Makalah solusio plasenta 2
-
Upload
puspita-eka-kurnia-sari -
Category
Documents
-
view
349 -
download
5
Transcript of Makalah solusio plasenta 2
1
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut juga Abruptio placenta atau Ablasio placenta atau Accidental
haemorarhge adalah separasi premature plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus
uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memunginkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin,
jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area
plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematian
perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah berkurang secara
bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak
ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak.
Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya
karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh
preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah makin bertambahnya usia ibu.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan dari makalah ini tidak melebar dan pembahasannya tetap berkonsentrasi
pada satu bahan judul maka kami dari pemakalah perlu menetapkan rumusan masalah yang akan
di bahas :
Apa pengertian dari solusio plasenta ?
Apa saja klasifikasi solusio plasenta ?
Apa penyebab, patofisiologis, manifestasi klinis serta tanda dan gejala dari solusio
plasenta ?
Apa prognosis dan komplikasi yang diakibatkan oleh solusio plasenta bagi ibu
maupun janin ?
Apa saja prosedure pemeriksaan dan penatalaksanaan keperawatan untuk solusio
plasenta ?
Apa saja asuhan keperawatan yang harus dilakukan untuk solusio plasenta ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis dan tanda
gejala dari solusio plasenta
Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan serta penatalaksanaan keperawatan
dari solusio plasenta
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan apa saja yang dapat dilakukan
untuk kasus dengan solusio plasenta.
BAB II
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya
pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu. (Manuaba dan Ida Bagus Gde. 2003.)
Solusio plasenta (atau abruption plaseta) didefinisikan sebagai pemisahan premature
plasenta yang implantasinya normal. Solusio plasenta merupakan komplikasi pada sekitar 1 dari
200 persalinan. Sebagai perdarahan pada solusio plasenta biasanya lolos melalui celah antara
membrane dan uterus dan kemudian keluar melalui serviks, menyebabkan perdarahan eksternal.
Meskipun lebih jarang, darah juga mungkin tidak keluar, tetapi tertahan diantara plasenta yang
terlepas dan uterus menyebabkan perdarahan tertutup (concealed hemorrhage). Solusio plasenta
dapat bersifat total atau parsial. Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup menimbulkan
bahaya yang besar pada ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumtif, tetapi juga
karena keparahan perdarahan mungkin tiak disadari. (Leveno dan Kenneth J. 2009.)
Batasan solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, pada usia kehamilan
22 minggu atau dengan perkiraan berat janin lebih dari 500 gram. (Ida Bagus Gde Manuaba.
2007.)
Nidasi (implantasi) hasil konsepsi sebagian besar terjadi pada fundus uteri (puncak rahim),
sebagai tempat yang normal. Perdarahan solusio plasenta adalah lepanya plasenta dari
implantasinya yang normal (fundus uteri) sehingga menimbulkan rasa sakit dan gangguan nutrisi
pada janin. Perdarahan pada solusio plasenta, tidak seluruhnya tampak dari luar tetapi tertimbun
di belakang plasenta, menyebabkan volume rahim makin padat. Kadang-kadang terjadi infiltrasi
darah ke dalam otot rahim, yang mengganggu kontraksi rahim serta dapat menimbulkan
perdarahan sekunder. (Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2009.)
B. Klasifikasi Solusio Plasenta
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solusio plasenta totalis. Plasenta yang terlepas
sebagian disebut Solusio plasenta parsial. Plasenta yang terlepas hanya sebagian kecil pinggir
plasenta disebut Ruptura sinus marginalis. Solusio plasenta dibagi menjadi 3:
a. Solusio plasenta ringan :
Tanpa rasa sakit
Perdarahan kurang dari 500cc warna akan kehitam-hitaman
Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
Fibrinogen diatas 250mg %
b. Solusio plasenta sedang :
Bagian janin masih teraba
Perdarahan antara 500-100cc
Terjadi fetal distress
Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c. Solusio plasenta berat :
Abdomen nyeri, palpasi janin sukar
Janin telah meninggal
BAB III
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
5
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
PEMBAHASAN
A. Etiologi Solusio Plasenta
Etiologi solusio plasenta belum diketahui dengan jelas, namun diduga hal-hal tersebut
dapat disebabkan karena beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya. Adapun faktor
predisposisinya antara lain :
Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsi, eklamsia)
Multiparitas, dengan umur ibu yang tua ( > 35 tahun)
Tali pusat pendek
Defisiensi gizi, asam folat
Trauma abdomen mis: kecelakaan lalu lintas
Tekanan pada vena cava inferior
Disamping itu ada pengaruh seperti dari :
Umur lanjut
Multiparitas
Defisiensi ac. Folicum
Merokok
Mengkonsumsi alkohol
Penyalahgunaan kokain
(Leveno dan Kenneth J.2009.)
B. Patofisiologi Solusio Plasenta
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
6
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan
sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara
uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru
diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian
dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di
bawah selaput ketuban dari vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal
ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti
itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan
retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk kedalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak
hanya di uterus akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu
karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis
tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali atau akibat nekrosis korteks ginjal
mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal dan nasib
janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya
komplikasinya.
Pathway
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
7
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Penyebab pasti belum diketahui TD scr tiba-tiba oleh spasme
arteri menuju ruang interviter
Hipertensi TD Vasospasme
PD mudah pecah iskemia & hipoksia jar. setempat
(PD arteri spiralis desidua) kematian sejumlah sel
Perdarahan dalam sel desdua
desidua terkelupas
hematoma retroplasenta
perdarahan terus menerus perdarahan sedikit
hematom besar hematom kecil
plasenta lepas mendesak jar. plasenta
sebagian seluruhnya PD uterus & plasenta blm terganggu
(tanda & gejala belum jelas)
ekstravasasi darah masuk di bwh selaput darah ekstravasasi antara
darah antara ketuban dari vagina serabut otot uterus
serabut otot
uterus
kerusakan miometrium & pembekuan retroplasenta
tromboplastin masuk PD ibu ekstravasasi hebat
pembekuan intravaskuler dimana-mana permukaan uterus biru
perfusi ginjal terganggu (uterus Couvelaire)
nekrosis tubuli ginjal darah keluar dari rembesan cairan
oliguri & proteinuria ketuban &
miometrium
Revealed hemorage
Sebagian fibrinogen habis
hipofibrinogen Tegang dan Nyeri
ggn pembekuan darah uterus & alat tubuh lain
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
8
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
C. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, warna darah
merah kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah
yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras
4. Fundus uteri makin lama makin naik
5. Auskultasi DJJ sering negatife
6. KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar
7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh,
perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu luas
sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal
tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung
dari keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh
lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi,
namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehinga pemberian transfusi sering
tidak memadai atau terlambat.
Tabel Tanda dan Gejala Pada Solusio Plasenta
NO. Tanda dan Gejala Frekuensi
1. Perdarahan pervaginam 78
2. Nyeri tekan uterus atau nyeri pinggang 66
3. Gawat janin 60
4. Persalinan premature idiopatik 22
5. Kontraksi berfrekuensi tinggi 17
6. Uterus hipertonik 17
7. Kematian Janin 15
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
9
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan gejala atau tanda
dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta. Berdasarkan kepada gejala dan
tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis,
tapi tidak demikian halnya pada bentuk solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta
klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang
tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut jantung janin
tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan dalam meraba bagian-
bagian janin.
Insiden
Terjadi pada 1: 86 sampai 1: 206 kehamilan lanjut. Angka kematian ibu di seluruh dunia
akhir-akhir ini antara 0,5% dan 5%. Sebagian besar wanita meninggal karena perdarahan (segera
atau tertunda), gagal jantung atau gagal ginjal. Diagnosis dini dan terapi yang tepat akan
menurunkan angka kematian ibu sampai 0.3%-1%. Angka kematian janin berkisar 50% sampai
80%. Sekitar 30% janin dengan pelepasan prematur plasenta dilahirkan cukup bulan. Pada
hampir 20% pasien dengan solusio plasenta tidak didapati adanya denyut jantung janin ketika
dibawa ke rumah sakit, dan pada 20% lainnya akan segera terlihat adanya gawat janin. Jika
diperlukan transfusi ibu segera, angka kematian janin mungkin paling sedikit 50%. Kelahiran
kurang bulan terjadi pada 40%-50% kasus pelepasan prematur plasenta. Bayi meninggal karena
hipoksia, prematuritas atau trauma persalinan.
Ibu
Baik, kalau persalinan sudah selesai dalam batas waktu 6 jam sejak saat mulai terjadinya
keadaan patologik solusio plasenta dan pasien segera mendapat transfusi darah segar.
Anak
Pada solusio plasenta berat, 100% janin mengalami kematian; pada solusio plasenta ringan
dan sedang, kematian janin tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas, umur kehamilan dan
cepatnya pertolongan.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
10
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 di antara 50 persalinan. Di rumah sakit Dr.Gipto
Mangunkusumo antara tahun 1968-1971 Solusio plasenta terjadi pada kira-kira2,1 % dari seluruh
persalinan, yang terdiri dari 14 % Solusio plasenta sedang, dan dan86% Solusio plasenta berat.
Solusio plasenta ringan jarang di diagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke
rumah sakit; atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan, sehingga tidak menarik perhatian
penderita maupun dokternya. (Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll. 2008.)
D. Prognosis
Prognosis tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau pre-
eklampsia, tersembunyi tidaknya perdarahannya, dan jarak selisih waktu antara terjadinya
solusio plasenta sampai selesainya persalinan (pengosongan uterus). Prognosis janin pada
Solusio plasenta berat 100% mengalami kematian. Angka kematian ibu pada kasus solusio
plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh
perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
E. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu :
1. Syok Perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan,
penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat
untukmenghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada
pembekuan darah.
2. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
11
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau
nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat.
Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan
mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
F. Prosedur Pemeriksaan Untuk Dapat Menegakkan Diagnosis Solusio
Plasenta
a. Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan
tempat yang dirasa paling sakit.
Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan tiba-tiba (non-recurrent)
terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman.
Pergerakan janin mulai hebat kemudian tersa pelan dan akhirnya berhenti (janin
tidak bergerak lagi).
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat
anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
b. Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan
Pucat, sianosi dan berkeringat dingin
Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu)
c. Palpasi
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan usia kehamilan
Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus)
baik waktu his maupun diluar his
Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
12
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
d. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya diatas 140,
kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari
satu per tiga bagian.
e. Pemeriksaan dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang baik waktu
his maupun diluar his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta. Ini
sering meragukan dengan plasenta previa.
f. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dapat ditemukan antara lain :
Terlihat daerah terlepasnya plasenta-janin dan kandung kemih ibu.
Darah
Tepian plasenta atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta
yang disebut hematoma retroplacenter.
G. Penatalaksanaan
Terapi solusio plasenta akan bergantung pada usia gestasi dan status ibu dan janin. Pada
janin yang hidup dan matur, dan jika persalinan per vaginam tidak terjadi dalam waktu dekat,
dianjurkan sesar darurat. Pada perdarahan eksternal yang masif, resusitasi intensif dengan darah
plus kristaloid disertai pengeluaran segera janin untuk mengandalikan perdarahan dapat
menyelamatkan nyawa ibu dan, diharapkan, nyawa janinnya. Jika diagnosis tidak pasti dan janin
masih hidup, tetapi tanpa tanda-tanda gangguan maka dapat dilakukan pengawasan ketat dengan
fasilitas untuk intervensi segera.
Pelahiran
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
13
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Jika janin meninggal atau belum mampu hidup, tidak ada bukti bahwa diperlukan suatu
penetapan batas waktu untuk persalinan. Prognosis ibu akan lebih bergantung pada ketekunan
melakukan terapi penggantian cairan dan darah, dan bukan pada interval sampai melahirkan.
Jika pemisahan plasentanya sedemikian parah sehingga janin meninggal, dianjurkan
pelahiran per vaginam kecuali jika perdarahannya sedemikian hebat sehingga tidak dapat diatasi
bahkan dengan pemberian darah agresif atau terdapat penyulit obstetris lain yang menghalangi
pelahiran per vaginam. Defek koagulasi serius memungkinkan akan menimbulkan kesulitan pada
sesar. Insisi abdomen dan uterus rentan mengalami perdarahan besar jika terdapat gangguan
pembekuan. Hemostatis di tempat implantasi plasenta terutama bergantung pada kontrakasi
miometrium. Oleh karena itu, pada persalinan per vaginam, stimulasi miometrium secara
farmakologis dan dengan pemijatan uterus akan menyebabkan pembuluh-pembuluh ini
berkonstriksi sehingga perdarahan serius dapat dihindari meskipun terdapat gangguan
pembekuan. Selain itu, perdarahan yang tetap terjadi akan dikeluarkan melalui vagina. (Leveno
dan Kenneth. 2009)
Secara skematik tata laksana penanganan solusio plasenta dapat diambarkan sebagai berikut :
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Solusio Plasenta
14
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Predisposisi:
1. Hipertensi
2. Praeklampsia/eklampsia
3. Kehamilan di usia tua
4. Lilitan tali pusat
5. Tali pusat pendek
6. Tekanan vena kava
7. Trauma saat hamil:
Langsung
Saat VL
Keluhan Klinik:
1. Sakit perut
2. Perdarahan
3. Gangguan gerak janin
4. Gejala kardiovaskuler
5. Gejala ginjal
6. Gangguan pembekuan darah
Diagnosis solusio plasenta:
1. Tergantung klasifikasi
2. Solusio plasenta berat:
Perut tegang-nyeri
Perdarahan
Kematian janin intrauteri
3. Gangguan:
Kardiovaskuler
Ginjal
Faal darah
4. Pemeriksaan:
Palpasi
Auskultasi
USG
Pemeriksaan dalam
15
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
(Ida Bagus Gede Manuaba.2003)
Pengobatan
a. Tindakan Darurat. Jika terjadi defisiensi, mekanisme pembekuan harus dipulihkan sebelum melakukan upaya apapun untuk melahirkan bayi. Berikan kriopresipitat, FFP atau darah segar. Berikan terapi anti syok. Pantaukeadaan janin terus menerus.Pecahkan ketuban, jika mungkin, terlepas dari kemungkinan cara pelahiran yang akan dipakai.
b. Tindakan Spesifik1. Derajat 1. Jika pasien tidak dalam persalinan, tindakan menunggu dengan
pengawasan ketat merupakan indikasi, karena pada banyak kasus perdarahan akan berhenti secara spontan. Jika persalinan mulai terjadi, siapkan persalinan per vaginam jika tidak ada komplikasi lebih lanjut.
2. Derajat 2. Siapkan pelahiran per vaginam jika persalinan diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 6 jam, terutama jika janin mati. Seksio sesaria sebaiknya dilakukan jika terdapat bukti kuat adanya gawat janin dan bayi mungkin hidup.
3. Derajat 3. Pasien selalu dalam keadaan syok, janin sudah mati, uterus tetanik dan mungkin terdapat defek koagulasi. Setelah memperbaiki koagulopati, lahirkan per vaginam jika dapat dikerjakan dalam waktu sekitar 6 jam. Persalinan per vaginam tampaknya paling baik untuk pasien multipara. Jika tidak, kerjakan seksio sesaria.
Tindakan-tindakan Bedah
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Solusia plasenta berat + IUF
death
Perbaikan KU
Infus-transfusi
Amniotomi
Pemberian fibrinogen
Solusia plasenta ringan dan
sedang
Infus
Persiapan transfusi
Anak hidup
16
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Seksio sesaria merupakan indikiasi jika persalinan diperkirakan akan berlangsung lama (lebih 6 jam), jika perdarahan tidak memberi respon terhadap amniotomi dan pemberian oksitosin encer secara hati-hati, dan jika terjadi gawat janin dini (tidak berkepanjangan) dan janin mungkin hidup. Histerektomi jarang diperlukan. Uterus Couvelaire sekalipun akan berkontraksi, dan perdarahan hampir akan selalu berhenti jika defek koagulasi sudah diperbaiki. (Benson, Ralph c & Pernoll Marrtin L.2008.)
Pelaksanaan Terhadap komplikasi
Terapi spesifik
Atasi Syok
Infus larutan NS/RL untuk rotasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2jam pertama. Berikan infus dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubular akut
Tindakan restorasi cairan dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetapi apabila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produksi urin <30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah restorasi cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan :
Furosemida 40 mg dalam 1 L kristaloid dengan 40-60 tetesan per menit Bila belum berhasil, gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetesan per menit
Atasi Hipofibrinogenemia
Restorasi cairan atau darah sesegera mungkin dapat menghindarkan koagulopati. Lakukan uji beku darah (bedside coagulopation test) untuk menilai fungsi pembekuan
darah (penilaian tak langsung kadar ambang fibrinogen)Caranya sebagai berikut:- Ambil darah vena 2 ml, masukkan dalam tabung kemudian diobservasi- Genggam bagian tabung yang berisi darah- Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapisan koagulasi di permukaan - Lakukan hal sama setiap menit- Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkirakan titer
fibrinogen dianggap dibawah nilai normal (kritis)- Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini
juga menunjukkan kadar fibrinogen di bawah ambang normal Bila darah segar tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 ml/kgBB)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
17
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipitat fibrinogen Pemberian fibrinogen dapat memeperberat terjadinya koagulasi diseminata intraveskular
yang berlanjut dengan pengendapat fibrin, pembendungan mikrosirkulasi di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis, hipofisis dan otak.
Bila perdarahan masih berlangsung (koagulopati) dan trobosit di bawah 20.000, berikan konsentrat trombosit
Atasi Anemia
Darah segar merupakan bahan terpilihu untuk mengatasi anemia karena di samping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur pembekuan darah
Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik, tetapi pasien masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell
(Sarwono Sawirohardjo. 2009.)
H. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
Pengkajian dapat dilakukan melalui anamnesa, maupun pemeriksaan fisik langsung yang dilanjutkan dengan pemeriksaan lab. Masing-masing jeni dari Solusio Plasenta mempunyai tanda dan gejala yang spesifik.
Tanda gejala
Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his Anemi dan syok; beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai banyaknya darah yang
keluar Rahim keras seperti papan dan nyeri pegang karena isi rahim bertambah dengan darah
yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois) Palpasi uterus sukar dilakukan karena rahim keras Fundus uteri semakin naik Bunyi jantung biasanya tidak teraba Pada pemeriksaan toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus Sering ditemukan proteinurei karena disertai preeklamsia (Sastrawinata, dkk, 2003)
Ringkasan Hasil Pengkajian
Tanda SOLUSIO PLASENTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
18
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
Gejala SEPARASI MARGINAL
SEPARASI MODERAT
SEPARASI BERAT
Perdaraan; eksternal pervaginam
Minimal Tidak ada Tidak ada
Warna darah Merah gelap Merah gelap Merah gelap
Renjatan Tidak ada Kadang-kadang Sangat sering; tiba-tiba
Koagulopati Jarang Kadang-kadang Sering
Tonus rahim Normal Meningkat, terlokalisasi pada satu daerah atau difu diseluruh rahim
Kontraksi rahim persisten, tetanik
Nyeri tekan Biasanya tidak ada Menigkat; biasanya difus seluruh rahim
Sangat nyeri
Hasil pemeriksaan ultrasonografi Lokasi
plasenta
Stasiun trendah janin
Posisi janin
Normal, segmen rahim atasVariabel
Distribusi umum
Normal, segmen rahim atasVariabel
Distribusi normal
Normal, segmen rahim atasVariabel
Distribusi umum
Hipertensi Distribusi umum Seringkali ada Seringkali ada
a. DIAGNOSIS
No Data Diagnosa Etiologi3. Data subyektif
- Mengatakan hausData obyektif
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan volume/tekanan nadi
- Penurunanhakuaran urin
- Suhu tubuh meningkat- Frekuensi nadi
meningkat
Kekurangan volume cairan(00195)
Kehilangan volume cairan aktif
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
19
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
- Konsentrasi urine meningkat
- Kelemahan 2 Data subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat
Data objektif- Gerakan menghindari
nyeri- Perubahan autonomik
dari tonus otot- Perubahan nafsu
makan dan makan- Perilaku distraksi- Perilaku ekspresif- Berfokus pada diri
sendiri- Fokus menyempit
Nyeri akut(00132)
Akumulasi darah diantara plasenta dan dinding rahim
3 Data subjektif- Perubahan sensasi
Data objektif- Perubahan
karakteristik kulit- Bruit- Perubahan tekanan
darah pada ekstremitas - Klaudikasi- Kelambatan
penyembuhan- Nadi arteri lemah- Edema- Tanda homan positif- Kulit pucat saat elevasi- Diskolorasi kulit- Perubahan suhu kulit- Nadi lemah atau tidak
teraba
Ketidak efektifan Perfusi jaringan (plasenta)(00204-perifer)
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada janin sekunder akibat hipovolemia, hipotensi, dan Pelepasan plasenta
b. INTERVENSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
20
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
No Diagnosa Tujuan dan KH (NOC) Intervensi (NIC)3 Kekurangan volumecairan
b/d kehilangan cairan aktifTujuan :Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam kebutuhan ciaran pasien terpenuhi.KH:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau hipovolemi
- Keseimbangan cairan
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Hidrasi yang aadekuat
- Asupan makanan dan cairan yang adekuat
1. Manajemen cairan- Pantau status hidrasi- Pertahankan
keakuratan catatan asupan dan haluaran cairan
- Tingkatkan keseimbangan cairan
- Cegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal
- Pantau hasil lab yang relevan dengan keseimbangan cairan
- Atur ketersedian produk darah untuk trnsfusi, bila perlu.
- Berikan terapi IV, sesuai program
2. Manajemen elektrolit; tingkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi ganguan asam-basa
3. Manajemen nutrisi- Bantu sediakan
asupan makanan dan cairan dalam diet seimbang
- Analisa data pasien untuk mencegah resiko malnutrisi
2. Nyeri akut b.d Akumulasi darah diantara plasenta dan dinding rahim
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, maka nyeri berkurang menjadi skala ringan.KH:
- Rentang nyeri menjadi o
- Klien tidak memperlihatkan rintihan dan
1. Minta pasien untuik menilai nyeri pada skala 0-10
2. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3. Observasi isyarat nonverbal
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
21
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
tangisan- Klien tidak gelisah- Ekspresi wajah
kien stabil
ketidaknyamanan,4. Berikan informasi
tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, imajinasi terbimbing, dan lain-lain
6. Kelola nyeri dengan pemberian opiat yang terjadwal
7. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada janin sekunder akibat hipovolemia, hipotensi, dan Pelepasan plasenta
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, maka perfusi jaringan efektif.KH:
- Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris
- Tingkat sensasi normal
- Fungsi otot utuh- Kulit utuh- Suhu ekstremitas
hangat- Tidak ada nyeri
ekstremitas yang terlokalisir
1. Periksa nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, dan suhuektremitas
2. Kaji tingkat rasa tidak nyaman
3. Pantau status cairan, meliputi asupan dan haluaran
4. Pantau parestesia5. Pantau tromboflebitis
dan trombus vena profunda
6. Periksa kulit setiap hari dari adanya perubahan integritas kulitajarkan pasien untuk menghindari suhu yang ekstrem pada ektremitas
7. Berikan pengobatan nyeri dan pengobatan antitrombosit jika dperlukan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
22
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
8. Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat.
BAB IV
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
23
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan
solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan
ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solusio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat,
janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain
diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor
predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan
psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung
timbulnyasolution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan
janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio
plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari
perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan
janin.
DAFTAR PUSTAKA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
24
KEPERAWATAN MATERNITAS II“Solusio Plasenta”
Kelompok 5
1) Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi.
Jakarta:EGC
2) Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
3) Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC
4) Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi wanita.
Jakarta:EGC
5) Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas. Jakarta:EGC
6) Benson, Ralph c & Pernoll Marrtin L.2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi ed. 9.
Jakarta:EGC
7) Sawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka
8) NANDA, 2011, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, Jakarta;
EGC
9) Wilkinson, Judith M, 2002, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Dan Kriteria Hasil NOC ed. 7, Jakarta; EGC
10) _______________, Ahern Nancy 2009, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC ed. 9, Jakarta; EGC
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA