Makalah Rumusan Masalah Penelitian
-
Upload
riski-nugraha -
Category
Documents
-
view
84 -
download
2
description
Transcript of Makalah Rumusan Masalah Penelitian
makalah rumusan masalah penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan dipecahkan.
Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, termasuk bagi peneliti-peneliti yang
sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada di lingkungan sekeliling kita. Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk mengatasi
kebingungan kita akan suatu hal, untuk memisahkan kemenduaan, untuk mengatasi rintangan
atau untuk menutup celah antara kegiatan atau fenomena. Karenanya peneliti harus memilih
suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap
maslaah tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah
yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Karena pentingnya perumusan masalah dalam sebuah penelitian maka kami membuat
makalah dengan bahasan perumusan masalah penelitian (research question).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari masalah penelitian dan perumusan masalah?
2. Bagaimanakah ciri-ciri perumusan masalah yang baik?
3. Darimana didapatkan sumber untuk memperoleh masalah?
4. Bagaimanakah cara memperoleh masalah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari masalah penelitian dan perumusan masalah.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri perumusan masalah yang baik.
3. Untuk mengetahui didapatkan sumber untuk memperoleh masalah.
4. Untuk mengetahui cara memperoleh masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Masalah Penelitian dan Perumusan Masalah
Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa,
baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah hanya untuk penelitian
terapan, hasilnya bisa langsung digunakan untuk membuat keputusan. Masalah dapat diartikan
sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori
dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan.
Hal-hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian
adalah masalah (problem) atau peluang (opportunity) yang didefenisikan dengan jelas, baik
keluasannya maupun kedalamannya. Masalahdiartikan sebagai suatu situasi dimana suatu fakta
yang terjadi sudah menyimpang dari batasan toleransi yang diharapkan.
Sedangkan peluang adalah suatu kondisi eksternal yang menguntungkan jika dapat dirah dengan
usaha-usaha tertentu tetapi dapat juga secara langsung atau tidak langsung menjadi ancaman bila
peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pesaing (Husein Umar, SE, MM, MBA., 1999, 8).
Masalah adalah setiap kesulitan yang mengerakkan manusia untuk memecahkannya
(Marzukki, 2005: 20). Sedangkan Stoner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat
diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Masalah secara garis besar dapat diartikan sebagai berikut:
1. Kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun peneliti, sehingga perlu ditemukan
jawabannya.
2. Pertanyaan tentang suatu problematik yang timbul dari kesenjangan antara kenyataan dengan
teori/fakta empirik penelitian terdahulu, yang memungkinkan untuk diberikan satu atau lebih
jawaban.
3. Suatu rumusan kalimat interogatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang
belum terjawab dengan teori atau penelitian yang ada.
Langkah berikutnya bila masalah telah ditemukan, maka perlu dibuat daftar pertanyaan
atau perumusan masalah (research question) yang bersumber dari fokus masalah yang telah
dipilih, karena masalah yang ditemukan dapat dijadikan inisiasi pembuatan pertanyaan terhadap
masalah yang akan diteliti. Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai
research problem diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai
fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai
penyebab maupun sebagai akibat. Dalam sumber lain rumusan masalah merupakan suatu
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah adalah suatu
rumusan yang menyatakan tentang pertanyaan-pertanyaan dari masalah-masalah yang telah
dipilih/dibatasi dan perlu dijawab dalam sebuah penelitian.
Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
1. Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang
2. Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru
3. Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya atau dasar
untuk penelitian selanjutnya.
4. Memenuhi keinginan sosial
5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat
Isaac dan Michael mengemukakan beberapa kesalahan yang umumnya dilakukan peneliti
dalam tahap penemuan masalah penelitian, diataranya adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang jelas.
2. Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan masalah penelitian sesuai
dengan data yang tersedia.
3. Peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk terlalu umum dan ambiugitas sehingga
menyulitkan interprestasi hasil dan pembuatan kesimpulan penelitian.
4. Peneliti menemukan masalah tanpa terlebih dulu menelaah hasil-hasil penelitian sebelumnya
dengan topik sejenis, sehingga masalah penelitian tidak didukung oleh kerangka teoritis yang
baik.
5. Peneliti memilih masalah penelitian yang hasilnya kurang memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis.
B. Ciri-ciri Perumusan Masalah yang Baik
Dalam penelitian diperlukan sebuah masalah yang baik. Terdapat beberapa ciri masalah
yang baik, yaitu:1. Mempunyai Nilai Penelitian
Dalam sebuah penelitian, masalah yang sedang diteliti hendaknya mempunyai nilai
penelitian. Dikatakan mempunyai nilai penelitian apabila masalah yang akan diteliti pada akhir
penelitian dapat memberikan manfaat dalam sebuah bidang ilmu tertentu atau dapat digunakan
untuk keperluan yang lain. Dalam memilih masalah yang baik peneliti harus memperhatikan
beberapa hal berikut:
2. Masalah harus mempunyai keaslian
Sebuah masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang up to date.
Maksudnya adalah masalah yang diteliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain.
Masalah juga harus mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, sehingga penelitian akan
semakin berkualitas. Selain itu, masalah yang diteliti boleh jadi adalah masalah-masalah yang
terlewatkan dari perhatian masyarakat selama ini atau bias juga masalah yang akan
memunculkan sebuah teori baru.3. Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah yang baik adalah masalah yang menyatakan sebuah hubungan antara variabel-
variabel tertentu yang saling berkaitan. Hal ini perlu diperhatikan agar penelitian yang dilakukan
lebih bermakna. Biasanya variabel-variabel yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur yang ada
dalam penelitian dilambangkan dengan huruf X, Y, dan Z.4. Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah yang diteliti haruslah merupakan hal yang penting dan bukan masalah yang
sepele untuk diteliti. Karena diharapkan hasil akhir dari penelitian adalah sebuah fakta dan
kesimpulan yang dapat bermanfaat di sebuah bidang tertentu dan dapat diterbitkan di jurnal ilmu
pengetahuan. Tidak hanya itu, hasil penelitian juga dapat menjadi bahan referensi dalam
menyusun buku-buku teks.5. Masalah harus dapat diuji
Seorang peneliti harus pandai dalam memilih masalah yang akan diteliti. Masalah yang
akan diteliti hendaknya adalah masalah yang dapat diuji. Sebaiknya masalah yang dipilih adalah
masalah yang dapat memberikan implikasi untuk dilakukan uji empirisnya. Hal ini dimaksudkan
agar penelitian agar penelitian dapat dilihat secara jelas hubungan antar variabel yang saling
berkaitan dalam masalah yang sedang diteliti dan dapat tentu saja dapat diukur.6. Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan pertanyaan. Tapi
peneliti juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang diteliti dengan jelas, sehingga
tidak membingungkan orang yang membacanya dan dapat dilakukan uji untuk menyatakan
jawaban dan kebenarannya.7. Mempunyai fisibilitas
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut
harus mempunyai nilai pemecahan dan dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian
dapat berguna dan tidak sia-sia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti, yaitu:
a. Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
Peneliti haruslah memperhatikan ketersediaan data dan metode terhadap masalah yang akan
diteliti. Hal ini sangatlah penting, karena digunakan untuk memecahkan masalah. Data dan
metode yang akan digunakan hendaknya sudah memiliki standard an ukuran yang jelas, sehingga
dapat diukur dan akan menghasilkan sebuah pemecahan yang dapat akurat.
b. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas kemampuan
Biaya adalah faktor yang diboleh dilupakan oleh seorang peneliti pada saat akan melakukan
penelitian. Seorang peneliti harus bisa memperkirakan biaya yang akan dikeluarkannya dalam
penelitian. Biaya yang terlalu besar dalam penelitian akan dapat memberatkan peneliti dan
dianggap kurang fleksibel.
c. Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar
Seorang peneliti harus dapat memperkirakan waktu yang akan digunakan dalam penelitiannya.
Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak memakan waktu yang terlalu lama
karena akan tidak efektif.
d. Biaya dan hasil harus seimbang
Penelitian yang baik adalah penelitian yang antara hasil yang diperoleh dengan biaya memiliki
porsi yang seimbang. Hal ini penting karena penelitian harus tetap memperhitungkan efisiensi di
dalammya.
e. Administrasi dan sponsor yang kuat
Masalah yang akan diteliti haruslah memiliki administrasi dan sponsor yang kuat. Hal ini cukup
penting karena penelitian tidak dapat dilakukan tanpa adanya bantuan dari siapa pun dan seorang
pembimbing.
f. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
Masalah yang dipilih untuk diteliti hendaknya tidak bertentangan dengan hukum dan adat yang
berlaku di masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh peneliti karena akan berpengaruh pada
keberlangsungan proses penelitian.
g. Equipment dan kondisi harus memungkinkan
Seorang peneliti harus memperhatikan kondisi pada saat akan melakukan penelitian. Penelitian
hendaknya dilakukan pada saat kondisi yang sedang kondusif agar dapat berjalan lancar. Tidak
hanya itu, peralatan yang dibutuhkan pada saat penelitian juga harus diperhatikan. Sebaiknya
penelitian menggunakan alat-alat yang mudah ditemukan dan diperoleh.
8. Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
Masalah yang akan diteliti hendaknya dalah masalah yang nantinya akan dapat
dipecahkan oleh peneliti. Mengapa demikian, karena agar penelitian yang telah dilakukan tidak
terhenti di tengah proses pengerjaan karena ketidakmampuan seorang peneliti untuk
memecahkan masalah yang sedang diteliti sehingga akan sia-sia. Untuk itu, peneliti harus
memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Menarik bagi peneliti
Masalah yang diteliti hendaknya menarik bagi peneliti. Hal ini penting agar peneliti merasa
tertantang untuk melakukan penelitian dan berusaha untuk memecahkannya. Sehingga penelitian
dapat segera diselesaikan.
b. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang diteliti harus sesuai dengan kualifikasi peneliti. Pertimbangan ini penting karena
akan berpengaruh pada kelancaran dan hasil penelitian. Karena jika peneliti tidak cukup
kompeten dalam bidang masalah yang sedang diteliti, maka hasil yang diteliti tidak akan akurat.
C. Sumber untuk Memperoleh Masalah
Sebenarnya banyak sekali permasalahan yang perlu dipecahkan berada di sekeliling
peneliti. Kadang kita bertanya pada diri kita sendiri,” Dimana saya bisa menemukan masalah
yang sekiranya pantas untuk diteliti?” Ada beberapa tempat yang dapat dijadikan sebagai sumber
masalah. Pertama adalah dari teori. Seperti yang dikemukakan oleh Kerlinger (1973) : “Teori
adalah seperangkat konstruk atau konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan satu sama
lain, yang mampu mewakili pandangan yang sistematik tentang suatu gejala (phenomena)
dengan cara menspesifikasikan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan dan
memprediksi gejala tersebut”.
Teori adalah teori, bukan wadah dari kumpulan fakta. Artinya dalam teori terdapat
generalisasi dan prinsip-prinsip yang dihipotesiskan yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui
penelitian ilmiah. Benarkah motivasi berkorelasi positif dengan prestasi?, benarkah perilaku
yang diinginkan dapat muncul melalui penerapan “reward and punishment?”, benarkah gaya
mengajar seorang guru dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa?
Sumber lain yang juga bermanfaat adalah berasal dari pengalaman pribadi
peneliti. Misalnya, seorang mahasiswa seringkali mengalami hambatan ketika harus berurusan
dengan pegawai-pegawai dari sebuah instansi. Jarang sekali urusan yang diselesaikan oleh
instansi tersebut tepat waktu. Kejadian tersebut (simptom) dapat dijadikan sebagai titik tolak
untuk menetapkan masalah penelitiannya. Jadi pengalaman-pengalaman praktis dapat juga
dikategorikan sebagai sumber masalah penelitian.
Sumber masalah lainnya adalah literatur (literature survey) atau bahan-bahan bacaan
ilmiah atau pun populer. Jurnal-jurnal, majalah, koran, atau bahkan laporan-laporan penelitian.
Melalui informasi-informasi yang ditulis di media-media tersebut, peneliti bisa menemukan
sesuatu hal yang mungkin menarik untuk ditelitinya.
Peneliti juga dapat menemukan masalah melalui interaksi dengan orang lain. Berbicang-
bincang dengan pimpinan suatu organisasi, dengan pegawainya, dengan pengguna jasa
organisasi tersebut. Penelitian tentang kepuasan pegawai, kepuasan pelanggan, dan komitmen
organisasional, biasanya diawali dengan obrolan-obrolan santai, tanpa disengaja.
Sedangkan menurut Nazir sumber masalah dari sebuah penelitian juga dapat diperoleh
dari:
1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia
Pengamatan sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai sumber
dari masalah yang akan diteliti. Seorang ahli ilmu jiwa dapat menemukan masalah ketika ia
melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam pabrik. Seorang ahli
ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani bersahaja
mengerjakan serta menyimpan hasil usaha pertaniannya. Seorang dokter dapat menemukan
masalah ketika melihat penduduk mengambil air minum di sungai dan buang air di kali sehingga
banyak penduduk mempunyai kaki sebesar gajah.
2. Bacaan
Bacaan-bacaan dapat pula dijadikan sebagai sumber dari masalah yang dipilih untuk
diteliti. Lebih-lebih jika bacaan tersebut merupakan karya ilmiah atau makalah, maka banyak
sekali rekomendasi di dalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Bukan saja dari
bacaan tersebut ditemukan masalah yang ingin mengungkapkan hubungan, tetapi bacaan dapat
dapat juga memberikan teknik dan metode yang ingin dikembangkan lebih lanjut. Membaca
hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan banyak sekali masalah-masalah yang belum
sanggup dipecahkan. Hal ini merupakan masalah yang perlu dipecahkan dalam penelitian
selanjutnya.
3. Perasaan Intuisi
Kadangkala suatu perasaan intuisi dapat timbul tanpa disangka dan dari kesulitan tersebut
dapat dijadikan sebagai sumber masalah penelitian. Tidak jarang, seseorang yang baru bangun
dari tidurnya, dihadapkan pada suatu suatu kesulitan secara intuisi, ataupun seseorang yang
sedang buang air dapat menghasilkan suatu masalah yang ingin dipecahkan, yang muncul secara
tiba-tiba.
4. Ulangan serta perluasan penelitian
Masalah juga dapat diperoleh dengan mengulang percobaan-percobaan yang pernah
dilakukan, dimana percobaan yang telah dikerjakan tersebut belum membuahkan hasil yang
memuaskan. Perluasan analisis maupun metode dan teknik dengan equipment yang lebih modern
akan membuat masalah dapat dipecahkan secara lebih memuaskan. Misalnya, kerja Steinhauser
telah menemukan minyak codliver untuk menyembuhkan penyakit criket di tahun 1840 belum
dapat dijelaskan secara terperinci sampai dengan penelitian selanjutnya bertahun-tahun
kemudian. Ataupun penemuan penisilin oleh Fleming di tahun 1929 telah terhenti beberapa
lama, sampai kemudian Florey meneliti kembali sifat-sifat penisilin sebagai alat penyembuh
penyakit.
5. Cabang studi yang sedang dikerjakan
Kadangkala masalah ditemukan bukan dari bidang studi itu sendiri tetapi dari cabang
yang timbul kemudian, yang mula-mula dipikirkan tidak berapa penting sifatnya. Misalnya,
Ketika Pasteur meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam percobaannya dengan
mikroba kolera, pada suatu hari ia kekurangan ayam-ayam sehat. Ia kemudian terpaksa
menggunakan ayam-ayam yang pernah terkena kolera. Dilihatnya, ayam-ayam tersebut tidak
mati akibat suntikan mikroba kolera. Dari percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-ayam
tersebut dan ia menemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang prinsip-prinsip
kekebalan atau imunisasi. Ketika William Perkins mencoba mengubah aniline menjadi quinine
dalam percobaannya, ia menemukan suatu masalah lain yang menghasilkan alat pencelup ion air
raksa sebagai sumber cahaya, ia menemukan fakta-fakta yang telah menggiring ia merumuskan
masalah yang menghasilkan alternating current rectifier.
6. Catatan dan pengalaman pribadi
Catatan pribadi serta pengalaman pribadi sering dijadikan sebgai sumber dari masalah
penelitian. Dalam penelitian ilmu social, pengalaman serta catatan pribadi tentag sejarah sendiri,
baik kegiatan pribadi ataupun kegiatan professional dapat merupakan sumber masalah untuk
penelitian.
7. Praktik serta keinginan masyarakat
Praktik-praktik yang timbul dan keinginan-keinginan yang menonjol dalam masyarakat
dapat dijadikan sumber dari masalah. Praktik-praktik tersebut seperti pernyataan-pernyataan
pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat local, daerah, maupun nasional. Adanya
gejolak rasial, misalnya dapat merupakan sumber masalah. Adanya ketimpangan antara input
dan produktivitas sekolah dapat merupakan suatu masalah penelitian. Ataupun ucapan ketua ISEI
(Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), ataupun Prof. Dr. Sumitro, dapat dijadikan sebagai sumber
masalah, karena otoritanya dalam ilmu pengetahuan.
8. Bidang spesialisasi
Bidang spesialisasi seseorang dapat pula dijadikan sumber masalah. Seorang spesialisasi
dalam bidangnya, telah menguasai ilmu yang dalam-dalam bidang spesialisasinya. Maka dari itu,
akan banyak sekali msalah yang memerlukan pemecahan dalam bidang spesialisasi tersebut.
Dalam membuat masalah berdasarkan bidang spesialisasi, perlu juga dijaga supaya maslah yang
digali tidak menjurus kepada over spesialisasi. Hal tersebut dapat menghilangkan unitas yang
fundamental.
9. Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
Pelajaran yang sedang diikuti dapat dijadikan sebagai sumber dari masalah penelitian.
Diskusi kelas, hubungan antara dosen dengan mahasiswa banyak mempengaruhi mahasiswa
dalam memilih masalah untuk penelitian. Pengaruh staf senior serta ajarannya dapat merupakan
sumber masalah bagi mahasiswa yang ingin membuat thesis.
10. Pengamatan terhadap alam sekeliling
Peneliti-peneliti ilmu natura seringkali memperoleh masalah dari alam
sekelilingnya. Seorang ahli ilmu bintang banyak memperoleh masalah ketika ia mengamati
cakrawala. Seorang ilmu tanah akan menemukan masalah ketika ia secara sepintas mengamati
tanah di sekelilingnya ataupun dalam suatu perjalanan jauh. Seorang ahli penyakit tanaman
ataupun ahli hama banyak menemukan masalah ketika mengamati tanaman. Seorang peneliti
yang bangun pagi untuk melakukan kegiatan aerobik, kakinya tersandung batu, maka peneliti
ahli batu-batuan tersebut telah mengetahui maslah yang akan diteliti.
11. Diskusi-diskusi ilmiah
Masalah penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi ilmiah, seminar, serta
pertemuan-pertemuan ilmiah. Dalam diskusi tersebut seseorang dapat menangkap banyak
analisis-analisis ilmiah, serta argumentasi-argumentasi professional, yang dapat menjurus pada
suatu permasalahan baru.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya masalah dapat
timbul darimana saja. Setiap peristiwa ataupun kegiatan yang terjadi di sekitar kita sebenarnya
sudah cukup menginspirasi timbulnya pormasalahan yang akan kita angkat dalam sebuah
penelitian. Mulai dari kegiatan yang terstruktur dan memang disengaja untuk menghasilkan
sebuah penelitian bahkan sampai kegiatan yang paling sederhana tanpa adanya kesengajaan
untuk memikirkannya. Semua itu dapat diperoleh tergantung bagaimana kepekaan peneliti untuk
memaknai masalah yang timbul.
D. Cara Merumuskan Masalah
Setelah rumusan masalah diidentifikasikan dan dipilih, maka tibalah saatnya masalah
tersebut dirumuskan. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis
nantinya, dan dari rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut.
1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2. Rumusan hendaklah jelas dan padat.
3. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
4. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
5. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Misalnya, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
“ Apakah hasil padi ladang akan bertambah jika dipupuk dengan pupuk K?”
“ Apakah ada hubungan antara konsumsi rumah tangga petani dengan pendapatan dan kekayaan
petani?”
Dari rumusan diatas, maka dapat dibuat judul penelitian sebagai berikut.
“ Pemupukan padi ladang dengan pupuk K”
“ Hubungan petani antara konsumsi rumah tangga pendapatan dan pendidikan petani Aceh”
Perlu juga diperingatkan bahwa dalam memilih masalah, perlu dihindarkan masalah serta
rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu
argumentatif. Variabel-variabel penting dalam rumusan masalah harus diperhatikan benar-benar.
Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam merumuskan masalah. Masalah ilmiah tidak
boleh merupakan pertanyaan-pertanyaan etika atau moral. Menanyakan hal-hal di atas adalah
pertanyaan tentang nilai dan value judgment yang tidak bisa dijawab secara ilmiah. Misalnya
masalah yang dipilih adalah “Perlukah kepemimpinan organisasi secara demokrasi?”, atau
“Bagaimana sebaiknya mengajar mahasiswa di perguruan tinggi?” Untuk menghindarikan hal
tersebut di atas, maka janganlah menggunakan kata “mustikah” atau “lebih baik”, atau
perkataan-perkataan lain yang menunjukkan preferensi. Ganti kata perkataan lebih baik dengan
perkataan “lebih besar”, misalnya. Contoh lain, “Apakah metode mengajar secara otorita menuju
ke cara belajar yang buruk?” pertanyaan ini bukanlah masalah ilmiah. Belajar yang buruk
adalah value judgment. Mengajar secara otorita tidak dapat didefinisikan. Supaya tidak ada
value judgement, maka sebaiknya “belajar yang buruk” dapata diganti dengan “menguarangi
perilaku memecahkan soal”.
Hindarkan masalah yang merupakan metodelogi. Pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan “metode sampling”, atau “pengukuran” dan lain-lain supaya jangan
digunakan dalam meformulasikan masalah.
Sebagai kesimpulan, perlu dijelaskan bahwa ada dua jalan untuk memformulasikan masalah.
Pertama dengan menurunkan masalah dari teori yang ada, seperti masalah pada penelitian
eksperimental. Cara lain adalah dari observasi langsung di lapangan, seperti yang sering
dilakukan oleh ahli-ahli sosiologi, jika masalah diperoleh di lapangan, maka sebaiknya juga
menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah
tersebut diformulasikan dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah tersebut
diformulasikan. Ini bukan berarti bahwa penelitian yang tidak didukung oleh teori tidak berguna
sama sekali. Karena, ada kalanya penelitian tersebut dapat menghasilkan dalil-dalil dan dapat
membentuk sebuah teori.
Masalah sebenarnya adalah hal yang pertama dipikirkan oleh peneliti-peneliti ketika
merencanakan proyek penelitiannya. Walaupun di atas kertas yang pertama-tama muncul adalah
judul dan pendahuluan, tetapi yang lebih dahulu timbul pada penelitian adalah masalah
penelitian.
Membuat masalah penelitian merupakan hal yang sukar, antara lain karena:
1. Tidak semua masalah di lapangan dapat diuji secara empiris;
2. Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah-masalah;
3. Kadangkala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekalli masalah penelitian, dan sang peneliti
tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan;
4. Adakalanya masalah cukup menari, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut sukar diperoleh; serta
5. Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.
Sesudah kota formulasikan masalah, maka langkah selanjutnya adalah membangun
tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang
ingin kita tentukan. Kalau masalah penelitian dinyatakan dalam kalimat pertanyaan (bentuk
interogatif), maka tujuan penelitian diberikan kalimat pernyataan (bentuk deklaratif). Tujuan
penelitian biasanya dimulai dengan kalimat:
“Untuk menentukan apakah...”, atau “untuk mencari...”, dan sebagainya. Tujuan penelitian
haruslah dinyatakan secara lebih spesifik dibanding dengan perumusan masalah. Jika masalah
merupakan konsep yang masih abstrak, maka tujuan penelitian haruslah konstrak yang lebih
kongkrit.
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi,
antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika peneliti,
(2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang
penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu penting
dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena yang penting adalah
bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai
pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun,
hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada.
Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul
dan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
E. Rencana Judul Skripsi
1. Dhebi Dwi Chandra : Pemakaian CD Pembelajaran Interaktif Akuntansi Perusahaan Jasa untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMAN 8 Malang
2. Eko Putri Setiani : Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web dalam Bahasan Siklus Akuntansi
Perusahaan Jasa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS
3. Dewi Widyawati : Pengembangan Bahan Ajar Akuntansi Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
STAD pada Materi Perusahaan Dagang untuk SMA Kelas XII IPS
4. Yunita Mardiana : Persepsi siswa SMK Jurusan Akuntansi untuk Memilih Jurusan Akuntansi pada
Saat Pendaftaran Masuk SMK
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-
benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana
dengan pelaksanaan.
2. Rumusan masalah adalah suatu rumusan yang menyatakan tentang pertanyaan-pertanyaan dari
masalah-masalah yang telah dipilih/dibatasi dan perlu dijawab dalam sebuah penelitian.
3. Ciri-ciri masalah yang baik: Mempunyai Nilai Penelitian; Masalah harus mempunyai keaslian;
Masalah harus menyatakan suatu hubungan; Masalah harus merupakan hal yang penting;
Masalah harus dapat diuji; Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan;
Mempunyai fisibilitas; serta Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti.
4. Masalah dapat diperoleh dari pengamatan terhadap kegiatan manusia, bacaan, perasaan intuisi,
ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi yang dikerjakan, catatan dan pengalaman
pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang spesialisasi, pelajaran dan mata ajaran yang
diikuti, pengamatan terhadap alam sekeliling, diskusi-diskusi ilmiah.
5. Rumusan masalah ini selanjutnya digunakan untuk memecahkan masalah, untuk merumusakan
hipotesis dan digunakan untuk membuat judul suatu penelitian.
6. Dalam memilih masalah, perlu dihindarkan masalah serta rumusan masalah yang terlalu umum,
terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu argumentatif serta tidak menyangkut etika
dan moral.
B. Saran
1. Karena perumusan masalah merupakan hulu dari sebuah penelitian maka kita harus
menyusunnya dengan baik agar penelitian yang dilakukan dapat maksimal dan bermanfaat.
2. Rumusan masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan padat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta
Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: PT. Ghalia Indonesia
______. 2010. Hakekat masalah Penelitian, Bagaimana Cara Menemukan Permasalahan
dan Membuat Rumusan Masalah, (Online),(http://okizainalfahmi.wordpress.com/2010/04/14/
hakekat-masalah- penelitian-bagaimana-cara-menemukan-permasalahan-dan-membuat- rumus
an-masalah/), diakses tanggal 23 Januari 2012.______. 2010. Riset Question. (Online), (http://nitaseptiyanti.blogspot.com/2010/03/riset-question.html), diakses tanggal 12 Februari 2012______. 2011. Research Question. (Online),(http://omdermanus.wordpress.com/2011/05/09/research-question/), diakses tanggal 12 Februari 2012.
http://pou-pout.blogspot.co.id/2013/01/makalah-rumusan-masalah-penelitian.html