MAKALAH LUPUS.docx

13
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lupus adalah salah satu penyakit autoimun yang bersifat akut kronis yang disebabkan adanya kelebihan aktivitas sistem imunitas dan sistem itu menyerang tubuh sendiri. Lupus dapat menyerang beberapa jaringan dan organ tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan kematian. Penyebab lupus saat ini belum diketahui dengan pasti. Faktor lingkungan dan genetik memiliki peranan penting dalam timbulnya penyakit itu. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain infeksi, antibiotik khususnya golongan sulva dan penicillin, sinar ultraviolet, stres berat, beberapa jenis obat-obatan, dan hormon. Gejala lupus antara lain nyeri sendi, pembengkakan sendi, demam lebih dari 38 derajat Celcius, kelelahan berlebihan, anemia, kelainan ginjal, nyeri dada saat bernapas, sensitif sinar matahari, rambut rontok, kelainan pembekuan darah, dan perubahan jari menjadi putih kebiruan saat dingin. Akibat dari penyakit itu tidak hanya dialami oleh penderita, tetapi juga mempengaruhi keluarga, teman, dan rekan kerja. Namun demikian, penyakit itu kurang diakui sebagai masalah kesehatan global oleh masyarakat, tenaga kesehatan profesional, dan pemerintah, sehingga perlu mendorong kesadaran yang lebih besar tentang lupus. Secara epidemiologi, 90% penyakit lupus menyerang perempuan serta 10% anak-anak dan laki-laki. Rasio penderita lupus di AS adalah 1:2.000 orang, China 1:1.000 orang, dan

Transcript of MAKALAH LUPUS.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGLupus adalah salah satu penyakit autoimun yang bersifat akut kronis yang disebabkan adanya kelebihan aktivitas sistem imunitas dan sistem itu menyerang tubuh sendiri. Lupus dapat menyerang beberapa jaringan dan organ tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan kematian. Penyebab lupus saat ini belum diketahui dengan pasti. Faktor lingkungan dan genetik memiliki peranan penting dalam timbulnya penyakit itu. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain infeksi, antibiotik khususnya golongan sulva dan penicillin, sinar ultraviolet, stres berat, beberapa jenis obat-obatan, dan hormon. Gejala lupus antara lain nyeri sendi, pembengkakan sendi, demam lebih dari 38 derajat Celcius, kelelahan berlebihan, anemia, kelainan ginjal, nyeri dada saat bernapas, sensitif sinar matahari, rambut rontok, kelainan pembekuan darah, dan perubahan jari menjadi putih kebiruan saat dingin. Akibat dari penyakit itu tidak hanya dialami oleh penderita, tetapi juga mempengaruhi keluarga, teman, dan rekan kerja. Namun demikian, penyakit itu kurang diakui sebagai masalah kesehatan global oleh masyarakat, tenaga kesehatan profesional, dan pemerintah, sehingga perlu mendorong kesadaran yang lebih besar tentang lupus.Secara epidemiologi, 90% penyakit lupus menyerang perempuan serta 10% anak-anak dan laki-laki. Rasio penderita lupus di AS adalah 1:2.000 orang, China 1:1.000 orang, dan keturunan Afro-Karibia 1:500 orang. Angka harapan hidup 5 tahun untuk penderita lupus berkisar 75%-98%. Angka harapan hidup itu meningkat seiring dengan semakin baiknya terapi pada penderita lupus. Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan. Bangsa Asia dan Afrika lebih rentan terkena penyakit in dibandingkan dengan kulit putih. Data di Amerika menunjukkan angka kejadian penyakit Lupus Ras Asia lebih tinggi dibandingkan Ras Kaukasia. Di Indonesia jumlah penderita Lupus yang tercatat sebagai anggota YLI 789 orang, tetapi bila kita melakukan pendataan lebih seksama jumlah pasien Lupus di Indonesia akan lebih besar dari Amerika ( 1.500.000 orang).Di Jawa Barat jumlah penderita lupus terdata mencapai 700 orang. Setiap bulan misalnya di RSHS selalu ada 10 pasien lupus baru. Lupus juga dikenal sebagai penyakit seribu wajah karena menyerang semua sistem organ dan gejalanya bervariasi. Penyakit lupus dapat diderita siapa saja tanpa kecuali. Namun wanita lebih beresiko 6 hingga 10 kali dibandingkan pria, terutama pada usia 15 hingga 50 tahun. Karenanya, lupus seringkali menimbulkan berbagai masalah kesehatan, contohnya saja keguguran (jika seorang wanita sedang hamil terkena penyakit lupus), gangguan perkembangan janin, atau dapat menyebabkan bayi meninggal saat dilahirkan.

BAB IIPembahasan Konsep MedisSLE (Sistemic Lupus Erythematosus)

A. PENGERTIANLupus adalah penyakit kronik /menahun, merupakan penyakit daya tahan tubuh atau disebut penyakit autoimun artinya kekebalan/perlindungan (immune) terhadap jaringan tubuh sendiri (auto). Lupus dalam bahasa Latin berarti anjing hutan/serigala. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad yang lalu. Hal ini disebabkan penderita penyakit ini pada umumnya memiliki butterfly rash atau ruam merah berbentuk kupu-kupu di pipi yang serupa di pipi serigala, tetapi berwarna putih.Penyakit Lupus dalam ilmu kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri.

B. ETIOLOGIFaktor penyebab terserangnya seseorang terhadap penyakit Lupus hingga kini belum diketahui, tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik, hormon diduga sebagai penyebabnya.1. Faktor Genetik : Tidak diketahui gen atau gen gen apa yang menjadi penyebab penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai keluarga dekat orang tua atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5% bayi yang dilahirkan dari penderita lupus terkena lupus juga, bila kembar identik, kemungkinan yang terkena Lupus hanya salah satu dari kembar tersebut.2. Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya : infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultra violet (matahari) dan penggunaan obat obat tertentu.3. Faktor hormon, dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena penyakit lupus dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit Lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya ekstrogen menjadi penyebab pencetus penyakit Lupus. Akan tetapi hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang menjadi penyebab besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada periode tertentu yang menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih belum diketahui.4. Faktor sinar matahari adalah salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala Lupus. Diduga oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak ekstrogen sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmun. Tetapi bukan berarti bahwa penderita hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus bisa saja keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00 WIB dan disarankan agar memakai krim pelindung dari sengatan matahari. Teriknya sinar matahari di negara tropis seperti Indonesia, merupakan faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka terhadap sinar matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di bagian muka.kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar matahari.

C. Patofisiologi Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Patofisiologi penyakit SLE dihipotesiskan sebagai berikut : adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang tepat pada individu yang mempunyai predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel TCD 4+, mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap sel-antigen.Sebagai akibatnya munculah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi serta ekspansi sel B, baik yangmemproduksi autoantibodi maupun yang berupa sel memori. Ujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari yang diduga termasuk didalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet dan berbagai macam infeksi. Pada SLE, autoantibodi yang terbentuk ditujukan terhadap antigen yang terutamaterletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non histon.Kebanyakan diantaranya dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan atau kompleks protein RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA). Ciri khas autoantigen ini ialah bahwa mereka tidak tissue-spesific dan merupakan komponen integral semua jenis sel.Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuclear antibody). Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi. Telah ditunjukkan bahwa penanganan kompleks imun pada SLE terganggu. Dapat berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemprosesan kompleks imun dalam hati.Uptake kompleks imun pada limpa. Gangguan-gangguan ini memungkinkan terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem fagosit mononuklear. Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang menghasilkan substansi penyebab timbulnya reaksi radang. Reaksi radang inilah yangmenyebabkan timbulnya keluhan/ gejala pada organ atau tempat yang bersangkutan seperti ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus, kulit dan sebagainya. Bagian yang penting dalam patofisiologi ini ialah terganggunya mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah autoimunitas patologis pada individu yang resisten.

D. Tanda dan gejalaTanda dan gejala SLE ialah : Demam, keletihan, dan penurunan berat badan Sakit dan bengkak sendi (arthritis) selama beberapa minggu Tompok-tompok merah menyerupai kupu-kupu di pipi dan hidung Tompok-tompok merah di kawasan kulit yang terdedah kepada sinaran matahari Ulser di mulut dan hidung berlarutan lebih sebulan Rambut gugur secara bertompok-tompok atau di sekeliling (hair line) Sawan, strok dan gangguan mental Risiko untuk mendapat darah beku Kerap keguguran bayi Darah atau protin dalam air kencing menunjukkan gangguan sistem buah pinggang Bilangan sel darah putih atau sel darah merah rendah

E. Manifestasi klinis Systemic Lupus Erythematosus (SLE)1. poliartralgia (nyeri sendi) dan arthritis (peradangan sendi)2. demam3. ruam wajah dalam pola malar4. lesi dan kebiruan di ujung jari5. sklerosis (pengencangan atau pengerasan)6. luka di selaput lender mulut atau faring (sariawan)7. lesi berskuama di kepala, leher dan punggung8. edema mata dan kaki9. anemia, kelelahan kronik, infeksi berulang dan pendarahan

F. Komplikasi 1. gagal ginjal2. bronchitis3. dapat terjadi vaskulitis di semua pembuluh serebrum dan perifer4. Komplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan kejang

G. Penatalaksanaan 1. Medisa. Obat anti inflamasi termasuk aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid lainnya digunakan untuk mengobati demam dan arthritis.b. kortikosteroid sistemik digunakan untuk mengobati atau mencegah patologi ginjal dan susunan saraf pusatc. obat anti inflamasi, seperti metotreksa, dan obat sitotoksik (azatioprin) digunakan jika steroid tidak efektif atau gejala beratd. obat anti malaria digunakan untuk mengobati ruam kulit, arthritis, dan gejala lain

2. Keperawatana. awasi gejala konstitusional : nyeri atau kaku sendi, kelemahan, demam, rasa mudah lelah, dan menggigil. Amati kemungkinan dispnea, nyeri dada, dan edema pada ekstremitas. Catat ukuran, tipe dan lokasi lesi pada kulit. Periksa adanya hematuria, periksa apakah kulit kepala mengalami kerontokan rambut dan periksa apakah terdapat petekie, perdarahan, ulserasi, pucat, dan memar pada kulit serta membrane mukosa. b. terapkan diet seimbang. Lesi pada ginjal dapat memerlukan diet rendah protein rendah garam.c. anjurkan pasien banyak istirahat. Jadwalkan test diagnostic dan tindakan lain untuk member kesempatan istirahat lebih lama. Jelaskan kepada pasien semua test atau pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan. Beritahu pasien bahwa pada awlanya harus dilakukan beberapa kali pengambilan darah dan kemudian tindakan ini akan dilakukan secara periodic; semua ini diperlukan untuk memantau perjalanan penyakit.d. lakukan kompres panas untuk meredakan rasa nyeri dan kaku sendi. Anjurkan latihan taeratur untuk mempertahankan rentang pergerakan sendi (RPS) penuh dan mencegah kontraktur. Ajarkan latihan RPS dan teknik meluruskan tubuh (body alignment) serta teknik postural. Atur jadwal fisioterapi dan konseling okupasi jika diperlukan. e. jelaskan manfaat yang diharapkan dari pemberian obat-obat yang diresepkan dokter. Awasi kemungkinan efek samping obat yang merugikan, khususnya ketika pasien menggunakan kortikosteroid dosis tinggi.f. sarankan pasien yang memakai obat siklofosfamid untuk menjaga hidrasi yang adekuat. Jika obat ini digunakan, berikan mesna untuk mencegah sistitis hemoragik dan ondansetron untuk mencegah nousea serta komitus.g. pantau TTV, asupan dan haluaran cairan, BB, dan hasil laboratorium. Cek frekuensi denyut nadi dan awasi kemungkinan ortopnea. Periksa feses dan secret GI untuk menemukan darah.h. awasi hipertensi, kenaikan BB, dan tanda-tanda gangguan ginjal lain.i. kaji tanda-tanda kerusakan neurologi; perubahan kepribadian, prilaku psikotik atau paranoid; ptosis atau diplotia. Waspadai kemungkinan serangan kejang. Jika terdapat fenomena Raynaud, hangatkan dan lindungi kedua belah tangan dan kaki pasien.j. berikan saran kosmetik, seperti menganjurkan pemakaian alat make-up yang hipoalergenik dan rujuk pasien kepada penata rambut yang ahli di bidang kulit kepala.k. nasehati pasien untuk menebus resep obat dengan jumlah yang penuh. Ingatkan pasien agar tidak menggunakan obat-obat sembarangan yang dipromosikan dapat mengurangi gejala arthritis

3. Farmakologi HerbalPengobatan Tradisional Penyakit Lupus Menggunakan Obat Herbal.Jika sudah terkena Lupus harus segera mendapat penanganan yang serius. Didalam makalah ini tim penulis juga akan memberikan beberapa saran pengobatan penyakit lupus secara herbal alami dengan kombinasi produk herbal dari PT UFO BKB Syariah yaitu :a. XAMthone Plusb. Madu Cernac. Teh Murbeid. Kapsul MGL SuperMadu Cerna fungsinya menyembuhkan sistim saluran pencernaan yang sudah diserang sehingga nanti bisa menyerap zat dari XAMthone Plus, Teh Murbei dan Kapsul MGL untuk menormalkan sistim kekebalan tubuh yang berlebihan tersebut. Secara spesifik Teh Murbei dan Kapsul MGL Super akan memperbaiki kinerja ginjal yang sudah rusak yang menyebabkan persendian sakit bahkan tidak bisa digerakkan atau lumpuh. Perlu diketahui ginjal adalah benteng pertahanan pertama dari tubuh kita karena semua zat-zat yang masuk ke dalam tubuh akan di saring di ginjal. Sedangkan XAMthone Plus akan memperbaiki sistem-sistem secara keseluruhan.

BAB IIIKONSEP KEPERAWATANSystemic Lupus Erythematosus (SLE)