Makalah Transfemoral Prosthetics
-
Upload
ahmad-hasan -
Category
Documents
-
view
204 -
download
58
description
Transcript of Makalah Transfemoral Prosthetics
MAKALAH TRANSFEMORAL PROSTHETICSBIOMECHANICS OF THE TRANSFEMORAL AMPUTEEMakalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Transfemoral ProstheticsDosen Pengampu:Agus Setyo Nugroho, SST, OP
Disusun oleh :
1.Ahmad Hasan Shiddiq(P27227013 034)
2.Siska Devi(P27227013 053)
DIII-B REGULER
JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Taala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Material Science yang berjudul Biomechanics of Transfemoral Amputee. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Setyo Nugroho, SST, OP selaku dosen pengampu mata kuliah Transfemoral Prosthetics yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi yang berkepentingan.
Surakarta, Juni 2014PenulisDAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUANA.Latar Belakang ...1
B.Tujuan ......1BAB II PEMBAHASANA.Kestabilan Knee....2B.Perbedaan Fungsi Knee..2C.Perbedaan Pelvis dan Trunk Stability ...............10D.Bentuk Socket...10BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan...12B.Kritik dan Saran........12DAFTAR PUSTAKAiv
BAB I
PENDAHULUANA. Latar BelakangDalam dunia Ortotik Prostetik seorang ahli OP diharuskan dapat membuat alat bantu baik prosthesis maupun orthosis yang benar. Namun benar saja tidak cukup, seorang ahli OP juga harus memperhatikan faktor kenyamanan dari alat yang dibuat agar pasien juga merasa nyaman dalam menggunakannya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka diperlukan pemahaman prinsip-prinsip biomekanika dan aplikasinya pada pembuatan prosthesis maupun orthosis.Dalam laporan makalah ini kami membahas Biomechanics of the Transfemoral Amputee yakni pengaplikasian prinsip-prinsip biomekanika dalam Transfemoral Prosthetics
B. TujuanTujuan disusunnya laporan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Transfemoral Prosthetics yang merupakan hasil dari presentasi dan diskusi kami, penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk sekedar memberi informasi tentang pembahasan materi kami, yakni mengenai prinsip-prinsip biomekanika dan pengaplikasiannya pada kasus Transfemoral Prosthetics. BAB II
PEMBAHASAN
A.Kestabilan KneePada transfemoral, lutut pada prostetis memerlukan kestabilan selama stance phace, berarti bahwa lutut harus tetap ekstensi dan mendukung berat stump. Dalam gait, heel strike adalah fase yang paling tidak stabil dari heel. Terdapat momentum yang cenderung memutar tube bawah bagian atas ke depan dan oleh karena itu dapat memfleksikan lutut.1.Muscle Action
Pada lutut normal, sendi lutut dapat stabil oleh aksi otot dan ligamen. Jika otot tidak berfungsi dengan benar, lutut menjadi tidak stabil. Ekstensor pinggul dapat membantu untuk mencapai dan memelihara kestabilan lutut.2.Alignment
Salah satu cara untuk mencapai stabilitas lutut adalah melalui alignment prostesis yang benar. Sendi lutut harus ditempatkan 15 mm posterior dari garis TKA.
3.Knee Lock
Cara lain untuk mencapai stabiity lutut adalah dengan menggunakan semacam mechanical knee lock.B.Perbedaan Fungsi Knee1.Normal Gait
Heel Strike
Pinggul dalam keadaan 250 fleksi, gaya reaksi tahan disebabkan saat fleksi. Gluteus maksimum dan otot hamstring mencegah fleksi lebih lanjut.
Ekstensi lutut penuh, GRF menyebabkan ekstensi penuh, otot hamstring mencegah ektensi lebih lanjut dan siap untuk mengfleksikan lutut.
Pergelangan kaki dalam posisi normal, GRF terjadi saat plantarfleksi, dorsifleksi mengontrol kecepatan atau laju plantarfleksi
Shortly after Heel Strike
Pinggul dalam keadaan fleksi 250 , GRF terjadi saat fleksi, gluteus maksimum dan otot hamstring menahan posisi ini.
Lutut dalam keadaan ektensi 50 dan berlanjut untuk fleksi, GRF terjadi saat fleksi, mengontrol laju fleksi dg otot quardiceps
Pergelangan kaki dalam keadaan 50 plantarfleksion. GRF terjadi saat plantarfleksion. Dan pergelangan kaki terus ke plantarfleksi. Kelajuan fleksi terkontrol oleh dorsifleksi
Foot Flat
Pinggul dalam keadaan 250 fleksi, GRF terjadi saat fleksi, pinggul mulai lurus dengan aksi gluteus maksimum dan otot hamstring
Lutut dalam keadaan 150 . GRF terjadi saat fleksi, lutut terus ke fleksi hingga mencapai 200 setelah foot flat, otot quardicep mengontrol sudut fleksi.
Pergelangan kaki dalam keadaan 100 plantarfleksi, GRF terjadi saat plantarfleksi yang semakin mengecil di sertai dg pergerakan tubuh kedepan dan GRF mendekati pergelangan kaki.
Mid Stance
Pinggul dalam keadaan 10 0 fleksi, GRF pas di sendi, sehingga tidak ada pergerakan sama sekali, pinggul mulai lurus dan GRF bergerak posterior sehingga sendi pinggul memendek setelah mid stance. Lutut posisi 10 fleksi, GRF terjadi pengecilan gaya fleksi, tidak ada gerakan otot quardicep tapi otot soleus mengontrol fleksi lutut.
Pergelangan kaki posisi 5 dorsifleksi. GRF terjadi saat gaya dorsifleksi.
Heel Off
Pinggul maksimum 13 ektensi, GRF terjadi saat gaya ektensi, otot iliacus dan otot psoas mayor mengontrol ektensi dan fleksi awal.
Lutut fleksi sekitar 2 hingga ektensi maksimal selama gait cycle, GRF terjadi saat gaya ektensi, otot gastrocnemius mungkin activ mencegah ektensi lebih lanjut.
Ankle posisi dorsifleksi, GRF terjadi saat gaya dorsifleksi plantarfleksi yang kuat untuk mendorong tubuh ke depan.
Toe Off
Reaksi GRF tidak signifikan untuk ke 3 sendi karena sebagian berat badan berada di kaki yang lain.
Pinggul posisi 10 ektensi dan terus menuju fleksi karena plantarfleksi pada kaki dan karena kerja rectus femoris
Lutut posisi 40 fleksi, tetap fleksi sehingga gaya GRF semakin kecil dan kaki menjadi plantarfleksi
Ankle 20 plantarfleksi, otot plantarfleksi berhenti dan segera meninggalkan tanah.
Acceleration
Pinggul posisi 10 ektensi dan fleksi mempercepat pinggul ke depan
Lutut posisi 40 fleksi dan terus fleksi di bawah pendulum hingga mempercepat aksi tubuh
Ankle posisi 20 plantarfleksi langsung setelah toe off. Kemudian memulai dorsifleksi dibawah aksi grup otot pretibial.
Mid Swing
Pinggul posis fleksi sekitar 20 dan terus menuju fleksi.
Lutut mencapai posisi sekitar 65 fleksi kemudian memanjang dibawah aksi pendulum
Ankle mencapai posisi netral dan di tahan oleh aktivitas otot pretibial
Deceleration
Pinggul mencapai posisi fleksi 25 dan tertahan oleh gluteus maximus dan hamstring
Lutut ektensi full dan ditahan oleh hamstring
ankle tetap dalam posisi netral karena kerja dari otot pretibial
2.Amputee GaitHilangnya kontrol otot pada amputasi transfemoral di atas knee joint sehingga cara berjalan pasien berbeda dari orang normal. Heel Strike
Lutut akan cenderung fleksi karena GRF menyebabkan fleksi. Dengan menggunakan hip extensors ,maka ekstensi dapat di pertahankan sehingga sendi menjadi stabil.
Stance Phase
Pada stance phase sendi lutut ekstensi
Push Off
Ampute harus memfleksikan sendi lutut sebagai persiapan untuk swing phase
Swing Phase
Pada swing phase variasi kecepatan berjalan akan menyebabkan fleksi sendi lutut yang lebih sedikit atau yang lebih banyak,hal ini terjadi karena gerak pendulum pada shank dan foot.
C.Perbedaan Pelvis dan Trunk Stability1.Normal Gait
Aligment adduksi secara anatomis memungkinkan terjadinya hip abductors (m.gluteus medius, m.gluteus minimus dan m. tensor fascia lantae) untuk berfungsi secara normal dan mengurangi gerakan lateral dari COG tubuh. Otot-otot adduktor juga berfungsi untuk mengurangi gerakan lateral dan mencegah pelvis turun lebih dari 5.2.Amputee Gait
Tujuan dari pengerjan TF prosthesis adalah:
Kestabilan pelvis/trunk pada lateral dan medial
Gait dengan base of support sempit.
Pada short stump lebih sulit untuk mendapatkan pelvis dan trunk yang stabil dikarenakan luas permukaan berkurang dan lengan dari gaya lateral jauh lebih pendek. Hal ini menyebabkan gaya lateral yang menekan stump menjadi lebih besar. D.Bentuk Socket
Prinsip biomekanika yang terkait dengan socket TF adalah :
1.Total contactKeuntungan terjadinya total contact :
Mencegah terjadinya oedema.
Luas permukaan socket dipeluas.
Pasien lebih bisa menstabilkan prosthesis.2.Perbedaan tekanan pada jaringan yang lunak/kuatHal ini bertujuan untuk memberi ruang pada daerah-daerah tertentu seperti otot rektus femoris berkontraksi relatif kuat dibandingkan dengan daerah segitiga femoralis.3.Peran ischal tuberosity
Daerah yang horizontal hanya pada ischial tuberosity. Daerah ini digunakan sebagai penahan beban. Pada daerah ini sering terjadi gerakan kebawah, kedepan dan sliding. Untuk mengurangi gerakan-gerakan tersebut, maka pada anterior wall dibuat 5-6cm lebih tinggi dibandingkan posterior.BAB III
PENUTUPA.KesimpulanPemahaman tentang prinsip-prinsip biomekanika dan aplikasinya merupakan hal yang penting pada pembuatan prosthesis maupun orthosis. Hal ini dikarenakan seorang ahli OP diharuskan dapat membuat alat bantu baik prosthesis maupun orthosis yang benar. Dengan mempelajari biomekanika pada Transfemoral Prosthetics maka akan dihasilkan prosthesis yang ergonomis, aman dan nyaman bagi pasien.B.Kritik dan Saran
Demikian makalah ini kami sampaikan. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian kata-kata sehingga kurang berkenan di hati. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi yang berkepentingan.DAFTAR PUSTAKA-. 2014. Modul Transfemoral Prosthetics. Surakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surakarta.iii