Makalah Ulkus Kornea (MTHT)
-
Upload
tiara-rahmawati -
Category
Documents
-
view
236 -
download
11
description
Transcript of Makalah Ulkus Kornea (MTHT)
MODUL ORGAN MATA DAN THT
Lelaki Berumur 39 tahun dengan Keluhan Mata Merah
Disertai Rasa Sakit
KELOMPOK XII
030.08.239 Thresia
030.08.240 Tiara Rahmawati
030.08.246 Ulfa Hasani A
030.08.250 Vida Rahmi Utami
030.08.251 Vilma Swari
030.08.252 Vithia Ghozalla
030.08.256 Widi Asrining Puri
030.08.257 William Mardinata
030.08.258 Yanuar Aditya K
030.08.262 Yuliani
030.08.263 Yunita Wulandari
030.08.267 Zainal Abidin
030.08.268 Zonavia Atlanta
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Senin, 27 September 2010
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus kornea yang paling sering disebabkan oleh infeksi dengan bakteri, virus, jamur,
atau parasit. Penyebab lainnya adalah:
Lecet (goresan)
Badan asing di mata
Penutupan kelopak mata yang tidak memadai
Sangat kering mata
Parah penyakit alergi mata
Berbagai gangguan inflamasi
Meskipun mata manusia baik-dilindungi oleh kelopak mata air mata dan berlimpah,
kuman dan bakteri mungkin dapat masuk kornea melalui luka kecil jika sudah rusak.
Memakai lensa kontak, lensa kontak lunak terutama dipakai semalam, dapat menyebabkan
ulkus kornea. (1)
Ulkus kornea membutuhkan pengobatan yang cepat oleh dokter mata. Jika tidak diobati,
beberapa ulkus kornea cukup serius untuk menyebabkan kehilangan penglihatan atau bahkan
kebutaan. (2)
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Bp. Dulloh, seorang petani berumur 39 tahun datang ke RS tempat anda bertugas dengan
keluhan mata kanan merah, sakit, dan penglihatan buram sejak 1 minggu yang lalu. Sebelum
matanya merah, pak Dulloh sedang bekerja di sawah dan matanya terkena biji padi. Setelah
dikucek, matanya dibersihkan dengan lengan bahunya, tetapi kemudian matanya menjadi
merah, sakit, dan setelah itu penglihatan mata kanannya malah menjadi buram.
Mata Kanan:
Visus : 1/300
Palpebra : spasme
Konjungtiva : hiperemis, injeksi siliar
Kornea : keruh, infiltrat, terdapat tukak di sentral kornea menutupi pupil
COA :dalam, hipopion +2mm
Iris/ Pupil : sulit dinilai
Lensa : sulit dinilai
Vitreus/ Fundus : sulit dinilai
Mata Kiri:
Visus : 6/6
Palpebra : tenang
Konjungtiva : tenang
Kornea : jernih
COA : dalam
Iris/ Pupil : bualt, diameter 3mm, refleks cahaya +
Lensa : jernih
Vitreus : jernih
Fundus : papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv 2/3, retina baik
3
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
I. MASALAH
Masalah pada pasien ini adalah :
1. Mata merah, sakit, dan visus menurun
2. Adanya trauma benda asing (kemasukkan biji padi)
3. Adanya trauma mekanis (dikucek)
II. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Bp. Dulloh
- Usia : 39 tahun
- Jenis kelamin : Pria
- Alamat : Bogor
- Pekerjaan : petani
III. ANAMNESIS
Anamnesis tambahan yang perlu dilakukan adalah:
- Apakah terdapat secret atau tidak?
- Apakah disertai dengan rasa gatal?
- Apakah merasa silau? (untuk mengetahui adanya fotofobia)
- Apakah air mata dirasakan keluar terus menerus? (unutk mengetahui adanya
lakrimasi)
- Apakah sudah dilakukan pengobatan sebelumnya untuk keluhan ini?
IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
Mata Kanan:
Visus : 1/300
Palpebra : spasme
Konjungtiva : hiperemis, injeksi siliar
Kornea : keruh, infiltrat, terdapat tukak di sentral kornea menutupi pupil
COA :dalam, hipopion +2mm
4
Iris/ Pupil : sulit dinilai
Lensa : sulit dinilai
Vitreus/ Fundus : sulit dinilai
Mata Kiri:
Visus : 6/6
Palpebra : tenang
Konjungtiva : tenang
Kornea : jernih
COA : dalam
Iris/ Pupil : bualt, diameter 3mm, refleks cahaya +
Lensa : jernih
Vitreus : jernih
Fundus : papil bulat, batas tegas, CDR 0,3, aa/vv 2/3, retina baik
V. DIAGNOSIS
Ulkus kornea
VI. ETIOLOGI
Ulkus biasanya terbentuk akibat infeksi oleh bakteri (misalnya Streptococcus
pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus Grup A, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alpha-hemolyticus), jamur, virus
(misalnya herpes dan virus varicella-zoster) serta protozoa (misalnya Acanthamoeba)
VII. PEMERIKSAAN LANJUTAN
1. Uji Flouresence
Untuk melihat defek pada kornea.
2. Tonometri Digital
Untuk melihat tekanan intraocular.
3. USG
Untuk menilai bagian dalam bola mata.
4. Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan Gram maupun
Giemsa
Untuk mengidentifikasi organism khususnya bakteri.
5
5. PCR
Untuk mengidentifikasi virus,jamur dan acanthamoeba dengan cepat.
VIII. PATOFISIOLOGI
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu
peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengan dung banyak
vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea,
wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja
sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di
limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi
infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh
dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan
epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea. (3)
Mekanisme timbulnya mata merah
Mata merah dapat terjadi akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi
pada peradangan mata akut. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga
terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan darah
tertimbun di bawah jaringan konjungtiva. (3)
Berdasarkan melebarnya pembuluh darah, terbagi atas dua:
1. Injeksi konjungtival : melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau
timbul akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
2. Injeksi siliar : melebarnya pembuluh darah kornea (a.siliar anterior) atau injeksi siliar
atau injeksi perikornea.
Mekanisme terjadinya rasa sakit pada mata
Nyeri pada pasien ini dapat disebabkan penekanan atau kerusakan saraf atau organ yang
mengandung saraf dan cabang-cabangnya :
1. Konjungtivitis : nyeri akibat radang pada konjungtiva, yang diinervasi oleh cabang
1 dari N.V
2. Keratitis : nyeri akibat adanya radang pada kornea, di mana pada kornea
terdapat inervasi dari cabang 1 dari N.V6
3. Uveitis : nyeri akibat adanya spasme pada badan siliar yang mendapat
inervasi dari N.III
Mekanisme penglihatan menjadi buram
1. Adanya gangguan pada media refraksi, yaitu :
- Kornea
- Aqeous humor
- Lensa
- Badan vitreum
2. Apabila terdapat benda asing di kornea, pembiasan cahaya yang akan diteruskan
menjadi terganggu
3. Kornea bisa menjadi buram, karena :
- Neovaskularisasi
- Gangguan struktur kornea
- Edema kornea karena disfungsi endotel
4. Uvea dapat menjadi buram, karena :
- Meningkatnya sel radang di COA maka cairan yang seharusnya jernih dan
transparan menjadi keruh sehingga menyebabkan penglihatan buram.
IX. PENATALAKSANAAN
1. Debridement dengan tidak di bebat
2. Antibiotik Broad Spectrum
-sulfatropin
-sefalosporin generasi I + ciprofloxacin
3. Asetazolamid
4. Steroid tetes
5. Pembedahan: keratoplasti
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
7
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI BOLA MATA
Bola mata
Bola mata terdiri atas:
Dinding bola mata
Isi bola mata
Dinding bola mata terdiri atas:
Sklera
Kornea
Sklera
Jaringan ikat yang kenyal yang memberikan bentuk pada bola mata, merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Tempat lekat dari otot-otot penggerak bola mata.
Di bagian belakang bola mata saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut
lamina kribosa. Permukaan luarnya ditutupi oleh facial sheat, mulai dari tempat masuk N. II
sampai ke corneoscleral junction. Permukaan dalamnya melekat longgar pada choroid.
Kornea
Dinding bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan tempat masuk cahaya
ke dalam bola mata, dan merupakan lanjutan dari sklera di anterior.
Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih, dan bening, selain sebagai
dinding, kornea juga berfungsi sebagai media penglihatan, dipersarafi oleh N.V.
Tebal kornea 0.6 - 1.0 mm, terdiri atas lima lapisan: (4)
1. Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Merupakan lapisan paling luar kornea, bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada
epitel ini. Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa
8
sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar sehingga apabila terjadi kerusakan,
akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi, sehingga bila terjadi kerusakan akan
berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan paling tebal, terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-
lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Diantara serat-serat kolagen ini terdapat
matriks. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan
sikatriks akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
4. Membran Descement
Lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah
stroma, lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal. Endotel melekat pada membran
descement melalui desmosom dan zonula okluden. Sel endotel adalah sel yang mengatur
cairan di dalam stroma kornea.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak
mempunyai daya degenerasi.
Isi bola mata
Isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca, dan retina.
Lensa
Merupakan badan yang bening, bikonveks, dengan ketebalan sekitar 5 mm dan
berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung
dibandingkan bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada lensa yang
9
dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh
zonula zinn pada badan siliar. Lensa terdiri atas nukleus dan korteks. Nukleus lebih keras
disbanding korteks. Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks
makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. Fungsi
lensa adalah untuk membiaskan cahaya, sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan
pembiasan lensa disebut akomodasi.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena
berperan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena
diperlukan sebagai media penglihatan, dan terletak di tempatnya.
Uvea
Terdiri atas tiga bagian yaitu irin, badan siliar, dan koroid.
Iris merupakan membran yang berwarna. Pemisah antara bilik mata depan dengan
bilik mata belakang, berbentuk sirkular yang ditengahnya terdapat pupil. Berfungsi mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata. Jaringan otot iris tersusun longgar
dengan otot polos yang berjalan melingkari pupil (sfingter pupil) dan radial tegak lurus pupil
(dilator pupil). Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang berada
dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nervus nasosiliar dari N. III
yang bersifat simpatik untuk midriasis dan parasimpatik untuk miosis.
Badan siliar terdiri atas otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi
untuk akomodasi. Fungsi prosesus siliar adalah memproduksi humor akuos.
Koroid adalah suatu membran yang berwarna cokelat tua, terletak diantara sklera dan
retina terbentang dari ora serata sampai ke papil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan
berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina bagian luar.
Badan kaca
Mengisi sebagian besar bola mata di belakang lensa, tidak berwana, bening dan
konsistensi lunak. Struktur badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima
nutrisinya dari jaringan sekitarnya yaitu koroid, badan siliar dan retina.
Retina
10
Merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan
cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas 10
lapisan:
- Membran limitan interna, merupakan lapisan yang paling dalam
- Lapisan serabut saraf, terdapat cabang-cabang utama pembuluh retina
- Lapisan sel ganglion
- Lapisan pleksiform dalam
- Lapisan nukleus dalam, terbentuk dari badan dan nukleus sel – sel bipolar
- Lapisan pleksiform luar
- Lapisan nukleus luar, terdiri atas nukleus sel batang dan sel kerucut
- Membran limitan externa
- Lapisan batang dan kerucut, merupakan lapisan penangkap sinar
- Lapisan epitel pigmen
Sel batang lebih banyak dibanding sel kerucut, kecuali di daerah makula, dimana sel
kerucut lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optic dan
tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta). Lapisan luar retina atau sel kerucut dan
sel batang mendapat nutrisi dari koroid.
Pembuluh darah didalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retinal sentral
masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberi nutrisi ke dalam retina.
(5)
11
(6)
ULKUS KORNEA (3)
Tukak kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk tukak
kornea yaitu sentral dan perifer atau marginal.
Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun dan
infeksi.infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman stafilokok aureus, h influenza, dan m
lacunata.
Beratnya penyakit juga ditentukan oleh keadaan pasien,besar dan virulensi inokulum.
Selain radang dan infeksi penyebab lain tukak kornea adalah defisiensi vitamin A,
lagoftalmus akibat parese n. VIII, lesi saraf ke III atau neurotrofik dan ulkus mooren.
Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes simpleks.
Bakteri yang sering menyebabkan tukak kornea adalah Streptokokkus alfa hemolitik,
Stafilokokus aureus, Moraxellla likuefasiens, Pseudomonas aeruginosa, Nocardia asteroides,
Alcaligenes sp., Streptokokkus anaerobik, Sreptokokkus beta hemolitik, Enterobakter
hafniae, Proteus sp., Stafilokokkus epidermidis, infeksi campuran erogenes dan Stafilokokkus
aureus, Moraxella sp. dan Stafilokokkus aureus, Stretokkous hemolitik dan Stafilokokkus
aureus.
12
Pada tukak kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang
dikelilingi leukosit PMN. Bila infeksi disebabkan virus, akan trlihat reaksi hipersensitivitas
disekitarnya.
Bentuk tukak marginal dapat fokal, multifocal atau difus yang disertai dengan
masuknya pembuluh darah kedalamnya.
Perjalanan penyakit tukak kornea dapat progresif, regresi, atau membentuk jaringan
parut. Pada proses yang progresif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang
memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pada pembentukan jaringan parut
akan terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblast.
Tukak kornea biasanya terjadi sesudah didapatnya trauma ringan yang merusak epitel
kornea. Gejala yang timbul adalah mata merah sakit ringan sampai berat, fotofobia,
penglihatan menurun, dan kadang kotor. Tanda lain yang dapat menyertai adalah penipisan
kornea, lipatan descement, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa
suar, hipopion, hifema dan sinekia posterior.
Tukak kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek
epitel yang bila diberi pewarnaan flouresein akan berwarna hijau di tengahnya. Iris sukar
dilihat karena keruhnya kornea akibat oedem dan infiltrasi sel radang pada kornea.
Biasanya kokus gram negatif akan memberikan gambaran tukak yang terbatas,
berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak yang supuratif. Daerah
kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang.
Bila tukak disebabkan oleh pseudomonas maka tukak akan terlihat melebar dengan
cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada tukak.
Bila tukak disebabkan oleh jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu dikelilingi
infiltrate halus disekitarnya (fenomena satelit).
Diagnosis laboraturium tukak kornea adalah keratomalasia dan infiltrat sisa karat
benda asing. Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis
kausa. Sebaiknya pada setiap tukak kornea dilakukan pemeriksaan agar darah, sabouraud,
trigikolat, dan agar coklat.
Pengobatan umunya untuk kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika topical dan
subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mangancam perforasi, pasien tidak dapat memberi
obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.
Tujuan pengobatan adalah menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika, dan
mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umum tukak diobati sebagai berikut:
13
- Tidak boleh di bebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator
- Membersihkan sekret empat kali sehari
- Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
- Debridement sangat membantu penyembuhan
- Antibiotika sesuai kausa, biasanya diberikan local, kecuali keadaan berat.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang, kecuali bila
penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.
Dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila tidak sembuh dengan pengobatan, atau
terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan.
14
BAB V
KESIMPULAN
Mata kanan pasien yang terkena biji padi dan mengalami gesekan mengakibatkan
terjadi luka pada kornea pasien yang mengakibatkan peradangan pada kornea. Peradangan
tersebut menyebabkan mata merah, nyeri, dan penumpukan sel radang pada berbagai organ
pada bola mata. Penumpukan sel radang pada COA menyebabkan terbentuknya hipopion.
Hal tersebut yang menyebabkan penurunan penglihatan pasien. Bedasarkan pemeriksaan
oftalmologis pada kornea ditemukan tukak pada sentral yang menutupi pupil yang dapat
mengganggu penglihatan dan mendasarkan diagnosis kami, yaitu ulkus kornea.
15
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Corneal ulcers and infections. Available at
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001032.htm. Accessed on
September 26th 2010.
2. Corneal Ulcers. Available at
http://vision.about.com/od/sportsvision/p/Corneal_Ulcers.htm. Accessed on
September 26th 2010.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2010.
4. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS. Ilmu
Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : Sagung
Seto ; 2010.
5. Eye anatomy. available at
http://ohiovalleyeye.com/services/eyeinfo_anatomy.htm. Accessed on September
23th 2010.
6. Anatomia Frank H Netter – Atlas of Human Anatomy. p 158.
16