makalah thaharah
-
Upload
afni-ramadhani -
Category
Documents
-
view
426 -
download
41
Transcript of makalah thaharah
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam memilki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian baik
bersifat hissiyah ( dapat diinderakan) maupun maknawi. Sedangkan gama-agama lain
tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat yang melebihi islam terhadap
kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebersihan manusia, kebersihan rumah,
kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya.
Hingga tersebar di kalangan kaum muslim dan tidak pada selain mereka kata-kata
“ nazhafatu min al-iman” (kebersihan adalah sebagian dari iman). Padahal para
pemuka agama di abad pertengahan, seperti pendeta di barat melakukan taqarrub
kepada Allah SWT dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air.
Hingga diantara mereka ada yang mengatakan : semoga Allah memberikan rahmatnya
pada sang pendeta fulan, sebab dia telah hidup selama 50 tahun dengan tidak pernah
membasuh kedua kakinya.
Bagi orang-orang yang berilmu dari kalangan islam yang mampu menggabungkan
antara keshahihan teks dan kejelasan fakta, akan melihat jelas bahwa kebaikan dan
keburukan itu merupakan sesuatu yang bisa ditangkap secara rasio melalui perbuatan-
perbuatan, seperti sesuatu yang indah dan jelek. Atau dalam suatu benda, seperti
barang yang kotor dan barang yang harun baunya. Sesungguhnya tidak diragukan
bahwa seseorang akan lebih cenderung memilih yang baik dan akan senantiasa
menghindar yang kotor. Hanya saja akal tidak mampu memberikan detailnya. Maka
datanglah syariat menerangkan detailnya dengan menerangkan posisinya dalam rasio.
1
Syariat memerintahkan untuk mengetahuninya, memerintahkan menjauhkannya dan
menyingkirkannya setelah melakukannya. Yang demikian ini disebut dengan
pembersihan (thatir) dan penyucian (tarkiyah). Sedangkan penyucian yang berkenaan
dengan sesuatu yang dimaklumi adalah dengan taubat dan kaffarat dan yang dirasakan
(mahsusat) adalah dengan cara disucikan dengan air dan yang serupa dengannya.
Kemuliaan makhluk adalah karena kedekatannya dengan pencipta-Nya. Oleh
sebab itu, syariat memerintahkan agar seseorang menjauhkan dirinya dari najis dalam
segala kondisinya Allah mewajibkan untuk membersihkan diri dalam semua hal saat
dia akan menghadap Tuhannya seperti saat shalat. Sebab shalat adalah puncak dari
pendekatan diri kepada Allah SWT.
B. PERMASALAHAN
Dalam pembuatan makalah ini yang menjadi suatu permasalahan adalah kurang
tahunya atau minimnya informasi tentang Thaharah ini itu dari segi aspek positrifnya.
Hal ini dikarenakan beberapa kendala yang baik dari sumber atau dari para pembaca
yang kurang meminati tentang bacaan yang mengenai Thaharah. Untuk itu penulis
menjadikan suatu permasalahan yang mengarah pada topik akan dibahas agar para
pembaca dapat mengerti dan paham aka nisi makalah ini.
Peranan penting Thaharah ini akan dapat kita lihat dalam pemecahannya yang
terdapat pada bagian isi makalah ini yang menjelaskan tentang Thaharah, macam
Thaharah, kedudukan Thaharah, hingga pembagian air yang mana sebagai alat yang
digunakan dalam Thaharah tersebut.
2
PEMECAHAN MASALAH
DAMPAK THAHARAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
A. Pengertian Thaharah
Menurut bahasa,kata “thaharah” ( bersuci ) mengandung arti
“membersihkan ( diri ) dari kotoran”. Sedangkan menurut istilah adalah
menghilangkan segala sesuatu yang dapat menghalangi ( sahnya ) shalat baik
berupa hadats maupun najis,dengan menggunakan air, atau menghilangkan status
hadats dan najis itu dengan menggunakan debu.
Bersuci karena hadats hanya dibagian badan saja. Hadats ada dua,yaitu
hadats besar dan hadats kecil. Menghilangkan hadats besar dengan mandi atau
tayammum dan menghilangkan hadats kecil dengan dan wudhu atau tayjammum.
Bersuci dari najis berlaku pada badan,pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya
harus dicuci dengan air suci dan mensucikan. Thaharah adalah syarat islam yang
paling kuat,dan syarat itu harus didahulukan atas apa yang disyaratkan.
B. Hukum Thaharah
Bersuci hukumnya wajib,berdasarkan firman Allah dan sunnah Nabi SAW.
Adapun firman Allah dakam surat Al_Baqarah ayat 222
المتطّه�رين يحّب� و �ّو�ابين الت يحّب� الله إّن�
3
Artinya:
“sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.”
Dan surat Al-Maidah ayat 6:
Artinya:
“Dan jika kamu junub maka mandilah.”
Dan surat Al_Muddatstsir ayat 4:
Artinya:
“Dan pakaianmu bersihkanlah.”
Adapun sabda nabi antara lain:
Artinya:
“Bersuci adalah separuh dari iman.
4
Artinya:
“Kunci dari shalat adalah bersuci.”
C. Kedudukan Thaharah dalam Ibadat
Thaharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan
merupakan pangkal pokok dari ibadat yang menjadi penyongsong bagi manusia
dalam menghubungkan diri dengan Tuhan.
Shalat tiada sah bila tiada dengan thaharah,hal ini sesuai dengan sabda Nabi
SAW:
Artinya:
“Allah tidak menerima shalat yang tidak dengan bersuci “. ( H.R.Muslim )
D. Fungsi Thaharah
Thaharah merupakan salah satu syarat untuk melakukan ibadah kepada
Allah SWT. Untuk melakukan shalat umpamanya,seseorang terlebih dahulu harus
melakukan wudhu dan membersihkan najis yang melekat di badan. Demikian juga
halnya dengan puasa yang tidal boleh dilakukan oleh orang yang dalam keadaan
haid dan nifas. Dengan demikian fungsi thaharag adalah sebagai syarat untuk
keabsahan suatu ibadah.
5
E. Adap Thaharah
Sebenarnya arti thaharah itu sangat luas,yang bias kita golongkan sebagai
berikut:
1) Membersihkan tubuh dari hadatd,najis dan sebagainya
2) Membersihkan anggota tubuh dari perbuatan dosa
3) Membersihkan jiwa,jangan sampai mnyeleweng atau berakhlak rendah
4) Kesucian para Nabi,yakni kebersihan hati mereka dari kemusyrikan kepada
Allah SWT.
Kemudian dalam melakukan thaharah,ada sopan santun ( adap ) yang
harus dipatuhi,ialah sebagai berikut:
1) Jangan menghadap ataupun membelakangi kiblat ketika bersuci ( beristinja’ )
dari buang air besar atau kecil
2) Masuklah ke jamban dengan mendahulukan kaki kiri,dan keluarlah dengan
kaki kanan terlebih dahulu
3) Jangan berbicara ketika buang air
4) Ucapkan sehabis buang air yang artinya:
“segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku penyakit dan
menyehatkanku.”
5) Bersiwaklah. Bahkan ketika berwudhu,bersiwak itu sunnah mu’akad
6) Dahulukan anggota-anggota tubuh bagian kanan ketika membasuh atau
mengusap
7) Hematlah dengan air
8) Berdo’alah sehabis berwudhu,sebagaimana do’a rasulullah SAW,dalam
sabdanya:
6
Artinya:
“Tidak seorang pun diantara kamu sekalian yang berwudhu dengan
sempurna,kemudian membaca:”Asyhadu…..Dan seterusnya.” ( Aku bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa,tiada sekutu bagi-Nya. Dan
aku bersaksi bahwa tiada Muhammad itu hamba Allah dan utusan-
Nya ),kecuali pintu-pintu surge yang delapan dibukakan untuknya, ia boleh
masuk dari pintu man saja yang ia kehendaki”.
9) Shalatlah dua rakaat sehabis wudhu
10) Sekalah air setelah wudhu dan mandi.
F. Macam-macam Thaharah
Thaharah memiliki macam-macam,yaitu terdiri dari dua macam, antara
lainnya sebagai berikut:
1) Bersuci dari hadats, baik hadats besar maupun kecil. Jenis thaharah ini adalah
khusus yang mengenai tubuh, seperti wudhu, mandi dan tayammum.
Hadats ialah keadaan yang menghalangi thaharah. Hadats terdiri
dari dua macam, yaitu hadats kecil dan besar. Hadats kecil adalah suatu
keadaan seseprangyang dapat disucikan dengan wudhu atau tayammum,
sebagai ganti dari pad wudhu. Orang yang tidak berwudhu disebut hadits kecil.
Sedangkan hadats besar ialah suatu keadaan seseorang yang mesti dibersihkan
atau disucikan dengan mandi atau tayammum, sebagai ganti dari mandi, seperti
orang yang sedang junub dan wanita yang sedang haid. Adapun kotoran adalah
najis hakiki seperti darah,tinja dan lain sebagainya.
2) Bersuci dari khubuts (najis), baik yang ada pada tubuh, pakaian maupun
tempat, yaitu dengan cara menghilangkan najis tersebut.
7
Najis secara garis besarnya terbagi kedalam dua macam, yaitu najis
hakiki dan najis hukmi. Najis hakiki adalah kotoran yang menghalangi
keabsahan shalat tanpa ada keringanan, seperti darah dan kotoran manusia.
Sedangkan najis hukmi ialah suatu hal yang dipandang ada pada anggota badan
yang secara hukum menghalangi keabsahan shalat. Yang termasuk kedalam
najis hukmi ialah hadas kecil yang harus dihilangkan dengan wudu’ dan hadas
besar yang harus dihilangkan dengan mandi.
Pembahagian Bersuci
Bersuci itu terbagi dua:lahir dan bathin.Bersuci bathin adalah mensucikan
diri dari dosa dan ma’shiyat.
Cara mensucikan diri itu dengan taubat yang sungguh-sungguh dari segala
dosa dan ma’shiyat dari kotoran kemusrikan, keraguan dan kebencian, dengki,
curang, takabur dan caranya dengan bertindak ikhlas, yakni cinta kebajikan,benar
tawadlu, hanya menghendaki kerelaan Allah, bagi setiap perbuatan.
Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan daro hadats. Kebersihan dari
kotoran, cara menghilangkannya dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat
ibadah,pakaian yang dipakai dan pada badan seseorang. Sedang kebersihan dari
hadats dilakukan dengan mengambil air wudhu dan mandi.
G. Macam-macam Air dan Pembagiannya
Alat terpenting untuk bersuci ialah air. Berdasarkan firman Allah, Q.S.Al-
Anfal ayat 11:
8
Artinya:
Artinya:
“Dan kami turunkan dari langit air yang sangat bersih.”
Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu :
1) Air Mutlak
Air mutlak ialah air suci yang dapat mrnsucikan ( thahir-muthahhir ),
artinya air itu dapat digunakan untuk bersuci. Misalnya air hujan, air sungai, air
laut, air sumur, air salju, dan air embun.
2) Air Makruh
Yaitu air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makruh digunakannya,
seperti air musyammas ( air yang dipanaskan dengan panas matahari ) dalam
tempat logam yang dibuat bukan dari emas dan perak.
9
3) Air suci tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci ( thahirghairu nuthahhir )
Yaitu air yang boleh diminum tetapi tidak sah untuk bersuci. Misalnya:
a) Air sedikit telah dipakai untuk bersuci walaupun tidak berubah sifaynya. Air itu
disebut musta’mal.
b) Air suci yang bercampur dengan benda suci, seperti air teh,air kopi dan
sebagainya.
4) Air Mutanajjis
Yaitu air yang terkena najis. Air mutanajjis apabila kurang dari dua kullah
1) tidak sah untuj bersuci,tetapi apabila lebih dari dua kullah dan tidak berubah
sifatnya ( bau, rupa dan rasanya), maka sah untuk bersuci,
Yang dimaksud air dua kullah menurut ukuran di Bagdad adalag 500 kali
( 10 jerigen). Ini pendapat yan paling kuat . ukuran per satu kali menurut pendapat
imam nawawi adalah bernilai 128 dirham lebih 417 dirham. Air dua kullah sendiri
kalau diukur dengan ukuran liter adalah srbagai berikut:
a) Menurut imam nawawi : 174,580 l = 55,9 cm2
b) Menurut imam rafi’i : 176,245 l = 56,1 cm2
c) Menurut ulama irak : 245,325 l = 63,4 cm2
Sifat air yang dapat digunakan untuk bersuci dan air yang tidak dapat
digunalan untuk bersuci.
Air yang digunakan untuk bersuci itu adalah air yang suci zatnya dan dapat
mensucikan yang lainnya. Ia adalah air yang masih dalam keadaannya yang asli.
Baik ia turun dari langit maupun mengalir diatas tanah.
10
Air tebagi dua:
1. Air yang mensucikan yang boleh digunakan untuk bersuci, baik ia tetap
dalam sifatnya, maupun tercampuroleh materi yang suci yang tak
mengalahkannya dan tak mengubah namanya.
2. Air najis yang tak boleh digunakan, karna ia tak mengangkat hadats dan
tidak menghilangkan najis. Air seperti ini adalah air yang telah berubah
karna terkena najis.
Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadats dan menghilangkan najis
yang semakna dengan mengangkat hadats dan menghilakngkan najis melainkan
dengan air mutlak. Yakni dengan air murni ialah zat cair yang dinamakan air yang
tidak bercampur se[erti air hujan dan sebagainya. Sekalipun air telah berubah
warnanya, namun ia masih dinamakan air mutlak.
Yang dimaksud air yang suci adalah air yang tidak mengandung najis.
Sedangkan yang dimaksud dengan air yang mutlak adalah air yang tidak
digabungkan dengan sesuatu yang lain.
Air yang penyebutnya digabungkan dengan dengan nama zat lain tidak
dapat sigunakan untuk bersuci, akan tetapi air jenis i terbagi 3:
a) Air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci berdasarkan kesepakatan
ulama,air jenis ini terbagi 2:
1) Air yang diperas dari benda-benda yang suci,seperti air mawar
2) Air yang dicampur dengan sesuatu yang suci lalu sesuatu itu merubah nama
air tersebut dan dapat mengalahkan unsur-unsurnya hingga ia menjadi
berwarna
3) Air yang dimasak bersamaan dengan sesuatu yang suci hingga air itu pun
berubah.
11
b) Air yang dicampur dengan sesuatu yang suci yang dapat dipisahkan
darinya,hingga sesuatu itu merubah salah satu sifat dari air tersebut, baik rasa,
warna, maupun baunya, seperti buncis.
c) Diantara air yang penyebutnya digabungkan dengan nama brnda lain dan air
yang boleh digunakan untuk berwudhu berdasarkan kesepakatan ulama. Air ini
terbagi 4 macam:
1) Air yang penyebutnya digabungkan dengan nama tempatnya,seperti air
sungai.
2) Air yang penyebutnya digabungkan dengan nama benda yang tidak dapat
dihindarkan darinya, seperti lumut.
3) Benda yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat air yaitu suci
dan mensucikan, seperti tanah.
4) Sesuatu yang dapat nerubah sifat air bukan karna keduanya saling
bercampur, melainkan hanya karna berdekatan saja.
H. Macam-macam najis dan tingkatannya
Najis ( najasah ) menurut bahasa artinya kotoran, sedangkan, sedangkan
menurut syara’ berarti yang mencegah sahnya shalat, seperti air kencing dan
sebagainya.
Najis dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1) Najis mughalladzah
Yaitu najis yang berat, yakni najis yang timbul dari najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya ialah kebih dahulu dihilangkan wujud benda najis itu,
kemudian baru dicuci bersih dengan air sampai 7 kali dan permulaan diantara
persucian itu dicuci dengan air yang bercampur tanah.
12
Cara ini dilakukan berdasarkan sabda rasulullah saw.
Artinya:
“suci tempat ( perkakas ) mu apabila dijilat anjing adalah dengan
mencucinya 7 kali,permulaan atau penghabisan diantara prnyucian si
cuci dengan air yang bercampur dengan tanah .” ( H.R.At-Tirmidzi )
2) Najis mukhaffafah
Ialah najis yang ringan, seperti air kencing bayi laki-laki yang umurnya
kurang dari 2 tahun dan belum makan apa-apa kecuali ASI. Cara
mensucikannya,cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis
itu sampai bersih.
Sabda rasulullah saw:
Artinya:
“ barang yang terkena air kencing anak perempuan harus dicuci,sedang
bila terkena air kencing anak laki-laki cukuplah dengan mrmrtcikkan air
padanya.”( H.R.Abu dawud dan Nasa’i )
13
3) Najis Mutawassithah ( sedang )
Yaitu kotoran, seperti kotoran manusia atau binatang kencing, nanah, darah
, bangkai ( selain bangkai ikan,belalang,dan mayat manusia) dan najis-najis
yang lain selain juga tesb dlm najis ringan dan berat.
Najis mutawassithah dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a) Najis ‘ainiyah,yaitu najis yang bendanya berwujud.
Cara mensucikannya dengan menghilangkan zatnya lebih dahulu, hingga
hilang rasa, bau dan warnanya, kemudian menyiramnya dengan air sampai
bersih.
b) Najis hukmiyah,yaitu najis yang tidak berwujud bendanya, seperti bekas
kencing, arak yang sudah kering.
Cara mensucikannya dengan mengalirkan air pada bekas najis itu.
4) Najis yang dapat dimaafkan.
Najis yang dapat dimaafkan antara lain:
a) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir , seperti nyamuk, kutu
busuk dan sebagainya .
b) Najis yang sedikit sekali
c) Nanah atau darah dari kudis atau bisulnya sendiri yang belum sembuh
d) Debu yang campur najis dan lain-lainnya yang sukar dihindarkan.
Barang-barang yang najis
Barang yang najis ialah kotoran yang wajib mensucikannya bagi tiap
muslim, apabila mengenai dirinya, pakaian atau tempatnya.
14
Macam-macam barang yang najis mengenai badan,pakaian dan tempat,
ialah:
1) Bangkai
Bangkai ialah hewan yang mati tanpa disembelih atau sebagian
organ yang diambil dari hewan yang masih hidup.
Pengecualian dari hal itu ialah:
a) Bangkai ikan dan belalang
b) Bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, seperti semut dan
sebagainya.
c) Tulang, tanduk, gigi bulu dan rambut.
2) Darah yang memgalir.
Termasuk barang najis ialah darah yang mengalir yaitu darah
binatang yang disembelih.
3) Air kencing dan kotoran manusia.
Telah disepakati oleh mujtahidien, kenajisan kotoran manusia tersebut
diatas, selain air kencing bayi laki-laki yang masih menyusuh, dan belum
memakan makanan.
4) Air madzi
Air madzi ialah air putih yang keluar dari kemaluan baik wanita maupun
pria, air madzi itu najis, menurut persetujuan ulama mengenai air mani,
yakni air nuthfah, air yang keluar dari kemaluan pria maupun
wanita,dikala bersetubuh, maka kedudukan air itu suci, tidak najis.
Berdasarkan kata aisyah:
15
“saya ( aisyah ) menggaruk-garuk air mani yang ada pada pakaian
Rasulullah saw, kemudian Nabi bersembahyang dengan pakaian
itu.”
Sebagian mujtahid berpendapat bahwa mani itu najis, dicuci kalau
mani itu basah, tetapi cukup digaruk-garuk kalau sudah kering.
5) Air liur anjing
Air liur anjing termasuk najis, bahkan termasuk najis
mugholadhoh.tempat, pakaian atau badan. Bila dijilat anjing, wajib dicuci 7
kali, salah satunya dengan menggunakan debu.
6) Daging babi
7) Khamar
Khamar menurut jumhur ulama termasuk barang najis, apabila
mengenai badan atau pakaian wajib dibasuh.Sebagaian ulama menafsurkan
khamar itu keadaannya suci, apabila mengenai badan dan pakaian tidak
wajib disucikan.
8) Darah haidh, nifas dan istihadhah, termasuk barang njis menurut
persepakatan ulama.
Darah haidh ialah darah yang biasa keluar tiap bulan dari rahim
wanita.Darah nifas ialah darah yang keluar dari rahi wanita setekah
mekahirkan, sampai batas 40 hari sejak mekahirkan, sampai batas 40 hari,
bukan darah nifas lagi, sehingga tidak berlaku lagi wanita yang
mengeluarkan darah tersebut hukum-hukum orang nifas.
16
Ada yang tidak boleh dikerjakan bagi orang nifas sama dengan
orang yang sedang haidh, ialah:
a) Tidak boleh melakukan sembahyang dan puasa
b) Tidak boleh melakukan thawaf dan membaca al_Qur’an
c) Tidak boleh menyentuh mashaf
d) Tidak boleh melakukan hubungan kelamin
Kedudukan orang yang sedang nifas sana dengan orang yang sedang
haidh. Adapun wanita yang istihadhah, yakni masih tetap
mengeluarkan dara sesudah waktu penetapan haidh dan nifas,mereka
wajib mengerjakan sembahyang, hanya harus mandi dulu sebelum
mengerjakan sembahyang.
e) Wadi, yaitu air putih yang keruh kental , biasanya keluar setelah
kencing dikala pikiran tertekan atau ketika membawa barang berat.
f) Air luka yang berubah baunya
g) Nanah baik kental maupun cair
h) Darah, kecuali hati dan limpa
i) Empedu
j) Muntahan
k) Susu hewan yang tidak dapat diminum selain manusia, seperti susu
keledai
l) Makanan yang dikeluarkan kembali dari perut binatang untuk
dimakan kedua kali.
17
Cara membersihkan najis yang dapat dilihat mata
Dibersihkan najis itu pada umumnya dengan air yang dapat untuk bersuci,
kecuali beberapa hal. Untuk itu dapat diikuti uraian tentang caea membersihkan air
itu menurut keadaan najis dan yang terkena najis.
1) Apabila najis itu dapat dilihat seperti kotoran, dan najis itu mengenai tempat ,
badan atau pakaian, maka membersihkannya digosok kemudian disiram
dengan air sekali atau beberapa kali.
2) Apabila najis itu tidak dapat dilihat,seperti air kencing, maka
membersihkannya cukup disiram sekali atau beberapa kali.
Apabila mengenai badan atau pakaian dan tidak jelas mana yang terkena
anggota badan atau pakaian itu, maka dengan mandi dan membasuh pakaian
yang terkena najis tersebut.
3) Apabila barang yang terkena najis itu barang cair, selain air kalau dalam
keadaan kentak, makadibuang sebagian yang terkena najis itu, dan bila
keadaannya cair maka tak dapat digunakan semua.
Abdil bar menukilkan bahwa para ulama sepakat,bila barang yang terkena
bangkai dibuankah bangkai itu,maksudnya yang terkena najid tersebut.
Mengenai barang cair yang terkena najis, menurut jumhur ulama, najislah
semuanya.
Lain halnya pendapat Az_Zuhri Al- Auza’I, hukum benda cair sama dengan
hukum air. Benda cair itu tidak menjadi najis, apabila tidak berubah karna najis
itu.
4) Membersihkn tanah yang kena najis ialah dengan menuangkan air diatas tanah
itu.
18
5) Yang kena najis peralatan, yang keras dan mengkilap seperti cermin, pedang
dan sebagainya. Membersihkan alat-alat tersebut dengan menggosokkan alat
tersebut seperti yang dilakukan oleh para sahabat , mereka mengerjakan sholat
sedangkan mereka membawa pedang yang terkena darah yang ada pada
pedang-pedang itu.
6) Membersihkan sandal yang terkena najis
Membersihkan sandal atau sepatu yang terkena najis, yaitu dengan
menggosokkannya pada tanah sehingga hilang najis yang menempel pada
sandal atau sepatu tersebut.
7) Membersihkan kulit binatang
Penyembelihan binatang yang dagingnya halal dimakan, mengandung
ketentuan hukum, akan kesucian kulit binatang itu sehingga dapat
dipergunakan manusia. Cara lain yang mengandung sarana untuk mensucikan
kulit binatang ialah dengan menyamak. Menyamak ini dapat mensucikan kulit
hewan yang dagingnya haram dimakan, kecuali kulit babi atau babi hutan
I. Dampak Thaharah dalam kehidupan Manusia
Islam memiliki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian, baik
yang bersifat hissiyah (dapat dilihat indera) atau maknawi. Adapun dampak
thaharah dalam kehidupan manusia yaitu :
1. Membersihkan hati dari penyakit-penyakit
Kita melihat ada perhatian khusus terhadap kebersihan hati dari
penyakit-penyakit buruk, dari kenistaan benci, dan dari nurani-nurani yang
mati.Kita melihat ada perhatian khusus terhadap hal tersebut, baik dalam
alqur’an maupun dalam sunnah Rasulullah SAW.
19
Dalam alquran Allah menyebutkan bahwa orang-orang yahudi itu
keterlaluan berlaku kufur dan sesat, memalsukan taurat dan tidak mau
mempraktikkan hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap seorang
laki-laki dan perempuan yang berstatus muhshan (sudah berkeluarga) yang
melakukan zina. Mereka begitu saja menerima kebohongan dan kedustaan
dari ulama-ulama mereka terhadap agama Allah. Oleh karena itu allah tidak
berkehendak membersihkan hati mereka dari kekufuran, penyimpangan, dan
mengikuti hawa nafsu.Seandainya allah berkehendak, tentu mereka tidak
akan terjerumus dalam fitnah-fitnah tersebut.
Sama seperti mereka dalam hal kekufuran, kesesatan, dan kebohongan
adalah orang munafik yang mengaku beriman namun hatinya tidak. Allah
juga berkehendak membersihkan dari kekufuran dan perbuatan-perbuatan
yang nista.
Firman Allah SWT yang artinya :
20
Artinya :
“Hai, rasul janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang
memperlihatkan kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan
dengan mulut mereka,’kami telah beriman’,padahal hati mereka belum
beriman, dan juaga dianra orang-orang yahudi.mereka sangat suka
mendengar perkataan orang lain yang belum pernah datng kepadamu.
Mereka mengubah perkataan-perkataan taurat dari tempat-tempatnya.
Mereka berkata, jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh
meraka)kepada kami, maka terimalah, dan jika kamu diberikan bukan ini,
maka hati-hatilah. Barang siapa yang Allah mengkehendaki
kesesatannya,maka sekali-kali kamu tidak dapat menolak sesuatupun yang
datang daripada Allah. Meraka itu adalah orang-orang yang Allah tidak
hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di
akhirat mereka berolrh siksaan yang besar.” (Al-Maidah 41).
Membersihkan hati dari hal-hal yang nista dengan cara mengisinya untuk
mencintai hal-hal yang mulia, adalah lebih penting daripada sekadar
membersihkannya dari segala sesuatu yang dapat diindera.
Sesungguhnya hati yang diisi degan kemunafikan, kesombongan, dan
kedengkian, menghina sesama hamba Allah, berburuk sangkakepada orang
lain, membenci orang-orang mukmin yang saleh, menyukai orang kafir dan
orang yang jahat lainnya., berkawan akrab dengan orang-orang yang
menentang dan memusuhi Allah dan dosa-dosa besar lainnya adalah hati
setan yang gelap dan celaka, hati yang menjadi budak hawa nafsu yang selalu
mengajak berbuat jahat dan hati yang dipenudi dengan kotoran.
21
Setiap orang yang berakal seharusnya paham bahwa amal kebaikan yang
paling tinggi adalah iman yang ada dalam hati, dan bahwa amal kejahatan
yang paling rendah adalah kufur yang juga ada dalam hati. Oleh karana itu
kita tahu betapa pentingnya memperhatikan hati dengan cara
membersihkannya dari segala kezaliman yang muncul dari kemaksiatan-
kemaksiatan, dan menghiasinya dengan cahaya-cahaya iman sebagai buah
amal-amal yang saleh serta akhlak-akhlak yang terpuji.
Sabda Nabi SAW yang artinya:
“ ingatlah dan sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging
yang kalau baik maka jasad itu akan baik pula, dan jika ia rusak, maka
semua jasad pun menjadi rusak. Ingat segumpal daging itu adalah hati “.
2. Membersihkan anggota tubuh dari maksiat
Sesungguhnya setiap anggota tubuh seseorang itu selain berpotensi
untuk ia gunakan melakukan kebajikan yang menjanjikan kebahagiaan dan
kehidupan yang menyenangkan, juga berpotensi untuk ia gunakan melakukan
kejahatan yang akan mengantarkannya pada mala petaka, bencan, dan
kerugian dunia akhirat.
Jika seseoorang mendapatkan pertolongan serta petuunjuk dari Allah,
hal itu karena ia mau menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan hal-
hal uang disukai dan diridoi Allah. Contohnya seperti ia gunakan untuk
bertasbih, sholat, zakat, puasa, membaca alquran, berdoa, dan ibadah-ibadah
lainnya demi tunduk kepda keagungan serta kesempurnaan Allah.
Atau ia gunakan anggota tubuhnya untuk mengucapkan kalimat yang
santun kepada sesama saudaranya, untuk mengulur bantuan, untuk
22
menjenguk orang yang sakit, untuk memberikan pertolongan , untuk
menyuruh kepada sesuatu yang makhruf, untuk mencegah dari yang mungkar,
untuk membela kebenaran, untuk memperkokoh banguunan peradaban yang
bersih dan kehidupan yang baik, untuk menyemarakkan dunia dengan
kebajikan, keindahan, keadilan dan kebahagiaanyang diberkahi dan diridhoi
oleh Allah.
Dan itu semua bisa dilakukan jika seseorang bisa membersihkan
anggota tubuhnya dari kerusakan dan merusak, dari kezaliman dan
menzalimi, dari kemungkaran dan kekejian, dan juga dari perbuatan maksiat
kepada allah sekalipun itu hanya mengakibatkan dosa kecil.
Sesungguhnya orang yang saleh adalah orang yang dapat
mengendalikan anggota tubuhnya untuk melakukan kebajikan yang
manfaatnya kembali bagi dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.Dia
itulah yang sanggup membersihkan seluruh anggota tubuhnya dari segala
sesuatu yang dapat mengundang kemungkaran allah dan sanggup
membersihkannya dari noda-noda maksiat dengan cara melakukan ketaatan-
ketaatan.
Contoh manusia seperti itu adalah manusia yang paling baik, paling
utama, dan paling layak memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Meraka itulah manusia yang disinggung dalam firman Allah SWT:
Artinya:
“ Sesungguhnya orang yang beriman dan berramal saleh, mereka itulah
adalah sebaik-baik makhluk “(Al-Bayyinah 7)
23
Sesungguhnya ibadah-obadah yang diperintahkan oleh Allah kepada
kita merupakan sarana-sarana yang dapat membersihkan seseorang sekaligus
menjadikan setiap anggota tubuhnya dapat beridabah dan bermanfaat, dan
menanamkan kebajikan baik bagi diri sendiri dan bagi manusia lainnya.
Seandainya manusia berlaku lurus pada manhaj Allah, berjalan di atas
jalan-Nya, dan tidak melampaui batas-bata yang telah ditentukan oleh Allah ,
niscaya mereka semua akan menjadi orang-orang yang baik, yang bertakwa
dan yang dikasihi oleh Allah. Mereka saling mencintai dan saling membantu
dalam mengerjakan kebaktian serta ketakwaan.
Dan seandainya setiap orang mau bertakwa kepada tuhannya,
menggunakan setiap anggota tubuhnya untuk taat kepada Allah, niscaya para
malaikat akan menyalaminya di atas tempat tidurnya, duunia akan tunduk di
bawah telapah kakinya, para setan dari jenis manusia dan jin putus asa untuk
menggodanya, cahaya-cahaya akan memenuhi hatinya, dan ia senantiasa
merasakan kebahagiaan yang tidak dapat terlukiskan dalam pelukan Allah
Ta’ala.
3. Agar kita dalam menjalankan ibadah syah hukumnya.
Sebelum kita melakukan atau mengerjakan ibadah-ibadah yang
mengharuskan kita untuk bersuci, maka itu menjadi acuan diterimanya atau
syah tidaknya ibadah yang kita lakukan.
4. Agar badan kita suci dari hadast dan najis.
Thaharah merupakan pembersihan badani, akantetapi kalau kita lihat bahwa
ibadah itu tidak meruupakan gerak baban saja melainkan terutama merupakan
24
gerak atau proses psikologis yang mendalam (khusyu’) sehingga
memungkinkan manusia secara psikologis bertemu dengan Allah SWT.
5. Agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena Allah SWT.
Sangat menyukai rang-rang yang suci atau bersih dari segala macam hadats
dan najis.
6. Kewajiban mensucikan anggota badan adalah mengingatkan orang Islam untuk
selalu bersyukur kepada nikmat Allah dari yang sekecil-kecilnya hingga yang
sebesar-besarnya.3.mensucikan anggota badan adalah untuk menghapus dosa-
dosa yang dilakukan oleh anggota badan tersebut.
7. Memelihara kesehatan.
Kebersihan sama dengan menjaga kesehatan. Dengan berusaha untuk
menjaga kebersihan yang artinya menghindari dari berbagai penyakit. Dan
banyak penyakit yang tersebar melalui kotoran atau polda hidup yang tidak
bersih.
8. Tuntunan Fitrah
Tentu sebagai manusia, kita mempunyai kecenderungan menyukai kebersihan
baik berupa kebersihan diri, pakaian, tempat dan lain-lain. Disamping itu kita
pun tidak suka pada kotoran dan hal-hal yang menjijikkan.
9. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah demi mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat kelak.
25
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah merupakan media atau cara untuk membersihkan diri yang mana
termasuk juga kedalam ibadah, tanpa ada dilakukannya Thaharah dalam melakukan
ibadah seperti shalat wajib, maka shalatnya tersebut tidak sah atau batal. Karena
Thaharah disini memiliki peran penting dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT.
Selain itu air sebagai alat yang digunakan untuk Thaharah harus juga benar-benar
bersih selaku mensucikan. Peranan Thaharah ini memiliki kedudukan yang benar-
benar harus diingat bagi kita agar setiap ibadah yang kita lakukan agar dapat diterima
oleh Allah SWT.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadarai mungkin terdapat kekurangannya,
untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangun dari pembaca agar makalah
ini jadi baik lagi.
26