Makalah Lipid
-
Upload
dyah-anggrahini -
Category
Documents
-
view
2.336 -
download
0
Transcript of Makalah Lipid
MAKALAH BIOKIMIA
L I P I D
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia
Disusun Oleh:
Dinda Erni Julianti 140410080002
Nita Oktavia Wiguna 140410080018
Lestari Rahayu 140410080054
Dyah Anggrahini M. 140410080070
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan, dan manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah
lipid. Lipid adalah senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti hidrokarbon atau
dietil eter (Jatilaksono, 2007).
Lipid berperan penting dalam komponen struktur membran sel. Lemak dan
minyak dalam bentuk trigliserol sebagai sumber penyimpan energi, lapisan
pelindung, dan insulator organ-organ tubuh. Beberapa jenis lipid berfungsi
sebagai sinyal kimia, pigmen, juga sebagai vitamin, dan hormon (Jatilaksono,
2007).
Senyawa yang termasuk lipid tidak memiliki rumus struktur yang serupa
atau mirip, selain itu sifat kimia dan fisikanya pun berbeda-beda. Karena itu,
senyawa yang memiliki sifat fisika seperti lemak dimasukkan ke dalam kelompok
lipid. Lipid dibagi menjadi 8 golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya,
yaitu asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, dan lipid
kompleks.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu lipid,
macam-macam golongan lipid.
1
BAB II
ISI
2.1 Pengertian dan Fungsi Lipid
Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang
menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari
makanan yang dimakan setiap hari. Lipid mempunyai sifat umum sebagai berikut
(Budimarwanti,2010):
Tidak larut dalam air.
Larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
karbontetraklorida.
Mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor.
Apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak.
Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Struktur lipid yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor
hidrokabon yang bersifat nonpolar. Dalam suatu larutan, kepala yang bersifat
polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk senyawa amfipatik
(memiliki dua kutub positif dan negatif). Selain itu, lipid dapat membentuk
formasi satu lapis lipid (monolayers), dua lapis lipid (bilayers), misel, dan
vesikula (Shofyan, 2010).
Beberapa fungsi lipid dalam sistem makhluk hidup adalah sebagai berikut
(Anggraini, 2009):
Komponen struktur membran.
Semua membran sel termasuk mielin, mengandung lipid lapis ganda. Fungsi
membran di antaranya adalah sebagai barier permeable.
Bentuk energi cadangan.
Sebagai fungsi utama triasilgliserol yang ditemukan dalam jaringan adipose.
Kofaktor/prekusor enzim
Untuk aktivitas enzim seperti fosfor lipid dalam darah, koenzim A, dan
sebagainya,
2
Hormon dan vitamin.
Prekusor untuk biosintesis prostalgin, hormon steroid, dan lain-lain.
Lapisan pelindung.
Untuk mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan air berlebih.
Insulasi barier
Untuk menghindari panas, tekanan listrik, dan fisik.
2.2 Klasifikasi Lipid
Berbagai kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan komponen
dasarnya, sumber penghasilnya, kandungan asam lemaknya, maupun sifat-sifat
kimianya. Kebanyakan lipid ditemukan dalam kombinasi dengan senyawa
sederhana lainnya. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. Lipid Sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, yaitu
lemak/gliserida dan lilin (waxes),
2. Lipid gabungan, yaitu fosfolipid, serebrosida, dan
3. Derivat lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol.
Lipid dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok berdasarkan ada tidaknya
gliserol, atau bisa tidaknya tersabunkan (dapat tidaknya disaponifikasi).
Berdasarkan sifat saponifikasi, lipid dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
(Shofyan,2010):
1. Saponifiable:
a. Sederhana: Fats (lemak) dan waxes (lilin)
b. Compound (campuran): Glikolipid dan fosfolipid
2. Nonsaponifiable: Terpena, steroid, prostaglandin (Shofyan, 2010).
Terdapat beberapa jenis lipid, yaitu (Junaidi,2010) :
a) Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
b) Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
c) Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
d) Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid, dan malam (Junaidi, 2010).
3
2.3 Asam Lemak
Asam lemak tersusun dari komponen hidrofobik berupa rantai hidrokarbon
dan komponen hidrofilik berupa gugus karboksil. Asam lemak disebut juga asam
karboksilat, diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak. Jenis lipid ini
terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Umumnya asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh dengan satu ikatan rangkap seperti asam oleat
dapat disintesis oleh organisme tingkat tinggi dari karbohidrat. Golongan asam
lemak ini disebut asam lemak nonesensial. Sedangkan asam lemak tak jenuh yang
mempunyai lebih dari dua ikatan rangkap seperti linoleat tidak dapat disintesis
oleh organisme tingkat tinggi. Golongan asam lemak ini disebut lemak esensial.
Organisme tingkat tinggi seperti mamalia tidak dapat hidup tanpa asam lemak tak
jenuh. Sumber asam lemak esensial banyak terdapat pada lemak mentega, minyak
kelapa, biji sayuran, minyak hewan, dan lain-lain.
Tabel 2.1 Asam-asam lemak yang penting bagi tubuh
Struktur Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida
atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang sengan rumus umum:
4
Gambar 2.1 Struktur Asam Karboksilat
dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri dari 4
sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh adalah rantai karbon yang
tidak memiliki ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap
disebut rantau karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam lemak memiliki jumlah
atom karbon genap (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Asam lemak tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau lebih.
Asam oleat mengandung satu ikatan rangkap. Adanya ikatan rangkap ini
memungkinkan terjadinya isomer sis-trans. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat
di alam adalah isomer sis (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Gambar 2.2 Struktur asam lemak jenuh dan tidak jenuh
Sifat Fisika dan Kimia Asam Lemak
Sifat Fisika
Asam lemak jenuh yang mempunyai rantai karbon pendek, yaitu asam
butirat dan kaproat mempunyai titik lebur yang rendah. Ini berarti kedua asam
tersebut berupa zat cair pada suhu kamar. Makin panjang rantai karbon, maka
makin tinggi titik leburnya (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur yang lebih rendah
dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Asam oleat memiliki rantai karbon yang
sama panjang dengan asam stearat, namun pada suhu kamar asam oleat berupa zat
5
cair, sementara asam stearat berupa zat padat. Selain itu, makin banya jumlah
ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Asam butirat larut dalam air, kelarutan asam lemak dalam air berkurang
dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Umumnya asam lemak larut dalam
eter atau alkohol panas (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Sifat Kimia
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila dapat larut dalam air, molekul
asam akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. pH larutan bergantung
pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak
(Poedjiadi dan Titin, 2007).
R – COOH R – COO- + H+
Asam lemak dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam.
R – COOH + NaOH R – COONa + H2O
Garam natrium dan kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air
dan dikenal dengan sabun. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan
gliserol. Melalui proses hidrolisis dengan bantuan katalis logam Pt atau Ni, asam
lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, melalui proses penyabunan
dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk sabun dan gliserol (Poedjiadi dan
Titin, 2007).
Gambar 2.3 Proses saponifikasi sabun
Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus –COO- pada
ujungnya. Bagian hidrokarbon bersifat hidrofob artinya tidak suka pada air atau
tidak mudah larut dalam air, sedangkan gugus –COO- bersifat hidrofil, artinya
suka akan air, sehingga dapat larut dalam air. Oleh karena itu, molekul sabun
yidak sepenuhnya larut dalam air, tetapi membentuk misel, yaitu kumpulan rantai 6
hidrokarbon dengan ujung yang bersifat hidrofil dan dibagian luar (Poedjiadi dan
Titin, 2007).
Gambar 2.4 Struktur misel pada sabun
Katabolisme dan Anabolisme Lipid
Katabolisme Lipid
Asam Lemak Jenuh
Tabel 2.2 Asam lemak jenuh
Nama asam Sumber
Butirat Lemak susu
Palmitat Lemak hewan dan nabati
Stearat Lemak hewani dan nabati
(Sumber : Herlina,2002)
Asam lemak yang terjadi pada proses hidrolisis lemak mengalami oksidasi
dan menghasilkan asetil koenzim A yang salah satunya hipotesis yang dapat
diterima ialah bahwa asam lemak terpotong 2 atom karbon setiap kali oksidasi.
Oleh karena oksidasi terjadi pada atom karbon ß, maka oksidasi tersebut
dinamakan ß oksidasi.
Asam lemak Tak Jenuh
Tabel 2.3 Asam lemak tak jenuh
Nama asam Sumber
Palmitoleat Lemak hewani dan nabati
Oleat Lemak hewani dan nabati
Linoleat Minyak nabati
Linolenat Minyak biji rami
(Sumber : Herlina,2002)7
Seperti pada asam lemak jenuh, tahap pertama oksidasi asam lemak tak
jenuh adalah pembentukan asilkoenzim A. Selanjutnya molekul asil koenzim A
dari asam lemak tidak jenuh tersebut mengalami pemecahan melalui proses ß
oksidasi seperti molekul asam lemak jenuh, hingga terbentuk senyawa –sil-sil-sil
KoA atau tans-sil-sil KoA, yang tergantung pada letak ikatan rangkap pada
molekul tersebut. Linoleil KoA yang terbentuk kemudian dipecah melalui proses
ß oksidasi, sehingga menghasilkan 3 molekul asetil KoA dan ∆3 sis-∆6-sis-
dienoil KoA, oleh enzim isomerase diubah menjadi ∆2 trans-∆6-sis- dienoil KoA.
Senyawa ini kemudian mengalami proses α oksidasi sehingga menghasilkan 2
molekul asetil KoA dan ∆2 sis- dienoil KoA yang oleh enzim hidratase diubah
menjadi D(-) ß-hidroksiasil KoA. Dan selanjutnya mengalami proses epimerasiasi
yang dibantu oleh enzim epimerase membentuk L(+) ß oksidasi dan dengan
terbentuknya 4 molekul asetil KoA maka selesailah rangkaian reaksi kimia pada
proses oksidasi asam linoleat tersebut. Dari 1 molekul asam linolet terbentuk 9
molekul asetil KoA.
Anabolisme Lipid
Sintesis asam lemak berasal dari asetil KoA yang terdapat pada sitoplasma.
Reaksi awal adalah korboksilasi asetil koenzim A menjadi malonil koenzim A.
Reaksi ini melibatkan HCO3- dan energi dari ATP. Reaksi pembentukan koenzim
A sebenarnya terdiri atas dua reaksi sebagai berikut:
Biotin – enzim + ATP + HCO3- ↔ CO2- -- biotin – enzim + ADP + Pi
CO2 --- biotin – enzim + asetil KoA + malonil KoA + biotin – enzim
Biotin terikat pada suatu protein yang disebut protein pengangkutan
karboksilbiotin. Biotin karboksilase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis
dalam reaksi karboksilasi biotin. Reaksi kedua ialah pemindahan gugus
karboksilat kepada asetil koenzim A. Katalis dalam reaksi ini adalah
transkarboksilase (Anggraini, 2009).
8
Biotin – enzim + ATP + HCO3- ↔ CO2- -- biotin – enzim + ADP + PiCO2 --- biotin – enzim + asetil KoA + malonil KoA + biotin – enzim
2.4 Lemak
Struktur Lemak
Lemak disusun dari dua jenis molekul, yaitu gliserol dan asam lemak.
Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon, yang masing-masing
mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon
yang panjang, umumnya 16-18 atom karbon panjangnya (Campbell dkk, 2002).
Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam
lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau
trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol dapat mengikat tiga molekul asam
lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. Asam lemak yang terdapat
dalam alam ialah asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat (Poedjiadi dan Titin,
2007).
9
Gambar 2.5 Sintesis dan struktur lemak (triasilgliserol)
Triasilgliserol merupakan komponen utama lemak cadangan pada sel hewan
dan tumbuhan. Triasgliserol berada dalam sejumlah bentuk cair atau padat,
bergantung pada asam lemak pokoknya. Umumnya triasilgliserol tumbuhan
mempunyai titik leleh rendah dan berbentuk cair pada suhu kamar. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya jumlah
asam lemak tak jenuh. Sedangkan
triasilgliserol hewan mempunyai
asam lemak jenuh tinggi. Sehingga
berbentuk semipadat atau padat.
Sifat Lemak
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang
memiliki titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair
atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh.
Lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut dalam air, sedangkan
gliserida asam lemak panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam ester,
kloroform, atau benzene. Alkohol panas adalah pelarut lemak yang.
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim
10
tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses hidrolisis yang
menggunakan basa disebut proses penyabunan (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Katabolisme dan Anabolisme Triasilgliserol
Katabolisme Triasgliserol
Enzim yang berperan dalam mengkatalis reaksi degradasi lipid adalah enzim
lipase. Enzim lipase yang dikeluarkan oleh kantung empedu pankreas, dan sel
usus halus berfungsi baik dalam mengkalis degrasi molekul lipid yang sesuai.
Proses degradasinya dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu untuk
mengaktifkan enzim lipase. Aktifnya enzim ini selanjutnya mendegradasi
trigliserida dengan menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 saja.
Hasil degradasi ini adalah asam lemak bebas dan monoasilgliserol.
Anabolisme Triasgliserol
Tahap pertama sintesis trasilgliserol ialah pambentukan gliserolfosfat, baik
dari gliserol maupun dari dihidroksi aseton fosfat. Reaksi Gliserol berlangsung
dalam hati dan ginjal dan reaksi dihidroksi aseton fosfat berlangsung dalam
mukrosa usus serta dalam jaringan adiposa. Selanjutnya gliserolfosfat yang telah
terbentuk bereaksi dengan 2 mol asil koenzim A membentuk suatu asam
fosfatidat. Tahap berikutnya ialah reaksi hidrolisis asam fosfatidat dengan
fosfatase sebagai katalis dan menghasilkan suatu 1,2 gliserida.
2.5 Fosfolipid
Struktur Fosfolipid
Fosfolipid atau fosfotidat merupakan suatu gliserida yang mengandung
fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Oleh karena itu, fosfolipid ialah suatu
fosfogliserida. Merupakan lipid yang mengandung gugus ester fosfat (Poedjiadi
dan Titin, 2007).
11
Gambar 2.6 Struktur fosfolipid
Fosfolipid mempunyai kemiripan dengan lemak, namun molekul ini hanya
memiliki dua asam lemak, bukannya tiga seperti pada lemak. Gugus hidroksil
ketiga pada molekul gliserol itu berikatan dengan suatu gugus fosfat, yang
bermuatan negative. Molekul kecil tambahan, umumnya bermuatan atau polar,
dapat berikatan dengan gugus fosfat membentuk berbagai macam fosfolipid
(Campbell dkk, 2007).
Fosfolipid menunjukkan perilaku ambivalen terhadap air. Ekornya, yang
terdiri atas hidrokarbon, bersifat hidrofobik dan tidak dapat bercampur dengan air.
Namun demikian, gugus fosfat dan ikatannya akan membentuk sebuah kepala
hidrofilik yang memiliki afinitas yang kuat terhadap air (Campbell dkk, 2007).
Pada permukaan suatu sel, fosfolipid tersusun dalam suatu bilayer atau
lapisan ganda. Kepala hidrofilik molekul yang berada pada bagian luar bilayer itu,
berhubungan langsung dengan larutan aqueous di bagian dalam dan bagian luar
sel. Ekor hidrofobik mengarah ke bagian dalam membran, menjauhi air. Bilayer
fosfolipid akan membentuk suatu perbatasan antara sel dari lingkungan
ekstraselnya; pada kenyataannya, fosfolipid merupakan komponen utama
membran sel (Campbell dkk, 2007).
12
Gambar 2.7 Struktur fosfolipid dan dua struktur yang terbentuk melalui
penyatuan fosfolipid dalam lingkungan air
Katabolisme dan Anabolisme Fosfolipid
Katabolisme Fosfolipid
Katabolisme fosfolipid terjadi melalu serangkaian reaksi yang dikatalis oleh
berbagai enzim. Enzim fosfolipase A1 mengkatalis pemutusan asam lemak yang
terikat pada atom C1 dari gliserol. Katalis fosfolipase A2 membebaskan asam
lemak yang terikat pada atom C2. Enzim fosfolipid C melepaskan ikatan gliserol
dengan fosfat. Dan fosfolipase D membebaskan etanolamin, kolin, serin atau
inositol dari suatu fosfolipid sehingga terbentuk fosfotidat.
Anabolisme Fosfolipid
Jenis-jenis fosfolipid terbentuk dari reaksi yang berbeda-beda. Fosfotidikolin
terbentuk melalui reaksi antara 1,2 gliserida dengan sitidindifosfat-kolin (CDP-
kolin). Sedangkan fosfotidiletanolamin terbentuk dari reaksi antara 1,2 digliserida
dan sitidindifosfat-etanolamin (CDP-etanolamin). CDp etanolamin dapat bereaksi
dengan 1,2 digliserida membentuk fosfatidil etanolamin. Reaksi ini dikatalis oleh
fosfoetanolamin transferase. Sementara reaksi antara CDP kolin dengan 1,2
digliserida menggunakan katalis fosfokolin transferase dapat membentuk molekul
fosfolipid jenis fosfstidil kolin (Anggraini, 2009).
13
2.6 Lilin (Waxes)
Waxes (lilin) adalah ester dari asam lemak dengan alkohol monohidrat
bermolekul tinggi. Seperti lemak, waxes di alam ditemukan dalam bentuk
campuran dari ester yang berbeda dan bersifat padat pada suhu kamar. Waxes
tersebar luas baik dalam tubuh hewan maupun tanaman, dan berperan sebagai
pelindung. Contoh, waxes terdapat dalam kutikula daun dan buah yang berfungsi
meminimumkan kehilangan air karena transpirasi. Sedangkan pada hewan, wool
dan bulu selalu dilindungi oleh zat alami hidrofobik yang mengandung wax untuk
melawan air. Diantara waxes hewan yang diketahui adalah lanolin (ditemukan
dalam wool), beeswax (sekresi insekta/lebah ), spermaceti dari sperma ternak,
khususnya unggas dan monogastrik paus (Abun,2009).
Gambar 2.8 Struktur molekul wax
Lilin tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut lemak. Selain itu lilin
tidak mudah terhidrolisis seperti lemak dan tidak dapat diuraikan oleh enzim yang
menguraikan lemak. Oleh karena itu lilin tidak berfungsi sebagai bahan makanan
(Poedjiadi dan Titin, 2007).
2.7 Steroid
Struktur Steroid
Terdapat sejumlah besar senyawa lipid yang mempunyai struktur dasar yang
sama dan dapat dianggap sebagai derivate perhidrosiklopentanofenantrena, yang
terdiri dari 3 cincin sikloheksana terpadu seperti bentuk fenantrena (cincin A, B,
dan C) dan sebuah cincin siklopentana yang tergabung pada ujung cincin
sikloheksana tersebut (cincin D). Senyawa-senyawa tersebut termasuk dalam
suatu kelompok yang disebut steroid (Poedjiadi dan Titin, 2007).
14
Gambar 2.9 Struktur steroid dan penomorannya
Salah satu steroid adalah kolesterol yang merupakan komponen umum suatu
membrane sel hewan dan juga merupakan prekursor (senyawa pendahulu) yang
mana dari prekursor ini steroid yang lain akan disintesis. Banyak hormon,
termasuk hormon seks vertebrata, merupakan steroid yang dihasilkan kolesterol.
Dengan demikian, kolesterol merupakan molekul penting dalam tubuh hewan,
meskipun dalam konsentrasi tinggi dalam darah akan menyebabkan aterosklerosis
(Campbell dkk, 2007).
Kolesterol merupakan salah satu senyawa sterol yang penting dan terdapat
banyak di alam. Dari rumus kolesterol yang dapat dilihat bahwa gugus hidroksil
yang terdapat pada atom C nomor 3 mempunyai posisi β oleh karena dihubungkan
dengan garis penuh (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Gambar 2.10 Struktur Kolesterol
Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform,
benzene, dan alkohol panas. Apabila dalam konsentrasi tinggi, kolesterol
mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau, dan mempunyai titik lebur 150-150oC (Poedjiadi dan Titin, 2007).
2.8 Terpen
Di alam banyak terdapat senyawa yang molekulnya dapat dianggap terdiri
atas beberapa molekul isoprena (2-metilbutadiena) atau mempunyai hubungan
struktural dengan isoprena. Senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan ke dalam
15
golongan terpen. Molekul senyawa yang termasuk terpen kebanyakan terdiri atas
kelipatan dari lima atom karbon (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Gambar 2.11 Isoprena
Yang termasuk terpen antara lain sitral, pinen, geraniol, kamfer, karoten,
vitamin A, fitol, dan skualen. Rumus kimia vitamin A dan karoten adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.12 Struktur vitamin A dan karoten
2.9 Sfingolipid
Senyawa yang termasuk golongan ini dapat dipandang sebagai derivat
sfingosin atau mempunyai struktur yang mirip. Sfingolipid merupakan lipid yang
tidak mengandung gliserol amfifatik, terutama berlimpah di dalam jaringan otak
dan saraf. Senyawa dalam golongan sfingolipid ada yang mengandung
karbohidrat. Kelompok ini disebut glikolipid dan salah satu contoh senyawa
tersebut adalah serebrosida (Poedjiadi dan Titin, 2007).
Gambar 2.13 Struktur serebrosida
Selain glikolipid, terdapat kelompok senyawa lain yang termasuk dalam
sfingolipid, salah satunya adalah sfingomielin. Sfingomielin merupakan kelompok
senyawa yang mempunyai rumus dan merupakan satu-satunya sfingolipid yang
16
mengandung fosfat. Sfingomielin terutama terdapat dalam jaringan syaraf
(Poedjiadi dan Titin, 2007).
Gambar 2.14 Struktur (a) afingosin dan (b) sfingomielin
2.10 Lipid Kompleks
Lipid kompleks adalah lipid yang terdapat dalam alam bergabung dengan
senyawa lain, misalnya dengan protein atau dengan karbohidrat. Gabungan antara
lipid dengan protein disebut lipoprotein. Lipoprotein terdapat dalam plasma darah.
Bagian lipid dalam lipoprotein pada umumnya adalah trigliserida, fosfolipid, atau
kolesterol. Lipopolisakarida ialah gabungan antara lipid dengan polisakarida.
Lipopolisakarida terbentuk dalam dinding sel beberapa jenis bakteri (Poedjiadi
dan Titin, 2007).
Gambar 2.15 Struktur lipopolisakarida dan peptidoglikan pada dinding sel bakteri
17
2.11 Analisis Lipida
a. Penentuan Kadar Minyak/Lemak
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan
alat Ekstraktor soxhlet. Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan cara ekstraksi
yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam
penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena
jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam
labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (ketaren, 1986:36).
Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dalam Kemiri, dengan prosedur
sebagai berikut: timbang 15 gram kemiri, diiris-iris sampai lembut. Selanjutnya
dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, ujung atas maupun ujung bawah
ditutup dengan kapas bebas lemak. Kemudian masukkan ke dalam alat soxhlet,
masukkan pelarut petroleum eter Sebanyak 60% dari volume labu ekstraksi dan
lakukan ekstraksi selama 1,5 jam. Proses ekstraksi selesai apabila petroleum eter
sudah jernih. Ekstrak yang diperoleh ditambah Dengan natrium sulfat anhidrat,
saring. Kemudian filtrat didistilasi biasa, atau petroleum eter diuapkan dengan
evaporator berputar sampai semua petroleum eter habis. Kadar minyak dapat
dihitung dengan rumus:
Keterangan :
A = berat labu kosong
B = berat labu dan ekstrak minyak (gr)
b. Penentuan Angka Peroksida Minyak/Lemak
Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi
minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang
sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi
iodometri. Dalam metoda ini minyak dilarutkan ke dalam larutan asam asetat
18
Kadar minyak (%) = (B – A)
Berat bahan (gr)
glacial-kloroform (3:2) yang kemudian ditambahkan KI. Dalam campuran
tersebut akan terjadi reaksi KI dalam suasana asam dengan peroksida yang akan
membebaskan I2. Kemudian I2 yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Anwar, 1996:396).
19
BAB III
KESIMPULAN
Dari isi yang telah dipaparkan pada BAB II, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
Lipid adalah senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti hidrokarbon
atau dietil eter.
Lipid terbagi menjadi 8 golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya,
yaitu asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, dan
lipid kompleks
20
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2009. Lipid dan Asam Lemak.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/lipid_dan_asam_lem
ak.pdf. dikases 28 Oktober 2011.
Anggraini. 2009. Metabolesme Lipid.
http://greenhati.blogspot.com/2009/01/metabolisme-lipid.html. diakses pada
tanggal 28 Oktober 2011.
Anwar, Chairil, dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.
Budimarwanti. 2010. Analisis Lipid. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
131877177/analisis%20lipid.pdf. diakses 28 Oktober 2011.
Campbell, Neil A, Jane B. Riece, dan Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid I.
Erlangga Jakarta
Herlina. 2002. Lipid. http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-Netti.pdf. diakses
28 Oktober 2011.
Jatilaksono, Marsandre. 2007. Lipid. http://jlcome.blogspot.com/2007/10/lipid.
html. diakses 28 Oktober 2011.
Junaidi, W. 2010. Metabolisme Lipid.
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/01/metabolisme-lipid.html. diakses
28 Oktober 2010.
Poedjiadi, Anna dan F. M Titin Suppriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI-
Press. Jakarta.
Shofyan. 2010. Lipid. http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15636.0. diakses
28 Oktober 2011.
21