Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc
-
Upload
husein-fatih-arafat -
Category
Documents
-
view
232 -
download
5
description
Transcript of Makalah Legal Etik Transplantasi Organ.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan
kesehatan berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik
transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk
penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu lain.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transpIantasi maju
dengan pesat.
Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan
obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan
dapat ditransplantasikan. Dewasa ini bahkan sedang dilakukan uji klinis penggunaan
hewan sebagai donor.
Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi organ muncul berbagai
masalah. Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan tranplantasi, penolakan
organ, komplikasi pasca transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat
transplantasi telah memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas dan
kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu.
Pada makalah ini akan dibicarakan berbagai masalah etika yang timbul sejalan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi transplantasi organ, masalah etika utama
dalam transplantasi, bagaimana kebijakan di Indonesia mengenai transplantasi dan
betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam mempertahankan suatu sistem nilai dan
dalam penentuan kebijakan pemerintah.
B. Sejarah Transplantasi Organ
Sejarah dan Perkembangan Transplantasi Tahun 600 SM di India, Susruta
telah melakuakan transpalantasi kulit. Semantara jaman Renaissance, seorang ahli
bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal yang sama.
Diduga John Hunter ( 1728 – 1793 ) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk
bedah transplantasi. Dia mampu membuat kriteria teknik bedah untuk menghasilkan
suatu jaringan trnsplantasi yang tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan
darah dan sistim histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap
transplantasi belum ditemukan.
Pada abad ke – 20, Wiener dan Landsteiner menyokong perkembangan
transplantasi dengan menemukan golongan darah system ABO dan system Rhesus.
Saat ini perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan
tindakan transplantasi.
Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan
perkembangan teknik transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembeng
dengan ditemukannya metode - metode pencangkokan, seperti :
a. Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner olah Dr.
George E. Green.
b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian
Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
c. Pencakokkan sel – sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita
Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan
dengan yang lain dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran.
Namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja,karena masih harus
dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan
moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi
transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD)
dan donasi organ jenazah, karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung
antara para pakar terkait (hulum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka
masyarakat, pemerintah dan swata).
Transplantasi Organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ
dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK).
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.
B. Macam - macam Transplantasi Organ
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi :
1. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS
yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang
dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
2. TRANSPLANTASI ALOGENIK
yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan
hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
3. TRANSPLANTASI SINGENIK
yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada gambar
identik.
4. TRANSPLANTASI XENOGRAFT
yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau
yang sudah meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi,, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan / organ.
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
C. Organ dan Jaringan yang Ditransplantasikan
1. Organ Thoracic
• Jantung
• Paru - paru
2. Organ Abdomen
• Ginjal
• Hati
• Pankreas
• Usus
• Perut / lambung
3. Organ, sel, cairan
• Tangan
• Kornea
• Kulit
• Pulau Langerhans ( sel pancreas )
• Sumsum tulang
• Transfusi darah
• Pembuluh darah
• Katup jantung
• Tulang
BAB II
PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN DAN ETIKA
TRANSPLANTASI ORGAN
A. Aspek Hukum Transplantasi Organ
Dari segi hukum, transplantasi organ,jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai
suatu hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia,walaupun
ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pdana yaitu tindak pidana penganiayaan,
tetapi mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam
pidana, dan dapat dibenarkan.
Peraturan tranplantasi organ termuat dalam :
1. Pasal 33 dan 34 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
a. Pasal 33
(1). Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi
organ dan atau jaringan tubuh , transfusi darah , implant obat dan atau alat kesehatan, serta
bedah pastik dan rekonstruksi,
(2). Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
tujuan komersial.
b. Pasal 34
(1). Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana
kesehatan tertentu.
(2). Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan
kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.
(3). Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2. PP No. 18 Tahun 1981
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi
sebagai berikut:
Pasal 1
(c). Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
(d). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang
sama dan tertentu.
(e). Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.
(f). Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang
lain untuk keperluan kesehatan.
(g). Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi otak,pernafasan,dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
Ayat g mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas,maka IDI dalam seminar
nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan
mati bila fungsi spontan pernafasan da jantung telah berhenti secara pasti atau
irreversible,atau terbukti telah terjadi kematian batang otak.
Pasal 10
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilaukan dengan memperhatikan
ketentuan yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita
meninggal dunia.
Pasal 11
(1). Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
ditunjuk
oleh mentri kesehatan.
(2). Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tudak ada sangkut paut medik
dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2
(dua) orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis
dengan
keluarga terdekat.
Pasal 15
(1). Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan
oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter
yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya, dan
kemungkinan
- kemungkinan yang terjadi.
(2). Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor
yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material
apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke
dan
dari luar negeri.
Tujuan pengaturan
melarang transplantasi untuk tujuan komersial
Transplantasi bukanlah suatu obyek yang dapat diperjual belikan dalam mencari
keuntungan.
Tindakan transplantasi adalah suatu usaha mulia yang bertujuan menolong sesama
manusia untuk mengurangi penderitaannya.
B. Aspek Etis Transplantasi Organ
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan
fungsi salah satu organ tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib dilakukan
jika ada indikasi, berlandaskan dalam KODEKI, yaitu:
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.
Pasal 10
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita.
Pasal - pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah
mencakup aspek etik, mengenai larangan memperjual belikan alat atau jaringan tubuh
untuk tujuan transplantasi atau meminta kompensasi material.
Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati
seseorang akan diambil organnya, yang dilakukan oleh (2) orang doter yang tidak ada
sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan
keberhasilan transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik
hasilnya.tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil
organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan dengan
pemeriksaan elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang
otak dan sudah pasti tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan.
Pemeriksaan dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya lebih
objektif.
C. Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup,
(b) jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan
pelaksana lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan
moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.
a. Donor Hidup
Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ).
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti
resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk
kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah
dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis. Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor
hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
b. Jenazah dan donor mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh –
sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan
apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara
wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan
dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari
keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan
upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan
ditransplantasikan
c. Keluarga donor dan ahli waris
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling
pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan
emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu
penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila
dibuat suatu ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.
d. Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang
penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang
hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar
mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan
transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien.
Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada
kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi
berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di
masa yang akan datang.
e. Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari
donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal – hal
yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan
psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tnaggung jawab tim
pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya
tidak dipengaruhi oleh pertimbangan - pertimbangan kepentingan pribadi.
f. Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka
agama diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan
tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan
penyediaan organ yang segera diperlikan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.
D. Transplantasi organ dari segi agama
Sampai saat ini, transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan di kalangan
ilmuwan dan agamawan / rohaniawan adalah mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu
mata, ginjal, dan jantung. Hal ini dapat dimaklumi, karena dari segi struktur anatomis
manusia, ketiga organ tubuh tersebut sangatlah vital bagi kehidupan manusia. Namun,
sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan modern dan teknologi yang makin
canggih, maka di masa yang akan datang, transplantasi mungkin juga berhasil dilakukan
untuk organ – organ tubuh lainnya, mulai dari kaki dan telapaknya sampai kepalanya,
termasuk pula organ tubuh bagian dalam, seperti rahim wanita.
Namun, apa yang bisa dicapai dengan teknologi, belum tentu bisa diterima oleh
agama, dan hukum yang hidup di masyarakat. Karena itu, mengingat transplantasi organ
tubuh itu termasuk masalah ijtihadi, karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit di
dalam Al-Qur'an dan Sunah, dan mengingat pula masalah transplantasi itu termasuk
masalah yang cukup kompleks, menyangkut berbagai bidang studi, maka seharusnya
masalah ini dianalisis dengan memakai pendekatan / metode multi disipliner, misalnya
kedokteran, biologi, hukum, etika, dan agama, agar bisa diperoleh kesimpulan berupa
hukum ijtihadi (hukum fiqh islam) yang proporsional dan mendasar)
Bagaimanakah pandangan Islam terhadap transplantasi ketiga organ tubuh tersebut
di atas, yakni mata, ginjal, jantung? Jawaban atas masalah ini tergantung kepada kondisi
donornya, apakah donor dalam keadaan hidup sehat, ataukah dalam keadaan koma atau
hampir meninggal, ataukah dalam keadaan mati.
Apabila pencangkokan mata (selaput bening mata atau kornea mata), ginjal, atau jantung
dari donor dalam keadaan hidup sehat, maka menurut hemat penilis, Islam tidak
membenarkan (melarang), karena :
1. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al Baqarah ayat 195 :
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.
Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah berbuat sesuatu yang bisa
mengakibatkan fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang
luhur.
Misalnya seorang menyumbangkan sebuah matanya atau sebuah ginjalnya kepada
orang lain yang buta atau tidak berfungsi ginjalnya, sebab selain ia mengubah ciptaan
Allah yang membuat mata dan ginjal berpasangan, juga ia menghadapi risiko sewaktu
– waktu mengalami tidak normalnya atu tidak berfungsinya mata atu ginjalnya yang
tinggal sebuah itu.
2. Kaidah hukum Islam :
Menghindari kerusakan / risiko didahulukan atas menarik kemaslahatan.
Misalnya, menolong orang dengan cara mengorbankan dirinya sendiri yang bisa
berakibat fatal bagi dirinya, tidak diperbolehkan oleh Islam.
3. Kaidah hukum Islam :
Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya.
Misalnya, bahaya yang mengancam jiwa si A, tidak boleh diatasi / dilenyapkan
dengan cara yang bisa menimbulkan bahaya baru yang mengancam jiwa orang yang
menolong si A tersebut.
Apabila pencangkokan mata, ginjal atau jantung dati donor dalam keadaan koma atau
hampir meeninggal ; maka Islam pun tidak mengizinkan, karena :
1. Hadis Nabi riwayat Malik dari 'Amar bin Yahya, riwayat Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan
Al-Daruqutni dari Abu Sa'id al-Khudri, dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan
'Ubadah bin Al Shamit :
Tidak boleh membikin mudarat pada dirinya dan tidak boleh pula membikin mudarat
pada orang lain.
Misalnya orang yang mengambil organ tubuh dari seorang pendonor yang belum mati
secara klinis dan yuridis untuk transplantasi, berarti ia membuat mudarat kepada donor
yang berakibat mempercepat kematiannya.
2. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi mempertahankan
hidupnya; tetapi hidup dan mati itu di tangan Allah. Karena itu, manusia tidak boleh
mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) atau mempercepat kematian orang lain,
sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk mengurangi / menghentikan
penderitaan si pasien.
Apabila pencangkokan mata, ginjal, atau jantung dari donor yang telah meninggal secara
yuridis atau klinis, maka menurut penulis, Islam bisa mengizinkan dengan syarat :
1. Resipien (penerima sumbangan donor) berada dalam keadaan darurat, yang
mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan
nonmedi, tetapi tidak berhasil.
2. Pencangkokan tidak akan menimbulkn komplikasi penyakit yang lebih gawat bagi
resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum pencangkokan.
Adapun dalil-dalil syar'i yang dapat dijadikan dasar untuk membolehkan pencangkokan
mata (selaput bening / kornea mata), ginjal, ataujantung, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 195 di atas, yang menurut sebab turun ayatnya
adalah para sahabat Nabi mulai merasa Islam dan umat Islam telah menang dan kuat.
Karena itu, mereka ingin melakukan bisnis perdagangan dan sebagainya dengan
sepenuh tenaga guna memperoleh kembali harta benda yang lenyap selama itu akibat
perjuangan untuk agama. Maka ayat ini memperingatkan kepada para sahabat agar
tidak tergoda oleh harta sampai lengah dan lupa perjuangan yang mulia, sebab musuh
– musuh Islam masih tetap mencari dan menunggu kelengahan umat Islam agar
dengan mudah Islam dapat dihancurkan.
Ayat tersebut secara analogis dapat dipahami, bahwa Islam tidak membenarkan
pulaorang yang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya maut atau tidak
berfungsinya organ tubuhnya yang sangat vital baginya, tanpa usaha – usaha
penyembuhannya secara medis dan nonmedis, termasuk pencangkokan organ tubuh,
yang secara medis memberi harapan kepada yang bersangkutan untuk bisa bertahan
hidup dengan baik.
2. Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayt 32 :
Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah ia
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah ia memelihara kehidupan
manusia semuanya.
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang
dapat menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya seorang yang menemukan bayi yang
tidak berdosa yang dibuang di sampah, wajib mengambilnya untuk menyelamatkan
jiwanya. Demikian pula seorang yang dengan ikhlas hati mau menyumbangkan organ
tubuhnya (mata, ginjal, atau jantung) setelah ia meninggal, maka Islam membolehkan,
bahkan memandang sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi nilainya, karena
menolong jiwa sesama manusia atau membantu berfungsinya kembali organ tubuh
sesamanya yang tidak berfungsi.
3. Hadis Nabi :
Berobatlah kamu hai hamba – hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak
meletakkan suatu penyakit, kecuali Dia juga meletakkan obat penyembuhannya, selain
penyakit yang stu, yaitu penyakit tua (Hadis riwayat Ahman bin Hanbal, Al-Tirmidzi,
Abu Daud, Al-Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari Usamah bin
Syarik.
Hadis ini menunjukkan bahwa umat Islam wajib berobat jika menderita sakit, apapun
macam penyakitnya, sebab setiap penyakit berkah kasih sayang Allah, pasti ada obat
penyembuhnya, kecuali sakit tua. Karena itu penyakit yang sangat ganas, seperti
kanker dan AIDS yang telah banyak membawa korban manusia di seluruh dunia,
terutama di dunia Barat, yang hingga kini belum diketahui obatnya, maka pada suatu
waktu akan ditemukan pula obatnya.
4. Kaidah hukum Islam :
Bahaya itu dilenyapkan / dihilangkan.
Seorang yang menderita sakit jantung atau ginjal yang sudah mencapai stadium yang
gawat, maka ia menghadapi bahaya maut sewaktu – waktu. Maka menurut kaidah
hukum di atas, bahaya maut itu harus ditanggulangi dengan usaha pengobatan. Dan
jika usaha pengobatan secara medis biasa tidak bisa menolong, maka demi
menyelamatkan jiwanya, pencangkokan jantung atau ginjal diperbolehkan karena
keadaan darurat.
Dan ini berarti, kalau penyembuhan penyakitnya bisa dilakukan tanpa pencangkokan,
maka pencangkokan organ tubuh tidak dikenakan.
5. Menurut hukum wasiat, keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat orang
yang meninggal mengenai hartanya dan apa yang biasa bermanfaat, baik untuk
kepentingan si mayat itu sendiri (melunasi utang – utangnya), kepentingan ahli waris
dan nonahli waris, maupun untuk kepentingan agama dan umum (kepentingan sosial,
pendidikan, dan sebagainya). Berhubung si donor organ telah membuat wasiat untuk
menyumbangkan organ tubuhnya untuk kepentingan kemanusiaan, maka keluarga /
ahli waris wajib membantu pelaksanaan wasiat si mayat itu.
\
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan
Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
4. Tessy A. Transplantasi Ginjal di Indonesia Sekarang. J Mnedika Nusantara 2005:26 (3)
5. Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan
MAKALAH
LEGAL ETIK TRANSPLANTASI ORGAN
Tugas Mata Kuliah
Legal Etik Keperawatan Kardiovaskuler
Dosen:
Wien Adi S, S. Pd, SKM, MH. Kes
Kelompok:
Arifin Hidayat
Husein Arafat
Yanti
Sallyanti Riu Pasha
Vivi Novianti Marnis
Zuli Dwi Ernawati
Netty Purno Handayani
Suhartini
Parji Santosa
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN KARDIOVASKULER
SEMARANG
2012