MAKALAH Observasi Sumberdaya mineral dan Tanah .docx
-
Upload
rifkiluthfidyanto1407 -
Category
Documents
-
view
243 -
download
7
description
Transcript of MAKALAH Observasi Sumberdaya mineral dan Tanah .docx
1
STUDY LINGKUNGAN UNTUK OPTIMALISASI KUALITAS DAN
KUANTITAS AIR DAERAH MALANG
\
PROPOSAL
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Lingkungan
yang dibina oleh Dr. Sueb, M.Kes.
Oleh:
Rifki Luthfidyanto (100341404608)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Februari 2013
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan study lingkungan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan. Tujuan
dari pembuatan laporan ini adalah agar kami dapat mengetahui kualitas dan
kuantitas air PDAM di Kota Malang.
Dengan terselesaikannya penyusunan laporan study lingkungan ini kami
tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. SuebM.Kes., selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Lingkungan yang telah memberikan bimbingan pada kami sebagai modal
untuk melaksanakan study lingkungan di lapangan.
2. Teman-teman atas kerjasamanya selama proses study lingkungan.
3. Semua pihak yang telah membantu berupa masukan, saran dan kritik dalam
penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan study lingkungan
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itulah penyusun mengharapkan
masukan, saran, dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
perbaikan laporan ini, dan semoga laporan ini mempunyai manfaat bagi pembaca,
khususnya penyusun yang akan datang untuk dapat membantu masalah yang
dihadapi pemerintah Kota Malang.
Malang, Februari 2013
Penyusun
3
DAFTAR ISI
COVER…...………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………….4
C. Tujuan ………………………………………………………………...4
D. Ruang Lingkup ……………………………………………………….4
E. Definisi Operasional ………………………………………………….5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Air Tanah …………………………………………………7
B. Kondisi Umum Air Tanah ……………………………………………8
C. Kondisi Air Tanah Daratan Alluvial ………………………………….9
D. Kondisi Air Tanah Daerah Karst……………………………………..11
E. Sifat Kimia Air Tanah ……………………………………………….12
F. Kondisi Umum Air PDAM ………………………………………….15
BAB IV. METODE SURVEI
A. Design …………………………………………………………………...17
B. Populasi Sampel …………………………………………………………17
C. Instrumen …….…………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….18
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi perusahaan air minum, infrastruktur air minum merupakan aset utama
yang nilainya signifikan. Oleh karena itu harus dikelola secara baik mulai sejak
perencanaan kebutuhan, penyediaan dana, pemasangan aset, pengoperasian,
pemeliharaan, hingga pada pemusnahan aset. Pengelolaan tersebut dikenal dengan
istilah manajemen aset. Yang dimaksud dengan aset jaringan distribusi PDAM
yaitu Titik saluran pelanggan, Pipa, Manhole, Junction, Valve, Hidran, Bridge,
Pompa, Spring Water, Tandon, Treatment Plant (PDAM Kotamadya Malang,
2008).
Untuk mencapai tujuan bisnisnya, seringkali perusahaan-perusahaan
menggunakan teknologi informasi sebagai basis dalam penciptaan layanan yang
berkualitas ataupun dalam optimalisasi proses bisnisnya. Dalam mengelola data
aset distribusi yang seringkali berubah, PDAM Kotamadya Malang membutuhkan
Sistem Informasi untuk mendukung fungsi dari proses bisnis pengelolaan Jaringan
Distribusinya. Fungsional sistem ini akan diwujudkan dalam sebuah rencana
program proyek.
Suatu proyek dikatakan baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien
ditinjau dari segi waktu, biaya, dan mempertinggi efisiensi kerja baik manusia
maupun alat. Perencanaan proyek yang baik diperlukan untuk memenuhi sasaran
proyek yang berupa Sistem Informasi Manajemen Aset, karena kesuksesan dari
sebuah proyek bergantung pada usaha, perhatian dan kemampuan dalam
menerapkan perencanaan awal pada suatu proyek. Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam perencanaan proyek pembangunan Sistem Informasi Manajemen
Aset yaitu : identifikasi ruang lingkup proyek, pembuatan jadwal dan daftar
aktivitas yang akan dikerjakan pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Sistem Informasi Manajemen Aset PDAM Kotamadya Malang merupakan
suatu pendekatan yang dapat memberikan semua informasi dan alat analisis yang
diperlukan untuk mengelola aset yang ada agar menjadi lebih efektif dan dapat
memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang, tidak terlepas dari peristiwa
5
yang mungkin terjadi dan dapat menghambat pencapaian tujuan/sasaran
perusahaan. Peristiwa yang dapat menghambat pencapaian tujuan manajemen
tersebut atau biasa disebut dengan risiko.
Risiko yang timbul akibat penerapan rencana proyek yang salah akan
menyebabkan proses bisnis berjalan tidak optimal, kerugian finansial,
menurunnyareputasi perusahaan, atau bahkan hancurnya bisnis perusahaan. Oleh
karena itu diperlukan suatu pengukuran terhadap risiko proyek bagi perusahaan.
Dengan pedoman ISO/FDIS 31000:2009 Risk based management,
penelitian ini diharapkan bisa memberikan dan membuat gambaran tentang
bagaimana membuat perencanaan proyek yang baik sebelum dilakukan
pelaksanaan proyek. Perencanaan proyek digunakan untuk melaksanakan proyek,
bukan untuk analisis proyek, hal ini guna memenuhi sasaran proyek yang
diinginkan oleh pemilik proyek dan juga untuk meminimalkan kegagalan dalam
pelaksanaan proyek.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air PDAM Kota Malang?
2. Bagaimana kuantitas air PDAM Kota Malang?
3. Bagaimana upaya peningkatan kualitas dan kuantitas air PDAM Kota
Malang?
C. Tujuan
Untuk mengetahui:
1. kualitas air PDAM Kota Malang
2. kuantitas air PDAM Kota Malang
3. Bagaimana upaya peningkatan kualitas dan kuantitas air PDAM Kota
Malang
D. Ruang Lingkup
Untuk mempertegas ruang lingkup masalah yang distudy lingkungan
diadakan batasan masalah sebagai berikut:
6
1. Model optimalisasi terbatas dalam hal study lingkungan sumberdaya air
dan tanah.
2. Subjek dalam study lingkungan ini adalah PDAM kota Malang terdekat.
3. Kajian dalam study lingkungan ini meliputi sistem pengairan dan
pemanfaatan tanah
4. Kualitas air PDAM yang baik untuk masyarakat adalah tidak mengandung
bahan kimia berbahaya dan organism penyebab penyakit.
5. Kuantitas air PDAM yang baik untuk masyarakat adalah banyaknya debit
air yang dikeluarkan perhari yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitihan ini sebagai
berikut:
1. Keterlaksanaan penerapan study lingkungan ini adalah mendapatkan
data yang valid mengenai kualitas air PDAM yang didistrisibusikan di
kota Malang selama periode pengambilan data.
2. Keterlaksanaan penerapan study lingkungan ini adalah mendapatkan
data yang valid mengenai kuantitas air PDAM yang dikeluarkan
perhari dalam pendistrisibusiannya di kota Malang selama periode
pengambilan data.
3. Kualitas air adalah tingkat kelayakan air dari PDAM yang
distrisibusikan kepada masyarakat
4. Kuantitas air adalah banyaknya air yang keluar dari pusat PDAM
yang didistrisibusikan kepada masyarakat.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di
dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang
meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan
permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan
lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti
lapisan lempung atau geluh.
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan
tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk
berasal dari air hujan dan air permukaan, yang meresap (infiltrate) mula-
mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin
dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dan perlakuan lainnya) terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
Distribusi air bawah tanah pada lapisan geologi dibagi atas zona-
zona yaitu : zona vadose, merupakan suatu zona yang terletak diantara
permukaan tanah sampai pada bidang batas air jenuh (Water table
saturated), zona phreatik , zona ini ditetapkan dari bidang batas air jenuh
sampai pada suatu lapisan dimana air secara ‘stasioner’ tak jenuh dan
pori-pori tanah atau batuan tak berhubungan, atau berada pada lapisan
semi kedap air (layer of semipermiable). Zona phreatik , disebut juga zona
air jenuh dapat mencapai kedalaman yang cukup besar, namun pada
kedalaman yang besar (lebih dari 3 km) jarang dijumpai air. Sebaliknya
pada kedalaman yang bertambah, kadang-kadang air dapat bertambah,
sehingga muncul akuifer tak tertekan pada zona phreatik (Todd,1980)
8
B. Kondisi Air Tanah
Air tanah adalah salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni suatu
peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer, penguapan dari darat atau laut
atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan,
pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali. Dari
daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi
dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam
daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup,
penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta manusia yang berada di
permukaan (Handoyo, 2008). Objek material hidrologi dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut:
Gambar 1: Objek material hidrologi (Sumber: Sunarto, 1997).
Air tanah tidak dijumpai di semua tempat. Keterdapatan air tanah
tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung air
tanah yang disebut akuifer. Pada areal tertentu dapat muncul lapisan
akuifer, sebagai lapisan pembawa air yang dapat memindahkan air dari
suatu titik ke titik yang lain atau sebagai akuifer tertekan. Di bawah
permukaan bumi, air tanah terperangkap diantara celah-celah partikel
tanah atau batuan. Beberapa tipe batuan seperti pasir, batu pasir
9
(sandstones), gravel atau batu konglomerat mempunyai kemungkinan
untuk memerangkap air tanah diantara celah partikelnya. Namun beberapa
tipe batuan seperti batuan beku, metamorfosa dan sedimen biasanya sedikit
mengandung air. Kemampuan batuan atau sedimen memerangkap air
bawah tanah diantara celah partikelnya disebut potensial air tanah.
Potensial air tanah akan besar, pada sedimen atau batuan yang memiliki
porositas yang besar. Pergerakan air tanah di bawah permukaan bumi juga
ditentukan oleh permeabilitas batuan atau tanah (Allan et al, 1982).
Menurut Todd (1980), permeabilitas merupakan suatu ukuran
kemudahan aliran melalui suatu media porous. Permeabilitas ini ditandai
dengan kemampuan zat cair untuk bergerak melewati lapisan batuan yang
bersangkutan. Kemampuan zat cair untuk menyusuf melalui suatu lapisan
batuan atau tanah. Kemudian jika pori-pori lapisan tidak saling
berhubungan, maka akan menghasilkan suatun lapisan yang tidak
permeabel meskipun porositasnya besar.
Jumlah air tanah yang dapat diperoleh di suatu daerah tergantung
pada sifatsifat akuifer yang ada di daerah tersebut serta pada luas cakupan
dan frekwensi imbuhan. Kapasitas suatu formasi untuk menampung air
diukur dengan porositas, yaitu perbandingan antara volume pori-pori
terhadap volume total formasi tersebut. Secara teoritis setiap lapisan
batuan mempunyai tahanan jenis yang dipengaruhi oleh komposisi mineral
yang dikandung oleh batuan tersebut.
C. Kondisi Air Tanah Dataran Alluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-
proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara
lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang
semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi
diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran
sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung,
dan dataran lembah sungai. Daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil
rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang
10
lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan
tekstur batuan (Handoyo, 2008). Gerakan air tanah dan jenis lapisannya
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Gerakan air tanah dan jenis lapisannya (Sumber: Bouwer, 1978 dalam Handoyo, 2008)).
Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau Sumatera,
Pulau Jawa bagian Utara dan Selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya
bagian Selatan. Air tanah daerah dataran pantai selalu terdapat dalam
sedimen kuarter dan resen yang batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan
berinteraksi dengan lapisan lempung. Kondisi air tanah pada lapisan
tersebut semuanya dalam keadaan tertekan, mempunyai potensi yang
umumnya besar, namun masih bergantung pada luas dan penyebaran
lapisan batuan dan selalu mendapat ancaman intrusi air laut, apabila
pengambilan air tanah berlebihan. Dataran antar gunung di pulau Jawa
terdapat di Bandung, Garut, Madiun, Kediri, Nganjuk, dan Bondowoso,
daerah ini sebagian besar dibatasi oleh kaki gunung api. Lapisan batuan
terdiri atas bahan klastika hasil rombakan batuan gunung api sekitarnya.
Pengertian susunan litologi dari butir kasar ke halus membentuk suatu
kondisi air tanah tertekan, cekungan air tanah antar gunung mempunyai
potensi yang cukup besar.
11
Beberapa bentuk lahan asal fluvial menurut Handoyo (2008)
adalah sebagai berikut:
1. Kipas Alluvial (Alluvial fan)
2. Crevasse-Splays
3. Tanggul Alam (Natural lever)
4. Poin Bar
5. Dataran Banjir
6. Cekungan Fluvial (Flood plain)
7. Teras Alluvial
8. Delta
Volume air tanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh tebal dan
penyebaran permeabilitas dari akuifer yang terbentuk dalam aluvium dan
dilluvium yang mengendap dalam dataran. Apabila suatu daerah materi
penyusunnya atas materi halus (liat/berdebu) umumnya permeabilitasnya
kecil, sedangkan suatu daerah yang tersusun atas pasir dan kerikil
permeabilitasnya besar. Air tanah yang mengendap di dataran banjir
ditambah langsung dari peresapan air susupan. Permukaan air tanahnya
dangkal sehingga pengambilan air dapat dengan sumur dangkal (Handoyo,
2008).
D. Kondisi Air Tanah Daerah Karst
Bukit-bukit karst kerucut dan menara berkembang baik di
Indonesia, sehingga sebagian besar kawasan karst di Indonesia
mempunyai kedua macam bukit tersebut. Walaupun setiap kawasan karst
utama (Sinamar, Kyantan dan Takung di Sumatra; Kalapanunggal,
Karangbolong, Gunung Sewu di Jawa; Maros dan Boneo di Sulawesi;
Doberai, Fak Fak, Kumawa di Irian Jaya), mempunyai dominasi bentuk
tertentu, namun pada umumnya kedua .jenis bukit tersebut setempat-
setempat dapat diketemukan (Haryono, 2001).
12
Kandungan air oleh Fetter (1988) didefinisikan sebagai berat air
dibagi dengan total berat tanah. Konduktivitas yang lambat inilah yang
merupakan bagian dari fungsi regulator dari sistem hidrologi kawasan
karst. Meskipun porositas sekunder karena diaklas dan rongga pelarutan
besar, akuifer karst tetap mampu menyisakan air dalam musim kemarau
untuk mensuplai sungai-sungai bawah tanah, sehingga sebagian besar
sungai bawah tanah bersifat perennial (mengalir sepanjang tahun).
Air yang tersimpan di bukit karst dikeluarkan perlahan-lahan baik
sebagai mata air maupun sungai bawah tanah. Menurut Fetter (1988)
adapun jenis sumber air daerah karst berdasarkan keberadaannya
dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Sumber air permukaan, merupakan simpanan air yang berada pada
permukaan tanah. Sumber air ini umumnya terdapat di Sinhole,
doline, dan uvala.
b. Sumber air bawah tanah, merupakan simpanan air yang terdapat di
dalam tanah biasanya di dalam gua-gua atau disebut sungai bawah
tanah.
Sifat batuan lain yang berhubungan dengan air tanah adalah akuiklud
dan akuitard. Menurut Walton (1970), akuiklud adalah formasi batuan
yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat melalukannya dalam
jumlah yang berarti, misalnya liat, serpih, tuf halus dan batuan lain
yang butirannya berukuran liat, sedangkan akuitard adalah formasi
batuan dengan susunan sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan
air, tetapi hanya dapat melalukannya dalam jumlah terbatas seperti
misalnya pada rembesan atau kebocoran.
E. Sifat Kimia Air Tanah
Sifat kimia airtanah merupakan salah satu sifat utama air yang
mempengaruhi kualitas airtanah selain sifat fisik, biologi dan radioaktif.
13
Sifat kimia airtanah sangat berguna untuk penentuan kualitas airtanah.
Sifat kimia airtanah antara lain adalah kesadahan/kekerasan (total
hardness), jumlah padatan terlarut (total dissolved solid), daya hantar
listrik (electric conductance), keasaman dan kandungan ion. Sifat kimia
airtanah yang akan dibahas lebih rinci dalam pembahasan ini adalah
kandungan ion.
Kandungan ion dalam air yang penting antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Mn,
Cu, Fe, Zn, Cl, SO4, CO2, CO3, HCO3, H2S, F, NH4, NO3, NO3, NO2,
KMNO4, SiO2 dan Boron. Selain itu ion – ion logam yang biasanya
jarang tapi bersifat racun antara lain As, Pb, Se, Cr, Cd, Hg, CO.
Kandungan ion – ion mayor yang akan dibahas yaitu magnesium
(Mg), kalsium (Ca), Potassium (K), Sodium (Na), sulfat (SO4), nitrat
(NO3), klorida (Cl) dan alkalinitas (HCO3).
1. Magnesium (Mg2+)
Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar
kecilnya pengaruh pelarutan litologi dalam air. Magnesium pada
batuan beku berasal dari mineral-mineral feromagnesium berwarna
gelap,yakni olivine, piroksen, amfibol. Dalam batuan alterasi hadir
dalam klorit, montmorilonit dan serpentin. Magnesium juga hadir
dalam sedimen karbonat sebagai magnesit dan hidromagnesit serta
hydroxide brucite.
2. Kalsium (Ca2+)
Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk
menganalisis pengaruh litologi terhadap komposisi kimia airtanah.
Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam mineral-mineral
batuan beku yakni dalam rantai silika, piroksen, amfibol dan feldspar.
Kalsium berada dalam air karena kontak air dengan batuan beku dan
batuan metamorf umumnya mempunyai konsentrasi yang rendah
karena laju dekomposisinya lambat. Kebanyakan kalsium terdapat
dalam batuan sedimen karbonat. Kalsium hadir dalam gipsum
14
(CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4), dan florit (CaF2). Dalam batupasir
sebagai semen.
3. Potassium (K+)
Potassium merupakan kation yang tidak dominan ditemukan dalam
airtanah. Terdapat dalam feldspar ortoklas dan mikroklin (KAlSI3O8),
mika, feldspathoid leucite (KAlSi2O6). Dalam batuan sedimen
Potassium umumnya hadir sebagai feldspar, mika atau illit atau
mineral lempung lainnya.
4. Sodium (Na+)
Sodium melimpah dalam grup logam alkali. Dalam batuan sedimen,
Sodium hadir dalam mineral-mineral yang resisten sebagai semen. Air
yang terjebak dalam sedimen dan tersimpan dalam waktu yang lama
akan mempunyai konsentrasi Na+ yang tinggi.
5. Sulfat (SO42-)
Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang
digunakan untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral
sulfida terhadap komposisi kimia airtanah. Sumber lain adalah dari
mineral gipsum (CaSO4.2H2O) dan mineral anhidrit (CaSO4) yang
akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan SO42-.
6. Nitrat (NO3-)
Nitrat (NO3-) merupakan anion yang penting. Nitrat dengan
konsentrasi tinggi merupakan indikasi adanya sumber polutan dalam
airtanah. Kandungan nitrat umumnya kurang dari 10 mg/l untuk
airtanah dengan komposisi biasa (Todd, 1980). Tingginya konsentrasi
nitrat (NO3-) dalam airtanah dapat disebabkan karena adanya aktivitas
mikroba nitrat.
Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran
antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Air
hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/l. Pada perairan yang
15
menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak
mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/l.
7. Klorida (Cl-)
Analisis klorida (Cl-) dimaksudkan untuk memperkecil nilai
ketidakseimbangan kation-anion dalam hasil perhitungan. Selain itu
klorida juga digunakan untuk mengetahui berapa besar kadar Sodium
klorida (NaCl) yang terlarut dalam air. Pelapukan batuan dan tanah
melepaskan klorida ke perairan.
8. Alkalinitas (HCO3-)
Tingkat kebasaan suatu sampel airtanah dinyatakan dalam nilai yang
disebut alkalinitas. Dengan kata lain alkalinitas dapat diartikan
sebagai berapa besar asam yang digunakan untuk menetralkan
airtanah. Tingginya alkalinitas dalam air disebabkan oleh ionisasi
asam karbonat, terutama pada air yang banyak mengandung
karbondioksida (kadar CO2 mengalami saturasi/jenuh).
Karbondioksida dalam air bereaksi dengan basa yang terdapat pada
batuan dan tanah membentuk bikarbonat.
F. Air Pdam
Air PDAM berasal dari air sungai yang diolah. Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Proses pengolahan air sungai menjadi air kran biasanya memiliki 4 langkah: koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi.
1. Koagulasi/flokulasi adalah proses untuk mengeliminasi partikel-partikel
yang berukuran ‘besar’ dengan cara menambahkan koagulan pada air
sehingga partikel-partikel tersebut bisa mengendap. Kekeruhan yang kita
lihat pada air adalah karena adanya partikel-partikel tersebut (bisa dari
tanah, hasil dekomposisi tanaman, kotoran hewan, atau senyawa kimia).
2. Setelah proses ini, air akan dialirkan ke tempat penampungan sementara
untuk proses sedimentasi (pengendapan). Dalam jangka waktu tertentu,
partikel-partikel ‘besar’ tadi diharapkan mengendap di bawah sehingga
proses pemisahannya menjadi lebih mudah.
16
3. Bagian atas (airnya saja) kemudian menuju proses berikutnya, filtrasi
atau penyaringan. Filter atau saringan yang dipakai biasanya sand filter
atau gravel filter, yang memiliki kemampuan untuk memisahkan
partikel-partikel yang jauh lebih kecil sehingga air yang dihasilkan lebih
bersih.
4. Terakhir, disinfeksi. Untuk membunuh mikroorganisme yang dapat
membahayakan manusia, disinfektan seperti chlorine ditambahkan ke
air. Chlorine inilah yang baunya sering kita cium saat mengambil air
dari kran. Setelah disinfeksi, air ditampung kemudian disalurkan ke
rumah-rumah
17
BAB III
METODE SURVEI
A. Design
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena
merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian ini terfokus
pada upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya air yang ada di Kota
Malang. Data yang didapat diperoleh dari hasil wawancara pada narasumber yang
berhubungan dengan hal terebut yaitu Kepala PDAM kota Malang.
B. Populasi dan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling
design). Dalam hal ini, sampel yang digunakan adalah Kepala PDAM yang berada
di Kota Malang. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sample yaitu teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang
apa yang kita harapkan
C. Instrumen
Instrumen pada penelitian ini yaitu peneliti sendiri sebagai human
instrument yang akan menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas penemuan yang diperoleh
nantinya. Kemudian instrument penelitian yang akan digunakan yaitu :
1. Interview guide, berupa daftar pertanyaan terkait persoalan yang akan
diobservasi yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti sebagai pedoman
untuk kegiatan observasi atau wawancara
18
2. Documentary, berupa pengambilan foto sebagai bukti dari kegiatan observas
yang dilakukan di lapangan
3. Alat alat wawancara, yaitu buku catatan dan kamera
19
DAFTAR PUSTAKA
Allan, L. Nicholas K., Koch, 1982, Physical Geology, New York.
Anonim. 2010. Pengertian dan macam-macam sungai. (Online).
(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2068816-pengertian-dan-
macam-macam-sungai/#ixzz2KBewndLL), diakses tanggal 5 Februari
2013
Anonim. 2010. Sifat Kimia Air Tanah. (Online).
(http://wiretes.wordpress.com/2010/01/14/sifat-kimia-airtanah/), diakses
tanggal 5 Februari 2013
Fetter, C.W. 1988. Applied Hydrogeology. Second edition. MacMillan, New
York.
Handoyo, B. 2008. http://www.malang.ac.id/e-Learning/FMIPA/BudiHandoyo/
geografi.htm. tanggal 5 Mei 2008.
Haryono, E.; Hadi, M.P.; Suprojo, S.W. dan Sunarto. 2000. Kajian Mintakat
Epikarst Gunung Kidul untuk Penyediaan Air Bersih. Laporan PHB VIll,
LIT-UGM, Yogyakarta.
Herlambang, A. 1996. Kualitas Air tanah Dangkal di Kabupaten Bekasi. Program
Pascasarjana, IPB. Bogor.
Todd, D.K. 1980. Ground Water Hydrology. John Wiley and Sons Inc., New
York.
Walton, W.C. 1970. Ground Water Resources Evaluation. John Wiley and Sons
Inc., New York.