Makalah Sistem Digestive Kasus 1

44
MAKALAH SISTEM DIGESTIVE KASUS 1 KEP (KEKURANGAN ENERGI PROTEIN) Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Digestive DisusunOleh : Gilang Purnama (220110120087) Muti Cyla Diareka (220110120134) Randi Febriana (220110120095) Lovi Meilina (220110120141) Tiara Nurrachmi P. (220110120101) Nurrachma Ariestanti (220110120146) Tiara Dwinda P. (220110120109) Rias Ganjar Pratiwi (220110120153)

description

m

Transcript of Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Page 1: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

MAKALAH SISTEM DIGESTIVE KASUS 1

KEP (KEKURANGAN ENERGI PROTEIN)Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Digestive

DisusunOleh :

Gilang Purnama (220110120087) Muti Cyla Diareka (220110120134)

Randi Febriana (220110120095) Lovi Meilina (220110120141)

Tiara Nurrachmi P. (220110120101) Nurrachma Ariestanti (220110120146)

Tiara Dwinda P. (220110120109) Rias Ganjar Pratiwi (220110120153)

Sri Endah Lestari (220110120115) Lathifani Azka (220110120161)

Ridha Ranailla (220110120121) Citra Dwi Lestari (220110120167)

Elva Sujana (220110120128)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2014

Page 2: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Kasus 1 : KEP

“Sakit Hatiku Sebuncit Perutku”

An. A seorang anak perempuan berusia 8 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan sering

BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu terakhir. Pasien baru dibawa ke rumah

sakit karena tidak memiliki biaya untuk berobat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : BB 20 kg,

TB : 135 cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis yang dalam, tampak pendiam,

mata sayu dan sembab, perut buncit, kaki bengkak, suhu rabaan dingin, pada palpasi terdapat

pembesaran hepar 1-2 cm. Hasil pemeriksaanya lab menunjukkan : Hb. 8,7, Gula Darah Sewaktu

52 gr %, K = 3 mEq/l, Mg=1.

Selama dilakukan pengkajian oleh perawat, klien selalu melihat pada ibunya dan mimik muka

seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau bergaul dengan teman

sebaya dan tidak punya keinginan apapun. Ibu mengeluh karena harga obat yang diresepkan

dokter sangat mahal dan ibu berkata tidak tahu harus kemana mencari uang untuk membeli obat

tersebut.

Klien dalam tiga bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat

kelelahan dan sulit berrkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk dan rumahnya seluas

42 m². Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh di pasar. Sedangkan ibunya

tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.

Page 3: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Mindmap

ETIOLOGI

Patofisiologi

KEP

KONSEP

ASKEP

PENGKAJIAN

ANALISA DATA

DIAGNOSA

PERENCANAAN

DEFINISIINSIDENSI MANIFESTASI

KLINISKLASIFIKASI

KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN(TERAPI)

PENGKAJIAN FOKUS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PERAN PERAWAT

PENCEGAHAN

EVALUASI

Page 4: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

PEMBAHASAN

1. Definisi

KEP merupakan suatu keadaan kurang gizi yang biasanya disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein yang dibutuhkan dalam makanan sehari-hari sehingga nantinya

angka kecukupan gizi tidak bisa terpenuhi secara baik. (Slide Materi Kuliah Bu Ikeu)

KEP adalah ketidak seimbangan selular antara intake nutrien dengan kalori kebutuhan tubuh

yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik (blossner,

2005).

2. Etiologi

- Peranan Diet

- Peranan faktor sosial : pantangan/tabu-tabu, perceraian, ibu yang bekerja pada tempat

yang jauh, dll.

- Karena adanya peranan dari kepadatan penduduk : akan menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan dari peningkatan jumlah penduduk dengan kesediaan dari kebutuhan

pangan itu sendiri.

- Peranan Infeksi

- Faktor Kemiskinan

(Slide Materi Ibu Ikeu)

Dari sumber lain dinyatakan bahwa kekurangan makanan tidak selalu menjadi salah satu

penyebab utama dari malnutrisi, di negara berkembang sendiri gangguan penyerapan karena

diare kronik dapat menjadi salah satu faktor pencetus. Faktor tambahan lain yang

melatarbelakangi terjadinya KEP yaitu diantaranya masalah sosial, ekonomi, biologi, dan

lingkungan.kemiskinan dalam hal ini menjadi salah satu penyebab yang paling mendasar

karena berhubungan dengan kesediaan pangan, tempat tinggal yang kumuh, padat dan tidak

sehat serta tidak mampunya masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan (wong).

Dengan terjadinya penurunan nafsu makan sendiri bisa diakibatkan dari kesehatan

lingkungan yang buruk, penyakit kronik, dan gangguan emosional.

Page 5: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Hipermetabolisme biasanya disebabkan karena aspek pertumbuhan, perkembangan, dan

aktivitas fisik yang nantinya dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi, sehingga nantinya dapat

menyebabkan penyakit malnutrisi.

(FKUI.1991.Jakarta:Gaya Baru)

3. Insidensi

KEP 32 % terjadi pada negara berkembang, asia tengah dan Afrika lima kalilebih besar

daripada Amerika.

Beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan

penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.

4. Klasifikasi

a. Berdasarkan persentasi BB ideal terhadap tinggi badan

· KEP ringan: >80-90% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)

· KEP sedang: >70-80% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)

· KEP berat: ≤ 70% BB ideal terhadap TB (WHO CDC)

b. Klasifikasi KEP menurut Depkes RI :

Kategori Status BB/U (%Baku WHO-NCHS, 1983)

Overweight Gizi lebih > 120 % Median BB/U

Normal Gizi Baik 80 % – 120 % Median BB/U

KEP I Gizi Sedang 70 % – 79,9 % Median BB/U

KEP II Gizi Kurang 60 % – 69,9 % Median BB/U

KEP III Gizi Buruk < 60 % Median BB/U

        Sumber: Depkes RI(1999:26)

c. Klasifikasi menurut Gomez (1956)

Klasifikasi ini didasarkan pada perbandingan berat badan individu dengan berat badan

yang diharapkan pada anak seusiannya. Klasifikasi gomes ini mengelompokan KEP

menjadi:

Page 6: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Derajat KEP Berat badan persen dari

baku

0 = normal =/> 90%

1 = ringan 89-75%

2 = sedang 74 – 60 %

3 = Berat < 60%

*Baku = persentil 50 Harvard

Departemen Kesehatan RI juga memodifikasi Klasifikasi gomes ini demi adannya

keseragaman persepsi di Indonesia menjadi:

Derajat KEP Berat badan persen dari

baku

0 = normal =/> 80%

1 = Gizi Kurang 60 – 79%

2 = Gizi Buruk < 60%

d. Berdasarkan etiologinya:

· Primer: apabila KEP terjadi karena kurang asupan nutrisi akibat madsalah ekonomi

social pendidikan yang kurang tentang gizi,.

· Sekunder: dikarenakan adanya penyakit utama seperti congenital, infeksi kronik, dan

kelainan pencernaan dan metabolic yang mengakibatkan penurunan penyerapan nutrisi

e. Berdasarkan manifestasi klinisnya:

Kwashiorkor ditandai oleh: edema yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan

membulat, mata sayu, rambut tipis dan kemerah seperti rambut jagung, mudah dicabut dan

gampang rontok, cengen, rewel, apatis, hepatomegali, hipotrofi, bercak merah kecoklatan

di kulit, dan mudah terkelupas, sering disertai penyakit infeksi terutama akut seperti diare

dan anemia

Marasmus ditandai oleh: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti

orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal, bahkan

tidak ada, perut cekung, iga gambang,sering disertai infeksi dan diare

Marasmik-kwashiorkor: campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor

Page 7: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

5. Manifestasi KlinisDiagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya tanda sebagai berikut:

Nyeri abdomen (akut abdomen)

Dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang

makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal)

Demam tinggi atau hipotermia

Tatikardi

Dehidrasi

Hipotensi

Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak

sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi

peritoneum

Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat

pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu

pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan

steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran(misalnya

trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita

dengan paraplegia dan penderita geriatric.

6. Komplikasi

Komplikasi

a. Komplikasi Marasmus

1. Hipoglikemia

2. Hipotermi

3. Infeksi

4. Sepsis

5. Dehidrasi

6. Diare

b. Komplikasi Kwashiorkor

1. Gangguan keseimbangan elektrolit asam basa

2. Infeksi berat

Page 8: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

3. Pneumonia

4. Gagal ginjal

5. Syok kardiogenik

6. Syok hipovolemik

7. Kecacatan fisik dan mental permanen

7. Pentalaksanaan

Penatalaksanaan Non-Farmako

Berdasarkan DEPKES RI tahun 2013, buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk

Alur Pemeriksaan:

Page 9: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

10 hal langkah utama yang dilakukan untuk mengatasi KEP berat (Marasmus, Kwashiorkor, Marasmus-Kwashiorkor)

1.

Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia 

Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat

menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak

tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36o Celcius. Pada keadaan ini

anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya

lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan

lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada

dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus

dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia.

3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah ada

riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan

Page 10: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan:

a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam sekali tanpa

berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan

memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan

rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.

b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit

yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena (infus)

RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :

a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.

b. Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan

keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa

diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan

2x (dengan pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa

makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat

5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam

seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum

luar.

6. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun anemia biasa

terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau

makan dan BB nya mulai naik (pada minggu II). Pemberian Fe pada masa stabilisasi

dapat memperburuk keadaan infeksinya .

Berikan setiap hari :

- Tambahan multivitamin lain

- Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi

- Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal.

Page 11: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

- Vitamin A oral 1 kali. 

- Dosis tambahan disesuaikan dgn baku pedoman pemberian kapsul vitamin A

7. Pemberian makanan, balita KEP berat 

Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase: 

Fase Stabilisasi (1–2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali

anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang, Pemberian makanan harus

dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan

protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula

WHO 75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual pemberian makanan harus

disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil,

sering, rendah serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5

gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100 ml/kg bb/hari),bila

anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco

½ dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian formula

WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan jadual pemberian makanan harus

sesuai dengan kebutuhan anak.

8. Perhatikan masa tumbuh kejar balita 

Fase ini meliputi 2 fase, transisi dan rehabilitasi :

a. Fase Transisi (minggu II)

1) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara perlahan untuk menghindari

resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah

banyak secara mendadak.

2) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0 gr/100 ml) dengan

formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml) dalam jangka waktu

48 jam . Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal kandungan energi dan

protein sama

3) Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada

saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali pemberian (200 ml/kg bb/hari).

b. Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)

1) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas dan

Page 12: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

sering.

2) Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.

3) Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.

4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan formula

karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.

5) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

9. Berikan stimulasi dan dukungan emosional

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya

diberikan :

kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi bermain terstruktur 15-

330 menit/har, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu

(memberi makan, memandikan, bermain)

Persiapan untuk tindak lanjut di rumah :

Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau

oleh tenaga kesehatan puskesmas/bidan di desa.

Pengobatan penyakit penyerta ( Farmako)1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum

keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan

dosis :

* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kal

* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan :

• Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari

• Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

• Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi

ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain

oleh Candida. Tatalaksana :

Page 13: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%

selama 10 menit

b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

c. usahakan agar daerah perineum tetap kering

d.umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri

preparat Zn peroral

3. Parasit/ cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik

lain.

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan

formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan

penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja

mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-

foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan

TB.

Tindakan kegawatan

a. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan

keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,

sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar

dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

· Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi

syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam

berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per

Page 14: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula

khusus (F-75/pengganti).

· Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan

cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10

ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula

(F-75/pengganti)

b. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

· Hb

Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :

- Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan

'packed red cells' untuk transfusi dengan jumlah yang sama.

Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai. Perhatikan adanya

reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas

setelah transfusi Hb tetap

8. Pemeriksaan Diagnostik

1.   Biopsy hati

Ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebatnya sehingga sel hati valkual

lemak besar.

2.   Pemeriksaan serum

- Pemeriksaan albumin serum menurun

- Glukosadarahrendah

- Asam amino essensial plasma menurun

- Kolesterol serum rendah

- Kadar kalium dan magnesium menurun sehingga menimbulkan gangguan metabolik

pada otot, ginjal dan pancreas

- Penurunannilaikomponen serum darinilai normal menunjukkangangguannutrisi.

3.   PemeriksaanHb

Untuk mengetahui kekurangan zat besi, sering terjadi pada anak balita.

4.    Pemeriksaan urine

Page 15: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Meliputi pemeriksaan nitrogen dan urine kreatinin.Jika kadar nitrogen urea rendah

menujukkan adanya penurunan pengambilan intake protein sedang bila terjadi

peningkatan urine creatinin menunjukkan peningkatan urine creatinin menunjukkan

peningkatan intake protein otot.

9. Pencegahan

Adapun pencegahan dari Kekurangan Energi Protein:

1. Penuhi asupan nutrisi anak

2. Hindari dari suasana lingkungan yang tidak mendukung kesehatan anak

3. Rutin perikssa status gizi anak

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilakukan dengan baik bila penyebabnya

diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang baik untuk

pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi8.

- Pemberian ASI sampai umur dua tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk

bayi.

- Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur enam bulan ke

atas.

- Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.

- Pemberian imunisasi.

- Mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan yang terlalu sering.

- Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat, merupakan upaya

pencegahan jangka panjang.

- Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang

gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

10. Prognosis

Bila klien ditangani dengan cepat sebelum terjadi komplikasi yang lebih parah maka klien

masih dapat disembuhkan, namun jika sudah terjadi komplikasi kronis maka kemungkinan

sembuh sangat sedikit, jika sembuh kemungkinan pasien akan mengalami kecacatan mental

dan fisik, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Page 16: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Dampak terburuk adalah kematian akibat tidak berfungsinya saluran pernafasan akibat

gangguan ISPA. Perkembangan psikomotorik anak pun dapat terganggu, hingga anak

mengalami gangguan mental.

Page 17: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

PATOFISIOLOGI

Page 18: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama : An. A

Umur : 8 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Diagnose Medis : Malnutrisi (kekurangan energi protein)

Penanggung Jawab : -

b. Anamnesa

• Keluhan utama : klien mengeluh sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak 2

minggu terakhir

• Riwayat penyakit sekarang : klien mengeluh sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak

2 minggu terakhir

•Riwayat masa lalu : -

•Riwayat Kesehatan keluarga : -

•Riwayat Biospikospiritual Sosial :

Selama dilakuakn pengkajian oleh perawat, klien selau melihat pada ibunya dan mimic muka

seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak mau bergaul dengan teman

sebaya dan tidak punya keinginan apapun.

Klien dalam 3 bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan akibat

kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk dan rumahnya

seluas 42 m². Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi buruh di pasar. Sedangkan

ibunya, tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian orang lain.

•Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi : BB = 20kg TB= 135cm, rambut kusam dan kering, kulit kering dan garis dalam,

tampak pendiam, mata sayu sembab, perut buncit, kaki bengkak dan mimik muka seperti mau

nangis.

Palpasi : suhu rabaan dingin, pembesaran hepar 1-2cm

•Pemeriksaan Lab :

Hb : 8,7 N : 12,1 – 15,3

Page 19: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Gula Darah : 52 gr% N : 60 – 100 mg/dl

K : 3 mEq/l N : 3,5 – 5

Mg : 1 mEq/l N : 1,3 – 2,1

2. Analisa Data

No. Data yang Menyimpang Etiologi Masalah 1. DS : Klien mengeluh BAB sering, 5-6

kali sehariDO : BB :20 kg•TB : 135 cm•Rambut kusamdan kering•Kulit keringdan garis yangdalam•Perut buncit•Kaki bengkak•Suhu rabaandingin•Pembesaranhepar 1-2 cm

factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)

Malabsorbsi usus

Infeksi virus&bakteri

Motilitas usus

Diare

Deficit volume cairan

Deficit volume cairan b.d. penyerapan cairan dari usus d.d diare

2. DO : • BB :20 kg• TB : 135 cm•Hb : 8.7 gr/dl• Rambut kusamdan kering•Kulit keringdan garis yangdalam•Perut buncit•Kaki bengkak•Suhu rabaandingin•Glukosa: 52gr%•K : 3 mEq/L•Mg : 1 mEq/L

factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)

gangguan nutrisi

karbohidrat <<

pembakaran lemak

lemak tubuh dipakai

Gangguan nutrisi kurangdari kebutuhanberhubungan dengan kurang asupan nutrisi akibat faktor ekonomi ditandai dengan berat badan rendah, diare

Page 20: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

utnuk proses metabolisme

cadangan lemak

BB

Nutrisi kurang dari kebutuhan

3. DS :DO :

factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)

gangguan nutrisi

vitamin&mineral <<

Vit. A, C, E, (vitamin C&protein)

Rambut kusam

Resiko Infeksi

Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh (khususnya kekebalan seluler).

4. DO : • Menurutibunya,Anak Adalam tigabulan terakhir tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan dan kelelahanDS:• Perut buncit• Pembesaran

hepar 1-2 cm• Kaki bengkak• Hb : 8.7 gr/dl• Glukosa : 52 gr%

factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)

gangguan nutrisi

karbohidrat <<

Intoleransi aktivitas dengan metabolism anaerob ditandai dengan mudah lelah

Page 21: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

glukosa

metabolism

energy

metabolism anaerob

asam laktat

mudah lelah

intoleransi aktivitas5. DO : Menurut ibunya:

•klien sering cengeng•Tidak maubergaul dengan teman sebaya•Tidak punya keinginan apapun

DS:• BB :20 kg• TB : 135 cm, Rambut kusam dan kering,Kulit kering dan garis yang dalam, Perut buncit, Kaki bengkak

factor penyebab ( social ekonomi, kurang asupan nutrisi, penyakit penyerta, infeksi,dll)

gangguan nutrisi

karbohidrat <<

glukosa

metabolism

energy

pemecahan lemak

Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan penurunan metabolism sel dan energi ditandai dengan apatis, tidak bersekolah 3 bulan

Page 22: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

atropi

apatis, aktivitas

Gangguan tumbuh Kembang

6. DS :DO :

Faktor sosial ekonomi, status pendidikan ibu, asupan nutrisi, status kesehatan

Deficit Pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan penyakit berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang pajanan informasi

3. Diagnosa Keperawatan1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan malabsorpsi usus ditandai dengan diare2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang

asupan nutrisi akibat faktor ekonomi ditandai dengan berat badan rendah, diare3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh (khususnya kekebalan

seluler).4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolism anaerob ditandai dengan mudah

lelah5. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan metabolism sel dan energi

ditandai dengan apatis, tidak bersekolah 3 bulan6. Defisiensi pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan penyakit berhubungan dengan

keterbatasan kognitif dan kurang pajanan informasi

4. Perencanaan Keperawatan

DX

Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan perawatan, keurangan volume cairan sapat diatasi (hidrasi baik). Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Mandiri1. Monitor keseimbangan

cairan tubuh. Ukur asupan dan keluran dengan mengukur berat jenis urine.

2. Berikan cairan segera sesuian indikasi melalui IV.

3. Berikan cairan oralit.4. Berikan minum air

mineral sering.5. Timbang berat badan

1. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.

2. Mengatasi kekurangan cairan untuk mencegah terjadinya gangguan perfusi lebih lanjut.

3. Mengatasi pengeluaran cairan terus menerus akibat diare.

4. Minum air mineral dapat mempercepat pemenuhan cairan tubuh.

Page 23: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

setiap hari. 5. Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya..

2. Setelah dilakukan perawatan, dapat Menunjukkan status nutrisi klien terpenuhi, proses metabolisme dalam tubuh kembali normal. Kriteria hasil: Berat badan bertambah, nafsu makan meningkat.

Mandiri1. Monitor asupan gizi

dan output cairan (muntah, diare).

2. Timbang berat badan setiap hari.

3. Pemberian multivitamin.

Kolaborasi

4.Pemberian makan :

- Porsi kecil, sering,

rendah serat dan

rendah laktosa

- Energi:

100kkal/kgBB/hari

- Protein: 1-1,5

g/kgBB/hari

5. Evaluasi terhadap

pola makan, tanda

perubahan kebutuhan

nutrisi (turgor kulit,

nafsu makan,

kemampuan absorpsi,

bising usus, dan TTV)

1. Memberikan pedoman untuk pemberian asupan gizi yang sesuai.

2. Pemberian asupan gizi tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya.

3. Multivitamin akan membantu klien meningkatkan nafsu makan agar nutrisi terpenuhi.

4. Pemberian makan porsi kecil dan sering akan membantu mempercepat pemenuhan gizi dalam hal peningkatan berat badan.

5. Evaluasi pola makan untuk mengetahui nutrisi yang harus diberikan selanjutnya.

3.Tujuan: Resiko infeksi dapat diatasi.Kriteria Hasil:

- Penyakit tidak menyebar ke

1.Terapkan universal precaution atau standar kehati-hatian dalam setiap tindakan dengan cara mencuci tangan,

1. terhindar dari penderita yang terkena infeksi.

2. Untuk mencegah terjadinya infeksi

Page 24: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

seluruh bagian tubuh lainnya.

menjaga kebersihan, cara kontak dengan penderita.2. Berikan imunisasi lengkap, pada anak yang belum diberikan imunisasi sesuai jadwal imunisasi3.Monitor tanda lanjut dari infeksi seperti suhu, nadi, jumlah frekuensi dan tanda-tanda infeksi lain.

3. Mendeteksi dini apabila terjadi infeksi.

4. Setelah 24 jamaktivitas klienmembaik

1.Lakukan teknik distraksi dan relak-sasi

2.Kaji toleransi klien terhadapaktivitas

3.Kaji kesiapan klien untukmeningkatkan aktivitas

1. Meningkatkan rasa nyaman klien

2. Menentukan tindakan selanjutnya

3.Memotivasi klien untuk segeraSembuh

5. Tupen :pertumbuhan danperkembangan klienmembaikTupan :Klien mencapaipertumbuhan danperkembangansesuai standar usia.Kriteria hasil :Pertumbuhan fisisksesuai standar usia,perkembanganmotorik, bahasa,sosialisasi denganlingkungan

1.Ajarkan kepada orang tua tentang

standar pertumbuhan fisik dan tugas-

tugas perkembangan sesuai usia anak.

2. lakukan pemberian makanan sesuai

program terapi diet pemulihan.

3.lakukanpengukur-an antropo-metriksecara berkala.

4.lakukan stimulasi tingkatperkembangan sesuai dengan usia klien.

5. lakuakan rujukan ke lembaga pendu-kung strimulasi pertumbuhan dan perkembangan.

1. meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan anak

2. Diet khusus untuk pemenuhanmalnutrisi diprogramkan secara

bertahap sesuai dengan kebutuhananak dan kemampuan toleransi

pencernaan.3. Menilai perkembang-an

masalahKlien4. Stimulasi diperlukan

untukmengejar keter-lambatanperkembang-an anak dalam aspek

motorik, bahasa dan personal/sosial.

5. mempertahankan

Page 25: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memperdayakan sistem pendukung yang ada.

6. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat.

Mandiri1. Berikan pendidikan

kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi dengan gizi seimbang.

2. Demonstrasikan atau beri contoh bahan makanan, berikan alternatif makanan pengganti dari protein hewani bila dirasa mahal dengan protein nabati seperti tempe dan kacang kacangan.

1. Klien dan keluarga mengetahui kebutuhan nutrisi seimbang untuk mempercepat penyembuhan.

2. Pemenuhan protein sangat penting untuk penyembuhan klien.

5.Evaluasi

1. Pasien tidak kekurangan volume cairan

Tanda-tanda vital stabil

BAB berhenti dan kembali normal

Intake dan output cairan tubuh pasien seimbang

2. Status nutrisi klien terpenuhi, proses metabolisme dalam tubuh kembali normal. Kriteria

hasil: Berat badan bertambah, nafsu makan meningkat.Nyeri akut berkurang atau hilang;

Melaporkan nyeri pasien berkurang/terkontrol;

Menujukkan ekspresi wajah rileks.

3. Risiko infeksi dapat diatasi

Penyakit tidak menyebar ke seluruh bagian tubuh lainnya

4. Aktivitas kembali normal

5. Pertumbuhan kembali normal, klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai

standar usia

Page 26: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

6. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat, bisa menangani dan mengatasi masalah

kesehatan sendiri.

Peran perawat dalam penyakit KEP :

a. Advokasi

Bantu pembiayaan klien,dengan memfasilitasi klien untuk mendapatkan

BPJS/SKTM/JAMKESMAS agar bisa digratiskan

Minta kepada dokter agar obat yang diberikan bukan obat yang mahal,kalau bisa yang

generic

b. Educator

Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu klien tentang gizi yang baik bagi anak

Penkes :

a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi

dengan gizi seimbang

b. Demonstrasikan /berikan penyuluhan tentang bahan makanan dan makanan alternative

pengganti dari protein hewani bila dirasa mahal dengan protein nabati seperti tempe dan

kacang-kacangan

LO :

1. Kompartmen cairan tubuh :

- Intrasel (didalam sel)

- Ekstrasel : - intravaskular (di dalam pembuluh darah), transeluler (rongga tubuh,

pleura, perikardium), intertisial (diantara sel, jaringan limfe)

2. Nilai normal :

K : 3,6-5,8

Mg : 1,5-2,3

Hb : 10-16 (anak)

GDS : 70-100

3. Cairan intravaskuler keluar ke intertisial cairan intravaskuler menurun darah kental

aliran darah lambat kemampuan Hb mengikat oksigen turun Hb turun

4. Diare dan asupan K rendah gangguan penyerapan K,Mg, Na turun

Page 27: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

5. Asupan protein dan karbohidrat turun gangguan metabolisme glukosa dalam tubuh

turun hepatomegali kerusakan sintesa glikogen tidak terjadi glukoneogenesis

kadar GDS turun

6. Hb turun karena defisiensi asam folat dab B12

7. Mg turun karena defisiensi Mg

8. Fungsi Vitamin :

B1 : koenzim metabolisme

B2 : Pernafasan

B6 : Saraf

B12 : Anti anemia

LAMPIRAN SGD KASUS 1

Step 1 :

1. Mg (randi) : Magnesium (lathifani)

Page 28: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Step 2 :

1. Apa yang menyebabkan BAB sering ? (gilang)

2. BB dan TB normal untuk anak usia 8 tahun ? (muti)

3. Penyebab mata sayu, sembab, suhu rabaan dingin ? (endah)

4. Penyebab perut buncit dan kaki bengkak ? (elva)

5. Normal Gula Darah Sewaktu ? (randi)

6. Pemeriksaan kalium untuk apa ? (nurrachma)

7. Dampak psikososial keluarga? (lovi)

8. Penanganan dan pencegahan BAB sering ? (citra)

9. Kira-kira penyakit apa? Penyebab? (elva)

10. Mengapa si klien tidak mempunyai keinginan apapun ? (gilang)

11. Pembesaran hepar karena apa ? ( tiara n.)

12. Status gizi normal anak usia 8 tahun ? ( rias)

13. Komplikasi ? (endah)

14. Penkes keluarga ? (lovi)

15. Peran perawat ? (lathifani)

16. Perkembangan terganggu atau tidak ? (Ridha)

17. Pemeriksaan yang lain ? (lathifani)

18. Penyebab kelelahan ? (muti)

19. Obat herbal ? (endah)

20. Pengaruh lingkungan ? (elva)

21. Apakah cengeng dan tidak mau bergaul merupakan tanda dan gejala ? (rias)

22. Normal Mg dan nama pemeriksaan ? (lathifani)

Step 3 :

9. KEP (Kekurangan Energi Protein) (nurrachma)

Penyebab : kemiskinan, lingkungan padat penduduk, kebersihan, pendidikan orang tua

Kwarsiorkor (endah)

Saat ibu hamil kurang protein, ASI tidak eksklusif

KEP ada 2 : (rias)

1. Marasmus : kurang kalori

Page 29: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

2. Kwarsiorkor : kurang kalori dan protein

Ada tiga tingkatan : (ridha)

1. Marasmus

2. Kwarsiorkor

3. Marasmus-Kwarsiorkor

20. Berpengaruh, apabila tinggal di daerah kumuh dan kurang mampu nutrisi tidak tercukupi

(muti)

Kebersihan, pola makan, cara pemenuhan kebutuhan ortu pada anak, sanitasi lingkungan

(citra)

16. Terganggu dari BB dan TB tidak sesuai, harusnya sesuai setelah 3 bulan. Karena akibat

dari BB dan TB turun (randi)

2.BB

TB ²(dalam meter ) (tiara n.)

Rasio : 18,5 – 25 (ridha)

1. Penyebab karena infeksi (nurrachma)

Karena bakteri/virus : virus mengiritasi mukosa usus sehingga penyerapan tidak sempurna

mengakibatkan banyak elektrolit yang terbuang (elva)

Makanan dan lingkungan yang tidak bersih sehingga menimbulkan bakteri (endah)

Kaitannya dengan daya tahan tubuh (lathifani)

21. Iya (endah)

10. Apatis (endah)

13. Anemia karena Hb turun, dehidrasi (gilang)

Dehidrasi ditandai dengan kulit kering dan dilakukan pemenuhan kebutuhan cairan

(ridha)

Hipoglukemi, Hipotermi (elva)

Energi dan protein turun maka karbohirat dalam tubuh juga turun sehingga menyebabkan

hipoglukemi (ridha)

Edema karena kurang protein sehingga kurang asam amino ke otot mengakibatkan

menurunnya produksi albumin (endah)

Page 30: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Makanan yang tidak bergizi, maka nutrisi ke sel-sel tubuh juga kurang karena tubuh

selalu melakukan katabolisme sehingga kebutuhan protein meningkat, mengakibatkan

defisiensi protein jadi kwarsiorkor (elva)

5. Nilai normal GDS 100-120 atau 80-100 (lathifani)

60-100 (tiara d.)

18. Kadar glukosa tubuh menurun sehingga anak mudah kelelahan (lovi)

Pengaruh albumin yang larut dalam air dan garam, cairan albumin menurun

mengakibatkan darah kental, koagulasi cepat, pembuluh darah tersumbat (elva)

15. Sebagai pendamping, pemberi penkes, penanganan awal kalau tidak diobati, pendekatan

kepada klien agar anak tidak minder dan cengeng, advokasi biaya pembelian obat dan

gizi yang cukup.

7. Cengeng, malas bergaul (tiara d.)

Intoleransi aktivitas (endah)

Keluarga stress karena biaya (lovi)

Perut buncit, minder (nurrachma)

17. Antopometri : penilaian fisik terhadap usia dan kebutuhan nutrisi (elva)

Pemeriksaan fungsi hati, albumin darah (citra)

Antopometri meliputi : BB, TB, lingkar lengan, dada, kepala, pinggul (ridha)

Ekg (endah)

Urinalisis (lathifani)

8. Oralit, bisa beli bisa buat sendiri dengan cara 2 sendok makan gula, 1 sendok teh garam

dan segelas air (lathifani) tetapi tidak terstandar oleh karena itu tidak

direkomendasikan membuat sendiri

Cairan dalam tubuh :

- Intrasel

- Ekstrasel : interstisial dan intravascular

Dalam tubuh mengandung 80% air

Pencegahan : Makanan harus bersih, cuci tangan sebelum makan, makan pisang karena

tinggi kalium, pemberian makanan berserat (endah)

23. Status gizi : TB, BB, penampilan fisik (lathifani)

Penyakit yang menyertai (gilang)

Page 31: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Riwayat kesehatan (endah)

Riwayat kesehatan keluarga (lathifani)

Keluhan (citra)

24. Defisit volume cairan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya asupan asupan protein d.d BB dan TB

turun

Gangguan tumbuh kembang b.d kurangnya interaksi social

Intoleransi aktivitas b.d kurangnya protein dalam otot

Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan

Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik d.d perut buncit dan kaki bengkak

Defisit knowledge gizi yang baik, penyakit dan penanganan b.d status kognitif tentang

penyakit

Diagnosa Intervensi

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d kurangnya asupan

asupan protein d.d BB dan TB

turun

Pemberian makanan TKTP

Sedikit tetapi sering

Makanan kesukaan pasien

Monitoring BB klien

Makanan mudah dicerna

Multivitamin

Kolaborasi dengan dokter

Kolaborasi dengan ahli gizi

Beri makanan berserat

6. Untuk mengetahui status elektrolit (ridha dan tiara D)

DAFTAR PUSTAKA

Page 32: Makalah Sistem Digestive Kasus 1

Behrman, RE (Ed). 2010. Nelson Esensi Pediatri Edisi 4. Jakarta: EGC. P 80 – 84

Broker, Chris (Ed). 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC. P 358

Carpenito,Lynda Juall.2009.Diagnosis Keperawatan “Aplikasi pada Praktik Klinis”.

EGC:Jakarta.

Febry, Ayu B & Marendra, Z. 2008. Buku Pintar Balita. Jakarta: Wahyu Medika. P 13

Hatfield, Nancy T. 1998. Broadribb’s Introductory Pediatcric Nursing 7th Edition. China:

Lippincott-Raven. Elsevier.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika. P 100

Kurt J (Ed). 1999. Harrison Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. P 491

Mutaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi. Jakarta: Salemba Medika

Nelson. 1994. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Osborn, Cherryl and Annita B. Watson. 2010. Medical Surgical Nursing: Preparation For

Practice.

Slide Materi Ibu Ikeu

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier.

Jakarta: Salemba Medika P 329 – 338

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2059092-10-langkah-utama-tatalaksana-

kep/#ixzz2xM3Zf6IB