Makalah Rumah Honai Papua

23
TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA A. Pendahuluan Secara umum, arsitektur tradisional suku-suku yang terdapat di Papua terbagi menjadi beberapa tipe bentuk hunian, yaitu: 1. Bentuk kotak 2. Segi enam bertingkat 3 ( kariwari ) 3. Lingkaran ( pada honai suku Dani ) Ketiga bentuk hunian tersebut merupakan adaptasi masing-masing suku terhadap kondisi geografis daerah tempat mereka berhuni. Pada makalah ini, yang akan dibahas adalah arsitektur tradisional suku Dani yang bertempat tinggal di lembah Baliem, Wamena, yang merupakan wilayah pegunungan dan perbukitan. Lembah Baliem ini memiliki ketinggian sekitar 2500 dari permukaan laut. Suku Dani merupakan suku yang hidup secara berkelompok dalam satu kesatuan kelompok teritorial. Mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam ubi jalar (hipere) dengan sistem ladang berpindah dan berburu, di dalam batas wilayah teritorial mereka. Selain itu, masayarakat suku Dani juga beternak babi dalam kompleks permukiman mereka. Babi memiliki makna khusus bagi suku Dani, karena melambangkan status 1

Transcript of Makalah Rumah Honai Papua

Page 1: Makalah Rumah Honai Papua

TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL

RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA

A. Pendahuluan

Secara umum, arsitektur tradisional suku-suku yang terdapat di Papua

terbagi menjadi beberapa tipe bentuk hunian, yaitu:

1. Bentuk kotak

2. Segi enam bertingkat 3 ( kariwari )

3. Lingkaran ( pada honai suku Dani )

Ketiga bentuk hunian tersebut merupakan adaptasi masing-masing suku terhadap

kondisi geografis daerah tempat mereka berhuni.

Pada makalah ini, yang akan dibahas adalah arsitektur tradisional suku

Dani yang bertempat tinggal di lembah Baliem, Wamena, yang merupakan

wilayah pegunungan dan perbukitan. Lembah Baliem ini memiliki ketinggian

sekitar 2500 dari permukaan laut.

Suku Dani merupakan suku yang hidup secara berkelompok dalam satu

kesatuan kelompok teritorial. Mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam

ubi jalar (hipere) dengan sistem ladang berpindah dan berburu, di dalam batas

wilayah teritorial mereka. Selain itu, masayarakat suku Dani juga beternak babi

dalam kompleks permukiman mereka. Babi memiliki makna khusus bagi suku

Dani, karena melambangkan status sosial dan tingkat kekayaan. Babi digunakan

sebagai alat tukar dalam proses penyerahan mas kawin ketika melamar gadis,

menyelesaikan masalah perang, serta sebagai hidangan utama dalam pesta-pesta

dan upacara adat yang besar. Semakin banyak babi yang dimiliki, maka semakin

tinggi status sosial di dalam masyarakat.

Pakaian yang mereka kenakan adalah holim bagi para lelaki dan sali untuk

para wanita. Holim terbuat dari sejenis buah labu yang dibuang isinya dan

dikeringkan, kemudian digunakan sebagai pakaian untuk menutup kemaluan.

Sedangkan Sali terbuat dari kulit kayu atau rumput yang dibentuk menjadi

semacam rok dan dikenakan dari pinggul sampai ke lutut.

1

Page 2: Makalah Rumah Honai Papua

Sistem kepercayaan masyarakat Dani adalah Atou, yaitu kepercayaan

terhadap kekuatan gaib, roh leluhur, serta roh kerabat. Pada perkembangannya,

setelah masuknya ajaran Katolik dan Kristen, maka kepercayaan Atou tersebut

mulai bergeser dan berkurang.

B. Pola Permukiman Suku Dani

Kompleks permukiman terkecil dari suku Dani adalah Silimo. Satu

kompleks silimo terdiri dari beberapa massa bangunan dengan fungsi-fungsi

khusus, dan satu silimo dihuni oleh satu keluarga luas terbatas (extended family).

Kemudian beberapa silimo akan membentuk suatu perkampungan yang memiliki

batas teritori wilayah berupa bentukan bentang alam, seperti gunung, bukit,

lembah, atau sungai. Pola permukiman dalam satu perkampungan ini terpencar-

pencar dan tidak mengikuti suatu pola khusus. Biasanya untuk mendirikan suatu

silimo, mereka memilih suatu daerah yang tinggi dan tidak terlalu jauh dengan

sungai. Pemilihan lokasi yang tinggi ini merupakan salah satu cara masyarakat

Dani untuk menghindari bahaya banjir, air tergenang, serbuan binatang buas, serta

sergapan suku-suku lain (Agustinus, SAA: 1997).

Pada suatu silimo, konsep yang dipakai adalah sebagai berikut:

Konsep berhuni masyarakat Dani membagi unit-unit massa huniannya sesuai

dengan fungsi dan makna masing-masing. Pada satu silimo, terdiri dari unit-unit

massa bangunan sebagai berikut:

Honai tempat tinggal laki-laki

2

Gambar 1. Konsep berhuni suku DaniSumber: Agustinus, 1997

Page 3: Makalah Rumah Honai Papua

Pilamo (rumah adat)

Honai tempat tinggal perempuan (ebeai)

Hunila (dapur)

Wamdabu (kandang babi)

Konsep penataan massa pada silimo yaitu berbentuk huruf U atau berbentuk

melingkar, dengan dikelilingi oleh pagar dari kayu sebagai penanda teritori dan

pengaman dari gangguan manusia suku lain atau binatang. Berikut adalah ilustrasi

konsep penataan massa di dalam satu silimo:

Letak honai laki-laki adalah tegak lurus dengan pintu masuk, agar kepala

keluarga dapat segera berhadapan dengan tamu ataupun gangguan dan ancaman

yang masuk ke kompleks silimo. Honai untuk laki-laki dan rumah adat/pilamo

merupakan bangunan yang terlarang bagi para wanita untuk memasukinya.

Demikian juga dengan honai untuk perempuan merupakan area terlarang bagi

para lelaki. Pada beberapa silimo, honai perempuan/ebeai jumlahnya lebih dari

3

Keterangan:1. Pintu masuk (muso holak)2. Dapur bersama (hunila)3. Honai perempuan (ebeai)4. Lubang bakar5. Honai laki-laki6. Rumah adat (Pilamo)7. Kandang babi (wamdabu)8. Halaman bermain babi9. Ladang mini10. Ruang terbuka umum11. Pohon pelindung

permukiman

Gambar 2. Konsep penataan Silimo suku DaniSumber: Agustinus, 1997

Page 4: Makalah Rumah Honai Papua

satu. Hal ini karena masyarakat Dani menganut sistem perkawinan monogami dan

juga poligami, dengan tujuan untuk menghasilkan banyak keturunan sehingga

dapat menambah tenaga kerja dan generasi penerus suku Dani. Jumlah istri juga

merupakan lambang prestise, karena orang yang mampu mempunyai istri lebih

dari satu maka dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi. Biasanya kepala

suku atau orang-orang yang kaya, akan memiliki istri lebih dari satu. Berikut

adalah ilustrasi silimo dengan jumlah ebeai yang lebih dari satu:

Perletakan masing-masing massa bangunan pada silimo tersebut memiliki

makna tersendiri. Honai laki-laki/kepala keluarga diibaratkan sebagai kepala

manusia yang membuat keputusan di dalam slimo, bangunan honai perempuan

diibaratkan sebagai tangan kanan yang melaksanakan hasil keputusan, kandang

babi diibaratkan sebagai tangan kiri, sedangkan pintu masuk diibaratkan sebagai

kaki, dan bagian tengah silimo yang berupa ruang terbuka untuk umum,

diibaratkan sebagai jantung.

4

Keterangan:1. Dapur bersama (hunila)2. Honai perempuan (ebeai)3. Honai laki-laki 4. Rumah adat (Pilamo)5. Kandang babi

(wamdabu)

Gambar 3. Konsep penataan silimo dengan beberapa ebeaiSumber: Agustinus, 1997

Page 5: Makalah Rumah Honai Papua

Selain penataan massa bangunan di silimo seperti ilustrasi sebelumnya,

ada juga penataan massa bangunan di silimo yang meletakkan dapur dan kandang

babi bersebelahan, yaitu sebagai berikut:

5

Gambar 4. Bagan silimo suku DaniSumber: epository.binus.ac.id

Page 6: Makalah Rumah Honai Papua

Berikut adalah fungsi masing-masing bangunan di sebuah silimo:

1. Honai laki-laki

Merupakan tempat tinggal untuk kepala keluarga, kerabat dan keluarga laki-

laki, serta anak laki-laki yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Honai laki-

laki ini berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian

terletak di pusat bangunan. Lantai satu difungsikan sebagai tempat bersantai

dan lantai dua sebagai tempat beristirahat/tidur. Masyarakat suku Dani tidur

dengan pola kepala membujur di bagian dinding dan kaki mengarah ke pusat

honai (perapian).

2. Rumah adat / Pilamo

Pilamo berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan

sebagai tempat untuk mendidik dan membina para remaja suku Dani agar

menjadi laki-laki yang kuat dan tangguh (sejak berusia 4-5 tahun). Selain itu,

juga difungsikan untuk tempat mengatur strategi perang, membicarakan

konflik dan masalah yang menyangkut peperangan dan mas

kawin/perkawinan. Lantai dua berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan

benda-benda pusaka dan senjata perang, serta mumi dari leluhur.

3. Honai perempuan/ebeai

Ebeai berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian

terletak di pusat bangunan. Lantai pertama digunakan untuk mendidik para

anak-anak dan remaja suku Dani agar mengerti dan dapat mengerjakan tugas-

tugas kewanitaannya. Selain itu, juga digunakan sebagai tempat bersantai dan

mengobrol, yaitu di sekeliling perapian. Lantai dua digunakan sebagai tempat

beristirahat/tidur bagi para wanita.

4. Dapur/hunila

Dapur bersama/hunila merupakan bangunan yang berbentuk persegi panjang,

dengan tinggi sekitar 1,5 meter – 2 meter. Dapur digunakan sebagai tempat

memasak sehari-hari, biasanya memasak hipere/ubi jalar. Pada bangunan

dapur ini para anggota keluarga biasanya berkumpul dan bersantai pada

waktu siang atau malam hari.

6

Page 7: Makalah Rumah Honai Papua

5. Kandang babi/wamdabu

Kandang babi merupakan suatu bangunan yang berbentuk persegi panjang

dan terletak melintang di seberang honai perempuan. Di depan kandang babi

terdapat tanah kosong yang digunakan sebagai tempat bermain bagi babi. Di

tanah ini babi-babi akan dilepas dan dihitung jumlahnya.

C. Karakteristik Rumah Honai

Bangunan rumah honai (rumah tinggal suku Dani, baik honai laki-laki

maupun perempuan), memiliki karakteristik yang merupakan bentuk adaptasi

terhadap cuaca dingin dan angin kencang, yaitu secara garis besar adalah sebagai

berikut:

• Berbentuk bulat/melingkar

• Ukurannya sempit (diameter 4m - 6m)

• Ketinggian sekitar 3m - 7m (2 lantai)

• Tidak berjendela dan ketinggian pintu sangat rendah (sangat minim

bukaan)

7

Gambar 5. Honai suku DaniSumber: http://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com

Page 8: Makalah Rumah Honai Papua

Kemudian akan dibahas satu per satu detail konstruksi dan karakteristik

dari masing-masing elemen rumah honai.

a. Atap

Atap rumah honai berbentuk bulat kerucut dengan lingkaran-lingkaran besar

dari kayu buah yang dibakar sebagai kerangka atapnya, yang kemudian diikat

menjadi satu di bagian atas (membentuk dome). Terdapat 4 pohon muda yang

berfungsi sebagai kolom penyangga utama yang diikat di atas dan vertikal ke

bawah menancap ke dalam tanah. Pada lantai 1, ruang yang terbentuk diantara

4 kolom ini difungsikan sebagai tempat meletakkan perapian untuk

menghangatkan honai.

Bahan penutup atap terbuat dari jerami/rumbia (rumput alang-alang), dengan

pertimbangan bahwa material tersebut ringan, lentur, menyerap goncangan

gempa, serta dapat menghangatkan dan melindungi dari hujan dan panas

matahari.

8

Gambar 6. Konstruksi atap honaiSumber: http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/

Page 9: Makalah Rumah Honai Papua

b. Dinding dan bukaan

Pada rumah honai, dinding terbuat dari bahan papan kayu kasar, dan terdiri

dari 2 lapis, dengan tujuan untuk menahan udara dingin dan angin kencang

dari luar. Di sekeliling dinding rumah, terdapat bukaan yang sangat minim,

yaitu berupa sebuah pintu masuk yang sempit dan rendah sehingga penghuni

rumah harus membungkuk untuk melewatinya. Terkadang terdapat sebuah

jendela sempit pada honai laki-laki, agar dapat mengetahui jika ada tamu yang

berkunjung atau musuh yang memasuki silimo. Sedangkan pada honai

perempuan, sama sekali tidak terdapat bukaan berupa jendela. Jadi, suasana di

dalam honai adalah remang-remang atau bahkan gelap. Pada malam hari,

hanya diterangi oleh nyala api dari perapian yang terdapat di tengah honai.

9

Gambar 7. Bahan penutup atap honaiSumber: http://www.wahana-budaya-indonesia.com/

Gambar 8. Pintu honai yang sempit dan rendahSumber: http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/

Page 10: Makalah Rumah Honai Papua

c. Lantai

Honai terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu yang digunakan sebagai tempat

bersantai dan mengobrol di sekeliling perapian, serta lantai panggung yang

digunakan sebagai tempat menyimpan barang berharga dan istirahat/tidur.

Lantai honai dialasi dengan rumput atau jerami yang diganti secara berkala

jika sudah rusak/kotor.

10

Gambar 9. Perapian pada lantai satu honaiSumber: tjontheroad.blogspot.com

Gambar 10. Lantai panggung rumah honaiSumber: http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/

Page 11: Makalah Rumah Honai Papua

D. Tahapan Konstruksi

Pada proses pembangunan honai, terdapat beberapa tahapan konstruksi

yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengukuran, pembersihan, pemerataan tanah

Sebelum mendirikan suatu silimo, maka dilakukan musyawarah antara

anggota keluarga dan klen untuk menentukan lokasi yang tepat. Kemudian

dilakukan pembersihan dan pemerataan tanah di lokasi tersebut, dan

dilakukan pengukuran. Penentuan diameter honai didasarkan pada ukuran

tinggi badan anggota keluarga yang paling tinggi, dikarenakan masyarakat

suku Dani tidur dengan tubuh membujur dari dinding dan kaki ke arah

perapian (bagian pusat honai).

2. Tahap pemasangan tiang-tiang utama dan pembagian lantai atas dan

bawah

3. Tahap pekerjaan rangka rumah

4. Tahap penyelesaian akhir

11

Gambar 11. Tahapan konstruksi pembangunan honaiSumber: Agustinus, 1997

Page 12: Makalah Rumah Honai Papua

Berikut merupakan dokumentasi pembangunan honai suku Yali, yaitu salah satu

suku yang juga menghuni daerah pegunungan di Papua, sehingga dapat

memberikan gambaran lebih jelas tentang proses pembangunan sebuah honai:

12

Gambar 12. Pembersihan dan pengukuran lahanSumber: Boissiere, 1999

Gambar 13. Penanaman papan dindingSumber: Boissiere, 1999

Page 13: Makalah Rumah Honai Papua

13

Gambar 14. Pemasangan balok lantaiSumber: Boissiere, 1999

Gambar 15. Pemasangan balok lantaiSumber: Boissiere, 1999

Gambar 16. Pemasangan balok melingkar penahan dindingSumber: Boissiere, 1999

Page 14: Makalah Rumah Honai Papua

14

Gambar 17. Ikatan rotan pada bagian dindingSumber: Boissiere, 1999

Gambar 18. Pemasangan 4 tiang utamaSumber: Boissiere, 1999

Gambar 19. Pengikatan 4 tiang utamaSumber: Boissiere, 1999

Page 15: Makalah Rumah Honai Papua

15

Gambar 20. Detail konstruksi atapSumber: Boissiere, 1999

Gambar 21. Pemasangan lingkaran2 penahan atapSumber: Boissiere, 1999

Gambar 22. Pemasangan penutup atapSumber: Boissiere, 1999

Page 16: Makalah Rumah Honai Papua

E. Filosofi Honai

Bentuk bulat dan melingkar dari rumah honai memiliki filosofi yang

dipegang teguh oleh masyarakat Dani, yang mencerminkan nilai-nilai yang

diturunkan dari generasi ke generasi, yaitu sebagai berikut:

Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi untuk mempertahankan dan

mewariskan budaya, suku, harkat, martabat yang telah di pertahankan

oleh nenek moyang dari dulu hingga saat ini.

Bermakna sehati, sepikir dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan.

16

Gambar 23. Pengerjaan finishingSumber: Boissiere, 1999

Page 17: Makalah Rumah Honai Papua

REFERENSI:

Agustinus, SAA. (1997). Pola Permukiman Keluarga Orang Dani Di Lembah Balim Wamena Kabupaten Jayawijaya. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anonim. (2010). Arsitektur Tradisional Papua. http://othisarch07.wordpress.com/arsitektur-tradisional-papua/ (4 Maret 2011)

Anonim. Honai, Rumah Adat Papua. http://www.wahana-budaya-indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=788:honairumah-adat-papua&catid=101:arsitektur-tradisional&Itemid=77&lang=en (4 Maret 2011)

Anonim. (2010). Tropical Architecture Rumah Adat Papua-Honai. http://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com/2010/05/06/tropical-architecture-rumah-adat-papua-honai/ (4 Maret 2011)

Boissiere, Manuel. (1999). Membangun Homea. http://www.papuaweb.org/gb/foto/boissiere/homea.html (4 Maret 2011)

Korst, TJ. (2009). tjontheroad.blogspot.com (7 April 2011)

Marhaen, Gerry. Pengertian Pilamo. http://pilamo.wordpress.com/pilamo/ (8 April 2011)

Purwoaji, Ayos. (2010). Menemui Ksatria Mabel. http://aci.detik.com/read/2010/10/25/054540/1473785/1001/menemui-ksatria-mabel/2 (4 Maret 2011)

Saragi, Rizalina Tama. (2009). Honai House. http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/ (8 April 2011)

Uaga, Ogia Nuel Siep. (2009). Sistematika Pembangunan Honai Suku Dani. http://linceogiapapualina.blogspot.com/2009/11/sistematika-pembangunan-honai-suku-dani.html (4 Maret 2011)

Universitas Bina Nusantara. (2007). Kebudayaan Papua. epository.binus.ac.id/content/G0542/G054214231.ppt (4 Maret 2011)

17