Makalah Sosiologi Ni Luh Putu Miradiny Susan s (11010111130101)
-
Upload
nlpms-saraswati-wieratama -
Category
Documents
-
view
837 -
download
0
Transcript of Makalah Sosiologi Ni Luh Putu Miradiny Susan s (11010111130101)
TUGAS SOSIOLOGI
DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL DALAM
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Oleh:
Ni Luh Putu Miradiny Susan Saraswati
11010111130101 (D)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat di berbagai belahan dunia, mengalami perkembangan yang
makin lama makin kompleks. Kelompok sosial bukan sebagai bentuk
pengelompokkan manusia, selalu berinteraksi dan memiliki sifat tidak statis.
Berbagai kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat memiliki
perkembangan yang tidak sama.
Pada dasarnya manusia itu tidak mungkin dapat hidup sendiri. Manusia
membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik pada segi-segi fisiologi, psikologi, maupun sosiologi. Dengan
demikian, disebabkan adanya kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain,
maka dari itu terjadilah dinamika sosial. Dari situlah, tercipta kelompok-
kelompok sosial yang masing-masing di antaranya memiliki kepentingan dan
kebutuhan yang berbeda-beda. Tentu saja berujung pada tumbuhnya persaingan,
lahir kompetisi, saling adu strategi, bahkan pada akhirnya muncul pula sikap-
sikap saling mendominasi atau saling menguasai di antara kelompok-kelompok
masyarakat itu sendiri.
Dalam perkembangan kelompok sosial, Kelompok sosial bukan
merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok sosial selalu mengalami
perkembangan atau perubahan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil
daripada kelompok lainnya. Strukturnya tidak banyak mengalami perubahan
yang mencolok. Namun, adapula kelompok sosial yang mengalami perubahan
yang cepat, walaupun tidak ada pengaruh dari luar. Maka dari itu untuk
memahami perkembangan dan perubahan kelompok sosial dalam masyarakat,
perlu kiranya dipelajari dinamika kelompok sosial.
1.2 Perumusan masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika sosial
dalam masyarakat multikultural ?
2. Bagaimanakah perkembangan dinamika kelompok-kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural tersebut ?
3. Apa saja perbedaan dinamika sosial dalam masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya. Manusia memberi reaksi
dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan
oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Untuk dapat
mengetahui lebih lanjut tentang dinamika sosial dalam masyarakat, terlebih
dahulu kita mengetahui tentang pengertian masyarakat dan pengertian dari
dinamika sosial itu sendiri.
Definisi atau pengertian Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan : masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx : masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim : masyarakat merupakan suau kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt : masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup
lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.
B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai
berikut ini :
1. Beranggotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar
anggota masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi
manusia.
KONSEP DASAR DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
1. Pengertian
Dinamika kelompok sosial dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, baik antar
anggota kelompok maupun antara anggota suatu kelompok dengan kelompok
lain.
Kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat, berupa kelompok sosial
kecil ( pertemanan dan kekerabatan ) dan kelompok sosial besar ( masyarakat
desa, kota, dan bangsa ). Kelompok sosial tersebut bersifat dinamis, dalam arti
selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan
dalam kelompok tersebut memunculkan pengaruh terhadap kehidupan
kelompok pada masa berikutnya.
2. Aspek Dinamika Kelompok Sosial
Menurut Floyd D, dinamika kelompok atau group dynamics merupakan
analisis hubungan kelompok-kelompok sosial di mana tingkah laku dalam
kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu dalam situasi
sosial tertentu. Kehidupan kelompok akan ditandai dengan pembentukan
struktur, norma, solidaritas, rasa memiliki dan internalisis.
Ruth Benedict, mengemukan pendapat bahwa aspek yang dipelajari dalam
dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut.
a. Kohesi atau Persatuan
Aspek kohesi akan nampak jelas dari tingkah laku para anggota kelompok,
misalnya proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, dan nilai-nilai
dalam kelompok.
b. Motif atau Dorongan
Aspek motif berkaitan erat dengan perhatian anggota terhadap kehidupan
kelompok, misalnya kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri
terhadap kelompok.
c. Struktur
Aspek ini nampak sekali pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan,
perbedaan kedudukan antar anggota dan pembagian tugas.
d. Pimpinan
Aspek pimpinan memiliki peran penting dalam kehidupan kelompok sosial. Hal
ini nampak dari bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, dan sistem
kepemimpinan.
e. Perkembangan Kelompok
Aspek perkembangan kelompok dapat diamati dari perubahan dalam kelompok
dan sebagainya.
Perkembangan masyarakat yang makin lama makin kompleks, mempengaruhi
keberadaan kelompok sosial yang ada. Oleh karena memiliki peran penting,
maka banyak pihak menyadari peran penting mempelajari dinamika kelompok
sosial dengan alasan sbb :
Kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap
masyarakat.
Dinamika kelompok sosial berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan
masyarakat, sehingga relevan dengan kebijakan pemerintah dalam proses
pembangunan daerah.
B. FAKTOR PENDORONG DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
Dinamika kelompok sosial dalam masyarakat menyebabkan perubahan
dan perkembangan kelompok sosial yang makin kompleks. Perkembangan
tersebut tidak lepas dari faktor pendorong yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Pendorong dari Luar
Faktor pendorong dari luar atau ekstern merupakan pengaruh dari luar yang
menyebabkan dinamisnya suatu kelompok sosial, yang meliputi berikut.
a. Perubahan Situasi Sosial
Terjadinya situasi sosial yang berubah, misalnya pembentukan kabupaten baru
atau provinsi baru, industrialisasi, ruralisasi, dan sebagainya dapat mendorong
perkembangan kelompok sosial. Misal akibat industrialisasi, pola masyarakat
paguyuban yang berdasarkan nilai kebersamaan/gotong royong bergeser
menjadi kelompok patembayan yang berpegang pada nilai individualistis.
b. Perubahan Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi masyarakat yang berubah, mendorong pula terjadinya
perubahan pada kelompok sosial. Misal perubahan dari masyarakat pedesaan
dengan segala karakterya menjadi masyarakat perkotaan yang memiliki
karakteristik yang berlainan.
c. Perubahan situasi politik
Terjadinya pergantian pemegang kekuasaan atau sekitar elite kekuasaan atau
perubahan kebijaksanaan penguasa dapat menyebabkan perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat.
2. Faktor Pendorong dari Dalam
Faktor dari dalam (intern) kelompok yang menyebabkan timbulnya dinamika
kelompok sosial adalah sebagai berikut.
a. Konflik Antar anggota Kelompok
Konfik yang terjadi antar anggota dalam kelompok sosial dapat membawa
pengaruh keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial. Akibat konflik
teersebut akan menyebabkan teerpecahnya sebuah kelompok sosial.misalnya
seseorang yang menjadi anggota kelompok sosial, karena merasa tidak cocok
dengan angggota lain (in group) maka menjadi out group dari kelompok sosial
tersebut.
b. Perbedaan kepentingan
Dasar terbentuknya kelompok sosial adalah kepentingan yang sama. Begitu
terjadi perbedaan kepentingan, maka kelangsungan hidup kelompok sosial
tersebut akan terpecah. Anggota kelompok yang merasa tidak lagi sepaham
berusaha memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham.
c. Perbedaan Paham
Perbedaan paham diantara anggota kelompok sosial dapat mempengaruhi
kelangsungan kelompok tersebut. Perbedaan paham tersebut akan berpengaruh
terhadap keberadaan kelompok sosial dalam mayarakat.
C. PERKEMBANGAN BERBAGAI KELOMPOK SOSIAL
1. Kelompok Kekerabatan
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Kelompok
keluarga dapat dijumpai dalam setiap masyarakat di dunia. Keluarga inti atau
keluarga batih terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anaknya yang belum menikah.
Keluarga inti berfungsi memberikan sosialisasi dan perlindungan kepada anak-
anak, dan mendidik mereka sampai mandiri. Dari keluarga inti berkembang
menjadi keluarga besar (extended family) yang dinamakan kelompok
kekerabatan. Dalam kekerabatan terdapat hubungan darah atau persaudaraan.
Kelompok tersebut menjadi awal terbentuknya masyarakat. Pada dasarnya
kelompok kekerabatan merupakan masyarakat homogen yang menganut nilai,
norma ataupun tingkah laku yang relatif sama, sehingga pembagian kerja
dilakukan secara sederhana berlandaskan pada tradisi dan perbedaan jenis
kelamin. Dalam kelompok kekerabatan, nilai tradisional masih dijunjung tinggi.
Kehidupan kelompok berpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipelihara
secara turun temurun. Soerjono Soekanto menyatakan, kemungkinan untuk
mengubah tradisi kebudayaan yang telah dipelihara turun temurun memang
sulit. Namun, melalui inovasi secara bertahap, perubahan dalam kelompok
kekerabatan dapat terjadi meskipun dalam waktu yang cukup lama.
2. Kelompok Okupasional
Semula kelompok okupasional terbentuk dalam masyarakat yang bersifat
homogen. Dalam masyarakat, seseorang individu kemungkinan melakukan
berbagai pekerjaan. Spesialisasi pekerjaan yang mulai tumbuh dalam
masyarakat sejalan dengan pengaruh dunia luar dan berakibat masyarakat
menjadi heterogen. Spesialisasi pekerjaan makin berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakat. Hal ini diimbangi dengan perkembangan lembaga
pendidikan sehingga menghasilkan orang yang ahli dalam ilmu tertentu
(profesional). Dalam masyarakat yang heterogen tersebut, muncul kelompok
okupasional. Kelompok okupasional merupakan kelompok anggota masyarakat
yang terdiri dari orang-orang yang ahli dan dari kalangan profesional yang
memiliki etika profesi. Misal Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), serikat buruh, Parfi, dan sebagainya.
3. Kelompok Volunteer
Berkembangnya sarana komunikasi secara luas dan cepat menyebabkan tidak
ada masyarakat yang benar-benar tertutup terhadap dunia luar. Heterogenitas
masyarakat semakin luas. Makin berkembangnya masyarakat berakibat tidak
semua kebutuhan anggota masyarakat dapat terpenuhi. Oleh karena itu muncul
lah kelompok volunteer.
Kelompok volunteer terdiri atas individu yang memiliki kepentingan yang
sama, tetapi tidak mendapat perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya
jangkauannya. Kelompok volunter berusaha memenuhi kebutuhan anggotanya
secara mandiri tanpa mengganggu kepentingan masyarakat umum. Kelompok
volunter dapat berkembang menjadi kelompok yang mantap karena diakui
keberadaannya oleh masyarakat umum. Misalnya lembaga pemantau pemilu di
Indonesia, lembaga quick count pemilu, dan sebagainya.
4. Masyarakat Pedesaan
5. Masyarakat Perkotaan
PERBEDAAN DINAMIKA MASYARAKAT PEDESAAN
Masyarakat Pedesaan
a. Pengertian
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang sebagian
besar/keseluruhan aktivitasnya berkaitan erat dengan tradisi, baik yang
berkaitan dengan religi maupun nonreligi. Masyarakat tradisional pada
umumnya hidup di pedesaan, sehingga dapat diidentikkan dengan
masyarakat pedesaan.
H. Landis mengemukan desa dari aspek statistik, psikologi sosial, dan
ekonomi. Dari statistik, pedesaan adalah tempat dengan penduduk kurang
dari 2.500 orang. Psikologi sosial, pedesaan adalah daerah di mana
pergaulannya ditandai dengan derajat intemasi/ keakrabannya yang sangat
tinggi. Sedangkan kota adalah tempat di mana hubungan sesama individu
sangat impersonal/longer. Aspek ekonomi, pedesaan adalah daerah di mana
pusat perhatian/ kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas.
Bintarto mendefinisikan pedesaan sebagai suatu hasil perpaduan antara
kegiatan kelompok manusia dengan lingkungan. Hasil dari perpaduan berupa
bentuk di muka bumi yang di timbulkan oleh unsur fisiografi, sosial dan
ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur serta
dalam hubungan dengan daerah lain. Unsur desa meliputi daerah, penduduk,
dan tata kehidupan. Ketiganya dikatakan sebagai living unit atau satu
kesatuan hidup yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain.
Secara sosiologis, pengertian desa memberikan penekanan pada kesatuan
masyarakat pertanian dalam suatu masyarakat yang jelas menurut susunan
pemerintahannya. Kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang
tentram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan
konflik.
Perlu ditandaskan bahwa tidak semua masyarakat desa dapat disebut
masyarakat tradisional, sebab ada sebagian desa yang sedang mengalami
perubahan ke arah kemajuan dengan meninggalkan kebiasaan lama.
Sehingga lebih ditekankan pada masyarakat desa yang berada di pedalaman
dan kurang memahami perubahan/pengaruh dari kehidupan kota.
b. Ciri masyarakat desa
Menurut Redfield, ciri masyarakat pra industri atau primitif meliputi berikut
1) Agak rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya
2) Komunitasnya kecil (sampai ratusan jiwa)
3) Belum banyak mengenal pembagian kerja dan spesialisasi.
4) Masih tidak banyak deferensiasi kemasyarakatan.
5) Tidak ada heterogenitas kebudayaan.
6) Terdapat ciri orde moral yaitu prinsip hidup yang mengikat.
Sedangkan ciri masyarakat desa di Indonesia meliputi berikut.
1) Berkaitan dengan tradisi masyarakat
2) Memiliki rangkaian sistem teknologi yang sederhana.
3) Bersifat tetap/tidak banyak mengalami perubahan.
4) Memiliki sifat sederhana dan daya pakai serta produktivitas yang
relatif rendah.
5) Dalam beberapa hal memiliki sifat rasional.
6) Tingkat buta huruf relatif tinggi.
7) Hukum yang berlaku tidak tertulis, tidak kompleks.
8) Ekonomi produksi untuk keperluan keluarga.
c. Dinamika dalam Masyarakat Pedesaan
Secara sosiologis, mentalitas individu dominan dibentuk oleh situasi tata
pergaulan dalam masyarakat, termasuk di dalamnya tekanan hidup.
Masyarakat tradisional yang tinggal di desa pada umumnya masih lugu,
polos, jujur, lemah dan pamrih, semangat solidaritas tinggi dan murni.
Adapun faktor yang mempengaruhi mentalitas tersebut adalah sbb.
1) Tekanan hidup terasa lebih ringan.
2) Masih memiliki waktu yang cukup dan seimbang antara rohaniah
dengan keduniawian.
3) Letaknya di perdalaman berakibat belum banyak dicemari pengaruh
media masa.
4) Kehidupan paguyuban menjadikan warga saling mengenal dan akrab.
Masyarakat perdesaan atau rural community merupakan masyarakat yang
pada umumnya memiliki mata pencaharian bertani, berkebun, berladang.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan dan
mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara anggotanya.
Cara bertani masih dilakukan dengan tradisional dan tidak efisien karena
belum dikenal mekanisasi dalam pertanian. Kegiatan bertani hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau masyarakatnya sendiri, bukan
untuk dijual.
Ditinjau dari aspek kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat
berlangsung secara informal. Seorang pimpinan memiliki beberapa
kedudukan dan peranan yang sulit dipisahkan, sehingga segala sesuatu
dipusatkan pada seorang kepala desa.
Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola pikir
masyarakat (terutama generasi tua) masih didasarkan pada tradisi.
Disamping itu juga kurang meratanya proses pembangunan dan informasi
sehingga menimbulkan kondisi yang kontras antara masyarakat pedesaan
dengan masyarakat perkotaan.
Dengan berkembangnya iptek, informasi melalui media masa mulai masuk
ke masyarakat pedesaan. Hal ini berakibat perubahan karakter/watak, bahkan
menghilangkan karakter masyarakat pedesaan. Meskipun pengaruh media
massa tidak selalu negatif.
Di Indonesia, desa memiliki peran penting, mengingat mayoritas penduduk
tinggal di pedesaan. Menurut Bintarto, desa memiliki fungsi berikut.
1) Hinterland atau daerah dukung yang berperan sebagai daerah pemberi
makanan pokok yang tidak dapat dihasilkan kota.
2) Dari sudut ekonomi, berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw
material) dan tenaga kerja (man power).
3) Dari segi kegiatan/okupasi, desa merupakan desa agraris, manufaktur,
industri, dan sebagainya.
Masyarakat pedesan memiliki keyakinan yang mendalam terhadap norma
sosial, sehingga mereka memiliki sifat sulit berubah. Hal ini menguntungkan
dalam pembakuan akhlak dan budi pekerti, namun merugikan dalam
perkembangan iptek. Kepatuhan warga bukan karena takut terhadap sanksi
sosial, melainkan keyakinan mendalam akan kebenaran nilai sosial dalam
norma. Faktor yang mendukung kepatuhan murni yaitu :
1) Kehidupan rohani lebih tebal dan berkembang lebih subur.
2) Tuntutan hidup relatif ringan.
3) Letaknya yang terpencil dan komunikasi tertutup menghambat
masuknya pengaruh negatif.
4) Jumlah penduduk relatif sedikit dan saling mengenal.
5. Masyarakat Perkotaan
a. Pengertian
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya
memiliki orientasi budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia
masa kini. Masyarakat perkotaan merupakan sekelompok orang yang hidup
bersama pada suatu wilayah tertentu yang menjadi suatu pusat politik
pemerintahan dan atau industri, perdagangan, kebudayaan dengan
memperlihatkan sifat atau ciri corak pergaulan dan tata kehidupan yang
berbeda dengan masyarakat desa. Sedangkan secara sosiologis, pengertian
kota terletak pada sifat dan ciri kehidupan dan bukan ditentukan oleh
menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan.
Di berbagai Negara berkembang, seperti Indonesia, masyarakat modern
disebut juga masyarakat kota.
b. Ciri masyarakat Modern/Kota
Selo Soemardjan mengemukakan sbb :
Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan pribadi.
Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dan saling
mempengaruhi.
Percaya pada fungsi iptek untuk meningkatkan kesejahteraan.
Masyarakat tergolong menurut bermacam-macam profesi dan keahlian.
Tingkat pendidikan formal merata dan tinggi.
Hukum tertulis yang sangat kompleks.
Dominan ekonomi pasar berdasarkan penggunaan uang.
Soerjono Soekanto mengemukakan ciri manusia modern adalah sebagai
berikut.
- Orang yang bersikap terbuka terhadap pengalaman dan penemuan baru
(tidak ada prasangka).
- Siap untuk menerima perubahan setelah menilai kekurangan yang
dihadapinya.
- Peka terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya.
- Memiliki informasi yang lengkap mengenai pendiriannya.
- Lebih banyak berorientasi ke masa kini dan mendatang.
- Senantiasa menyadari potensi yang ada pada dirinya dan yakin dapat
dikembangkan.
- Tidak pasrah pada nasib.
- Percaya pada manfaat iptek.
- Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, dan kehormatan orang
pihak lain.
c. Dinamika Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan atau urban community merupakan kelompok sosial
yang mendiami wilayah yang luas, sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di sektor industri, jasa, dan perdagangan. Keanggotaan
masyarakat kota tidak saling mengenal, lebih terikat kontrak dan mulai
meninggalkan tradisi.
Kehidupan kota yang sangat kompetitif dan selektif dapat meruntuhkan
kesetiakawanan, solidaritas sosial yang dapat menggeser nilai sosial dalam
masyarakat. Agak rendahnya mentalitas masyarakat perkotaan disebabkan
oleh berikut.
1) Tekanan hidup yang keras, di mana kehidupan makin kompetitif.
2) Kemajuan iptek menghasilkan barang yang serba menarik dan
mendorong untuk memilikinya.
3) Kehidupan banyak kegiatan dan kesibukan, sehingga orang tidak
ramah, masa bodoh dan egoistis.
4) Jumlah penduduk yang besar membuat hidup sulit, sehingga muncul
perbuatan curang.
Mentalitas masyarakat perkotaan dapat dilihat dari ciri-ciri struktur sosialnya
yaitu sbb :
1) Heterogenitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan.
2) Hubungan antar penduduk bersifat sekunder/pengenalan serba terbatas
pada kehidupan tertentu.
3) Pengawasan sekunder, di mana secara fisik berdekatan, namun secara
sosial berjauhan.
4) Mobilitas sosial sangat tinggi dan didasarkan pada profesi.
5) Ikatan perkumpulan bersifat sukarela.
6) Individualisme, sebaliknya gotong royong melemah.
Mentalitas masyarakat modern berorientasi pada sistem nilai budaya yang
didasarkan alam pikiran dan alam jiwa yang rasional. Ciri system nilai
budaya ini diantaranya : sikap menghargai karya orang lain, menghargai
waktu, menghargai mutu, berfikir kreatif, efisien dan produktif, percaya pada
diri sendiri, disiplin dan bertanggungjawab.
Berkebalikan dengan masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan memiliki
tatanan nilai yang heterogen. Masyarakat kota terdiri atas berbagai suku
bangsa, agama, adat istiadat, menjalankan fungsi pusat administratif dan
pusat komersial, bahkan pusat konsentrasi kegiatan yang menjadi indikator
modernisasi. Hal ini menyebabkan kota menjadi daya tarik bagi masyarakat
desa untuk melakukan urbanisasi.
Faktor penyebab dinamika sosial dalam masyarakat perkotaan adalah
sebagai berikut.
1. Faktor pendidikan.
2. Faktor urbanisasi.
3. Faktor komunikasi.
4. Industrialisasi dan mekanisasi.
5. Ekonomi.
6. Sosial.
7. Politik.
8. Budaya.
Dampak dari dinamika masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut :
Dampak positif
a. Tingkat pendidikan lebih merata.
b. Komunikasi dan informasi lebih cepat dan mudah.
c. Profesionalitas lebih terjaga.
d. Pembangunan dalam berbagai bidang lebih terjamin.
Dampak negatif
a. Munculnya sikap individualis.
b. Memudarnya nilai kebersamaan.
c. Munculnya sikap kurang mempercayai pihak lain.
d. Memudarnya perhatian terhadap budaya lokal dan budaya nasional,
terutama di kalangan generasi muda.
Dalam hal ini perlu kiranya dibahas mengenai perbedaan masyarakat
tradisional dengan masyarakat modern
- Masyarakat Tradisional
1. Menolak pengalaman baru dan tertutup terhadap pembaharuan dan
perubahan.
2. Ketidaksanggupan berempati.
3. Orientasi pandangan ke masa lalu.
4. Perencanaan tidak penting.
5. Tidak yakin manusia dapat menguasai alam.
6. Dikuasai oleh keadaan
7. Kurang ada pengakuan terhadap harga diri
8. Kurang percaya pada ilmu dan teknologi
9. Kurang percaya pada keadilan dalam pembagian.
- Masyarakat Modern
1. Menerima pengalaman baru dan terbuka terhadap pembaharuan dan
perubahan.
2. Kesanggupan berempati.
3. Orientasi pandangan ke masa kini dan masa depan.
4. Perencanaan penting.
5. Yakin manusia dapat menguasai alam.
6. Keadaan dapat diperhitungkan.
7. Pengakuan terhadap harga diri.
8. Percaya pada ilmu dan teknologi.
9. Percaya pada keadilan dalam pembagian.
Ciri tersebut dapat melekat atau dimiliki baik masyarakat pedesaan maupun
masyarakat perkotaan, masyarakat industri maupun masyarakat agraris.
Karena ciri modern dan tradisional adalah ekspresi dari kondisi mental
psikis/kejiwaan manusia yang yang sering terlepas dari kondisi sosial yang
melingkupinya. Dengan demikian tidak secara otomatis individu yang hidup
dalam masyarakat industri/kota memiliki karakter manusia modern.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika sosial dalam
masyarakat multikultural terbagi menjadi dua yaitu faktor pendorong dari luar
dan faktor pendorong dari dalam. Faktor pendorong dari luar terdiri dari
perubahan situasi sosial, perubahan situasi ekonomi, dan perubahan situasi
politik. Sedangkan faktor pendorong dari dalam yaitu konflik antar anggota
kelompok, perbedaan kepentingan, dan perbedaan paham.
Kemudian perkembangan dinamika kelompok sosial dalam masyarakat
multikultural terjadi dalam kelompok kekerabatan, kelompok okupasional,
kelompok volunteer, masyarakat pedesaan, dan masyarakat perkotaan.
Perbedaan dinamika sosial dalam masyarakat perkotaan dan masyarakat
pedesaan yaitu :
- Masyarakat Tradisional
1. Menolak pengalaman baru dan tertutup terhadap pembaharuan dan
perubahan.
2. Ketidaksanggupan berempati.
3. Orientasi pandangan ke masa lalu.
4. Perencanaan tidak penting.
5. Tidak yakin manusia dapat menguasai alam.
6. Dikuasai oleh keadaan
7. Kurang ada pengakuan terhadap harga diri
8. Kurang percaya pada ilmu dan teknologi
9. Kurang percaya pada keadilan dalam pembagian.
- Masyarakat Modern
1. Menerima pengalaman baru dan terbuka terhadap pembaharuan dan
perubahan.
2. Kesanggupan berempati.
3. Orientasi pandangan ke masa kini dan masa depan.
4. Perencanaan penting.
5. Yakin manusia dapat menguasai alam.
6. Keadaan dapat diperhitungkan.
7. Pengakuan terhadap harga diri.
8. Percaya pada ilmu dan teknologi.
9. Percaya pada keadilan dalam pembagian.
DAFTAR PUSTAKA
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/pengertian-perubahan-sosial.oh112687.html
http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/22/memahami-dinamika-sosial-bag-1/
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-
sosial-antar-manusia
http://wawansosiokds.wordpress.com/2011/05/30/mdinamika-kel-sosial/
http://erwientriyasa.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kelompok-sosial-dalam.html
Horton, Paul B dan Hunt, chester L. 1999 sosiologi jilid I, II, Edisi ke enam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Soekanto, Soerjono dan Dari, Prof, 1993. Struktur masyarakat. Jakarta: CU
Rajawali.