Makalah saraf

36
MAKALAH CERVICAL ROOT SYNDROME

description

makalah

Transcript of Makalah saraf

MAKALAH CERVICAL ROOT SYNDROME

BAB IPENDAHULUAN

Perasaan nyeri di daerah servikal merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan seseorang datang berobat ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan. Rasa nyeri ini dapat bersifat subyektif tergantung nilai ambang nyeri seseorang sehingga menyulikan dokter untuk membuat suatu batasan, namun demikian karakteristik nyeri seringkali membantu dalam hal mencari penyebab nyeri. Pada daerah spinal salah satu keluhan nyeri musculo-skletal berupa nyeri pada daerah leher (Cervical Root Syndrome). Nyeri spinal timbul akibat berbagai keadaan yang mengenai tulang belakang serta berbagai jaringan di sekitarnya yang berkaitan langsung atau bahkan nyeri pada daerah spinal merupakan nyeri alih dari tempat lain atau organ lain yang jauh dari vertebra. Nyeri spinal bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya : Proses degenerasi, infeksi, trauma, tumor dan kelainan sistemik.

Keluhan nyeri ini disebabkan oleh adanya iritasi dari radiks syaraf dalam foramen intervertebral, spondilosis yang umumnya berkaitan dengan proses degeneratif. Awalnya keluhan ini didahului dengan perasaan kaku pada leher. Sekitar 34% penduduk dunia pernah mengalami keluhan ini, bahkan 14% diantaranya telah mengalaminya lebih dari 6 bulan. Keluhan nyeri atau kelainan ini mulai dialami pasien yang berusia 25-29 tahun (25-30%) dan meningkat seiring dengan pertambahan usia, bahkan mencapai 50% pada usia 45 tahun keatas.

Dua gejala utama dari keluhan nyeri daerah servikal ini adalah :1. Nyeri servikal tanpa disertai nyeri radikuler dan defisit neurologis.2. Nyeri servikal yang diikuti dengan nyeri radikuler dan defisit neurologis.Beberapa gejala lain yang perlu diperhatikan adalah keluhan pseudo angina pectoris,

pandangan kabur, tinnitus, disfagia, dyspnea, palpitasi serta nausea. Hal ini tergantung tulang belakang yang mengalami kelainan.Dibawah ini akan dibahas nyeri pada daerah cervical atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cervical Root Syndrome yang merupakan bagian dari nyeri spinal yang banyak ditemukan di masyarakat

1

BAB IIDEFINISI

Cervical Root Syndrome adalah sindroma atau kumpulan gejala dari berbagai keadaan yang diakibatkan kompresi atau penekanan pada akar saraf cervical yang mengenai saraf tersebut, ditandai dengan keluhan nyeri daerah telapak tangan berupa paraestesi, nyeri, rasa atau sensasi seperti disiram air dingin dan juga kaku.

Salah satu contoh penyakitnya adalah syndrome radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan anterior yang dilanda proses patologik. Gangguan itu dapat setempat atau menyeluruh. Dalam mempelajari tentang Cervical Root Syndrome, ada beberapa istilah yang perlu diketahui sebagai berikut :

1. Anasthesia : hilang perasaan ketika dirangsang ; hipestesia2. Hiperesthesia : perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (kebalikan anasthesia)3. Parasthesia : perasaan yang timbul secara spontan, tanpa dirangsang ; disebut juga

dengan istilah “Kesemutan”.4. a. Gangguan sensori negative : perasaan abnormal tubuh yang dinamakan anesthesia dan

parasthesia.b. Gangguan sensori positive : hasil perangsangan pada nosiceptor serta unsur-unsur saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke kortex cerebri.

5. Ataksia : gangguan lintasan proprioseptif.6. Hipesthesia radikular : hipesthesia dermatomal.

2

BAB IIIEPIDEMIOLOGI

Insidens nyeri servikal tidak sebanyak keluhan nyeri pinggang bawah, namun penelusuran terhadap nyeri tersebut seringkali menyulitkan para klinisi. Pada umumnya keluhan ini mulai menyerang pasien yang berusia antara 25-29 tahun (sekitar 25-30%). Prevalensi kejadian tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya usia, bahkan bisa meningkat sampai 50% pada mereka yang berusia diatas 45 tahun. Wanita lebih banyak mengalami keluhan ini dibanding pria.

Suatu studi yang dikerjakan pada tahun 1979-1983 di Yogyakarta, dilaporkan bahwa prevalence rate keluhan ini per 1000 penduduk pada kelompok umur 15-24 tahun adalah sekitar 9,76%, usia 25-49 tahun adalah ± 38,46% dan pada usia 50 tahun keatas ± 71,77%. Hal ini sependapat dengan beberapa studi lain yang juga memperlihatkan adanya peningkatan prevalence rate keluhan nyeri seiring dengan bertambahnya usia.

3

BAB IVPATOFISIOLOGI

4.1. ANATOMIPada daerah leher, banyak terdapat jaringan yang bisa merupakan sumber nyeri. Biasanya

rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligament, akar saraf, faset artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh infeksi atau inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan gambaran distribusi dermatomal yang dipersyarafi oleh syaraf servikal.

Pars Cervicalis columna verteralis melengkung ke depan dan terdiri atas tujuh vertebra.Vertebra cervicalis yang khas memiliki ciri berikut ini : Pada tiap processus tranversus

terdapat foramen processus tranversi untuk pembuluh-pembuluh vertebrae. (Perhatikan A.Vertebralis yang hanya melalui processus tranversus C 1-6). Processus spinosus kecil dan bifid. Corpusnya kecil dan ukuran ke sisi lebih besar daripada ukuran depan ke belakang; terdapat sendi-sendi sinovial kecil pada masing-masing sisi. Foramen vertebralesnya besar dan berbentuk segitiga. Processus articulari superior memiliki faset-faset artikular yang rata dan kecil, menghadap ke belakang dan atas; processus articularis inferior memiliki faset-faset yang menghadap ke bawah dan depan.

4

Vertebra cervicalis 1, 2, dan 7 bersifat atipis (tidak khas). Vertebrae cervicalis pertama, atau atlas, tidak memiliki corpus dan processus spinosus. Hanya berupa cincin tulang, yang terdiri atas arcus anterior dan posterior dan massa lateralis pada masing-masing sisinya. Tiap massa lateralis memiliki permukaan sendi pada aspek atas dan bawahnya. Tulang ini berartikulasi di atas dengan condylus occipitalis, tempat berlangsungnya gerakan mengangguk. Di bawah, tulang ini berartkulasi dengan axis, membentuk artikulasio atlanto-axialis, tempat berlangsungnya gerakan memutar kepala.

Vertebrae cervicalis yang kedua, atau axis, memiliki dens yang mirip pasak, terletak di atas corpus dan dianggap mewakili corpus atlas yang menyat dengan axis.

Vertebra cervicalis ketujuh, atau vertebrae prominens, disebut demikian karena memiliki processus spinosus paling panjang. Processus ini tidak bifid. Processus tranversusnya besar, nami processus transversi kecil dan tidak dilalui A.Vertebralis.

Nn. Cervicales, setelah keluar dari foramen intervertebrae, bercabang menjadi ramus ventralis dan dorsalis.

Ramus ventralis berjalan ke lateral di belakang A.Vertebralis dan juga di belakang M.Longus capitis di sebelah atas dan M.Scalenus anterior di bawah. Plexus Cervicalis dibentuk oleh rami ventralis C1-4. Cabang-cabangnya disatukan melalui cabang-cabang penghubung, membentuk simpai, yang terletak di depan origo M. Levator Scapulae dan M. Scalenus medius. Pleksus ini ditutupi oleh lamina pevertebralis fascia cervicalis profunda dan bersebelahan dengan V. Jugularis interna di dalam vagina carotica.

Ramus dorsalis berjalan ke belakang, mengelilingi processus articularis dan disebarkan ke otot dan kulit punggung. Ramus dorsalis C1 tidak mencapai kulit.

Plexus Bracialis dibentuk dari rami ventralis C5, 6, 7, dan 8 dan Th1. Terletak pada sudut anferoinferior dari trigonum posterius. Untuk keperluan deskripsi plexus ini dapat dibedakan atas radiks, trunkus, divisi, dan fasikulus.

Radices plexus brachialis memasuki trigonum posterior setelah muncul di celah diantara M. Scalenus anterior dan M. Scalenus medius. Bersama A.Subclavia, pleksus ini diselubungi oleh fascia axillaris yang berasal dari lamina prevertebralis.

Trunci plexus brachialis dibentuk sebagai berikut : Radix C5 dan C6 menyatu membentuk truncus superior. Radix C7 berlanjut menjadi truncus medius. Sedangkan radix C8 dan Th1 membentuk tuncus inferior, yang terletak di belakang A. Subclavia bagian ketiga.

Divisiones plexus brachialis terbentuk dengan pembelahan setiap truncus menjadi cabang ventral dan dorsal. Ini terjadi di trigonum omoclaviculare.

Fasciculi plexus brachialis dibentuk sebagai berikut : fasciculus lateralis terbentuk dengan menyatunya divisi ventral truncus superior dan medius. Fasiculus posterior terbentuk dengan menyatunya divisi dorsal dari truncus superior, medius, dan inferior. Sedangkan fasiculus medialis terbentuk dari divisi ventral dari truncus inferior.

Fasikulus meninggalkan trigonum posterior setelah berjalan naik di belakang clavicula dan masuk ke axilla.

5

Segala sesuatunya yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatome radiks posterior yang bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena faktor kongenital, nukleus pulposus atau serpihannya, tumor dan sebagainya dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior.

Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi terberat, kemudian yang kedua lainnya mengalami nasib yang sama karena adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain sebagainya. Maka nyeri radikuler akibat iritasi terhadap tiga radiks posterior ini dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas nyeri yang tajam, menjemukan dan paraestesia.

Nyeri yang timbul pada vertebra servikalis dirasakan di daerah leher dan belakang kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan atas, lengan bawah atau tangan. Rasa nyeri di picu/diperberat dengan gerakan/posisi leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher.

4.2. PENYEBAB DAN UNDERLYING DISEASECervical Root Syndrome bisa disebabkan/dicetuskan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Proses DegeneratifDiskus dan sendi-sendi leher sering mengalami perubahan degeneratif yang angka

prevalensinya meningkat seiring dengan pertambahan usia sehingga sangat mempengaruhi kemampuan kerja seseorang.

2. InfeksiSalah satu gejala awal dari penyakit gondok, encepahlitis dan poliomyelitis adalah

kekakuan dan sakit pada leher.3. Trauma

Adanya trauma langsung atau tak langsung pada daerah leher akibat kerja atau olah raga ataupun perkelahian bisa menyebabkan rasa sakit pada leher.

4. Kelainan CongenitalBayi yang lahir dengan bentuk tulang belakang yang mengalami kelainan atau

sambungan yang lepas pada daerah leher bisa memicu terjadinya nyeri pada leher apabila ruas-ruas tulang belakang mulai menekan spinal cord.

6

5. TumorAdanya tumor atau pertumbuhan abnormal pada leher juga bisa memicu

timbulnya rasa nyeri terlebih lagi bila tumor tersebut cukup besar sehingga bisa menekan spinal cord.

6. Herniasi DiskusAdanya diskus yang keluar dari salah satu ruas tulang belakang tentunya juga bisa

menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada daerah cervical.7. Ketegangan otot dan tendon daerah leher dalam waktu lama

Sikap yang salah atau kurang benar ketika bekerja, tidur, atau sewaktu berolah raga yang bisa menyebabkan terjadinya ketegangan kronis pada leher sehingga terjadi peregangan pada ligament, otot leher menjadi lelah, sendi-sendi leher dan syaraf yang tertekan bisa menimbulkan rasa nyeri daerah leher.

8. Faktor PsikososialFaktor-faktor psikologis misalnya beban kerja yang banyak, suasana kerja yang

monoton juga bisa memicu timbulnya rasa nyeri daerah cervical ini.

Pada Cervical Root Syndrome, perlu dibedakan beberapa penyakit atau keadaan yang dapat menyebabkan nyeri pada servikal, lesi yang menyebabkan nyeri servikal dan bahu, nyeri servikal yang disertai penjalaran akibat lesi tertentu dan sebagainya. Pada tabel 1.1 diperlihatkan berbagai penyakit yang dapat menimbulkan Cervical Root Syndrome.

Tabel 1.1 Penyebab Cervical Root SyndromeGangguan Lokal Pada Leher

1. Osteoarthritis2. Artritis Reumatoid3. Artritis Reumatoid Juvenilis4. Tendinitis Sternokleidomastoideus5. Strain Servikal Posterior Akut6. Infeksi Farings7. Limfadenitis Servikal8. Osteomielitis9. Meningitis10. Spondilitis Ankilosa11. Paget Disease12. Tortikolis13. Keganasan (Primer/Sekunder)14. Neuralgia Oksipital15. DISH (Diffuse Idiophatic Skeletal

Hyperostosis)16. Demam Reumatik17. Gout

Lesi yang mengakibatkan nyeri leher / bahu

1. Gangguan postural2. Artritis Reumatoid3. Sindroma Fibrositis4. Trauma Muskuloligamentum5. Osteoartritis6. Spondilosis Servikalis7. Osteoartritis Intervertebral8. Thoracic outlet syndrome9. Trauma pada saraf

Lesi yang mengakibatkan nyeri leher disertai penjalaran nyeri

1. Spondilosis Servikalis2. Artritis Reumatoid3. Osteoartritis4. Tumor medulla spinalis5. Sindrom neurovaskular servikal

7

Tidak semua penyakit akan dibahas dalam makalah ini, hanya beberapa penyakit yang mendasari patofisiologi yang sering muncul di masyarakat yang akan dibahas, yaitu :

1. Spondilosis ServikalSuatu keadaan ketidak cukupan fungsi dari serabut saraf diakibatkan perubahan

degeneratif dari diskus dan sendi yang didapat kebanyakan pada usia dewasa. Proses ini mengakibatkan kompresi pada serabut saraf menghasilkan cervical “arthritis” (disebut juga cervical spondilosis), yang mana belum dipahami sepenuhnya dan sepertinya mempunyai banyak sebab.

Perubahan-perubahan pada spinal servikal ini mengkibatkan penyempitan dari kanal spinal itu sendiri dan menyebabkan penebalan dari ligamen posterior longitudinal dan munculnya formasi bone spur (osteophyte) yang mengkompresi serabut saraf seringkali pada tingkat C4-C7. Hasil akhir dari kompresi kronik serabut spinal dan serabut saraf mengakibatkan ketidakcukupan aliran darah dan defisit neurologi menghasilkan kerusakan besr di dalam serabut spinal. Kondisi terkait yang sering muncul didapati pada orang-orang non-Asia, yaitu Osifikasi Ligamen Posterior Longitudinal (OPLL).

2. SpondilitisSuatu keadaan yang muncul sebagai hasil perubahan sendi dari kolumna

vertebralis, kebanyakan karena diakibatkan oleh karena kelainan pada diskus antar vertebra, yang menghasilkan keradangan pada tulang dan jaringan dari kolumna vertebra. Biasanya pada orang lanjut usia, diskus antar vertebra mengering kemudian

8

menjadi kehilangan elastisitas dan menjadi lebih mudah tertekan. Deposit mineral, biasanya kalsium, mulai terakumulasi pada diskus ini dan menyebabkan kekakuan lalu dapat timbul keadaan peradangan.

3. SpondilolistesisSuatu keadaan yang dapat didahului oleh spondilolisis yang dapat menyebabkan

terselipnya sebuah vertebra dengan vertebra yang lain di bawahnya.

4. Spondiloarthrosis.Proses arthritis pada sendi-sendi di vertebra.

5. Spondilolisis.

9

Suatu keadaan patologis yang terjadi ketika retakan muncul di bony ring di belakang kolumna spinalis. Sangat sering muncul pada punggung bagian bawah. Pada kondisi ini, tulang yang melindungi serabut saraf retak sebagai hasil dari tarikan yang berlebihan atau berulang-ulang. Area yang terkena efeknya disebut pars interarticularis, jadi kadang-kadang dokter menyebutnya sebagai pars defect.

4.3. FAKTOR RESIKO

1.Sikap Tubuh

a. Abduksi dan foward flexion (kepala turun dan maju ke depan) lebih dari 30º dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya nyeri leher akibat penekanan otot supraspinatus >30 mmHg sehingga terjadi gangguan aliran darah.b. Sakit leher banyak dijumpai pada pekerja-pekerja yang dituntut bekerja dalam satu sikap tertentu dalam waktu yang cukup lama misalnya pada industri perakitan, orang yang bekerja sebagai professional komputer, atlet sepeda, turis yang berpergian dengan posisi duduk dan tidur dalam jangka waktu lama, operator telepon, dsb.c. Sikap kerja yang baik pada posisi duduk yang tidak menyebabkan pengaruh buruk pada tulang belakang adalah sikap duduk sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung sehingga otot-otot punggung terasa lebih enak.

10

d. Sikap duduk yang baik adalah :- Tidak menghalangi pernafasan.- Tidak menghambat peredaran darah.- Tidak menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi organ dalam tubuh.

e. Syarat bekerja pada posisi duduk :- Pekerja merasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.- Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

11

2. GetaranPegangan/handle suatu alat atau mesin yang menimbulkan getaran dapat

mempengaruhi kontraksi otot dalam upaya menstabilkan posisi tangan dari alat tersebut sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada leher.

3. Gerakan trauma berulang pada pekerjaanGerakan berulang-ulang yang dilakukan oleh tangan akan meningkatkan

kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu sehingga juga akan meningkatkan resiko kekakuan leher. Dapat juga pada terjadi pekerjaan yang mengangkat beban dengan menggunakan kepala, penari professional, dan atlet binaragawan.

4. Organisasi PekerjaanOrganisasi pekerjaan ini digambarkan sebagai distribusi pembagian tugas

pekerjaan, lama kerja, lama waktu istirahat/makan. Jangka waktu antara bekerja dan istirahat mempunyai efek pada kelelahan jaringan dan masa penyembuhannya.

5. Faktor Psikologis dan SosialBeberapa studi telah menunjukkan adanya hubungan antara faktor psikologis

terhadap pekerjaan dan gangguan pada daerah leher. Misalnya tekanan psikologi yang dirasakan, kontrol yang rendah dari sistem organisasi pekerjaan, hubungan yang kurang harmonis dengan manajemen dan teman kerja serta permintaan yang tinggi akan tingkat ketelitian, kecermatan dan kecepatan.

6. Faktor IndividuKarakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot dan daya tahan,

kebugaran fisik, ukuran tubuh, kepribadian, kecerdasan, kebiasaan waktu senggang (aktivitas fisik, merokok, minum alkohol, pola makan), kerentanan terhadap kemungkinan sakit otot. Pada beberapa kebanyakan sakit otot, resiko meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Wanita biasanya mempunyai resiko mengalami nyeri otot dibanding pria.

Pada sponsilitis, ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan munculnya spondilitis yang lebih besar pada beberapa keluarga, sehingga diduga faktor genetik juga ikut mempengaruhi.

12

4.4. LOKASINyeri alih dirasakan di daerah skapula medial, bahu atas/belakang dan bagian posterior

lengan bawah sampai siku. Nyeri bertambah dengan fleksi sevikal ke depan. Nyeri mielogenik dapat berupa gelombang, merujuk ke bawah spinal sampai ke ekstremitas. Sedangkan nyeri neurogenik tersa lebih tajam, sepeti tersengat atau terbakar. Penjalaran nyeri ke arah lengan dalam daerah dermatom radiks saraf.

Adanya keterlibatan neurilogis perlu ditetapkan seperti sensasi kesemutan pada tangan yang menunjukkan adanya iritasi radiks servikal C5, C6, C7, C8 dan refleks serta kekuatan otot. Biasanya gangguan neurologis yang terjadi bersifat lower motor neuron.

Nyeri di tengkuk dapat timbul mendadak akibat trauma atau terjadi perlahan-lahan. Rasa nyeri sering menjalar ke bahu atau lengan atas. Jika terasa di bagian dalam sukar dilokalisasi. Tekanan pada radices menyebabkan rasa tebal dan paresthesia. Gerakan leher jadi terbatas dan sering disertai krepitasi dan rasa nyeri. Gangguan akibat tekanan mendadak pada A.Vertebralis dapat menimbulkan, nyeri kepala, vertigo, tinnitus atau drop attacks.

13

BAB VGEJALA

Gejala dari Cervical Root Syndrome bergantung dari serabut saraf mana yang terkena keadaan patologisnya. Gejala-gejala sensoris yang dapat timbul antara lain tampak pada gambar berikut :

14

BAB VIPENATALAKSANAAN

5.1. PEMERIKSAAN5.1.1. ANAMNESA

Penting ditentukan terlebih dahulu keluhan utama yang dirasakan pasien yang menyebabkan ia datang berobat, misalnya : rasa nyeri, rasa baal, perasaan seperti disiram air es, kelemahan serta lokasi keluhan itu dirasakannya. Ditanyakan juga faktor-faktor lain yang mungkin bisa meningkatkan resiko terjadinya keluhan itu, seperti : pekerjaannya, aktivitas sehari-hari, riwayat cedera, posisi kepala yang mungkin memperberat/mengurangi keluhan, dugaan keganasan pada leher atau tempat lain serta gangguan-gangguan lainnya.

5.1.2. INSPEKSIMemperhatikan postur tubuh pasien saat dilakukan anamnesis merupakan pemeriksaan

fisis awal yang dapat membantu diagnosis. Biasanya postur tubuh tersebut mencerminkan keadaan sebenarnya. Perhatikan sikap tubuh pasien saat menyampaikan keluhannya, bagaimana posisi kepala dan leher selama wawancara. Biasanya pasien menekukkan kepala menjauhi sisi yang sakit dan leher terlihat kaku. Gerakan leher terbatas baik mendekati atau menjauhi sisi yang cedera. Pada kondisi yang berat akan tampak adanya deformitas pada lengan.

5.1.3. PALPASIPada palpasi akan didapatkan kekakuan dan nyeri pada sisi otot atau radiks syaraf yang

terkena, dapat pula disertai hipertonus maupun spasme sisi otot yang nyeri.1. Motorik

Pemeriksaan motorik sangat penting dilakukan untuk menilai tingkat radiks servikal yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh : kelemahan abduksi pundak menunjukkan radikulopati C5, kelemahan fleksi siku dan ekstensi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C6, kelemahan ekstensi siku dan fleksi

15

pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C7, kelemahan ekstensi ibu jari dan deviasi ulnar pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C8. Pemeriksan refleks tendon sangat membantu menentukan tingkat radiks yang terkena, seperti refleks biseps mewakili tingkat radiks C5-C6 dan refleks triseps mewakili radiks C7-C8.

2. SensorikMerupakan catatan penting apabila ditemukan atau ada gangguan sensorik dengan

batas jelas. Namun seringkali gangguan sensorik tidak sesuai dengan dermatomal atlas anatomis. Hal ini disebabkan oleh adanya tumpang tindih daerah persyarafan. Selain itu, pemeriksaan ini juga menunjukkan tingkat subyektifitas yang tinggi.

3. Tes ProvokasiTes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher

diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Hasil positif bila nyeri servikal berkurang.

Gambar :

4. Tes Distraksi Kepala

16

Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.

Gambar :

5. Tindakan Valsava

Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.Gambar :

5.1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG1) Foto Polos Cervical

Pada foto polos dapat terlihat adanya penyempitan foramen intervertebral. Foto polos servikal ini penting dilakukan untuk mengetahui adanya fraktur atau subluksasi pasien dengan trauma daerah leher. Namun pemeriksaan ini masih kontroversial untuk dilakukan sebagai alat screening awal kasus-kasus nyeri servikal non traumatic. Beberapa studi menunjukkan bahwa kelainan servikal seperti spondilosis sering ditemukan pada pasien tanpa keluhan bahkan pada usia relatif masih muda. Data menunjukkan bahwa 70% wanita dan 95% laki-laki tanpa mengalami keluhan antara usia 60-65 tahun terdapat

17

perubahan degeneratif pada foto polos servikal. Foto Rontgen dengan proyeksi AP, lateral dan oblique dapat memperlihatkan spondylosis, osteofit dan penyempitan foramen intervertebralis. Akan tetapi gambaran rontgenologis tidak selalu sesuai dengan keluhan dan gejala klinis.

Keterbatasan penggunaan foto polos servikal juga terlihat pada salah satu studi yang dilakukan dengan membandingkan antara foto polos servikal dengan gambaran tulang servikal pada bedah kadaver yang menunjukkan foto servikal hanya mampu mendeteksi 67% penyempitan diskus, 57% osteofit posterior yang besar dan 32% degenerasi sendi faset. Heller dkk. menganjurkan sebaiknya pemeriksaan foto polos servikal dilakukan hanya pada kasus-kasus kecurigaan klinik adanya keganasan, infeksi pasca trauma dan kemungkinan adanya tindakan operatif.

2) CT-SCANDengan pemeriksaan ini dapat ditemukan prolaps diskus atau penyempitan

foramen intervertebral dan juga memberikan visualisasi yang lebih baik atas komponen tulang, juga sangat membantu mendeteksi adanya fraktur tulang belakang. Akurasi pemeriksaan ini berkisar antara 72-91% dalam mendeteksi adanya herniasi diskus. Akurasi meningkat sampai 96% bila dikombinasi dengan myelografi.

18

3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya penekanan akar syaraf spinal pada

midportion dari servikal. MRI dapat mendeteksi kelainan ligament maupun diskus. Seluruh daerah medulla spinalis, radiks syaraf dan tulang belakang dapat divisualisasikan.Namun pada salah satu penelitian didapatkan adanya abnormalitas berupa herniasi diskus pada sekitar 10% subyek tanpa keluhan, sehingga hasil pemeriksaan ini tetap harus dihubungkan dengan riwayat perjalanan penyakit, keluhan maupun pemeriksaan klinis.

4) EMG (Electromyelography)Pemeriksaan ini membantu mengetahui apakah suatu gangguan bersifat

neurogenetik atau tidak (pada kasus cervical root syndrome, akan terbaca adanya pemanjangan impuls syaraf) karena pada kasus spasme otot dan arthritis juga mempunyai

19

gejala yang sama. Selain itu bisa juga digunakan untuk menentukan level dari iritasi/kompresi radiks, membedakan lesi radiks dan lesi syaraf perifer serta untuk membedakan adanya kasus iritasi atau kompresi.

5) Pemeriksaan LaboratoriumPada kasus ini, pemeriksaan laboratorium seperti darah dan urine tidak mutlak

harus dilakukan mengingat kasus ini tidak bisa diidentifikasi secara spesifik. Hal yang mungkin bisa ditemukan dari pemeriksaan laboratorium ini adalah penyakit-penyakit lain yang mungkin bisa menjadi faktor pencetus timbulnya kasus ini, seperti misalnya adanya infeksi, keganasan, penyakit-penyakit degeneratif lainnya atau mendeteksi adanya osteoporosis.

5.2. PENGOBATANa. Obat

Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti kodein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Anksioloitik dapat diberikan pada mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal dapat mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya diletakkan pada bantal servikal sedemikina rupa yaitu sedikit dalam posisi fleksi sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan kearah lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri, terutama pada spondilosis servikalis atau kelompok nyeri non spesifik.

Jenis obat-obatan yang banyak digunakan adalah golongan salisilat atau NSAID, Analgetik narkotik serta Roborantia :

- Ibuprofen 400 mg tiap 4-6 jam (PO)- Naproksen 200-500 mg tiap 12 jam (PO)

20

- Fenoprofen 200 mg tiap 4-6 jam (PO)- Indometacin 25-50 mg tiap 8 jam (PO)- Kodein 30-60 mg tiap jam (PO/Parentral)- Vit B1, B6, B12

b. FisioterapiTujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau

resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medula spinalis.

1. Traksi LeherTindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau

pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks syaraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau intermitten.

2. Cervical CollarPemakaian cervical colar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi

kompresi pada radiks syaraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan penggunaannya diubah pada minggu II secara intermitten atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta

21

kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks syaraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.

3. Terapi PanasTerapi panas dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas

terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan selama 15-30 menit 1-4 kali sehari, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik tergantung pada persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.

22

4. Parafin Bath

Digunakan untuk mengaplikasikan panas pada area spesifik dari tubuh dengan menggunakan parafin wax. Area yang diterapi secara cepat dilingkupi oleh cairan parafin wax yang sudah dipanaskan dan kemudian cairan tersebut akan ditarik kembali sehingga wax akan menjadi padat. Prosedur tersebut diulang sampai terbentuk 5 sampai 10 mm tebal lapisan, dan kemudian seluruh area dibungkus oleh semacam kain khusus. Teknik ini sering dipergunakan untuk pasien dengan artritis dan reumatik atau keadaan sendi lainnya.

5. USD

23

6. Tindakan OperatifTindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan

kompresi terhadap radiks syaraf atau pada penyakit medula spinalis yang berkembang lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan kompresi tentunya harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa.

5.3. SARANUntuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali bekerja

adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkunan kerja yang baik.Seluruh pasien nyeri leher sebaiknya diberitahukan mengenai masalah yang dihadapinya

serta memberikan gambaran pengobatan maupun instruksi yang harus dilakukan seperti posisi saat duduk, mengendarai kendaraan dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai pekerjaan atau aktifitas sehari-hari

Anjuran pertama yang diberikan apabila timbul kembali nyeri servikal adalah menghindari semua kegiatan yang adapat menimbulkan rasa nyeri, disamping itu penguatan otot-

24

otot servikal harus dilakukan selama minimal 3 bulan secara intensif tiap hari dan dilanjutkan secara intemitten seumur hidup.

Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat :- Menghindari bekerja dengan posisi kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu

yang lama, pegangan dan posisi yang sering berulang.- Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk

dan pada tingkatan kepala, leher merasa kuat, longgar dan santai.- Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.- Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar pada leher.

BAB VIIDAFTAR PUSTAKA

1. Faiz, O & Moffat, D.; At Anda Glance ANATOMI ; Jakarta; Penerbit Erlangga; 2004.2. McPhee, M.J., et all; 2008 CURRENT Medical Diagnosis & Treatment; United States of

America; McGrawHill; 2008.3. Priguna, S.; Neurologi Klinis Dasar; Jakarta; Dian Rakyat; 2003.4. Priguna, S.; Tata Pemeriksaan Klinis Neurologi; Jakarta; Dian Rakyat; 1999.5. Priguna, S.; Neurologi Klinis Dasar Dalam Praktek Umum; Jakarta; Dian Rakyat; 2004.6. Putz, R., Pabst, R.; Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 1, Edisi 21; Jakarta; EGC;

2000.7. Snell, R.S.; Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian 3, Edisi 3; Jakarta;

EGC; 1997.8. Sudoyo, A.W., dkk.; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV; Jakarta; Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.9. http://en.wikipedia.org/wiki/Spondylolysis 10. http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.tomsriverxray.com/*site/scaled-

images/web/images/ct_scan-jpg 308x357.jpg&imgrefurl =http://www.tomsriverxray.com/ ct.nxg&h=357&w=308&sz=78&hl=id&start=22&tbnid=1eBnkjI8Oc64gM:&tbnh=121&tbnw=104&prev=/images%3Fq%3Dct%2Bscan%26start%3D18%26gbv%3D2%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DN

11. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/paraffin+bath 12. http://www.aafp.org/afp/20000515/3079.html 13. http://www.digital-doc.com/neckpain.htm

25

14. http://www.emedicine.com/pmr/topic25.htm 15. http://www.emedicine.com/pmr/topic564.htm 16. http://www.emedicine.com/radio/images/Large/336SPONDFIG5.JPG 17. http://www.emedicine.com/radio/images/Large/336SPONDFIG5.JPG 18. http://www.emedicine.com/radio/images/Large/3912RAD0651-05.JPG 19. http://www.emedicine.com/radio/images/Large/4465RAD0651-16.JPG 20. http://www.energycenter.com/grav_f/anatomy.html 21. http://www.physsportsmed.com/issues/1996/06_96/nissen.htm 22. http://www.sportsmedshop.com/catalog/browse.esiml?CID=7 23. www.allina.com/ahs/spineCommon.pdf 24. www.cup.edu/nu_upload/24 Cervical Spine Spec Tests 1.pdf 25. http://arthritis.ygoy.com/what-is-neck-arthritis/ 26. www.ebme.co.uk/arts/emg/emg1.jpg 27. www.emedicine.com/SPORTS/byname/Cervical-Discogenic-Pain-Syndrome.htm 28. www.gulker.com/.../2006/10/chris_closed_MRI.jpg 29. www.necksolutions.com/images/traction-pump.jpg 30. www.spinalmedical.co.uk/back_pain_diagnosis.php

26