Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

38
 STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) (Makalah Manajemen Pendidikan) Oleh : Ayu Septiana 1213022008 Dewi Susilowati 1213022012 Mia Fatma Riasti 1213022041 M. Reza Pratama 1213022036 Pandu Galih Prakoso 1213022053 Ririn Andriyatin 1213022062 Ryna Aulia Falamy 1213022066 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014

description

ini

Transcript of Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    1/38

    STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

    (Makalah Manajemen Pendidikan)

    Oleh :

    Ayu Septiana 1213022008

    Dewi Susilowati 1213022012

    Mia Fatma Riasti 1213022041

    M. Reza Pratama 1213022036

    Pandu Galih Prakoso 1213022053

    Ririn Andriyatin 1213022062

    Ryna Aulia Falamy 1213022066

    PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2014

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    2/38

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Standar Pelayanan Minimal.

    Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Manajemen

    Pendidikan.

    Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.

    Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak

    lain berkat bantuan dari rekan-rekan semua, sehingga kendala-kendala yang

    penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

    kepada Bapak Dosen mata kuliah Manajemen Pendidikan yang telah memberikan

    tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan tugas

    ini.

    Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk

    itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

    pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

    bermanfaat dan menjadi sumbang pikiran bagi pihak yang membutuhkan,

    khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

    Bandar Lampung, 20 Mei 2014

    Penulis

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    3/38

    iii

    DAFTAR ISI

    COVER .............................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2C. Tujuan .......................................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN

    A. Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM) ............................................ 4B. Tujuan Penyusunan SPM (Standar Pelayanan Minimal) ............................. 6C. Manfaat Standar Pelayanan Minimal (SPM) ............................................... 6D. Prinsip Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal

    (SPM) ........................................................................................................... 7

    E. Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal ............................... 8F.

    Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam SPM ............................................. 9

    G. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Badan Layanan Umum (BLU) ........ 10H. Masalah dalam Kualitas dan Pelayanan Pendidikan .................................. 11I. Langkah Penyelesaian Masalah dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan

    Pendidikan .................................................................................................. 12

    J. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang Standar PelayananMinimal (SPM) ........................................................................................... 16

    K. Kebijakan Standar Pelayanan Minimal di Indonesia ................................. 26

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    4/38

    iv

    BAB III PENUTUP

    kesimpulan ....................................................................................................... 32

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    5/38

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Standar pelayanan minimal adalah sebuah kebijakan publik yang mengatur

    mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

    daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Sebagai

    sebuah kebijakan, standar pelayanan minimal sudah selayaknya didukung

    oleh peraturan perundang-undangan yang memadai mulai dari undang-

    undang, peraturan pemerintah ataupun peraturan menteri terkait. Di sisi

    lain sebagai sebuah kebijakan, standar pelayanan minimal sedang dalam

    proses pencarian bentuk dan sosialisasi yang membutuhkan waktu tidak

    sedikit, mengingat perlunya kesamaan pemahaman antara perumus

    kebijakan dengan pelaksana kebijakan di lapangan, terlebih lagi seringnya

    terjadi proses penyesuaian kebijakan yang disebabkan oleh dinamika

    masyarakat yang menjadi obyek kebijakan. Oleh sebab itu pelembagaan

    suatu kebijakan tidak terlepas dari proses perkembangan dalam rangka

    beradaptasi dengan lokus kebijakan. Proses adaptasi kebijakan tersebutpada umumnya terwadahi dalam bentuk ketentuan peralihan yaitu suatu

    periode waktu sebuah kebijakan mempersiapkan lokus kebijakan. Di sisi

    lain obyek kebijakan diberi kesempatan untuk melakukan adaptasi

    terhadap pemberlakuan kebijakan.

    Berdasarkan kondisi tersebut di atas dan dalam rangka turut mensukseskan

    kebijakan SPM, penulis memandang perlu menyajikan tulisan singkat ini

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    6/38

    2

    mengenai Kebijakan Standar Pelayanan Minimal. Tulisan ini dimaksudkan

    untuk menjembatani perumus kebijakan yang ada di Pusat dengan

    pelaksana kebijakan yang ada di Daerah serta untuk mensosialisasikan

    kebijakan SPM secara lebih luas.

    B. Rumusan Masalah1. Apakah Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM)?2. Apakah Tujuan Penyusunan SPM (Standar Pelayanan Minimal?3. Apakah Manfaat Standar Pelayanan Minimal (SPM)?4. Apakah Prinsip Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan

    Minimal (SPM)?

    5. Apakah Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)?6. Apakah Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam SPM?7. Apakah Standar Pelayanan Minimal (SPM) BLU (Badan Layanan

    Umum)?

    8. Apakah Masalah Dalam Kualitas Dan Pelayanan Pendidikan?9. Bagaimana Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Meningkatkan

    Kualitas Pendidikan?

    10.Bagaimanakah Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan RItentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)?

    11. Bagaimanakah Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia?

    C. Tujuan1. Mengetahui Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM)2.

    Mengetahui Tujuan Penyusunan SPM (Standar Pelayanan Minimal

    3. Mengetahui Manfaat Standar Pelayanan Minimal (SPM)4. Mengetahui Prinsip Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan

    Minimal (SPM)

    5. Mengetahui Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal(SPM)

    6. Mengetahui Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam SPM

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    7/38

    3

    7. Mengetahui Standar Pelayanan Minimal (SPM) BLU (Badan LayananUmum)

    8. Mengetahui Masalah Dalam Kualitas Dan Pelayanan Pendidikan9. Mengetahui Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Meningkatkan

    Kualitas Pendidikan

    10.Mengetahui Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan RItentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)

    11.Mengetahui Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Di Indonesia

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    8/38

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

    Pengertian standar pelayanan minimal merupakan suatu istilah dalam

    pelayanan publik (public policy) yang menyangkut kualitas dan

    kuantitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sebagai

    salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Menurut Oentarto, et al.

    (2004:173) menjelaskan bahwa Standar pelayanan minimal memiliki

    nilai yang sangat strategis baik bagi pemerintah (daerah) maupun bagi

    masyarakat (konsumen). Adapun nilai strategis tersebut yaitu:

    1. Pertama, bagi pemerintah daerah: standar pelayanan minimal dapatdijadikan sebagai tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya

    yang diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan;

    2. Kedua, bagi masyarakat: standar pelayanan minimal dapatdijadikan sebagai acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu

    pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah (daerah).

    Dengan demikian pelayanan yang bermutu/berkualitas adalahpelayanan yang berbasis masyarakat, melibatkan masyarakat dan dapat

    diperbaiki secara terus menerus. Disisi lain, pemerintah dituntut untuk

    bekerja secara efisien dan efektif dalam hal pelayanan kepada

    masyarakat.

    SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang

    merupakan urusan wajib pemerintah yang berhak diperoleh setiap

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    9/38

    5

    warga secara minimal. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik

    yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

    dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.

    Pengertian SPM juga dapat dijumpai pada beberapa sumber, antara

    lain :

    1. Undang-Undang 32 tahun 2004 penjelasan pasal 167 (3),menyatakan bahwa SPM adalah standar suatu pelayanan yang

    memenuhi persyaratan minimal kelayakan.

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaandan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 20 (1) b

    menyatakan bahwa APBD yang disusun dengan pendekatan

    kinerja memuat standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan

    biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan;

    3. Lampiran Surat Edaran Dirjen OTDA Nomor 100/757/OTDAtanggal 8 Juli 2002 menyatakan Standar Pelayanan Minimal adalah

    tolok ukur untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan

    wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada

    masyarakat.

    4. Peraturan Pemerintah RI No.65 Tahun 2005 tentang PedomanPenyusunan dan Penerapan SPM.

    5. Penerapan Standar Pelayanan Minimal. SPM adalah ketentuantentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan

    wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

    6. Permendagri No.6 Tahun 2007 tentang Petunjuk TeknisPenyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

    Dari berbagai pengertian tersebut, secara umum dapat diikhtisarkan

    bahwa SPM merupakan standar minimal pelayanan publik yang harus

    disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Adanya SPM

    akan menjamin minimal pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    10/38

    6

    dari pemerintah. Dengan adanya SPM maka akan terjamin kuantitas

    dan atau kualitas minimal dari suatu pelayanan publik yang dapat

    dinikmati oleh masyarakat, sehingga diharapkan akan terjadi

    pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan pelayanan

    antar daerah. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan urusan

    wajib merupakan pelayanan minimal sesuai dengan standar yang

    ditetapkan oleh pemerintah. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa,

    SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen

    teknis, sedangkan pedoman penyusunan SPM ditetapkan oleh Menteri

    Dalam Negeri sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 32

    Tahun 2004 pasal 167 (3).

    B. Tujuan Penyusunan SPM (Standar Pelayanan Minimal)

    1. Pedoman bagi BLU dalam penyelenggaraan layanan kepadamasyarakat;

    2. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan;3. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran

    yang dibutuhkan;

    4. Alat akuntabilitas BLU dalam penyelenggaraan layanannya;5. Mendorong terwujudnya checks and balances;6. Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam

    penyelenggaraan layanan BLU

    C. Manfaat Standar Pelayanan Minimal(SPM)SPM mempunyai beberapa manfaat, antara lain :

    1. Memberikan jaminan bahwa masyarakat akan menerima suatupelayanan publik dari pemerintah daerah sehingga akan

    meningkatkan kepercayaan masyarakat.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    11/38

    7

    2. Dengan ditetapkannya SPM akan dapat ditentukan jumlahanggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan

    publik.

    3. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja.4. Masyarakat dapat mengukur sejauhmana pemerintah daerah

    memenuhi kewajibannya dalam menyediakan pelayanan kepada

    masyarakat, sehingga hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas

    pemerintah daerah kepada masyarakat.

    5. Sebagai alat ukur bagi kepala daerah dalam melakukan penilaiankinerja yang telah dilaksanakan oleh unit kerja penyedia suatu

    pelayanan.

    6. Sebagai benchmark untuk mengukur tingkat keberhasilanpemerintah daerah dalam pelayanan publik.

    7. Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan olehinstitusi pengawasan.

    Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Minimal, menurut sumber lain :

    a. Memberikan jaminan bahwa masyarakatb. Dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkanc. Sebagai landasan dalam menentukan perimbangan Keuangand. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis Kinerjae. Sebagai alat ukur penilaian kinerjaf. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintahg. Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasanh. dapat memperjelas tugas pokok Pemerintahi. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat

    D. Prinsip Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal(SPM)

    Dalam penyusunan dan menetapkan SPM, perlu diperhatikan prinsip-

    prinsip sebagai berikut :

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    12/38

    8

    1. Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponenatau unit-unit kerja yang ada pada lembaga yang bersangkutan.

    Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami.

    2. Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratanatau prosedur teknis.

    3. Terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa.4. Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga lapisan

    masyarakat.

    5. Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenispelayanan dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber

    daya daan dana yang tersedia.

    6. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada public.7. Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan

    kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil dalam

    pencapaian SPM.

    E. Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

    Beragamnya kondisi daerah, baik kondisi ekonomi, sosial, budaya,

    maupun kondisi geografis akan berdampak pada kemampuan daerah

    dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain

    setiap daerah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

    mengimplementasikan SPM. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dalam

    penerapan SPM perlu dipahami. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

    1. SPM diterapkan pada seluruh urusan wajib pemerintah daerah.2. SPM dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah

    pusat.

    3. SPM bersifat dinamis, dalam arti selalu dikaji dan diperbaiki dariwaktu ke waktu sesuai dengan kondisi nasional dan perkembangan

    daerah.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    13/38

    9

    4. SPM harus dijadikan acuan dalam perencanaan daerah,penganggaran, pengawasan, pelaporan dan sebagai alat untuk

    menilai pencapaian kinerja.

    Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal :

    a. SPM disusun sebagai alat pemerintah pusat dan pemerintahandaerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada

    masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan

    wajib;

    b. SPM ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan diberlakukan untukPemerintah dan Pemerintahan Daerah (provinsi, kabupaten/kota);

    c. Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Pemerintahan Daerahmerupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar nasional;

    d. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkaudan dapat dipertanggungjawabkan, serta mempunyai batas waktu

    pencapaian;

    e. SPM harus dijadikan acuan dalam perencanaandaerah,penganggaran, pengawasan, pelaporan dan sebagai alat

    untuk menilai pencapaian kinerja;

    f. SPM harus fleksibel dan mudah disesuaikan dengan perkembangankebutuhan, prioritas dan kemampuan kelembagaan serta personil

    daerah dalam bidang yang bersangkutan.

    F. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam SPM

    1. Penyajian SPM2. Kesesuaian SPM dengan perkembangan kebutuhan dan

    kemampuan Satker

    3. Rencana Pencapaian SPM4. Indikator Pelayanan5. Adanya tandatangan pimpinan Satker dan Menteri terkait

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    14/38

    10

    G. Standar Pelayanan Minimal (SPM) BLU (Badan Layanan Umum)

    Sebagai salah satu lembaga pelayanan kepada masyarakat umum, BLU

    perlu menetapkan standar pelayanan minimal (SPM).

    1. Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitaspelayanan umum yang diberikan oleh BLU, kepala daerah

    menetapkan standar pelayanan minimal BLU dengan peraturan

    kepala daerah.

    2. Standar pelayanan minimal, dapat diusulkan oleh pemimpin BLU.3. Standar pelayanan minimal, harus mempertimbangkan kualitas

    layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan

    untuk mendapatkan layanan.

    4. Standar pelayanan minimal harus memenuhi persyaratan :a. Fokus pada jenis pelayanan; Mengutamakan kegiatan

    pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU.

    b. Terukur; Merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilaisesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

    c. Dapat dicapai; Merupakan kegiatan nyata, dapat dihitungtingkat pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat

    pemanfaatannya.

    d. Relevan dan dapat diandalkan; merupakan kegiatan yangsejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas

    dan fungsi BLU.

    e. Tepat waktu. Merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatanpelayanan yang telah ditetapkan.

    Dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat, diperlukan

    biaya operasional maupun non operasional, oleh karena itu BLU

    diperbolehkan memungut biaya tersebut kepada penerima layanan,

    dengan ketentuan sebagai berikut :

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    15/38

    11

    1. BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalanatas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan.

    2. Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan, ditetapkan dalambentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per

    unit layanan atau hasil perinvestasi dana.

    3. Tarif, termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana danuntuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.

    4. Tarif layanan, dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenislayanan BLU yang bersangkutan.

    H. Masalah Dalam Kualitas Dan Pelayanan Pendidikan

    a) Lemahnya sistem pendidikan serta pelayanan dalam kegiatanbelajar mengajar

    Sistem pendidikan di Indonesia sangat lemah dalam proses belajar

    mengajar, ini bisa dilihat adanya pergantian mentri maka berganti

    pula sistem pendidikan yang diterapakan. Tidak bakunya standar

    pendidikan kita juga menyebabkan ketidapastian dalam usaha

    peningkatan kualitas pendidikan. Bahkan untuk menetapkan

    standar kelulusan pun Indonesia masih sering kebingungan. Tidak

    hanya sekedar masalah kurikulum, kualitas pengajar pun bisa

    dibilang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya. Kebanyakan

    para guru yang ditugaskan oleh tiap sekolah untuk memberikan

    transfer ilmu seperti kebingungan dalam mengajar. Entah karena

    bingung dengan standar pendidikan yang selalu berubah atau

    karena memang tidak ahli dalam bidang yang diajarkan.

    b) Kinerja Tenaga Kependidikan belum maksimalBerbeda dengan kebanyakan negara, Indonesia memperbolehkan

    semua lulusan institusi pendidikan keguruan menjadi tenaga

    pengajar, tanpa perlu melewati ujian dalam hal kesiapan untuk

    memberikan ilmu pengetahuan dan keahlian mereka pada kondisi

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    16/38

    12

    sekolah yang beragam. Pada waktu yang sama terdapat kesulitan

    untuk memberhentikan tenaga pengajar yang tidak mampu

    mengajar. Saat ini, dari sekitar 2,7 juta guru ada 1,7 yang belum

    terkualifikasi sarjana atau diploma 4. Dari jumlah itu, 1 juta guru

    mengajar di Sekolah Dasar dan 173 ribu mengajar di Madrasah

    Ibtidaiyah. Sebanyak 723 ribu guru yang belum terkualifikasi

    berstatus guru swasta. Ini yang membuat kualitas pendidikan

    menjadi rendah.

    c) Kualitas pelayanan pendidikan pun bisa sangat memprihatinkanMasih banyaknya bangunan sekolah yang sangat buruk kondisinya.

    Sekolah- sekolah yang beratapkan langit pun sering kita temui.

    Lantainya pun terbuat langsung dari tanah, serta tidak cukupnya

    buku-buku yang seharusnya didapatkan oleh setiap siswa. Belum

    lagi mahalnya biaya sekolah dan kuliah yang menyebabkan banyak

    orangtua yang enggan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

    Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan merupakan hak bagi

    seluruh warga negara Indonesia. Inilah realita yang dialami dunia

    pendidikan di Indonesia.

    I. Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Meningkatkan KualitasPendidikan

    Sejumlah permasalahan dalam pendidikan menunjukkan perlunya

    suatu agenda reformasi yang didorong oleh keinginan untukmeningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Peningkatan

    kualitas pendidikan ini dapat dilakukan melalui :

    1. Menerapkan manajemen berbasis sekolahDiharapkan sekolah serta masyarakat dapat ikut berkontribusi

    dalam peningkatan mutu pendidikan dasar secara signifikan.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    17/38

    13

    Peningkatan manajemen berbasis sekolah dapat ditempuh dengan

    cara:

    a) Persiapkan tenaga pengajar yang lebih baik dalam mengelolasekolah.

    Bangun dan kembangkan program pelatihan yang efektif dalam

    perencanaan dan pembuatan anggaran, pengelolaan keuangan,

    membuat suatu penilaian dan strategi komunikasi bagi kepala

    sekolah dan anggota komite sekolah.

    b) Menciptakan hibah pendidikan yang pro-orang miskin untukproyek-proyek yang didasarkan atas insiatif sekolah dan

    masyarakat.

    Beberapa hibah dapat merangsang munculnya inovasi serta

    percobaan dalam mencari sistem pendidikan yang baik, terutama

    dengan maksud untuk mengurangi ketimpangan yang terjadi di

    daerah miskin. Bantuan khusus amat dibutuhkan bagi sekolah-

    sekolah dengan kualitas yang masih dibawah standar minimal.

    2. Membangun jaminan kualitas dan sistem pengawasan secaranasional

    Sistem pelaporan informasi pendidikan dengan cara lama yang

    sentralistis telah berakhir. Sistem tersebut harus digantikan dengan

    mekanisme yang lebih ditentukan oleh kebutuhan akan informasi

    dan kemampuan daerah, sistem itu juga harus dapat melayanikebutuhan manajemen di setiap jenjang pendidikan serta

    menekankan standar kecakapan dan akuntabilitas. Pada tingkat

    sekolah, informasi pendidikan merupakan alat untuk mengevaluasi

    pemahaman murid dalam mata pelajaran tertentu, dan informasi ini

    juga berperan sebagai alat komunikasi mengenai kebutuhan serta

    keberhasilan yang telah dicapai oleh sekolah kepada orang tua

    maupun kepada komunitas sekolah pada umumnya.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    18/38

    14

    3. Meningkatkan kualitas pengajaran melalui reformasi jenjang karirguru

    Tenaga pengajar merupakan media utama dimana melalui mereka

    murid-murid belajar dan alokasi dana untuk gaji guru memakan

    sebagian besar anggaran publik. Para tenaga pengajar di Indonesia

    sepakat mengenai perlunya kebutuhan untuk mereformasi profesi

    guru. Reformasi ini dapat ditempuh melalui :

    a. Memperkenalkan sistem akreditasi yang transparan.Sistem akreditasi ini harus mencakup program pelatihan

    sebelum mengajar selama dua tahun ke depan. Seluruh proses

    akreditasi tersebut diselesaikan dalam waktu 4 tahun ke depan.

    Berbagai program pelatihan tersebut juga diharuskan untuk

    mendapatkan akreditasi ulang setiap lima tahun sekali.

    Kemudian publikasikan secara lebih luas hasil dari proses

    akreditasi tersebut, termasuk hasil dari akreditasi ulang. Untuk

    mendukung sistem akreditasi ini, pihak pemerintahan daerah

    serta pihak sekolah diharapakan agar mempekerjakan tenaga

    pengajar yang hanya berasal dari program yang telah

    terakreditasi.

    b. Tempatkan dan promosikan guru berdasarkan kualitas.Mengentikan praktek pembelian posisi guru dan gantikandengan menciptakan suatu ujian praktek dan proses sertifikasi

    untuk para guru di tingkat nasional, kemudian kemukakan

    secara terbuka proses pendaftaran serta seleksinya.

    Publikasikan hasil ujian praktek guru tersebut kepada media

    massa. Para guru juga dituntut untuk selalu memperbarui

    sertifikat mereka secara periodik dalam rangka promosi

    jabatan.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    19/38

    15

    c. Memulai program pengembangan untuk seluruh jenjang karirbagi guru dan kepala sekolah.

    Program tersebut harus meliputi persiapan pra-mengajar,

    kemudian penempatan mengajar dan terakhir pengembangan

    profesi yang berkelanjutan.

    d. Meningkatkan kesejateraan guruPemerintah harus memperhatikan kesejahteraan guru, kita bias

    melihat banyak guru yang berpenghasilan rendah namun tidak

    sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan dalam proses

    belajar mengajar.

    4. Restrukturisasi peran departemen pendidikanSebagai bagian dari pergantian pemerintahan, departemen

    pendidikan dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan

    transformasi di masa yang akan datang. Tugas utama

    kementrian pendidikan di era desentralisasi bukan lagi

    memberikan pelayanan pendidikan secara langsung. Tugas

    kementrian harus meliputi pembuatan kebijakan, mengatur

    standar pendidikan, mengukur performa, pemberdayaan unit-

    unit pendidikan yang telah didesentralisasi untuk mencapai

    standar kualitas, merangsang inovasi serta memperluas

    pembelajaran melalui eksperimen, dan memberikan perhatian

    besar pada ketimpangan pendidikan diantara daerah yang kayadengan miskin serta fokus pada ketidakmampuan daerah

    miskin untuk menyediakan pendidikan dengan kualitas yang

    mencukupi. Lembaga yang sentralistis serta birokrasi yang

    besar sudah tidak dibutuhkan lagi untuk menyelesaikan

    tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Pada

    kenyataannya, hal itu malah akan menghambat pembangunan.

    Penetapan sistem pendidikan yang baku serta tidak harus

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    20/38

    16

    berubah pada setiap pergantian menteri harus bisa menjadi

    target pemerintah. Hal ini bisa memberikan kepastian bagi

    setiap pengajar dan sekolah.

    J. Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan RI tentangStandar Pelayanan Minimal (SPM)

    1. Pasal 3

    a) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Sekolah Dasar(SD)/ Madrasah

    Ibtidaiyah (MI) terdiri atas :

    a. 95 % anak dalam kelompok usia 7-12 tahun bersekolah diSD/MI.

    b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 % dari jumlahsis-wa yang bersekolah.

    c. 90 % sekolah memiliki sarana dan prasarana minimalsesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara

    nasional.

    d. 90 % dari jumlah guru SD yang diperlukan terpenuhi.e. 90 % guru SD/MI memiliki kualifikasi sesuai dengan

    kompe-tensi yang ditetapkan secara nasional .

    f. 95 % siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiapmata pelajaran.

    g. Jumlah siswa SD/MI per kelas antara 3040 siswa.h. 90 % dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu

    pendidikan standar nasional mencapai nilai memuaskan

    dalam mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung

    untuk kelas III dan mata pelajaran bahasa, matematika, IPA

    dan IPS untuk kelas V.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    21/38

    17

    i. 95 % dari lulusan SD melanjutkan ke Sekolah MenengahPertama

    (SMP)/Madrasah Tsana-wiyah (MTs).

    b) SPM Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah

    (MTs) terdiri atas:

    a. 90 % anak dalam kelompok usia 13 -15 tahun bersekolah diSMP/MTs.

    b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 % dari jumlahsiswa yang ber-sekolah.

    c. 90 % sekolah memiliki sarana dan prasarana minimalsesuai

    dengan standar teknis yang di-tetapkan secara nasional.

    d. 80 % sekolah memiliki tenaga kependidikan non guruuntuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non

    mengajar lainnya.

    e. 90 % dari jumlah guru SMP yang diperlukan ter-penuhi.f. 90 % guru SMP/MTs memiliki kualifikasi, sesuai dengan

    kompetensi yang ditetapkan secara nasional.

    g. 100 % siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiapmata

    pelajaran.

    h.

    Jumlah siswa SMP/MTs per kelas antara 3040 siswa.i. 90 % dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu

    pendidikan standar nasional mencapai nilai memuaskan

    dalam mata pelajaran

    Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan

    IPS di kelas I

    dan II.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    22/38

    18

    j. 70 % dari lulusan SMP/ MTs melanjutkan ke SekolahMenengah

    Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Sekolah Menengah

    Kejuruan

    (SMK).

    2. Pasal 4a. SPM Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah

    Aliyah (MA) terdiri atas :

    a. 60 % anak dalam kelompok usia 16-18 tahun bersekolah diSMA/MA dan SMK;

    b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 % dari jumlahsiswa yang ber-sekolah.

    c. 90 % sekolah memiliki sarana dan prasarana minimalsesuai dengan standar teknis yang ditetap-kan secara

    nasional.

    d. 80 % sekolah memiliki tenaga kependidikan non guruuntuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non

    mengajar lainnya.

    e. 90 % dari jumlah guru SMA/MA yang diperlukanterpenuhi.

    f. 90 % guru SMA/MA memiliki kualifikasi sesuai dengankompetensi yang ditetapkan secara nasional.

    g. 100 % siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiapmata pelajaran.

    h. Jumlah siswa SMA/MA per kelas antara 3040 siswa.i. 90 % dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu standar

    nasional mencapai nilai memuaskan dalam mata

    pelajaran bahasa Inggris, Geografi, Matematika Dasar

    untuk kelas I dan II

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    23/38

    19

    j. 25 % dari lulusan SMA/ MA melanjutkan ke perguruantinggi yang ter-akreditasi.

    b. SPM Pendidikan SMK terdiri atas :a. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 % dari jumlah

    siswa yang ber-sekolah.

    b. 90 % sekolah memiliki sarana dan prasarana minimalsesuai dengan standar teknis yang di-tetapkan secara

    nasional.

    c. 80 % sekolah memiliki tenaga kependidikan non guruuntuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non

    mengajar lainnya.

    d. 90 % dari jumlah guru SMK yang diperlukan ter-penuhi.e. 90 % guru SMK memiliki kualifikasi sesuai dengan

    kompetensi yang ditetapkan secara nasional.

    f. 100 % siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiapmata pelajaran.

    g. Jumlah siswa SMK perkelas antara 3040 siswa.h. 20 % dari lulusan SMK melanjutkan ke Perguruan Tinggi

    yang terakreditasi.

    i. 20 % dari lulusan SMK diterima di dunia kerja sesuaidengan keahliannya.

    3. Pasal 5 (Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Non Formal)a) SPM pendidikan keaksaraan terdiri atas :

    a. Semua penduduk usia pro-duktif (15-44 tahun) bisamembaca dan menulis.

    b. Jumlah orang buta aksara dalam kelompok usia 15-44tahun tidak

    melebihi 7 %.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    24/38

    20

    c. Jumlah orang buta aksara dalam kelompok usia di atas44 tahun tidak melebihi 30 %.

    d. Tersedianya data dasar keaksaraan yang diperbaruisecara terus menerus.

    b) SPM kesetaraan Sekolah Dasar (SD) terdiri atas :a. Sebanyak 85 % dari jumlah penduduk usia sekolah

    yang belum bersekolah di SD/MI menjadi peserta didik

    Program Paket A.

    b. Peserta didik program paket A yang tidak aktif tidakmelebihi 10 %

    c. Sebanyak 100 % peserta didik memiliki modul ProgramPaket A.

    d. Sejumlah 95 % peserta didik yang mengikuti ujian akhirProgram Paket A lulus ujian kesetaraan.

    e. Sejumlah 95 % lulusan Program Paket A dapat melan-jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMP,

    MTs, atau Program Paket B).

    f. Sejumlah 90 % peserta didik yang mengikuti uji sampelmutu pendidikan men-dapat nilai memuaskan.

    g. Sejumlah 100 % dari tutor Program Paket A yangdiperlukan terpenuhi.

    h. Sebanyak 90 % tutor Program Paket A memilikikualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang

    ditetapkan secara nasional.

    i. Sejumlah 90 % pusat kegiatan belajar masyarakatmemiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan

    standar teknis pembelajaran.

    j. Sebanyak 100 % peserta didik memiliki sarana belajar.k. Tersedianya data dasar kesetaraan sekolah dasar yang

    diperbarui secara terus menerus.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    25/38

    21

    c) SPM Kesetaraan Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiriatas :

    a. Sebanyak 90 % dari jumlah penduduk usia sekolahyang belum bersekolah di SMP/MTs menjadi peserta

    didik Program Paket B.

    b. Peserta didik Program Paket B yang tidak aktif tidakmelebihi 10 %.

    c. Sebanyak 100 % peserta didik memiliki modul ProgramPaket B.

    d. Sejumlah 80 % peserta didik yang mengikuti ujian akhirProgram

    Paket B lulus ujian kesetaraan.

    e. Sejumlah 50 % lulusan Program Paket B dapatmemasuki dunia kerja.

    f. Sejumlah 50 % lulusan Program Paket B dapat me-lanjutkan ke

    jenjang pen-didikan yang lebih tinggi (SMA, SMK,

    MA, atau Program

    Paket C).

    g. Sejumlah 90 % peserta didik Program Paket B yangmengikuti uji sampel mutu pendidikan mendapat nilai

    memuaskan.

    h. Sejumlah 100 % tutor Program Paket B yang di-perlukan terpenuhi.

    i. Sebanyak 90 % tutor Program Paket B memilikikualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang

    ditetapkan secara nasional.

    j. Sejumlah 90 % pusat kegiatan belajar masyarakatmemiliki sarana

    dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis

    pembelajaran.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    26/38

    22

    k. Tersedianya data dasar ke-setaraan Sekolah MenengahPertama (SMP)

    yang di-perbarui secara terus menerus.

    d) SPM Kesetaraan Sekolah Menengah Atas (SMA) terdiriatas:

    a. Sebanyak 70 % dari jumlah penduduk usia sekolahyang belum bersekolah di SMA/MA, SMK menjadi pe-

    serta didik Program Paket C.

    b. Peserta didik Program Paket C yang tidak aktif tidakmelebihi 5 %.

    c. Sebanyak 60 % peserta didik memiliki modul ProgramPaket C.

    d. Sejumlah 80 % peserta didik yang mengikuti ujian akhirProgram Paket C lulus ujian kesetaraan.

    e. Sejumlah 60 % lulusan Program Paket C dapatmemasuki dunia kerja.

    f. Sejumlah 10 % lulusan Program Paket C dapat me-lanjutkan ke jenjang pendidik- an yang lebih tinggi.

    g. Sejumlah 90 % peserta didik Program Paket C yangmengikuti uji sampel mutu pendidikan mendapat nilai

    memuaskan.

    h. Sejumlah 100 % tutor Program Paket C yang di-perlukan terpenuhi.

    i. Sebanyak 90 % tutor Program Paket C memilikikualifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang

    ditetapkan secara nasional.

    j. Sejumlah 90 % pusat kegiatan belajar masyarakatmemiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan

    standar teknis pembelajaran.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    27/38

    23

    k. Tersedianya data dasar ke-setaraan Sekolah MenengahAtas (SMA)

    yang diperbarui secara terus menerus.

    e) SPM Pendidikan Keterampilan dan Bermata pencaharianterdiri atas:

    a. Sebanyak 25 % anggota masyarakat putus sekolah,pengangguran, dan dari keluarga pra sejahtera menjadi

    peserta didik dalam

    kursus-kursus/pelatihan/kelompok be lajar

    usaha/magang.

    b. Sebanyak 100 % lembaga kursus memiliki ijin ope-rasional dari pemerintah atau pemerintah daerah.

    c. 25 % lembaga kursus dan lembaga pelatihan ter-akreditasi.

    d. Sebanyak 100 % kursus/ pelatihan/kelompok belajarusaha/magang dibina secara terus menerus.

    e. Sejumlah 90 % lulusan kursus, pelatihan, magang,kelompok

    belajar usaha dapat memasuki dunia kerja.

    f. Sejumlah 100 % tenaga pendidik, instruktur, ataupenguji praktek kursus-kursus/ pelatihan/kelompok

    belajar usaha/magang yang diperlu-

    kan terpenuhi.

    g. Sebanyak 90 % tenaga pendidik, instruktur, ataupenguji praktek kursus/ pelatihan/kelompok belajar

    usaha/magang memiliki kualifikasi

    sesuai dengan standar kompetensi yang di-persyaratkan.

    h. Sejumlah 75 % peserta ujian kursus-kursus memperolehijazah atau sertifikat.

    i. Sejumlah 90 % kursus-kursus/pelatihan/kelompokbelajar

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    28/38

    24

    usaha/magang memiliki sarana dan prasarana minimal

    sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan.

    j. Tersedianya data dasar kursuskursus/pelatihan/kelompok belajar usaha/magang yang

    diperbarui secara terus menerus.

    f) SPM Pendidikan Taman Kanak-kanak terdiri atas :a. 20 % jumlah anak usia 4-6 tahun mengikuti program

    TK/RA.

    b. 90 % guru layak mendidik TK/RA dengan kualifikasise-suai dengan standar kom-petensi yang ditetapkan se-

    cara nasional.

    c. 90 % TK/RA memiliki sarana dan prasarana belajar/bermain.

    d. 60 % TK/RA menerapkan manajemen berbasis sekolahsesuai

    dengan manual yang ditetapkan oleh Menteri.

    g) SPM Pendidikan pada Taman Penitipan Anak, KelompokBermain atau yang sederajat terdiri atas :

    a. 65 % anak dalam kelompok 04 tahun meng-ikutikegiatan Tempat

    Penitipan Anak, Kelompok Bermain atau yang

    sederajat.

    b. 50 % jumlah anak usia 4-6 tahun yang belum ter-layanipada program PAUD jalur formal mengikuti program

    PAUD jalur non formal.

    c. 50 % guru PAUD jalur non formal telah mengikutipelatihan di bidang PAUD.

    4. Pasal 6 (Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Kepemudaan)

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    29/38

    25

    a) SPM Pendidikan Kepemudaan terdiri atas :a. Tersedianya 5 program ke- pemudaan oleh lembaga

    kepemudaan untuk meningkatkan kapasitas kemampuan

    pemuda di bidang kewirausahaan, kepemim-pinan,

    wawasan kebangsaan, kebudayaan dan, pendidikan.

    b. Partisipasi pemuda dalam kegiatan pembangunan,pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan,

    kesehatan, social ekonomi, dan kemasyarakatan

    meningkat 5 % setiap tahun.

    c. Angka pengangguran pemuda menurun 5 % setiaptahun.

    5. Pasal 7 (Standar Pelayanan Minimal Pendidikan KegiatanPendidikan Olah Raga)

    a) SPM Olahraga Pendidikan, Masyarakat dan Prestasi terdiriatas:

    a. 65 % jumlah siswa yang mengikuti kegiatan cabangolahraga yang beragam di luar mata pelajaran olahraga

    di sekolah.

    b. 100 % terbukanya kesempatan bagi siswa untukberpartisipasi dan berkreasi dalam pendidikan jasmani

    yang tertuang dalam kurikulum.

    c. 70 % siswa yang memiliki tingkat kebugaran yang baik.d. 15 Klub Olahraga Pelajar yang dibina di wilayah

    kabupaten/kota.

    e. 10 siswa per satuan pendidikan yang terpilih mengikutiPOPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) tingkat

    provinsi.

    f. Satu lapangan terbuka dapat digunakan 5 sekolah.g. 1 orang guru pendidikan jasmani mengajar 9

    rombongan belajar.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    30/38

    26

    h. 75 % peralatan olahraga telah sesuai dengan cabangolahraga.

    i. Berfungsinya BAPOPSI (Badan Pembina OlahragaPelajar Seluruh Indonesia) di Kabupaten/Kota.

    j. 7 cabang olahraga yang di kompetisikan secara teraturminimal setiap dua tahun sekali.

    k. 80 % berfungsinya Komite Olahraga Nasional Daerah(KONIDA) tingkat Kabupaten/ Kota.

    K. Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Di IndonesiaStandar pelayanan minimal sebagai sebuah kebijakan memiliki

    kedudukan yang kuat dan bersifat spesifik mengingat konsekuensi

    hukum yang disandangnya karena bersifat mengikat seluruh

    penyelenggara negara dan masyarakat, baik secara individual maupun

    kelompok. Sebagai sebuah kebijakan, standar pelayanan minimal

    selalu didukung oleh peraturan perundang-undangan yang merupakan

    dasar hukum pemberlakuannya dan memiliki arti yang spesifik sesuai

    dengan pemaknaan istilah yang digunakan sesuai dasar hukumnya. 7

    Di Indonesia, kebijakan standar pelayanan minimal (SPM) secara

    nasional muncul dalam upaya pelaksanaan UU No. 22/1999 tentang

    Pemerintahan Daerah, yaitu termaktub dalam Peraturan Pemerintah

    Nomor 25 Tahun 200011 tentang Kewenangan Pemerintah dan

    Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom pada Penjelasan Pasal

    3 ayat (2). Secara lebih tegas kebijakan SPM mulai efektif

    diberlakukan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

    100/757/OTDA/2002 yang ditujukan kepada Gubernur dan

    Bupati/Walikota se-Indonesia mengenai Pelaksanaan Kewenangan

    Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pertimbangan yang

    dikemukakan dalam pemberlakuan SPM antara lain adalah: Pertama,

    Terwujudnya dengan segera penyelenggaraan kewenangan wajib dan

    penentuan serta penggunaan standar pelayanan minimal dalam rangka

    mendorong penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah;

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    31/38

    27

    Kedua, penyelenggaraan kewenangan wajib merupakan penyediaan

    pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan

    minimal (SPM) sebagai tolok ukur yang ditentukan oleh Pemerintah;

    Ketiga, dalam pemantauan penyelenggaraan SPM banyak ditemukan

    permasalahan yang bervariasi baik di Pusat, Provinsi maupun

    Kabupaten/Kota. Kebanyakan Daerah belum melaksanakan SPM

    karena merupakan hal baru, dan konsep SPM belum lengkap sehingga

    sulit untuk diterapkan. Namun di sisi lain SPM harus diterapkan

    secara tepat karena berdampak terhadap penyelenggaraan

    pemerintahan di Daerah baik dari segi perencanaan dan pembiayaan

    maupun pertanggungjawaban. Pendidikan dan Kesehatan, namun

    beberapa instansi pemerintah telah menyusun standar pelayanan

    minimal sebagai respon dari PP No. 25/2000, seperti Departemen

    Pemukiman dan Prasarana Wilayah mengenai Pedoman Penentuan

    Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan

    Pemukiman dan Pekerjaan Umum berdasarkan Keputusan Menteri

    Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001. Hal

    ini seperti disinggung dalam SE Mendagri No. 100/757/OTDA/2002

    yang dalam pertimbangannya menyatakan bahwa Untuk itu

    Pemerintah, dalam hal ini Departemen/LPND telah menerbitkan

    Pedoman Standar Pelayanan Minimal (PSPM).

    Dalam kurun waktu tiga tahun selanjutnya, beberapa instansi

    pemerintah dan beberapa pemerintah daerah melaksanakan kegiatan

    penyusunan SPM berdasarkan SE Mendagri tersebut. Namun sebelumkebijakan SPM tersebut berlaku secara efektif, UU No. 22/1999 yang

    menjadi cantholan kebijakan SPM telah diganti dengan UU No.

    32/2004. Satu tahun kemudian tepatnya tanggal 28 Desember 2005

    telah diterbitkan ketentuan baru mengenai SPM berdasarkan PP No.

    65 Tahun 2005 mengenai Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan

    Minimal yang agak berbeda dengan kebijakan SPM sebelumnya.

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    32/38

    28

    Perbedaan yang mendasar dari kedua kebijakan SPM tersebut adalah

    sebagai berikut:

    a. Pertama, dalam kebijakan SPM berdasarkan PP No. 65/2005, SPMdiartikan sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar

    yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap

    warga negara secara minimal, sedangkan menurut SE Mendagri

    No. 100/757/OTDA/2002, SPM diartikan sebagai tolok ukur untuk

    mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang

    berkaitan 9 dengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Dengan

    demikian pengertian SPM berdasarkan PP No. 65/2005 lebih tegas

    menyebutkan jenis dan mutu pelayanan dasar sebagai tolok ukur

    kinerja penyelenggaraan urusan wajib daerah (kewenangan wajib

    daerah) dan secara eskplisit menyebutkan arti kata minimal dari

    sudut pandang rakyat dengan klausul yang berhak diperoleh setiap

    warga secara minimal.

    b. Kedua, dalam kebijakan SPM berdasarkan PP No. 65/2005, SPMhanya untuk Urusan Wajib Pemerintah yang menjadi tanggung

    jawab Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) dan urusan

    pilihan tidak menggunakan SPM tetapi standar kinerja, sedangkan

    pada kebijakan SPM berdasarkan SE Mendagri No.

    100/757/OTDA/2002, SPM ditujukan untuk Kewenangan Wajib

    dan tidak dikenal istilah Kewenangan Pilihan (kewenangan =

    urusan pemerintahan) ; Ketiga, dalam ketentuan SPM yang baru

    (2005) hanya dikenal SPM Nasional yang disusun oleh

    Departemen Teknis/LPND dan tidak dikenal tingkatan SPMseperti: SPM Nasional yang disusun Departemen Teknis/LPND,

    SPM Provinsi yang disusun oleh Pemerintah Provinsi dan SPM

    Kabupaten/Kota yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

    seperti pada kebijakan sebelumnya; Keempat, dalam ketentuan

    SPM yang sebelumnya Daerah mendapat tugas untuk menyusun

    SPM sesuai dengan kondisi riil, potensi dan kemampuan yang

    dimilikinya. Pada kebijakan yang baru, Daerah hanya memiliki

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    33/38

    29

    tugas untuk menerapkan SPM dengan menyusun rencana

    pencapaian SPM berdasarkan SPM yang disusun oleh departemen

    teknis/LPND yang telah mendapatkan rekomendasi dari DPOD

    (Dewan Pertimbangan otonomi Daerah) dan telah dikonsultasikan

    dengan Tim Konsultasi SPM;Kelima, dalam ketentuan SPM tahun

    2005, kegiatan pembinaan dan pengawasan yang berupa kegiatan

    monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang, yaitu:

    Pemerintah (Menteri/Pimpinan LPND) melakukan monitoring dan

    evaluasi terhadap penerapan SPM oleh Pemerintah Propinsi dan

    Pemerintah Propinsi melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

    penerapan SPM oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sedangkan pada

    kebijakan SPM sebelumnya kegiatan monitoring dan evaluasi

    dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di Daerah

    terhadap pelaksanaan SPM oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

    Hal yang perlu dicatat dalam Kebijakan SPM berdasarkan PP No.

    65/2005 adalah sebagai berikut:Pertama, semua peraturan perundang-

    undangan yang berkaitan dengan SPM dan tidak sesuai lagi dengan PP

    No. 65/2005 wajib diadakan penyesuaian paling lambat dalam waktu 2

    (dua) tahun sejak ditetapkannya PP ini yaitu tanggal 28 Desember

    2007; Kedua, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-

    Departemen menyusun SPM yang ditetapkan dengan Peraturan

    Menteri yang bersangkutan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) tahun

    sejak PP ini berlaku yaitu tanggal 28 Desember 2008.

    Untuk memenuhi ketentuan tersebut di atas maka pada tanggal 7

    Februari 2007 diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 6

    Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan

    Standar Pelayanan Minimal. Peraturan Menteri Dalam Negeri ini

    mengatur mengenai empat hal pokok mengenai penyusunan dan

    penetapan SPM yang meliputi: (a) jenis pelayanan dasar yang

    berpedoman pada SPM; (b) Indikator dan nilai SPM; (c) Batas waktu

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    34/38

    30

    perencanaan SPM, dan (d); Pengorganisasian Penyelenggaraan SPM.

    Adapun keempat ruang lingkup pengaturan tersebut meliputi hal-hal

    sebagai berikut:

    Pertama, Jenis pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM mengacu

    pada kriteria:

    a) Jenis pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM merupakanbagian dari pelaksanaan urusan wajib daerah;

    b) Pelayanan dasar yang di-SPM-kan merupakan pelayanan yangsangat mendasar yang berhak diperoleh setiap warga secaraminimal sehingga dijamin ketersediaannya oleh konstitusi, rencana

    jangka panjang nasional, dan konvensi internasional yang sudah

    diratifikasi, tanpa memandang latar belakang pendapatan, sosial,

    ekonomi, dan politik warga;

    c) Penyelenggaraan pelayanan dasar tersebut didukung dengan datadan informasi terbaru yang Iengkap secara nasional serta latar

    belakang pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam

    penyelenggaraan pelayanan dasar dengan berbagai implikasinya,

    termasuk implikasi kelembagaan dan pembiayaannya;

    d) Pelayanan dasar yang di-SPM-kan terutama yang tidakmenghasilkan keuntungan materi.

    Berdasarkan kriteria di atas maka jenis pelayanan yang berpedoman

    pada SPM dapat ditentukan dengan melakukan analisis terhadap

    bidang urusan wajib sesuai UU No. 32/2005 tentang Pemerintahan

    Daerah, Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan

    Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, dan Peraturan Pemerintah

    No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

    Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    35/38

    31

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    36/38

    32

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :

    1. SPM merupakan standar minimal pelayanan publik yang harusdisediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Adanya

    SPM akan menjamin minimal pelayanan yang berhak diperoleh

    masyarakat dari pemerintah.

    2. Pelayanan yang bermutu/berkualitas adalah pelayanan yangberbasis masyarakat, melibatkan masyarakat dan dapat diperbaiki

    secara terus menerus.

    3. SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departementeknis, sedangkan pedoman penyusunan SPM ditetapkan oleh

    Menteri Dalam Negeri sesuai dengan penjelasan Undang-Undang

    Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167 (3).

    4. Prinsip-prinsip penyusunan dan penetapan SPM yaitu Konsensus,nyata, terukur, terbuka, terjangkau, akuntabel, dan bertahap.

    5. Syarat yang harus dipenuhi SPM yaitu focus pada jenis pelayanan,terukur, dapat dicapai, relevan dan dapat diandalkan, dan tepatwaktu.

    6. Masalah mengenai pelayanan pendidikan yang ada di Indonesiayaitu lemahnya sistem pendidikan serta pelayanan dalam kegiatan

    belajar mengajar, kinerja tenaga kependidikan belum maksimal

    dan kualitas pelayanan pendidikan yang sangat memprihatinkan

    7. Solusi mengenai permasalah pelayanan pendidikan yang ada yaitumenerapkan manajemen berbasis sekolah, membangun jaminan

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    37/38

    33

    kualitas dan sistem pengawasan secara nasional, dan meningkatkan

    kualitas pengajaran melalui reformasi jenjang karir guru

  • 5/24/2018 Makalah Standar Pelayanan Minimum Fix

    38/38

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/09/standar-pelayanan-minimal.html

    http://noer-visioner.blogspot.com/2012/03/masalah-dalam-kualitas-dan-

    pelayanan.html

    http://www.dindikptk.net/news.php?readmore=42

    http://myfortuner.wordpress.com/2013/03/10/standar-pelayanan-minimal-

    pendidikan/

    http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/11/standar-pelayanan-minimal-

    pendidikan-dasar/

    http://aulakehidupan.blogspot.com/2013/04/standar-pelayanan-minimal.html

    http://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=11

    91:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-

    skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489

    http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/09/standar-pelayanan-minimal.htmlhttp://noer-visioner.blogspot.com/2012/03/masalah-dalam-kualitas-dan-pelayanan.htmlhttp://noer-visioner.blogspot.com/2012/03/masalah-dalam-kualitas-dan-pelayanan.htmlhttp://www.dindikptk.net/news.php?readmore=42http://myfortuner.wordpress.com/2013/03/10/standar-pelayanan-minimal-pendidikan/http://myfortuner.wordpress.com/2013/03/10/standar-pelayanan-minimal-pendidikan/http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/11/standar-pelayanan-minimal-pendidikan-dasar/http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/11/standar-pelayanan-minimal-pendidikan-dasar/http://aulakehidupan.blogspot.com/2013/04/standar-pelayanan-minimal.htmlhttp://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1191:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489http://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1191:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489http://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1191:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489http://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1191:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489http://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1191:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489http://bappeda.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1191:perlunya-standar-pelayanan-minimal-spm-bagi-satuan-kerja-perangkat-daerah-skpd-provsulteng&catid=150:sekretariat&Itemid=489http://aulakehidupan.blogspot.com/2013/04/standar-pelayanan-minimal.htmlhttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/11/standar-pelayanan-minimal-pendidikan-dasar/http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/11/standar-pelayanan-minimal-pendidikan-dasar/http://myfortuner.wordpress.com/2013/03/10/standar-pelayanan-minimal-pendidikan/http://myfortuner.wordpress.com/2013/03/10/standar-pelayanan-minimal-pendidikan/http://www.dindikptk.net/news.php?readmore=42http://noer-visioner.blogspot.com/2012/03/masalah-dalam-kualitas-dan-pelayanan.htmlhttp://noer-visioner.blogspot.com/2012/03/masalah-dalam-kualitas-dan-pelayanan.htmlhttp://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/09/standar-pelayanan-minimal.html