Makalah PBL 7
description
Transcript of Makalah PBL 7
Saluran Pernapasan, Mekanisme Pernapasan, dan Keseimbangan Asam Basa dalam
Tubuh
Siska Rahmawati
102013191
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta 11510. Telepon : (021)5694-2051
Email : [email protected]
Abstrak
Sesak napas yang dialami oleh seseorang dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Seperti saluran napas, mekanisme pernapasan atau transportasi gas, kerja faal paru, maupun
keseimbangan asam dan basa pada tubuh. Saluran napas dimulai dari rongga hidung,
pharynx, larynx, trachea, bronchus, dan masuk ke paru. Bagian-bagian tersebut memiliki
perdarahan dan persarafan masing-masing. Mekanisme pernapasan yaitu proses pengambilan
oksigen dari atmosfer dan melepaskan karbondioksida dari alveoli. Kerja faal paru terdiri dari
recoil, compliance, surfaktan untuk menjaga agar paru tidak kolaps. Paru dan ginjal berperan
untuk menjaga pH tubuh dalam keadaan normal. Jika terjadi asidosis dan alkalosis
respiratorik maka kompensasi melalui pengasaman atau kerja ginjal, namun jika terjadi
asidosis dan alkalosis metabolik maka kompensasi melalui pernapasan.
Kata kunci: saluran napas, mekanisme pernapasan, asidosis, alkalosis
Abstract
Shortness of breath experienced by a person can be caused by many factors. Such as
airway, breathing or gas transport mechanisms, work lung function, as well as acid and
alkaline balance in the body. Airway starts from the nasal cavity, pharynx, larynx, trachea,
bronchus, and into the lungs. These parts have bleeding and innervation, respectively. The
mechanism of the process of breathing oxygen uptake from the atmosphere and release
carbon dioxide from the alveoli. Work consists of recoil pulmonary physiology, compliance,
surfactant to keep the lungs do not collapse. Lungs and kidneys act to maintain the pH of the
body under normal circumstances. If acidosis and respiratory alkalosis then compensation
through acidification or kidney function, but if it happens then acidosis and metabolic
alkalosis compensation trogh breathing.
Keywords: airway, breathing mechanisms, acidosis, alkalosis.
1
Pendahuluan
Dalam beberapa kasus ketika seseorang mengalami demam, kemungkinan ia juga
akan mengalami sesak napas. Keadaan tersebut menyebabkan dirinya tidak napsu makan dan
pada akhirnya tubuh seseorang tersebut menjadi lemas. Demam yang berujung pada sesak
napas sampai lemas tubuh disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang yang kemungkinan
berpengaruh pada hal tersebut antara lain struktur dari saluran napas orang itu sendiri
termasuk perdarahan dan persarafan saluran napas, pertukaran gas, serta keseimbangan asam
dan basa di dalam tubuh.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi keterangan lebih
lanjut tentang hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesak napas dan lemas tubuh pada
seseorang. Sehingga akan diuraikan mengenai struktur makroskopis dan mikroskopis saluran
pernapasan, beserta perdarahan dan persarafannya. Mengenai mekanisme pernapasan atau
transportasi gas, kerja faal paru, serta keseimbangan asam dan basa juga akan diuraikan.
Dengan harapan setelah membaca makalah ini, pembaca akan lebih mengerti mengenai faktor
yang mungkin mempengaruhi terjadinya sesak napas dan lemas tubuh pada orang yang
demam.
Makroskopis dan Mikroskopis Saluran Napas
Saluran pernapasan manusia melibatkan rongga hidung, pharynx atau tekak, larynx
atau pangkal tenggorokan, trachea atau tenggorokan, bronchi, serta cabang-cabang pulmonal
bronchi tersebut.1
Hidung berbentuk piramid yang pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan
ujung bebasnya disebut puncak hidung. Ke arah inferior hidung mempunyai dua pintu masuk
berbentuk bulat panjang yakni nares, yang terpisah oleh septum nasi. Permukaan infero-
lateral hidung berakhir sebagai alae nasi atau cuping hidung yang bulat. Penyangga hidung
terdiri dari tulang (os nasale, processus frontalis maxillarae, dan bagian nasal ossis frontalis)
dan tulang rawan hialin (cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis, dan cartilago ala nasi
major dan minor).1
Rongga hidung merupakan sarana pertama dimana udara akan masuk ke paru. Kedua
belah rongga hidung terbuka ke arah wajah atau depan melalui nares, dan terbuka ke arah
belakang berkesinambungan dengan nasopharynx melalui aperture nasi posterior (choana).1
Secara sagital, rongga hidung dibagi oleh sekat hidung. Pada bagian dinding lateral,
hidung memperlihatkan tiga elevasi yaitu concha nasalis superior, concha nasalis medius, dan
concha nasalis inferior (gambar 1). Pada concha nasalis superior terdapat recessus spheno-
2
ethmoidalis yang berada di sebelah craniodorsal. Selain itu juga terdapat meatus nasi superior
pada bagian inferior dari concha nasalis superior sebagai muara sinus ethmoidalis. Lalu pada
concha nasalis medius memperlihatkan sebuah elevasi bulat disebut bulla ethmoidalis. Di
sebelah bawah dari bulla ethmoidalis terdapat hiatus semilunaris, di mana hiatus semilunaris
ini akan melengkung ke arah depan menjadi infundibulum ethmoidale. Sedangkan concha
nasalis inferior bagian caudal dan lateralnya terdapat meatus nasi inferior yang merupakan
muara dari ductus nasolacrimalis.1
Gambar 1. Dinding Lateral Rongga Hidung2
Sekat pada dinding medial yaitu septum nasi. Untuk sekat bagian belakang kea rah
depan yaitu cavum nasi yang terdiri atas tiga daerah yakni regio sphenoidalis, ethmoidalis,
dan frontonasal. Sedangkan dasar rongga hidung terbentuk oleh prosessus palatines ossis
maxilla dan lamina horizontalis ossis palatini. Dasar ini memisahkan rongga hidung dengan
rongga mulut.1
Secara mikroskopis dapat dilihat bahwa rongga hidung tersusun oleh epitel olfaktori.
Di sana terdapat sel ofaktori yang merupakan neuron bipolar dan terletak diantara sel
penyokong. Sel peyokong atau pendukung yaitu sel sel sustentakular dan sel basal. Sel-sel
tersebut member dukungan fisik, nutrisi, dan menjadi penyekat listrik bagi sel olfaktori.
Permukaan dari sel-sel tersebut memiliki mikrovili, dan sitoplasma nya bergranula kuning
3
kecoklatan. Khusus untuk sel basal memiliki dua jenis yaitu sel bulat dan sel horizontal.
Kemampuan dari sel basal yaitu sebagai sel pengganti untuk sel olfaktori maupun sel
sustentakular. Sel basal horizontal memperbanyak diri untuk mengganti sel basal bulat.
Rongga hidung diperdarahi oleh Aa. ethmoidalis anterior dan posterior, A.
sphenopalatina, A. palatina major, dan A. labialis superior.1
Vena-vena rongga hidung membentuk plexus cavernosus. Beberapa vena menuju ke
V. sphenopalatina, V. facialis, dan V. ethmoidalis anterior yang berakhir di V. ophthalmica.1
Persarafan rongga hidung dipegang oleh cabang-cabang N. trigeminus (N. V), N.
olfactorius (N. I), N. ethmoidalis anterior, N. infraorbitalis, serta N. canalis pterygoidei (N.
vidianus).1
Setelah masuk ke rongga hidung, udara akan diteruskan ke pharynx (tekak). Pharynx
adalah sebuah pipa musculomembranosa yang membentang dari bassis cranii sampai setinggi
vertebra cervical VI (gambar 2).
Gambar 2. Pharynx
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasopharynx, oropharynx, dan
laryngopharynx. Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum
molle. Di nasopharynx terdapat muara dari saluran yang menghubungkan rongga hidung
4
dengan telingga tengah disebut dengan ostium pharyngeum tubae auditivae. Oropharynx
terbentang dari palatum molle sampai tepi atas dari epiglottis atau setinggi corpus vertebra
cervical II dan III bagian atas. Pada oropharynx terdapat bagian yang disebut tonsila palatina,
yang sering mengalami peradangan. Sedangkan laryngopharynx membentang dari tepi cranial
epiglottis sampai tepi inferior cartilage cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus
vertebra cervical III sampai bagian atas vertebra cervical VI. Ke arah caudal laryngopharynx
akan diteruskan menjadi oesophagus. Pada dinding anteriornya terdapat pintu masuk ke
dalam larynx atau aditus laryngis. Pada masing-masing sisi ventro-caudo-lateral aditus
laryngis terdapat recessus piriformis. Cabang-cabang N. laryngeus superior ramus internus
yang menembus membrane tyrohyoidea tertutup mukosa recessus piriformis dan membentuk
plica N. laryngici.1
Secara mikroskopis pharynx yang terdiri dari nasopharynx, oropharynx, dan
laryngopharynx memiliki ciri yang berbeda. Nasopharynx tersusun dari epitel respirasi (epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet), memiliki kelenjar campur, dan ada noduli limfatisi.
Oropharynx tersusun dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan terdapat tonsila
palatina. Sedangkan laryngopharynx tersusun dari epitel bervariasi, sebagian besar epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Perdarahan pharynx berasal dari A. pharyngea ascendens, A. palatina ascendens, A,
facialis ramus tonsillaris, A. palatina major, A. canalis pterygoidei cabang A. maxillaries
interna, dan A. lingualis rami dorsales linguae. Sedangkan pembuluh baliknya membentuk
plexus yang ke atas berhubungan dengan plexus pterygoideus dan ke arah bawah bermuara
ke dalam V. jugularis interna dan V. facialis.1
Persarafan pharynx berasal dari plexus pharyngeus. Unsur motorik utama adalah pars
cranialis N. accessories (N. XI) yang melewati cabang-cabang N. vagus, mempersarafi semua
otot pharynx dan palatum, kecuali M. stylopharyngeus dan M. constrictor pharyngis superior
yang dipersarafi oleh N. glossopharyngeus (N. IX), serta N. recurrens dan N. laryngeus
superior ramus externus yang mempersarafi M. constrictor pharyngis inferior. Sedangkan
saraf-saraf sensorik utama pharynx adalah N. glossopharyngeus dan N. vagus. Selain itu ada
unsure sensorik yang lain ada N. maxillaries yang mempersarafi sebagian besar mukosa
nasopharynx lewat ganglion pterygopalatinum, dan ada Nn. palatini minores yang
mempersarafi palatum molle dan tonsilla palatina lewat ganglion pterygopalatinum dan N.
glossopharyngeus.1
Berikutnya udara masuk dari pharynx ke larynx. Larynx atau pangkal tenggorok
merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara. Larynx
5
membentang anatar lidah sampai trachea. Larynx terdiri atas tulang-tulang rawan. Tulang
rawan yang ada di larynx antara lain cartilago thyreoidea, cartilago cricoidea, dan cartilago
epiglottis yang masing-masing satu buah, serta cartilage arytaenoidea, cartilago cuneiforme,
dan cartilago corniculatum yang masing-masing sepasang.1
Cartilago thyreoidea adalah tulang rawan larynx yang terbesar. Cartilago cricoidea
berbentuk semu cincin stempel, membentuk bagian inferior dinding larynx. Cartilago
arytaenoidea terletak di bagian belakang larynx sebelah superolateral lamina cartilago
cricoidea, bentuknya piramid. Cartilago corniculatum letaknya di sebelah posterior, di dalam
plica aryepiglottica. Cartilago cuneiforme berada di sebelah anterior dari cartilago
corniculatum, dan masing-masing berada dalam plica aryepiglottica. Sedangkan epiglottis
adalah tulang rawan berbentuk daun, yang terletak di sebelah dorsal lidah dan sebelah ventral
dari aditus laryngis.1
Secara mikroskopis dinding dari larynx terbentuk dari kerangka tulang rawan,
jaringan penyambung, otot bercorak, dan kelenjar campur. Dinding larynx yang diperkuat
oleh tulang rawan hialin meliputi cartilago thyreoidea, cartilago cricoidea, dan sepasang
cartilago arytaenoidea. Sedangkan dinding larynx yang diperkuat oleh tulang rawan elastis
meliputi sepasang cartilago cornuculatum, sepasang cartilago cuneiforme, dan sisi superior
cartilago arytaenoidea.
Epitel mukosa yang membatasi larynx bermacam-macam sesuai tempatnya. Pada
permukaan depan dan sepertiga atas sampai pertengahan permukaan belakang epiglottis, area
aryepiglottica dan pita suara dibatasi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Sedangkan bagian larynx yang lainnya dibatasi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel
goblet.
Untuk epiglottis, rangkanya terbentuk dari tulang rawan elastin. Karena epiglottis
terdiri dari dua bagian yaitu pars lingualis yang berhadapn dengan lidah dan pars laringealis
yang berhadapn dengan larynx, maka epitel penyusunnya juga berbeda. Pars lingualis
epiglottis tersusun oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Sedangkan pars
laringealis tersusun oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Di mana silia dan epitel
bergerak ke arah pharynx da mengalirkan mukosa dan partikel-partikel yang tertangkap di
dalamnya (berfungsi drainage). Pada pars laringealis banyak mengandung kelenjar campur.
Perdarahan larynx diperankan oleh cabang-cabang A. thyroidea superior dan A.
thyroidea inferior. Nadi-nadi tersebut di sertai venanya yaitu V. thyroidea superior yang
bermuara di V. jugularis interna dan V. thyroidea inferior yang bermuara ke dalam V.
brachiocephalica sinistra.1
6
Persarafan larynx berasal dari cabang-cabang internus dan eksternus N. laryngeus
superior, N. recurrens, dan saraf simpatis. Sedangkan untuk persarafan sensorik dan otonom
diperankan oleh ramus internus N. laryngeus superior.1
Setelah udara melewati rongga hidung, pharynx, dan larynx sebagai saluran napas
atas. Udara akan terus berjalan ke saluran napas bawah yaitu trachea, bronchus, sampai paru-
paru.
Trachea atau tenggorokkan merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang
rawan dan selaput fibro-muscular, sebagai lanjutan dari larynx, membentang mulai setinggi
cervical VI sampai tepi atas vertebra thoracal V. Ujung caudal dari trachea terbagi menjadi
bronchus principalis (primer, utama) dexter dan sinister.1
Trachea dan bronchus utama yang letaknya ekstrapulmonal memiliki rangka cincin
tulang rawan hialin yang tidak sempurna, dipersatukan oleh jaringan fibrosa dan otot polos.
Cincin trachea berjumlah 16-20, masing-masing membentuk gambaran huruf U.1
Secara mikroskopis trachea memiliki dua bagian. Bagian pertama yang mengandung
tulang rawan disebut pars cartilagenia (di bagian ventral) dan bagian yang tidak mengandung
tulang rawan disebut pars membranacea (di bagian dorsal) yang mempunyai M. trachealis.
Kontraksi dari M. trachealis akan menyempitkan diameter lumen trachea, menyebabkan
aliran udara lebih cepat sehingga akan membantu pengeluaran benda asing (mucus atau iritan
lain) dari larynx melalui batuk.
Trachea memiliki tiga lapisan, yaitu mukosa, submukosa, dan adventisia. Pada bagian
mukosa terbentuk dari epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet (epitel respiratori).
Terdiri dari sel goblet yang berjumlah 30% dari seluruh populasi sel dan menghasilkan
musigen, sel silindris bersilia yang berjumlah 30% dari seluruh populasi sel dan berfungsi
untuk menggerakkan mucus dan partikel terperangkap dan melalui gerakan silia
mendorongnya ke nasopharynx untuk selanjutnya dibuang keluar, sel basal yang merupakan
sel mucus dan berjumlah 30% dari seluruh populasi sel dan belum berdiferensiasi, sel sikat
(caveola) berjumlah 3% dari seluruh populasi sel, sel serosa yang berjumlah 3% dari seluruh
populasi sel dan mampu menghasilkan cairan serosa, serta sel DNES (diffuse neuroendocrine
system) atau Sel Kucthitsky (bergranula kecil) yang berjumlah 3% dari seluruh populasi sel
dan memiliki kemampuan untuk memantau kadar O2 dan CO2 dalam lumen saluran udara.
Pada bagian submukosa terdapat jaringan ikat fibroelastin yang irregular, terdapat
kelenjar mukosa, seromukosa yaitu glandula trakealis, dan juga terdapat limfoid. Dan pada
bagian adventisia tersusun dari jaringan ikat fibroelastin, terdapat tulang rawan hialin cincin
C, dan berperan mengaitkan trachea ke struktur esophagus dan jaringan ikat leher.
7
Trachea diperdarahi oleh A. thyreoidea inferior, sedangkan ujung thoracalnya
diperdarahi oleh cabang Aa. bronchiales yang beranastomosis dengan A. thyreoidea inferior
tersebut. vena-vena yang membawa darah dari trachea berakhir di plexus venosus thyreoidea
inferior. Sedangkan persarafan trachea diperankan oleh N. vagus, Nn. recurrens, dan truncus
sympaticus.1
Terakhir, udara masuk ke pulmo (paru). Pulmo terdiri dari dua bagian dextra dan
sinistra. Ciri dari pulmo dextra yaitu bronchusnya eparterialis (di atas arteri), memiliki tiga
lobus yaitu lobus superior, medius, dan inferior. Memiliki dua fissura yaitu fissura obliqua
yang memisahkan lobus superior dengan medius dan memisahkan lobus superior dengan
inferior. Yang kedua yaitu fissura horizontalis yang memisahkan lobus superior dengan
medius. Lobus superior dari pulmo dextra memiliki tiga cabang yaitu bronchus segmentorum
apicalis, bronchus segmentorum anterior, dan bronchus segmentorum posterior. Lobus
medius dari pulmo dextra memiliki dua cabang yaitu bronchus segementorum medialis dan
lateralis. Sedangkan lobus inferior dari pulmo dextra memiliki lima cabang yaitu bronchus
segmentorum superior, bronchus segmentorum posterobasal, bronchus segmentorum
anterobasal, bronchus segmentorum mediobasal, dan bronchus segmentorum leterobasal.1
Ciri dari pulmo sinistra yaitu bronchusnya hyparterialis (di bawah arteri), hanya
memiliki dua lobus yaitu superior dan inferior, dan hanya memiliki fissura obliqua. Lobus
superior dari pulmo sinistra memiliki empat cabang yaitu bronchus apicoposterior, bronchus
segmentorum anterior, bronchus segementorum lingula superior, dan bronchus segmentorum
lingula inferior. Sedangkan lobus inferior memiliki empat cabang yaitu bronchus
segemntorum apicalis, bronchus segmentorum anteromediobasal, bronchus segmentorum
laterobasal, dan bronchus segmentorum posterobasal.1
Secara mikroskopis dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara bronkus
ekstrapulmonal dan bronkus intrapulmonal. Persamaan terdapat pada bentuk epitel yaitu
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet dan adanya jaringan limfosit. Sedangkan
perbedaannya terletak pada tulang rawan. Pada bronkus ekstrapulmonal bentuk tulang rawan
tapal kuda, sedangkan pada bronkus intrapulmonal bentuk tulang rawan yaitu lempeng-
lempeng tulang rawan.
Sebelum masuk ke paru, udara akan masuk melalui bronkiolus terlebih dahulu.
Bronkiolus terbentuk dari epitel silindris bersilia dengan sedikit sel goblet, tidak punya
kelenjar campur dan tulang rawan, serta dindingnya tipis.
Bagian respirasi dimulai dari bronkiolus respiratorius yang terbentuk dari epitel
selapis kubis bersilia menjadi epitel selapis kubis hingga menjadi epitel selapis gepeng
8
(makin tipis), kemudian berlanjut ke duktus alveolaris yang berasal dari percabangan bronkus
respiratorius. Dari duktus menuju ke sakus alveolaris hingga alveolus. Dalam alveolus ada
tiga jenis sel yaitu pneumosit tipe I, pneumosit tipe II, dan sel endotel.
Perdarahan pulmo dextra yaitu A. pulmonalis dextra dan V. pulmonalis kanan.
Sedangkan untuk pulmo sinistra yaitu A. pulmonalis sinistra dan V. pulmonalis sinistra.
Persarafan paru oleh plexus pulmonalis anterior dan posterior yang terbentuk dari cabang
truncus sympaticus thoracal I-III dan parasimpatik N. vagus (N. X).1
Mekanisme Pernapasan atau Transportasi Gas
Sistem pernapasan atau respirasi mempunyai fungsi utama yaitu penyediaan oksigen
untuk kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida
hasil metabolisme secara terus-menerus. Sistem pernapasan terdiri dari sistem saluran udara,
organ pertukaran gas melalui proses difusi, mekanisme pompa ventilasi paru yang dilihat dari
struktur dinding dada dan otot-otot pernapasan dinding torak yang bekerja sama, pusat
pernapasan dan jaras persarafan serta sirkulasi darah yang membawa CO2 dari jaringan
menuju paru dan O2 dari paru ke jaringan tubuh.3
Udara napas masuk lubang hidung atau mulut menuju ke faring, laring trakea dan
selanjutnya ke bronkus menuju ke bronkiolus serta duktus alveolaris dan terakhir menuju
alveolus untuk dilakukannya pertukaran gas O2 dan CO2. Sebagian udara yang dihirup oleh
seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas, tetapi hanya mengisi saluran
napas yang tidak mengalami pertukaran gas O2 dan CO2 seperti pada hidung, faring, trakea,
udara ini disebut udara ruang rugi.3
Jaringan paru terdapat pada rongga dada, dimana rongga dada tersebut dibentuk oleh
12 tulang iga yang berhubungan dengan sternum di anterior dan vertebra torakalis di
posterior serta bagian inferior oleh diafragma. Struktur jaringan paru dan dinding dada
merupakan struktur yang elastis. Yang menyebabkan pengembangan dan pengempisan paru
adalah kontraksi otot-otot dinding torak dan diafragma. Proses inspirasi merupakan proses
aktif yang melibatkan kontraksi otot-otot inspirasi dimana otot-otot tersebut mengangkat
rangka dada. Otot paling penting yang berperan dalam mengangkat rangka iga adalah m.
Interkostalis ekternus, serta terdapat otot-otot lain yang membantunya seperti m.
sternokleidomastoideus, m. serratus anterior dan juga m. skalenus. Pada proses inspirasi
tenang terjadi proses kontaksi dari 2 otot inspirasi utama yaitu diafragma dan m. interkostalis
eksternus.Selanjutnya adalah proses ekspirasi yang merupakan proses pasif yaitu relaksasi
otot-otot dinding torak serta jaringan paru kembali ke kedudukan semula sesudah teregang
9
yang dikenal dengan daya recoil. Ketika ekspirasi kuat terjadi kontraksi otot-otot ekspirasi
yaitu otot dinding perut yaitu m.rektus abdominis dan otot interkostal internis.4
Kerja Faal Paru
Pergerakan udara dari dalam dan keluar paru disebabkan oleh tekanan. Tekanan
pleura adalah tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada,
normalnya terdapat sedikit isapan yang berarti suatu tekanan negatif yang ringan. Tekanan
pleura normal pada awal inspirasi adalah sekitar -5 cm H2O yang merupakan nilai isap yang
dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka pada tingkatan istirahatnya.
Kemudian selama isnpirasi normal, pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah
luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif.
Tekanan alveolus adalah tekanan udara dibagian dalam alveoli paru, ketika glotis terbuka,
dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau luar paru, maka tekanan pada semua bagian
jalan napas, sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer, yang dianggap sebagai
tekanan acuan 0 dalam jalan napas. Agar udara mengalir ke dalam alveoli selama inspirasi
maka tekanan dalam alveoli harus turun sampai nilainya sedikit di bawah tekanan atmosfer.
Tekanan transpulmonal merupakan perbedaan tekanan alveolus dan tekanan pleura, ini
merupakan perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar paru, dan ini
adala nilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap
pernapasan, yang disebut tekanan rekoil.3
Komplians paru merupakan luasnya pengembangan paru untuk setiap unit
peningkatan tekanan transpulmonal. Nilai komplians total dari kedua paru pada orang dewasa
normal rata-rata sekitar 200ml udara/cm H2O tekanan transpulmonal. Artinya setiap kali
tekanan transpulmonal meningkat sebanyak 1 cm H2O, maka setelah 10 hingga 20 detik
volume paru akan mengembang 200 ml. Faktor yang mempengaruhi compliance adalah
volume paru saat pengukuran, perubahan elastisitas jaringan paru, tekanan jalan nafas dan
tegangan permukaan alveol. Pada permukaan alveol terdapat lapisan cairan surfaktan, yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga paru tidak mudah kolaps serta
meningkatkan compliance. Ketika alveol mengempes molekul surfaktan merapat dan
menurukan tegangan permukaan sehingga alveol tidak kolaps, begitupun sebaliknya ketika
inspirasi alveol mengembang, dan molekul surfaktan saling menjauh dan tegangan
permukaan alveol naik. Melawan regangan alveol yang berlebihan, untuk mencegah alveol
pecah pada akhir inspirasi. Kerja inspirasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu pertama, yang
dibutuhkan untuk pengembangan paru dalam melawan daya elastisitas paru dan dada yang
10
disebut kerja komlplians atau kerja elastis, kedua yaitu yang dibutuhkan untuk mengatasi
viskositas paru dan struktur dinding dada yang disebut kerja resistansi jaringan dan ketiga
adalah yang dibutuhkan untuk mengatasi resistansi jalan napas terhadap pergerakan udara ke
dalam paru yang disebut kerja resistansi jalan napas.3
Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi
dapat diukur melalui spirometer. Nilai volume paru memperlihatkan suhu tubuh standar dan
tekanan ambien serta diukur dalam mililiter udara. Volume paru-paru terbagi menjadi 4 yang
pertama adalah volume tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
selama ventilasi normal biasa. Yang kedua adalah volume cadangan inspirasi (VCI) yaitu
volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum diatas inspirasi
tidal. Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume ekstra udara yang dapat dengan kuat
dikeluarkan pad akhir respirasi tidal normal. Yang terakhir adalah volume residual (VR)yaitu
volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat.5
Sedangkan kapasitas paru juga terbagi menjadi 4 yaitu yang pertama adalah kapasitas
inspirasi (KI) yang merupakan penambahan dari volume tidal dengan volume cadangan
inspirasi. Yang kedua adalah kapasitas residu fungsional (KRF) yaitu penambahan volume
cadangan ekspirasi dan volume residu. Selanjutnya adalah kapasitas vital yaitu penambahan
volume cadangan inspirasi dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Terakhir
adalah kapasitas paru total (KPT) yaitu penambahan kapasitas paru dengan volume residual
paru (gambar 3).5
Gambar 3. Spirogram Volume dan Kapasitas Paru5
11
Pusat pernapasan terdiri atas beberapa kelompok neuron yang terletak bilateral di
medula oblongata dan pons pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi tiga kelompok
neuron utama yaitu kelompok pernapasan dorsal, yang terletak di bagian dorsal medula yang
menyebabkan inspirasi. Yang kedua adalah pusat pernapasan ventral yang terletak
ventrolateral medula yang menyebabkan ekspirasi. Dan yang ketiga adalah pusat
pneumotaksik, terletak disebelah dorsal bagian superior pons, terutama mengatur kecepatan
dan kedalaman napas.3
Peredaran darah paru terbagi menjadi sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
Dalam sirkulasi sistemik yang terlibat adalah pembuluh darah yang membawa darah dari
ventrikel kiri melalui seluruh tubuh kemudian ke atrium kanan, fungsinya adalah untuk
memberikan nutrisi bagi jaringan paru. Sedangkan sirkulasi pulmonal membawa gas hasil
pertukaran darah kapiler dan udara alveol sebagai saringan, yang berperan dalam sirkulasi
pulmonal ini adalah ventrikel kanan melalui arteria pulmonalis dan kapiler yang mengelilingi
alveoli di dalam paru dan kembali ke atrium kiri jantung.6
Keseimbangan Asam dan Basa
Jumlah total H2CO3 dalam darah dapat menurun atau meningkat oleh pernapasan.
Ginjal mengatur kadar HCO3- darah dan ekskresi H+ melalui mekanisme reabsorpsi
bikarbonat di tubuli ginjal.
Paru dan ginjal memainkan peran penting dalam mempertahankan pH darah dalam
batas normal. Jika terjadi asidosis maupun alkalosis respiratorik, maka tubuh akan
mengkompensasi melalui ginjal supaya pH darah kembali normal. Namun jika terjadi
asidosis maupun alkalosis metabolik, tubuh mengkompensasi melalui pernapasan/paru
supaya pH darah normal. Rentang normal pH yaitu 7,37 - 7,42.
Penyebab gangguan keseimbangan asam basa antara lain, yang pertama yaitu asidosis
respiratorik ([H2CO3] >, rasio < 20, pH darah < normal). Asidosis respiratorik bisa terjadi
karena penyakit paru dan depresi pusat pernapasan. Keadaan ini terjadi karena retensi
abnormal CO2 karena hipoventilasi.7 Kompensasi supaya rasio = 20, maka yang dilakukan
yaitu meningkatkan reabsorpsi bikarbonat di tubuli ginjal.
Kedua, asidosis metabolik ([BH2CO3] <, rasio < 20, pH darah < normal). Asidosis
metabolik bisa terjadi karena diare berat, diabetes mellitus, dan olaharaga berat.7 Kompensasi
supaya rasio = 20, maka yang dilakukan yaitu menurunkan [H2CO3] melalui hiperventilasi.
Ketiga, alkalosis respiratorik ([H2CO3] <, rasio > 20, pH darah < normal). Alkalosis
respiratorik bisa terjadi karena semua kegiatan yang merangsang ventilasi secara berlebihan,
12
keracunan aspirin, mekanisme fisiologik di tempat tinggi seperti pendaki gunung.7
Kompensasi supaya rasio = 20, maka yang dilakukan yaitu menurunkan [BH2CO3] melalui
penurunan reabsorpsi bikarbonat di tubuli ginjal.
Keempat, alkalosis metabolik ([BH2CO3] >, rasio > 20, pH darah > normal). Alkalosis
metabolik bisa terjadi karena muntah berat dan konsumsi antasida yang berlebihan.
Kompensasi supaya rasio = 20, maka yang dilakukan adalah dengan menaikkan [H2CO3]
melalui hipoventilasi.
Penutup
Sesak napas yang dialami oleh seseorang bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Yang
pertama, adanya gangguan pada saluran pernapasan seperti rongga hidung, larynx, pharynx,
trachea, bronchus, ataupun paru. Yang kedua terjadi gangguan pada mekanisme pernapasan
seperti inspirasi dan ekspirasi, serta gangguan pada kerja faal paru. Dan yang ketiga yaitu
karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dalam tubuh. Yang bisa menjadi penyebab
terjadinya gangguan pernapasan.
Daftar Pustaka
1. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.2-53,
89.
2. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas anatomi manusia. Edisi ke 23. Jakarta: EGC;
2013.h.60.
3. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran 12th ed. Singapore: Saunders
Elseviers; 2014.h.499-502,541.
4. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2003.h.148-9.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.271-2.
6. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC; 2002.h.268-9.
7. Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 6. Jakarta: EGC;
2012.h.631-4.
13