Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
-
Upload
miftah-iqtishoduna -
Category
Education
-
view
2.234 -
download
17
Transcript of Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
MAKALAH “MANAJEMEN PEMBIAYAAN BANK SYARIAH”
Dosen Pengampu : Arino Klasio, SE. M.Si.
Disusun Oleh :
1. Didi Sulispriadi (2012002001)
2. Tri Hadi Susanto (2013002005)
3. Nurul Aini (2013002006)
4. Fitria Abda Rohmana (2013002008)
5. Miftahuddin (2013002009)
6. Sri Musiyam (2013002012)
STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN
TAHUN 2014/2015
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Pengertian Manajemen Pembiayaan.............................................................3
B. Bentuk- Bentuk Pembiayaan Bank Syari’ah ...............................................4
C. Sistem pembiayaan bank syari’ah................................................................7
D. Fungsi dan Tujuan pembiayaan ..................................................................13
BAB III...................................................................................................................14
PENUTUP ..............................................................................................................14
A. Kesimpulan .................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perbankan syari’ah terdapat beberapa manajemen pengaturan
dalam bank salah satunya adalah manajemen pembiayaan. manajemen
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan
akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan
usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan
permasalahan dan berhentinya usaha bank.
Oleh Karena itu, diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah
yang baik sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada
nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun
syariat Islam itu sendiri. Oleh karena itu kami sebagai penulis makalah ini
mencoba memaparkan bagaimana konsep dari manajemen pembiayaan syariah itu
sendiri sehingga diharapkan baik penulis, rekan mahasiswa, maupun masyarakat
bisa lebih memahami mengenai manajemen pembiayaan syariah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka akan timbul beberapa permasalahan yaitu :
1. Apa definisi dari Manajemen pembiayaan syariah?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pembiayaan pada perbankan syariah?
3. Bagaimana bentuk sistem pembiyaan pada bank syari’ah?
4. Apa saja fungsi dan tujuan pembiayaan?
2
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari manajemen pembiayaan syariah.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembiayaan pada perbankan syariah.
3. Untuk mengetahui sistem pembiayaan bank syari’ah.
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pembiayaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pembiayaan
Dalam membahas manajemen pembiayaan Bank Syariah terlebih dahulu
dipisahkan dua kata yang membentuk frase tersebut : Manajemen, Pembiayaan
dan Bank Syariah.
Secara etimologi Manajemen berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Pembiayaan diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian fasilitas
keuangan/finansial yang diberikan satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah direncanakan.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.1[1]
Jadi, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah adalah sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
yang dilakukan oleh Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dalam hal pemberian fasilitas keuangan/finasial yang kepada
pihak lain berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk mendukung kelancaran usaha
maupun untuk investasi yang telah direncanakan
Menurut Adiwarman Karim, dalam menyalurkan dananya pada nasabah
secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori
yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1[1] Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, hal.
304.
4
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa.
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap.
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa.
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus.2[2]
B. Bentuk- Bentuk Pembiayaan Bank Syari’ah
Dalam perbankan syariah ada beberapa bentuk pembiayaan yang di
terapkan dalam bank syariah yaitu:
a) Pembiayaan Murabahah dan Isthisna’
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam
murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin
diperoleh).
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya (bank apat meminta
uang muka pembelian kepada nasabah).
2[2] Karim, Adiwarman, 2010, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, hal. 87
5
Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya.
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis
besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (UnRestricted Investment
Account = investasi tidak terikat).
Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment
Account = investasi terikat).
Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank.
Pembiayaan istisna’ adalah merupakan transaksi jual beli cicilan seperti
transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual-beli murabahah di
mana barang diserahkan di muka sedangkan uangnya dibayar cicilan, dalam jual-
beli istishna’ barang diserahkan dibelakang walaupun uangnya juga sama-sama
dibayar secara cicilan.
Dengan demikian, metode pembayaran pada jual-beli murabahah mu’ajjal
sama persis dengan metode pembayaran dalam jual-beli isthisna’, yakni sama-
sama dengan sistem angsuran (installment). Satu-satunya hal yang membedakan
antara keduanya adalah waktu penyerahan barangnya. Dalam murabahah muajjal,
barang di serahkan di muka, sedangkan dalam isthisna’ barang diserahkan
dibelakang, yakni pada akhir periode pembiayaan. Hal ini terjadi, karena biasanya
barangnya belum dibuat/belum wujud.
b) Pembiayaan Ijarah Dan IMBT
Transaksi Ijarah adalah hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan
membayar imbalan tertentu.3[3] Menurut fatwa dewan syari’ah nasional, ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan
barang itu sendiri. Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada perubahan
3[3] Ibid, hal.138
6
kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan
kepada penyewa.
Ijarah muntahia bittamlik(IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad,
yakni akad al-Bai’dan akad ijarah muntahia bittamlik (IMBT). Al-Bai’ merupakan
akad jual-beli, sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa
(ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. Dalam ijarah muntahia
bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara
berikut ini:
Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.
Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa.
Pada al-Bai’ wal ijarah muntahia bittamlik (IMBT) dengan sumber
pembiayaan dari Unrestricted Investment account (URIA), pembayaran oleh
nasabah dilakukan secara bulanan. Hal ini dissebabkan karena pihak bank harus
mempunyai cash in setiap bulan untuk memberikan bagi hasil kepada para
nasabah yang dilakukan secara bulanan juga.
c) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunya Islam.
Ketika Nabi Muhammad Saw. Berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad
mudharabah dengan khadijah. Dengan demikian, baik menurut Alquran, Sunnah,
maupun Ijma.
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
Pelaku ( pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Objek mudharabah (modal dan kerja)
Prsetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
Nisbah keuntungan.
7
C. Sistem pembiayaan bank syari’ah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pahak-pihak yang
merupakan deficit unit.4[4] Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal berikut.
Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluanya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
yaitu:
a.) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, dan bentuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility
of place dari suatu barang.
b.) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital doods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
Macam-macam Pembiayaan Bank Syari’ah
Pembiayaan modal kerja syariah
Pembiayaan modal kerja mencakup tiga hal, yaitu:
Modal kerja, yaitu modal lancar yang dipergunakan untuk mendukung
operasional perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara
normal dan lancar.
4[4] Syafi’I Antonoi, Muhammad. 2001. Bank Syari’ah dari teori ke praktek. Jakarta:
Gema Insani Press.
Hal. 160.
8
Modal kerja brutto, merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Pengertian modal kerja bruto didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang
tertanan pada unsure-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar merupakan aktiva yang
sekali berputar akan kembali dalam bentuk semula.
Modal kerja netto, merupakan kelebihan aktiva lancar atas hutang lancar.
Dengan konsep ini, sejumlah tertentu aktiva lancar harus digunakan untuk
kepentingan pembayaran hutang lancar dan tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain.
berdasarkan penggunaanya, modal kerja dapat diklasifikassikan menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu:
Modal kerja permanen, berasal dari modal sendiri atau dari pembiayaan jangka
panjang. Sumber pelunasan modal kerja permanen berasal berasal dari laba bersih
setelah pajak ditambah dengan penyusutan.
Modal kerja seasonal bersumber dari modal jangka pendek dengan sumber
pelunasan dari hasil penjualan barang dagangan, penerimaan hasil tagihan termin,
atau dari penjualan hasil produksi.
Unsur-unsur modal kerja permanen terdiri dari,
Kas, kas perusahaan harus dipelihara dalam jumlah yang cukup agar dapat
memenuhi kebutuhan setiap saat diperlukan.
Piutang dagang, merupakan salah satu strategi mengantisipasi persaingan
dengan tujuan untuk menjaga keberlangsungan hubungan dengan pelanggan.
Persediaan (stock) bahan baku, jumlah persediaan/stock bahan baku yang
selalu tersedia di perusahaan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
Stock untuk memenuhi kebutuhan produksi normal.
Stock untuk antisispasi guna menjaga kontinuitas produksi (iron stock).
Pembiayaan investasi syariah
yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan masksud
memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan di kemudian hari,
cirri-ciri pembiayaan investasi adalah:
Untuk pengadaan barang-barang modal
Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah.
9
Berjangka waktu menengah dan panjang.
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan
pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas
(projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan
sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban
terpenuhi. Setelah itu, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan
angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.
Pada dasarnya dalam penilaian usulan invesasi itu diperlukan suatu
dasarpembahasan karena:
Investasi itu dilakukan dengan menggunakan dana yang terbatas sumbernya.
Agar penggunaan dana yang langka sumbernya tersebut dapat memberikan
manfaat/imbalan/keuntungan yang sebaik-baiknya, perlu dilakukan pembahasan
proyek investasi.
Dalam memberikan pembiayaan investasi bank dapat memberikan keuntungan
sebagai berikut:5[5]
Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan mendasarkan pada
prinsip-prinsip pemberian pembiayaan yang sehat.
Memperhatikan peraturan pemerintah tentang analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL).
Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 (dua belas) tahun.
Memenuhi ketentuan-ketentuan bankable yang berlaku (seperti penerima
pembiayaan, dan jaminan).
Potensi penghasilan penanaman modal dalam proyek investasi dinilai dengan cara
atau berdasarkan:
1) Analisis Break Even.
Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menentukan tingkat produksi
dan harga terendah, pada tingkat mana proyek dapat beroperassi tanpa
membahayakan kelangsungan hidupnya (laba/rugi = 0).
2) Analisis perbandingan penanaman modal dalam berbagai alternative proyek
(capital project comparisons).
5[5] Op. cit, hal 238
10
Analisis ini Membandingkan potensi penghasilan suatu proyek dengan
proyek yang lain dasar ukuran total profit, average profit, payback period (total
capital/total proceeds) dan discounted cash flow (present value proceeds dan
present value capital outlay).
3) Analisis rasio,
Dalam penilaian penanaman modal pada proyek investasi, ukuran-ukuran
yang digunakan terutama adalah:
Financial viability perusahaan, atas dasar ukuran:
Analisis cash flow
Debt equity ratio
Debt service coverage
Assets management
Inventory turn-over
Receivable turn-over
Profitabilitas perusahaan, atas dasar ukuran:
Profit marjin
Return on investment ratios
Earning fluctuations
Industry comparisons
Proyeksi atas performance, atas dasar ukuran:
Earning projections
Cash flow projections
Financial condition projections
Performance models
4) Analisis Risiko
Analisis sensitivitas yaitu menilai risiko yang terjadi di luar perhitungan.
Analisis probabilitas yaitu penilaian yang didasarkan pada perhitungan statistic
bahwa setiap proyek mempunyai unsure probabilitas yang menunjukkan suatu
forecast apakah suatu proyek riskan atau tidak. Secara financial, penanaman
11
modal untuk suatu proyek investasi dapat disetujui atas dasar pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
Telah dilakukan perhitungan penilaian,
Suatu proyek secara financial dapat dibiayai,
Apabila perlu, bank dapat meminta surat rekomendasi yang bersifat umum dari
jawatan/dinas/proyek dari suatu ,manajemen,
Apabila perlu bank dapat mensyaratkan adanya konsultan pengawas khususnya
untuk investasi pada aktiva tetap atau proyek (project financing).
Dalam hal perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang sudah berjalan dan
pembiayaan investasi dipergunakan dalam rangka perluasan dan atau rehabilitas
seta perusahaan tersebut dinilai mampu, maka marjin/bagi hasil selama masa
pembangunan harus dibayat efektif oleh nasabah.
Pembiayaan konsumtif syariah
Secara definitive, konsumsi adalah kebutuhan individual meliputi
kebutuhan baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha.
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif
dapat dibagi menjadi lima (5) bagian, yaitu:
Pembiayaan konsumen akad murabahah
Pembiayaan konsumen akad IMBT
Pembiayaan konsumen akad ijarah
Pembiayaan konsumen akad isthisna’
Pembiayaan konsumen akad qard+ijarah
Pembiayaan sindikasi
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari
satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu.
Pembiayaan sindikasi bank syariah lebih condong kepada proyek yang
berskala besar dan akan lebih memberi manfaat apabila disalurkan untuk
kepentingan kemaslahatan umat seperti pembiayaan pendirian sekolah dan
perguruan tinggi, pendirian rumah sakit dan bersalin dan koperasi unit desa
berdasarkan prinsip syariah.
12
Pembiayaan berdasarkan take over
Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah
membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi nonsyariah yang telah
berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.
Dalam pembiayaan berdasarkan take over ini, bank syariah mengklasifikasikan
hutang nasabah kepada bank konvensional menjadi dua macam, yaitu:
Hutang pokok plus bunga, dan
Hutang pokok saja
Dalam menangani hutang nasabah yang berbentuk hutang pokok plus
bunga, bank syariah memberikan jasa qardh karena alokasi penggunaan qardh
tidak terbatas, termasuk untuk menalangi hutang yang berbasis bunga.
Dengan demikian, dalam memberikan pembiayaan, bank syariah dapat
mengklasifikasikan pembiayaan yang diajukan nasabah ke dalam dua kategori,
yakni pembiayaan take over atau pembiayaan nontake over.
Pembiayaan letter of credit (L/C)
Pembiayaan letter of credit adalah pembiayaan yang diberikan dalam
rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. Pada umumnya,
pembiayaan L/C dapat menggunakan beberapa akad, yaitu:
Pembiayaan L/C Impor
Akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan L/C adalah:
Wakalah bil ujrah,
Wakalah bil ujrah dengan qardh
Murabahah,
Salam atau isthisna dan murabahah,
Wakalah bil ujrah dan mudharabah,
Musyarakah,
Wakalah bil ujrah dan hawalah,
Pembiayaan L/C ekspor
Akad yang dapat digunakan dalam pembiayaan L/C ekspor adalah:
13
Wakalah bil ujrah
Wakalah bil ujrah dan qardh,
Wakalah bil ujrah dan mudharabah,
Musyarakah,
Ba’I dan wakalah,
D. Fungsi dan Tujuan pembiayaan
1) Fungsi Pembiayaan
Keberadaan prinsip bank syariah yang menjalankan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan
meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang aman, diantaranya :
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem
bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena
tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh
rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.6[6]
2) Tujuan pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-
nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya
pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk
menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-
barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor.7[7]
6[6] Op.cit,.
7[7] Op. cit. hal 245
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Dalam melakukan pembiayaan maka bank syariah
memerlukan analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh keyakinan
bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya.
Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses
pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu
melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan supaya memajukan efisiensi
di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran
pencapaian yang ditetapkan sehingga tujuan daripada adanya pembiayaan bisa
tercapai.
15
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Syafi’i Antonoi, Muhammad. 2001. Bank Syari’ah dari teori ke praktek. Jakarta:
Gema Insani Press.