisang

ambon dalam bentuk tangkaian dua-dua yang dikemas dalam kantong plastik

berlubang,pisang barangan,pisang raja bulu,dan jenis-jenis lainnya dipasarkan

dalam bentuk sisiran.

Selain pemasaran dalam bentuk buah segar,pemasaran dalam bentuk

olahan juga mempunyai peluang yang baik.Bentuk olahan yang umum

diperdagangkan seperti sale segar,sale goreng,dsb.

2.6.3 Kendala pemasaran oleh petani

Namun dalam memasarkan buah pisang terdapat beberapa kendala yang

dihadapi petani,antara lain sebagai berikut :

1. Pola pemasaran sekarang tidak menghargai produk bermutu dan selalu

menerapakan harga borongan.

2. Penetapan harga cenderung dilakukan oleh pedagang pengumpul.

3. Sistem pemasaran yang ada saat ini belum berpihak kepada petani.

4. Fungsi kelompok tani untuk saat ini belum optimal.

5.  Sebagian besar sentra produksi belum memiliki Sub Terminal

Agribisnis (STA).

2.6.4 Solusi dari Pemerintah

Maka dari itu untuk Pemerintah harus bisa mengatasinya,adapun

diantaranya sebagai berikut :

1. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis ( KUBA ) yang

dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif.

2. Mendorong berkembangnya Koperasi pedesaan dengan kegiatan

produktifnya agribisnis komoditi pisang dan mampu bermitra usaha

dengan pihak luar

2.7 Segmen Pasar

Segmen pasar yang ditawarkan oleh buah pisang adalah dengan

keanekaragaman jenis buah pisang seperti: pisang cavendish (merupakan buah

Page 11: manajemen agribisnis

pisang yang sangat digemari oleh konsumen baik lokal maupun mancanegara),

pisang raja, pisang barangan, pisang jambe, pisang raja sere, pisang kapok, pisang

bali, pisang mas, pisang lampung, dan sebagainya. Selain itu, standar mutu lain

yang harus dipenuhi adalah pengelompokkan buah pisang, bentuk fisik buah

pisang (ketahanan buah pisang terhadap hama penyakit), maupun kebersihannya

untuk menjaga kepercayaan konsumen. Disamping itu mereka memperketat

sortasi buah pisang yang diterima dari petani/kelompok tani sehingga tidak semua

produk yang dihasilkan petani/kelompok tani dapat diterima oleh segmen pasar.

Page 12: manajemen agribisnis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.Usaha tani

pisang  mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang

relatif singkat (1 – 2 tahun). Dari segi produksi, pisang memberikan kontribusi

antara 40 – 45% terhadap produksi buah nasional maupun keragaman

penggunaan seperti buah konsumsi segar, olahan, bahan baku industri dan

pakan ternak serta keragaman varietas yaitu memiliki kekayaan kurang lebih

300 varietas dengan 14 varietas ekonomis.T

2. Tanaman pisang mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah dapat

diolah menjadi macam-macam bentuk makanan olahan seperti keripik pisang,

sale pisang, dan lain-lain.Indonesia merupakan negara tropis, sangat subur

untuk sebagian besar tanaman, termasuk buah pisang. Buah pisang dapat

tumbuh dimana-mana, baik sebagai tanaman sela, batas/pagar disekitar rumah

dan dipekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh sebab itu, tanaman

pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber devisa

negara yang sangat baik.

Page 13: manajemen agribisnis

DAFTAR PUSTAKA

Abidin A.Sukarti, Bertanam buah-buahan di Pekerangan (Bogor : Bagian hortikultura Departemen Agronomi IPB, 1977).

Anonim, Anjuran Pemupukan Tanaman Jeruk dan Pisang, Liptan, BIP Departemen Pertanian Jawa Timur, No. 13, tahun 1988.

_______, Banpres Pisang dan Kambing Gunung Kidul, Sinar Tani, 25 Januari 1989.

______, Hama dan Penyakit Tanaman (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1974).

Utami Dewi, Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Baku Terhadap Mutu Keripik Pisang, Evaluasi Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Holtikultura selama Pelita III (Jakarta : SBPHP, 1982).

http://usahakebunpisang.blogspot.com/2012/05/aneka-olahan-pisang-untuk-nilai-

tambah.html diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.30 WIB

http://em-ridho.blogspot.com/2011/12/makalah-management-agribisnis-

komoditi_30.html diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.30 WIB

http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1649 diakses pada tanggal 19

Maret 2013 pukul 17.30 WIB

Page 14: manajemen agribisnis

http://foragri.wordpress.com/2011/06/23/prospek-agroindustri-keripik-pisang/

diakses pada tanggal 19 Maret 2013 pukul 17.30 WIB

http://www.hortikultura.deptan.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=124&Itemid=160 diakses pada tanggal 19 Maret 2013

pukul 17.50 WIB