Makalah TCO (Material ITO)
-
Upload
odi-rodiyana -
Category
Documents
-
view
285 -
download
8
description
Transcript of Makalah TCO (Material ITO)
Transparent Conductive Oxide(TCO)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Ekperimen Fisika Material
dengan dosen pembimbing Bebeh Wahid Nuryadin,M.Si
Disusun oleh :
Odi Rodiyana
Sapto Wijanarko
Umi Kulsum
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transparent Conductive Oxides (TCO) ialah material yang sangat penting untuk
digunakan dalam berbagai aplikasi teknologi modern. Mulai dari sel surya, layar LCD atau
plasma, layar smartphone hingga sensor cahaya. Dapat dikatakan bahwa TCO sudah
merupakan bahan dasar wajib untuk membuat berbagai alat fotonik dan elektronika.
Transparent Conductive Oxide (TCO) adalah sebuah lapisan oksida transparan
konduktif. TCO merupakan logam doping oksida film tipis banyak digunakan dalam
perangkat optoelektronik, misalnya panel layar datar dan fotovoltaik.TCO merupakan
kaca transfaran konduktif yang dapat mengalirkan muatan. Material substrat berfungsi
sebagai badan sel surya dimana layer oksida dan counter electrode karbon atau platina
akan didekomposisikan.
Umumnya lapisan konduktif TCO terbuat dari lapisan tipis tin oksida (SnO2) yang
diberi dopant fluorine (fluorine tin oxied atau FTO) atau indium (indium tin oxide atau
ITO). Hal ini dikarenakan dalam proses sintering later oksida pada substrat di suhu 400-
5000,material-material tersebut memiliki konduktivitas yang baik dan mengalami defect
atau cacat pada rentang temperatur tersebut.
Salah satu material TCO yaitu ITO (indium tin oxide),namun untuk membuat ITO ini
membutuhkan dana yang cukup besar dan ketersediaan alat yang menunjang dalam proses
pembuatannya.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana pengertian TCO dan ITO
b. Untuk mengetahui apa saja bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan
lapisan ITO
c. Untuk memahami bagaimana proses pembuatan lapisan ITO
d. Untuk mengetahui aplikasi dari lapisan ITO
BAB II
ISI
A. Transparent Conductive Oxides (TCO)
Transparent Conductive Oxides (TCO) adalah sebuah lapisan oksida transparan
konduktif. TCO merupakan logam doping oksida film tipis banyak digunakan dalam
perangkat optoelektronik, misalnya panel layar datar dan fotovoltaik.TCO merupakan kaca
transfaran konduktif yang dapat mengalirkan muatan. Material substrat berfungsi sebagai
badan sel surya dimana layer oksida dan counter electrode karbon atau platina akan
didekomposisikan.
Transparent conducting oxide (TCO) atau oksida konduktor transparan memegang
peranan penting untuk pembuatan film tipis berbasis silikon maupun film tipis untuk solar
cell berbasis bahan lain. Material TCO biasa dipakai sebagai window pada solar cell dan juga
dapat berperan sebagai elektroda sel surya. TCO yang ideal mempunyai sifat antara lain:
transparansi yang tinggi pada panjang gelombang tertentu, konduktivitas yang tinggi serta
mempunyai carrier mobility yang tinggi. Beberapa macam TCO telah dibuat untuk sel surya
misalnya Indium Tin Oxide, Tin Oxide (SnO2) dan Zinc Oxide (ZnO). Berbagai teknik telah
digunakan untuk pembuatan TCO seperti evaporasi, sputtering, chemical vapour deposition,
spray pyrolisis dan lain sebagainya.
B. Indium Tin Oxides (ITO)
Indium Tin Oxides (ITO) merupakan material TCO yang paling populer karena sifat
transparansi dan konduktifitas yang paling baik diantara material oksida
lain. Transparansinya bisa mencapai 80-85% kaca atau gelas jadi terlihat tembus pandang,
memiliki ketebalan yang sangat tipis,memiliki sheet resistance biasanya 10 Ohm/Sq atau
memiliki resistivitas dalam skala 10-4 Ohm/cm. Dua sifat ITO inilah yang sering
dijadikan benchmark atau barometer seberapa bagus sebuah TCO.
C. Teori Konduktivitas ITO
ITO pada dasarnya tersusun dari In2O3 (Indium oksida) yang ditambah dengan 10%
SnO2 (timah oksida). In2O3sebenarnya sudah memilki karakteristik dasar transparans-
konduktif. Namun penelitian yang panjang telah membuktikan bahwa penambahan 10-15%
SnO2 mampu meningkatkan konduktivitas secara signifikan. Sebagaimana TCO pada
umumnya, ITO memiliki band gap kurang lebih 3,0 eV yang membuatnya tembus pandang.
Sedangkan penambahan SnO2 meningkatkan jumlah elektron di dalam ITO sehingga
berujung pada sifat konduktivitas total ITO. Defect dalam ilmu material merujuk pada
“cacat” di dalam struktur kristal yakni kondisi di mana struktur kristal tidak seperti kondisi
yang ideal. Misalnya, satu atau beberapa atom hilang dari struktur kristal, atau adanya atom
asing/pengotor yang masuk di dalam sebuah kristal, atau susunan atom-atomnya tidak berada
pada tempat semestinya. Maksud defect chemistry di sini ialah studi reaksi kimia yang
menyertai hilangnya atom di dalam sebuah struktur kristal atau yang menyertai adanya
penambahan atom asing ke dalam struktur kristal. Lantas untuk memahami defect chemistry,
perlu pula melihat struktur kristal dari molekul yang menjadi objek pembahasan, dalam hal
ini struktur kristal ITO.
Gambar 1: Pemakaian ITO pada produk teknologi (searah jarum jam) LCD, Dye-sensitized
Solar Cell (DSSC), LCD, dan sel surya organik/polimer. Perhatikan bagian dengan sebutan
ITO, TCO atau transparent electrode
ITO memilki struktur dasar kristal kubik In2O3 yang mengikuti struktur kristal
mineral bixbyite. Distribusi atom Indium (In, putih) dan Oksigen (O, merah) terdistribusi di
dalam struktur kristal.
Gambar 2 : struktur kristal bixbyite (atas) dan unit cell dari struktur yang sama (bawah)
Penambahan 10-15% SnO2 tidak merubah struktur kristal In2O3 karena jumlah SnO2 yang
ditambahkan relatif sedikit. Sn dan oksigen (O) dari SnO2 hanya akan menempati ruang-
ruang kosong di dalam struktur byxbyite atau menempati posisi dan sekaligus mensubstitusi
atom In dan O di dalam struktur bixbyite tersebut. Untuk mempermudah mempelajari struktur
bixbyite, kita cukup melihat struktur yang disederhanakan yang dapat mewakili kompleksitas
struktur di gambar 1. Ilmu mengenai kristal (kristalografi) menyebut struktur yang
disederhanakan ini sebagai unit cell. Struktur bixbyite tadi hanya pengulangan dari unit cell.
Terlihat bahwa Indium oksida memiliki struktur kristal dengan satu kation In dikelilingi oleh
atom-atom anion O. Namun,terlihat juga bahwa ada dua posisi kosong yang semestinya
ditempati oleh O yang disebut dengan kekosongan atom (vakansi). Di tempat kosong inilah
baik Sn maupun O dari SnO2 dapat “hinggap”, atau saya istilahkan dengan penyisipan. Selain
itu, masih ada kemungkinan lain bahwa atom Sn akan mengganti In, yakni atom Sn
menempati posisi atom In di dalam struktur kristal (substitusi). Adanya penambahan atom
lain (Sn) di dalam struktur In2O3 ini membawa beberapa konsekuensi sesuai dengan aturan
bagaimana atom-atom Sn berinteraksi dengan atom-atom In. Skenario pertama ialah
substitusi atom In dengan atom Sn dan penyisipan atom O. Penambahan Sn di dalam kristal
In2O3 membawa kemungkinan bahwa atom Sn dapat menggantikan atom In . Dikarenakan
perbedaan muatan antara atom Sn (bermuatan positif 4 karena berasal dari SnO2) dan atom
In (bermuatan positif 3 karena berasal dari In2O3), maka struktur kristal bixbyte akan
kelebihan muatan positif 1. Dikarenakan stuktur kristal manapun harus memiliki muatan total
0 (nol) atau netral, maka konsekuensi dari adanya kelebihan muatan positif 1 ini ialah
lepasnya satu elektron (simbol e-, bermuatan negatif 1). Lepasnya elektron ini tidak lain
sebenarnya untuk mengkompensasi berlebihnya muatan positif di dalam struktur
kristal bixbyte akibat penambahan satu atom Sn serta untuk menjaga muatan total kristal tetap
netral.
Kita lihat sekarang apa yang terjadi dengan penyisipan O pada struktur bixbyte.
Kekosongan atom di dalam struktur kristal ini memiliki muatan 0 (nol). Jika terdapat atom O
yang mengisi kekosongan tersebut, maka terjadi perubahan muatan total pada struktur kristal,
yakni dari nol (kekosongan) menjadi negatif 2 (muatan O pada SnO2 ialah negatif 2). Situasi
ini disimbolkan dengan Oi‘‘, dengan simbol ‘‘ penanda muatan negatif dua. Dikarenakan
struktur kristal harus bermuatan total nol atau netral, maka konsekuensi dari kelebihan
muatan negatif 2 ialah munculnya hole (simbol h, pembawa muatan positif) yang bermuatan
positif 2. Yang menjadi rumit ialah, penelitian menunjukkan baik SnIn** dan Oi‘‘ saling
meniadakan. Alias dua elektron dan dua hole sama sama saling menetralkan. Hanya saja ini
tidak stabil yang ditandai dengan lepasnya oksigen meninggalkan sendirian. Di sini akhirnya
menjadi sumber donor yang meningkatkan jumlah elektron bebas di dalam struktur
kristal bixbyte serta menjelaskan mengapa ITO memiliki konduktifitas relatif tinggi.
Seluruh proses di atas dapat diringkas dengan notasi defect chemistry di bawah ini :
Cara membacanya :
Penambahan SnO2 pada In2O3 menghasilkan :
1) substitusi dua atom In oleh dua atom Sn yang menghasilkan muatan positif dua,
2) penyisipan satu atom O di lokasi kosong di dalam struktur bixbyite yang
menghasilkan muatan negatif dua, dan
3) substitusi atom O pada In2O3 oleh atom O dari SnO2 tanpa perubahan muatan.
reaksi dilanjutkan dengan
4) lepasnya O menjadi gas O2 yang menyebabkan SnIn memberi muatan negatif dua
untuk kristal bixbyite. Untuk menjaga kristal agar tetap netral, maka konsekuensinya
dua elektron terlepas dari kristal.
D. Pembuatan Lapisan ITO
Cara paling umum yang digunakan untuk membuat ITO ialah dengan menggunakan
teknik “pengendapan uap”. Dikenal dalam bahasa sains sebagai physical vapor
deposition (PVD). Prinsipnya ialah dengan pertama menguapkan material ITO dan kemudian
mengendapkan uap tersebut ke atas substrat. Substrat ini biasanya berupa kaca preparat,sama
dengan kaca mikroskop biologi. Pemilihan substrat kaca ini menjadi cukup beralasan
mengingat aplikasi TCO pada umumnya ialah sebagai pelapis yang harus dapat ditembus
cahaya, misal pada layar LCD.
Istilah “uap“ di sini sama dengan kata pada “uap air“. Yakni merujuk pada fasa gas atau
uap. Namun berbeda dengan proses penguapan air, proses pembuatan ITO tidak melalui
proses pencairan, melainkan lebih cenderung melalui proses sublimasi, yakni perubahan fasa
dari padat langsung ke fasa gas/uap. Uap ITO ini yang akhirnya menempel di atas substrat
kaca, yang kemudian terkondensasi, mengendap dan akhirnya menghasilkan sebuah lapisan
tipis ITO di atas substrat kaca.
Salah satu teknik PVD yang terbilang sukses membuat ITO di atas substrat kaca
ialah sputtering. Di dalam sputtering, terdapat material ITO sebagai target, dan kaca sebagai
substrat, tempat di mana ITO hendak diendapkan. Istilah sains yang merujuk untuk kata
pengendapan ialah deposition.
Teknik sputtering membutuhkan ruang hampa udara alias vakum. Hal ini disebabkan
karena proses penguapan dan pengendapan ITO dapat berlangsung efektif jika tidak ada
penghalang antara target ITO dengan substrat kaca. Selain itu juga, proses penguapannya
hanya dapat dilakukan di dalam vakum. Jika ingin melihat skema proses sputtering, dapat
lebih mudah melalui diagram di bawah ini :
Gambar 3 : Skema prinsip kerja dan alat sputtering jenis direct current (DC)
yang dipakai dalam pembuatan lapisan ITO di atas substrat kaca
Setelah udara di dalam chamber dikeluarkan melalui pompa vakum (cara kerja pompa ini
mirip dengan pompa penghisap udara pada vacum cleaner), maka gas mulia Argon (Ar)
dialirkan ke dalam chamber hingga chamber hanya terisi oleh gas Ar dalam jumlah atau
tekanan tertentu. Biasanya, tekanan di dalam chamber sangat rendah, sekitar 10-3 Torr atau
seratus ribu lebih kecil dari tekanan ruang. Ketika power supply dinyalakan, gas-gas Ar ini
akan terionisasi atau melepas elektron-elektronnya, menghasilkan pasangan kation Ar+
(bermuatan positif 1) dan anion e- (elektron, bermuatan negatif 1).
Salah satu teknik PVD yang terbilang sukses membuat ITO di atas substrat kaca
ialah sputtering. Di dalam sputtering, terdapat material ITO sebagai target, dan kaca sebagai
substrat, tempat di mana ITO akan diendapkan.
Berhubung material target ITO merupakan kutub negatif atau dijadikan sebagai katoda,
secara otomatis kation Ar+ akan menuju target dan membmbardir permukaan target ITO.
Sputtering memberikan power supply yang cukup agar kation Ar+ dapat membombardir
permukaan target sekaligus melepas atom-atom In, Sn dan O dari permukaan target. Atom-
atom In, Sn dan O dari permukaan target kemudian terlepas dan “terbang“ menuju ke arah
substrat kaca dan akhirnya mengendap di sana. Endapan atau deposit In, Sn dan O ini akan
tersusun sendirinya menjadi lapisan tipis ITO dengan komposisi yang sama dengan
komposisi target ITO, yakni sama-sama mengandung 10-15% SnO2. Di sini akhirnya terlihat
jelas bahwa teknik penguapan atau sublimasi merujuk pada proses transportasi atom-atom In,
Sn dan O dari permukaan target karena atom-atom tersebut mirip dengan atom-atom H dan O
pada proses penguapan air.
Gambar 4 : alat sputtering yang dipakai untuk mendeposisi ITO di atas substrat
kaca
Seperti yang diketahui, ITO nyaris tembus pandang seperti kaca (lihat gambar di bawah).
Selain karena karakteristiknya, lapisan ITO yang didepositkan di atas substrat kaca pun
sangat tipis.
Jika ingin melihat secara detil lapisan ITO di atas substrat kaca hasil proses
sputtering, dapat melihat gambar miskroskop elektron seperti juga yang di bawah ini hasil
SEM. Terlihat bahwa ketebalan lapisan tipis ITO hanya berkisar 200 nanometer (dua ratus
per sepuluh juta centimeter). Bagian gelap di bawahnya ialah substrat kaca sedangkan lapisan
ITO di atas kaca terlihat dengan struktur kolom layaknya bebatuan.
Gambar 4 : Hasil SEM menunjukkan ketebalan lapisan ITO sekitar 200 nm dan
terlihat seperti bebatuan bagian yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas ITO atau TCO secara umum akan sangat berfaedah. Dengan
catatan, hal ini dilakukan untuk orientasi jangka menengah dan panjang. Maksudnya,
membuat ITO harus dilanjutkan dengan pembuatan material lain agar nilai ITO hasil
sendiri itu lebih fungsional. Misal, untuk membuat riset sel surya yang memang hampir
selalu membutuhkan material TCO dalam kuantitas yang cukup banyak. Dengan catatan
memang harus didukung dengan alat sputtering yang memadai. Sedangkan untuk alat
sputtering berikut fasilitas vakumnya bukan alat seperti mikroskop biologi atau
mikroskop metalurgi. Harga alat yang paling murah dan sederhana sekitar 200 jutaan
(harga murah dan mahal itu memang relatif). Membuat ITO ini karena harga target ITO
untuk alat sputtering itu mahal. Jika membuat ITO hanya untuk kebutuhan sesaat seperti
riset sel surya tanpa jaminan kontinuitas penelitian, lebih baik membeli ITO di China. Di
negara dengan industri layar dan semikonduktor semacam China, kebutuhan material
TCO atau ITO sedemikian besar sehingga harga eceran kaca konduktif transparan cukup
terjangkau untuk riset di Indonesia. Kita dapat mendapatkan kaca konduktif transparan
secara massif untuk banyak sampel riset dengan kualitas yang baik pula. Keuntungannya
membeli kaca konduktif TCO atau ITO ialah sang peneliti dapat berkonsentrasi lebih
pada bagian yang menjadi fokus penelitiannya tanpa perlu khawatir soal karakteristik
TCO nya.
DAFTAR PUSTAKA
www.wilkipedia.com tanggal akses : 05 November 2013-11-16
www.gen.lib.rus.ec/TCO/html tanggal akses : 11 November 2013
www.hindawi.com/ITO/html tanggal akses : 14 November 2013