Makalah Volume,Kec Dan Kepadatan
-
Upload
alvin-bara -
Category
Documents
-
view
420 -
download
0
Transcript of Makalah Volume,Kec Dan Kepadatan
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem transportasi timbul karena adanya pergerakan manusia dan barang. Pergerakan ini
meningkat sejalan dengan semakin berkembangnya suatu kota. Pergerakan terjadi karena adanya
proses pemenuhan kebutuhan dimana pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang harus
dilakukan setiap hari. Pergerakan dengan moda transportasi harus didukung pula dengan jaringan
transportasi yang dilaluinya yaitu jalan raya, jalan rel, lapangan terbang maupun pelabuhan laut
(Warpani, 1990 : 31).
Definisi dari sistem menurut Tamin (2000 : 26) adalah gabungan dari beberapa
komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Transportasi sendiri dapat diartikan
sebagai suatu sistem yang memungkinkan orang/barang dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat yang lain secara efisien (Nasution, 1996 : 11). Dalam aktifitas transportasi ada beberapa
hal yang harus ada yaitu : muatan yang diangkut untuk dipindahkan dari suatu tempat ke tempat
yang lain, tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya dan jalan yang dapat dilalui (Nasution,
1996 : 11).
Permasalahan transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia
adalah masalah kemacetan lalu lintas. Menurut Tamin (2000 : 493) masalah lalu
lintas/kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan terutama dalam
hal pemborosan waktu, pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga dan rendahnya tingkat
kenyamanan berlalu-lintas serta meningkatnya polusi baik suara maupun polusi udara.
Berdasarkan High Traffic Analysis 1994, tingkat pelayanan jalan (level of service) yang
terbaik dan tertinggi adalah tingkat pelayanan A < 0,6 dimana pada tingkat ini kendaraan dapat
bergerak sesuai dengan kecepatan rencana jalan tanpa adanya gangguan dan hambatan.
Selanjutnya tingkat pelayanan ini menurun sampai pada tingkat pelayanan F>1 di mana
lalu lintas macet. Dalam keadaan macet, kendaraan mengalami kesulitan untuk berpindah jalur.
Demikian juga halnya dengan kendaraan umum yang harus berpindah ke jalur kiri untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang di halte. Hal ini menjadi salah satu penyebab
penumpang angkutan umum naik dan turun tidak di tempat seharusnya (halte) melainkan di
sembarang tempat, di pinggir jalan atau di persimpangan, yang dapat menyebabkan keadaan lalu
lintas semakin macet.
Jalan Babarsari adalah salah satu jalan arteri sekunder yang terdapat di Kota Yogyakarta
dan banyak dilalui kendaraan. Pada jam-jam tertentu jalan ini mengalami kemacetan dan pada
waktu bersamaan dapat dilihat bahwa adanya penurunan kecepatan kendaraan yang
menyebabkan berkurangnya tingkat pelayanan jalan (level of service).
1.2 Permasalahan
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam
penulisan ini adalah ” bagaimana karakteristik lalu lintas yang ada di wilayah tersebut dan apa
penyebab menurunnya tingkat layanan jalan (level of service) yang terjadi di Jalan Babarsari?”
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini nantinya akan menjawab pertanyaan dari perumusan masalah di
atas, dimana tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik lalu lintas di jalan Babarsari (volume, kecepatan dan kepadatan)
2. Mengetahui penyebab menurunnya tingkat layanan jalan (level of service)
1.4 Manfaat
Keluaran dari penulisan ini diharapkan menjadi masukan bagi arah pengelolaan sistem
transportasi terutama pada ruas Jalan Babarsari sehingga kerugian akibat berkurangnya tingkat
layanan jalan (level of service) dapat diminimalkan.
1.5 Batasan Permasalahan
Batasan permasalahan dalam penulisan makalah ini terbagi 2 (dua) yaitu batasan wilayah
(spasial) dan batasan materi (substansial). Batasan wilayah (spasial) dalam penelitian ini
mengambil koridor Jalan Babarsari Yogjakarta. Sedangkan batasan materi (substansial) yang
akan dibahas adalah mengenai :
1. Karakteristik lalu lintas berupa hubungan volume, kecepatan dan kepadatan
2. Kinerja Jalan Babarsari (level of service) melalui perhitungan kapasitas jalan.
BAB IILANDASAN TEORI
2.1. Defenisi Parameter Lalu Lintas
Karakteristik lalu lintas sangat perlu dipelajari dalam menganalisis arus lalu lintas.
Menurut Tamin (2008), untuk dapat merepresentasikan karakteristik arus lalu lintas dengan baik,
dikenal 3 (tiga) parameter utama yang harus diketahui dimana ketiga parameter tersebut ternyata
saling berhubungan secara matematis satu dengan yang lainnya, yaitu :
1. Kecepatan (Speed) lalu lintas, dinyatakan dengan notasi S adalah jarak yang dapat ditempuh
oleh sebuah kendaraan dalam satu satuan waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan
waktu km/jam.
2. Kepadatan (Density) lalu lintas, dinyatakan dengan notasi D adalah jumlah kendaraan yang
berada dalam satu satuan panjang jalan tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan
kendaraan/km.
3. Volume lalu lintas, dinyatakan dengan notasi V adalah jumlah kendaraan yang melewati
suatu titik tertentu dalam suatu ruas jalan dalam satu satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan
dalam satuan kendaraan/jam.
Jika terdapat suatu pergerakan arus lalu lintas yang mempunyai kepadatan D dan
bergerak dengan kecepatan S maka total arus lalu lintas (volume) yang bergerak melewati suatu
titik tertentu dalam kondisi kepadatan D dan kecepatan S dalam satu satuan waktu tertentu
adalah sebesar V.
Analisis karakteristik untuk suatu ruas jalan dapat dilakukan dengan mempelajari
hubungan matematis antara kecepatan (S), kepadatan (D) dan volume (V) lalu lintas yang terjadi
pada ruas jalan tersebut. Menurut Tamin (2008), hubungan matematis antara kecepatan,
kepadatan dan volume lalu lintas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :
V = D . S
dimana V = volume lalu lintas (kendaraan/jam)
D = kepadatan lalu lintas (kendaraan/km)
S = kecepatan (km/jam)
2.2. Jalan Dalam Sistem Transportasi Perkotaan
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Jalan, jalan merupakan suatu
sarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya diperuntukkan bagi lalin. Bangunan pelengkap jalan
misalnya jembatan lintas bawah (underpass), lintas atas (over-pass) dan lain-lain. Perlengkapan
jalan antara lain rambu-rambu, marka jalan, halte dan lain-lain. Menurut Undang-Undang No. 14
Tahun 1992 tentang Jalan, klasifikasi jalan dikelompokkan menjadi :
1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah jalan masuk dibatasi.
2.3. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang dapat dipertahankan per satuan jam yang
melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada atau dengan kata lain kapasitas jalan adalah
jumlah lalu lintas kendaraan maksimum yang dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi
tertentu (desain geometri, lingkungan dan komposisi lalu lintas) yang dinyatakan dalam satuan
massa penumpang (smp/jam). Besar kecilnya suatu kapasitas jalan banyak dipengaruhi beberapa
faktor antara lain :
a. Kondisi geometri, meliputi faktor penyesuaian dimensi geometri jalan terhadap geometri
standar jalan kota, seperti : tipe jalan, bahu jalan, median dan alinyemen jalan.
b. Kondisi lalu lintas, meliputi karakteristik kendaraan yang lewat, yaitu : arah kendaraan,
gangguan samping, termasuk banyaknya kendaraan umum yang berhenti, pejalan kaki dan
akses keluar masuk di sepanjang jalan.
c. Kondisi lingkungan, yaitu ukuran kota yang dinyatakan dalam jumlah penduduk kotanya.
2.4. Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan jalan adalah kemampuan jalan dalam menjalankan fungsinya.
Perhitungan tingkat pelayanan jalan ini dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan Level
of Service (LOS). LOS merupakan suatu bentuk ukuran kualitatif yang menggambarkan kondisi
operasi lalu lintas pada suatu ruas jalan. Dengan kata lain tingkat pelayanan jalan adalah ukuran
yang menyatakan kualitas pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu.
Tingkat pelayanan tergantung arus (flow dependent) berkaitan dengan kecepatan
operasi/fasilitas jalan, yang tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas. Oleh
karena itu, tingkat pelayanan pada suatu jalan tergantung pada arus lalu lintas. Sedangkan tingkat
pelayanan tergantung fasilitas (facility dependent) sangat tergantung pada jenis fasilitas, bukan
arusnya. Jalan bebas hambatan mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Sedangkan jalan yang
sempit mempunyai tingkat pelayanan yang rendah.
Volume lalu lintas maksimum dapat diketahui dengan menghitung jumlah kendaraan.
Untuk menghitung tingkat pelayanan jalan (Level of Service) harus diketahui kapasitas jalan (C).
Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan
per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur (dua arah), kapasitas ditentukan untuk
arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur harus dipindahkan
terarah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Tingkat pelayanan jalan dinilai dari hasil perhitungan/perbandingan volume lalin dengan
kapasitas jalan (V/C). Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat pelayanan jalan diindikasikan pada 6
interval. Dimana tingkatan tersebut dilambangkan A, B, C, D, E dan F, dimana tingkat pelayanan
jalan paling baik dilambangkan dengan A dan berturut-turut sampai dengan kualitas yang paling
rendah hingga F.
Tingkat Pelayanan
Volume/Kapasitas Klasifikasi
A < 0,60Arus bebas volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang dikehendaki.
B 0,60 < V/C > 0,70Arus stabil kecepatan sedikit terbatas oleh lalin, pengemudi masih dapat kebebasan dalam memilih kecepatannya.
C 0,70 < V/C > 0,80 Arus stabil, kecepatan dikontrol lalinD 0,80 < V/C > 0,90 Arus sudah tidak stabil, kecepatan rendah
E 0,90 < V/C > 1,00Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbedabeda, volume mendekati kepasitas
F
> 1,00Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume diatas kapasitas, sering terjadi kemacetan padawaktu lama sehingga kecepatan dapat turun menjadi nol
Sumber : Morlok, 1978 : 223
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pelayanan Jalan
Menurut Hobbs (1995 : 107), kemacetan adalah salah satu faktor penyebab berkurangnya
tingkat pelayanan jalan. Kemacetan menyebabkan waktu yang terbuang pada perjalanan karena
berkurangnya kecepatan dalam batas normal yang dinyatakan dalam satuan menit. Kemacetan
tersebut biasanya ditimbulkan oleh perlambatan (berkurangnya kecepatan) karena terjadi
peningkatn volume lalu lintas. Kemacetan yang terjadi ini banyak disebabkan oleh jumlah
kendaraan yang terlalu ramai, lebar jalan sempit yang tidak mampu menampung arus kendaraan,
parkir mobil-mobil di pinggir jalan yang menggunakan badan jalan memperbesar hambatan lalu
lintas.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan dalam berlalu lintas di
perkotaan, kemacetan terbagi menjadi dua (dua) jenis yaitu : (Hobbs, 1995 :107)
1. Kemacetan karena kepadatan lalin tinggi. Penundaan ini ditimbulkan oleh
keterlambatan/macetnya kendaraan pada simpang jalan yang terlalu ramai kendaraan, lebar
jalan yang kurang, parker mobil di jalan-jalan sempit, dan sebagainya.
2. Kemacetan karena pertemuan jalan. Tundaan yang disebabkan oleh adanya pertemuan
jalan/lokasi persimpangan. Semakin banyak pertemuan jalan akan semakin banyak pula
kendaraan yang mengakses jalan utama. Sehingga resikonya akan menimbulkan kemacetan.
Menurut Pignataro (1973 : 107) tundaan adalah waktu yang terbuang akibat adanya gangguan
lalin yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Dari
permasalahan tersebut dicari suatu pedoman untuk dijadikan acuan untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Studi pustaka merupakan tahapan penelitian mencari sumber pedoman
untuk dijadikan acuan dalam memecahkan masalah. Studi pustaka banyak sekali sumbernya
yaitu bisa dari pengamatan langsung dilapangan atau mencari informasi dari melalui media cetak
atau media elektronik.
3.2 Pendekatan Studi
Pendekatan studi dalam penelitian ini menurut tahapan pelaksanaannya dibedakan
menjadi empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data dan
analisis.
3.3 Pengumpulan Data
1. Kebutuhan Data
Untuk memudahkan dalam pengumpulan data, perlu diidentifikasi apa saja yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, agar nantinya diketahui data-data yang erat
kaitannya dengan analisis ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu proses penelitian, tahapan pengumpulan data merupakan tahapan
yang harus direncanakan untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal sesuai
dengan maksud tujuan dan sasaran pada proses-proses selanjutnya.
Bentuk dari tahapan ini berupa :
a. Studi literatur
Studi literatur yang mendukung dan sangat dibutuhkan dalam penyusunan
studi ini, seperti teori sistem transportasi perkotaan dan penanggulangan
masalah transportasi, kajian mengenai tundaan lalin dan pengaruh terhadap
BAB IVDATA DAN ANALISIS
4.1 Data
Data yang diperoleh dari hasil survey terbagi dalam dua kelompok (grup) sebagaimana
terlihat dalam tabel dibawah ini:
Grup 1 Grup 2
No S (x) D (y)1 20 522 40 40
3 60 314 80 145 100 5
1.2 Langkah Penyelesaian1. Langkah penyelesaian pertama adalah menampilkan grafik hubungan antara kecepatan (S)
pada sumbu x dan kepadatan (D) pada sumbu y.
No S (x) D (y)
1 10 552 30 453 50 354 70 205 90 10
0 20 40 60 80 100 1200
10
20
30
40
50
60
f(x) = − 0.575 x + 61.75R² = 0.994360902255639f(x) = − 0.6 x + 64.4
R² = 0.990916597853014
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada saat kepadatan kecil, kecepaan maksimum.
Sedangkan saat kepadatan maksimum kecepatannya mendekati 0.
Hubungan matematis antara kepadatan – kecepatan (D – S) adalah monoton kebawah
yang menyatakan bahwa apabila kepadatan lalu lintas menurun maka kecepatan lalu lintas akan
meningkat.
Arus lalu lintas akan menjadi 0 (nol) apabila kepadatan sangat tinggi sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan kendaraan untuk bergerak lagi. Kondisi seperti ini dikenal dengan
kondisi macet total. Pada kondisi kepadatan 0 (nol), tidak terdapat kendaraan di ruas jalan
sehingga arus lalu lintas juga 0 (nol). Selain itu pada kondisi kepadatan 0 (nol), kendaraan akan
bebas memilih kecepatannya sesuai dengan kondisi ruas jalan yang ada yang dikenal dengan
kecepatan arus bebas.
2. Menentukan persamaan regresi menggunkan metode Least Square
Grup I
No S (x) D (y) xy x2 ye y - ye (y - ye)2 (y-ybar)2
1 20 52 1040 400 52.4 -0.4 0.16 556.962 40 40 1600 1600 40.4 -0.4 0.16 134.56
3 60 31 1860 3600 28.4 2.6 6.76 6.764 80 14 1120 6400 16.4 -2.4 5.76 207.365 100 5 500 10000 4.4 0.6 0.36 547.56Σ 300 142 6120 22000 142 0 13.2 1453.2rata
2 60 28.4
Grup II
No S (x) D (y) xy x2 ye y - ye (y - ye)2 (y-ybar)2
1 10 55 550 100 56 -1 1 707.562 30 45 1350 900 44.5 0.5 0.25 275.563 50 35 1750 2500 33 2 4 43.564 70 20 1400 4900 21.5 -1.5 2.25 70.565 90 10 900 8100 10 0 0 338.56Σ 250 165 5950 16500 165 0 7.5 1435.8
rata2 50 33 Persamaan regresi group 1 Y = a + bx
dimana: Y = Variabel dependent ( kecepatan)
X = Variabel independent ( kepadatan)
a = Konstanta
b = Konstanta pengali
sehingga menghasilkan persamaan berikut: ∑ Y = Na + b∑X
∑XY = a∑x + b∑X2
142 = 5a + b x 300
6120 = 300a + b x 22000
Dengan menyelesaikan persamaan diatas didapat b = -0,6 dan a = 64,4. Jadi persamaan regresi
untuk group 1 adalah : Y = 64,4 – 0,6 X
Persamaan regresi group 2 Y = a + bx
dimana: Y = Variabel dependent ( kecepatan)
X = Variabel independent ( kepadatan)
a = Konstanta
b = Konstanta pengali
sehingga menghasilkan persamaan berikut: ∑ Y = Na + b∑X
∑XY = a∑x + b∑X2
165 = 5a + b x 250
5950 = 250a + b x 16500
Dengan menyelesaikan persamaan diatas didapat b = -0,575 dan a = 61,75. Jadi persamaan
regresi untuk group 2 adalah : Y = 61,75 – 0,575 X
3. Rata-rata penurunan kecepatan untuk setiap peningkatan 10 VPK atau kendaraan/km dalam
kepadatan.
Persamaannya adalah Y = 64,4 – 0,6 X sehingga untuk peningkatan kepadatan x = 10
kendaraan/km, terjadi penurunan kecepatan sebesar -0,6 x 10 = 6 km/jam
4. Menghitung parameter total statistik
Cooeficient determinasi ( r2 ) =1- ∑( y− y e)2
∑( y− ybar )2 = 1-
13.21453.2
= 0.990917 ( group 1 )
Cooeficient korelasi ( r ) = √Cooeficient determinasi
= √0.990917
= 0.995448
Cooeficient determinasi ( r2 ) =1- ∑( y− y e)2
∑( y− ybar )2 =1-
7.51435.8
= 0,99478 ( group 2 )
Cooeficient korelasi ( r ) = √Cooeficient determinasi
= √0,99478
= 0.997385
5. Mengkonversi data speed-density ke data speed-volume
Volume (V) = Kepadatan ( D ) x Kecepatan ( S )
Grup I
S (x) D (y) V = ( D x S)0 64.4 020 52 104040 40 160060 31 186080 14 1120100 5 500
107.3333
0 0
Grup II
S (x) D (y) V = ( D x S)0 61.75 010 55 55030 45 135050 35 175070 20 140090 10 900
107.3913
0 0
6. Tampilan data speed-volume
Pada saat Volume minimum atau berada pada titik 0 (nol) maka kecepatan akan berada di
titik 0 (nol), dan ketika volume maksimum maka kecepatan akan berada di optimum speed
( kecepatan optimum) dan apabila volume kembali berada di titik 0 (nol) maka kecepatan juga
akan mencapai titik maksimum. Seperti gambar grafik berikut ini :
0 20 40 60 80 100 1200
200400600800
100012001400160018002000
0 20 40 60 80 100 1200
200400600800
100012001400160018002000
7. Persamaan untuk grafik kecepatan (S) dan volume (V)
Persamaan nya di dapat
Y = 64,4 – 0,6 X
V = 64,4 – 0,6 D
dimana : Y = V = Kecepatan
X = D = Kepadatan
Setelah itu kedua ruas dikalikan dengan V, Sehingga diperoleh:
F = f (V) = V2 = 64,4 V – 0,6 D V
V2 = f (V) = V2 = 64,4 V – 0,6 Q; dimana Q = Volume
8. Menentukna kecepatan optimum dan kepadatan jenuh dan kepadatan bebas
a. Kecepatan optimum dapat dibaca dari kurva yaitu pada saat volume berada pada titik
maksimum.
b. Kondisi jenuh kecepatan mendekati 0 (nol)
Y= 0 X = 64,40,6
= 107,3 VPK atau kendaraan/km
c. Volume atau kecepatan bebas terjdi ketika kepadatan mendekati 0 (nol)
X = 0 y = 64,4 kph jadi Kecepatan bebas = 64,4 kph atau km/jam
9. Waktu Headway dan jarak Headway
Time Headway = 1
Volume
Jarak headway = 1
Kepadatan
GRUP 1
S (x) D (y) VTime
headwayspace
headway20 52 1040 3.461538 19.2307740 40 1600 2.25 2560 31 1860 1.935484 32.2580680 14 1120 3.214286 71.42857
100 5 500 7.2 200
GRUP 2
S (x) D (y) VTime
headwayspace
headway10 55 550 6.545455 18.1818230 45 1350 2.666667 22.2222250 35 1750 2.057143 28.5714370 20 1400 2.571429 5090 10 900 4 100