Makalah Legal Ethic of Nursing Baru
-
Upload
marnia-sulfiana -
Category
Documents
-
view
250 -
download
5
description
Transcript of Makalah Legal Ethic of Nursing Baru
MAKALAH LEGAL ETHIC OF NURSING
HUBUNGAN PERAWAT, TENAGA KESEHATAN, DAN KLIEN
DI MASYARAKAT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN REGULER B
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013/2014
Daftar Nama Kelompok :
1. Agustina Rifa 1350702091110
2. Andi Khoirul Anwar 135070209111040
3. Anita Febrianti 135070209111016
4. Eka Permata 135070209111036
5. Marnia Sulfiana 135070209111032
6. Naomi Lesnussa 135070209111031
7. Siswo Handoko 1350702091110
8. Testina Sri Lindawati 135070209111035
9. Yuliati 135070209111005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan, yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan
dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam
menjalankan asuhan keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien
(Robert Priharjo,1995). Disisi lain peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat
dilakukan melalui penerapan proses keperawatan (Nursalam, 2001).
Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada
hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien
terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan. Untuk memulai memahami hubungan
secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus
memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal
menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk
menyalahgunakan. Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah
bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan
karakteristik dari salah satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui
bahwa pasien yang berbeda akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap
ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien. Oleh
sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen
yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor- faktor tersebut
adalah : faktor agama, sosial, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk
perawat, dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat
bantuan perawat dan dokter dalan ruang lingkup pelayanan kesehatan. Disamping harus
menentukan bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan
dengan integritas pasien sebagai manusia yang holistic.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah penulisan makalah ini diharapkan kita memahami hubungan perawat, tenaga
kesehatan dan pasien di masyarakat
2. Tujuan khusus
Setelah penulisan makalah ini diharapkan kita dapat :
a) Memahami pengertian perawat, fungsi perawat, peran dan tugas perawat
b) Memahami pengertian tenaga kesehatan, jenis tenaga kesehatan dan hak dan
kewajiban tenaga kesehatan
c) Memahami pengertian pasien atau klien, hak dan kewajiban pasien
d) Memahami pola hubungan pasien dan tenaga kesehatan
e) Memahami hubungan hukum pelayanan (perjanjian terapeutik)
f) Memahami tanggung jawab hokum tenaga kesehatan
g) Memahami perlindungan hukum tenaga kesehatan
h) Memahami perlindungan hukum pasien
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PERAWAT
1. Pengertian Perawat
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Taylor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang
berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang
karena sakit, luka dan proses penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (International Council Of Nursing) tahun 1965,
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang
memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pelayanan penderita sakit.
Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu
dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya. (PPNI,
1999 ; Chitty, 1997).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1)
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
2. Fungsi Perawat
a) Care Giver
Perawat harus :
1) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien.
2) Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah
psikologis
3) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai
dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.
b) Client Advocate
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Hal ini
harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling
lama kontak dengan klien, leh karena itu perawat harus membela hak-hak klien.
c) Conselor
1) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya.
2) Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan “Dasar” dalam merencanakan
metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
4) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup sehat (perubahan pola interaksi)
d) Educator
1) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik secara
spontan (sat interaksi) maupun formal (disiapkan).
2) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang
spesifik.
3) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.
e) Coordinator
Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan
pelayanan dari semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima pelayanan dari
banyak profesioanl, misal; pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah;
jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring,
motivasi, dedukasi dan sebagainya.
f) Collaborator
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan
keterampilan dari bebagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
g) Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat
dikatakan perawatan adalah sumber informasi ang berkaitan dengan kondisi spesifik
klien.
h) Change Agent
Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dalam berhubungan denan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.
3. Peran Perawat
Menurut Lokakarya Nasional tentang keperawatan tahun 1983, peran perawat untuk
di Indonesia disepakati sebagai :
a) Pelaksana Keperawatan
Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari
yang sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat. Ini adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat
memberikan asuha keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu/teori, prinsip,
konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah krieria profesi
dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan.
b) Pengelola (Administrator)
Sebagai administrator bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan
administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam
sistem pelayanan kesekatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan
kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan
dapat mengatur, merancanankan,melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan ,
mengingat perawat merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan
klien, maka perawat harus merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai
alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya
kemampuan managerial yang handal dari perawat.
c) Pendidik
Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawt harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,
keluarga, kelompo dan masyarakat.
d) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
ragsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian.
Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan,
menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
diberikan.
Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat
sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari
berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka;
mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
4. Fungsi Perawat dalam Melaksanakan Perannya
Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu;
a) Fungsi Independent
Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada
orang lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan
atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan spiritual),
mulai dari tingkat indiovidu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada
tingkat masyarakat, yang jua tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan daar p[ada
tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler. Kegiatan ini dilakukan dengan
diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertangungjawab serta beranggung gugat atas
rencana dan keputusan tindakannya.
b) Fungsi Dependent
Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau intruksi dari orang lain.
c) Fungsi Interdependent
Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling ketergantungan baik dalam
keperawatan maupun kesehatan.
5. Tanggung Jawab Perawat dalam Lingkungan Masyarakat
Perawat niveu 4 (nifo vier) memiliki tanggung jawab dan tugas lebih kompleks,
seperti merencanakan asuhan keperawatan dan juga tugas manajemen yang disesuaikan.
Tentu saja tidak melupakan wewenang memenuhi kebutuhan ADL sebagai keahlian dasar
sebagai perawat. Perhatiannya adalah dimana tindakan-tindakan invasive tertentu seperti
melakukan pemasangan infus tidak diperkenankan secara hukum untuk dilakukan
perawat nifo 3 tetapi ini menjadi bagian wewenang perawat nifo 4. Sedangkan perawat
dengan tingkat sarjana (dinamakan niveu 4 atau lebih tinggi niveu 5) memiliki
keistimewaan selain tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki perawat niveu 4 juga
memiliki tugas pada perencanaan manajemen untuk memperbaiki asuhan keperawatan di
ruangan secara lebih luas. Menjadi penggagas perubahan dengan membuat proyek-
proyek pelatihan atau penelitian-penelitian yang bertujuan mengevaluasi dan
memperbaiki asuhan keperawatan.
Tanggung jawab perawat dalam lingkungan masyarakat antara lain :
a) Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam menyelesaikan masalah kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
b) Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui konseling, dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam
upaya memandirikan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya
memandirikan sistem masyarakat
c) Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan
d) Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.
e) Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,
pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.
f) Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.
g) Memberikan penyuluhan tentang masalah kesehatan kepada masyarakat dan
memberikan keterampilan dan wawasan kepada masyarakat cara-cara untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang kompleks yang sering terjadi
h) Mendidik masyarakat dari individu yang tidak memenuhi standard atau tidak ingin
mengikuti standard
i) Melakukan tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas (97.1%)
B. TENAGA KESEHATAN
1. Pengertian Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di
bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan yang bermutu diwujudkan dengan subsistem sumber daya
manusia kesehatan. Subsistem tersebut adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tuntutan memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Jenis Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8)
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari :
a) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi;
b) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan;
c) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker;
d) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian;
e) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
f) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara;
g) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi
dan perekam medis;
3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan
Hak tenaga kesehatan menurut tinjauan UU No.36/2009 tentang Kesehatan dan UU
No.44/2009 tentang Rumah Sakit antara lain adalah :
a) Menerima Informasi benar dan jujur
b) Imbalan
c) Perlindungan hukum
d) Tolak ungkap rahasia pasien terkecuali apabila pasien menuntut dan memberi
informasi kpd media cetak dianggap telah melepaskan haknya (psl 44 RS)
e) Menggugat dan menuntut
f) Perlindungan hokum
Dan adapun kewajiban tenaga kesehatan adalah :
a) Memiliki SIP/SIK
b) Mengikuti SP,SPO, etika
c) Menghormati hak pasien
d) Mengutamakan keselamatan pasien
C. PASIEN ATAU KLIEN
1. Pengertian Pasien atau Klien
Pengertian Pasien diatur dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004, yaitu setiap
orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter
atau dokter gigi. Pada UU No. 44 Tahun 2009 terjadi perubahan sedikit pada pengertian
pasien, yaitu setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
2. Hak dan Kewajiban Pasien
Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan tercantum
pada UU Kesehatan no 23 tahun 1992 yaitu :
a) Pasal 14 mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesehatan
optimal.
b) Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia kedokteran,
dan hak opini kedua.
c) Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena
kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
Secara rinci, hak dan kewajiban pasien adalah sebagai berikut :
HAK PASIEN :
a) Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai dengan standar
profesi kedokteran.
b) Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan medis yang
akan dilakukan dokter/ suster.
c) Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien.
d) Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.
e) Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis yang akan dilakukan
pada pasien.
f) Hak untuk menghentikan pengobatan.
g) Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain / Rumah Sakit lain.
h) Hak atas isi rekaman medis / data medis.
i) Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
j) Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang dikenakan /
dokumen pembayaran / bon /bill.
k) Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan yang tidak
mengikuti standar operasi profesi kesehatan.
KEWAJIBAN PASIEN
a) Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan penyakit kepada
petugas kesehatan.
b) Mematuhi nasihat dokter dan perawat
c) Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.
d) Memenuhi imbalan jasa pelayanan.
D. POLA HUBUNGAN PASIEN DAN TENAGA KESEHATAN
1. Model Hubungan Antara Perawat, Dokter Dan Pasien
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan
selama mereka terkait dalam hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan
perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua kedua profesi ini, tidak
terlepas dari sejarah, sifat ilmu/ pendidikan, latar belakang personal dan lain- lain.
Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus
pada manusia, mempunyai beberapa perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistik,
yang mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgment).
Sedangkan keperawatan lebih bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang
ibu (mother instink) dalam memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan bantuan
(helping relationship).
Berbagai model hubungan antara perawat, dokter dan pasien telah dikembangkan,
berikut ini model hubungan perawat, dokter, dan pasien yang dikembangkan oleh: Szasz
dan Hollander mengembangkan tiga model hubungan dokter, perawat, dimana model ini
terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat dan
dokter. Model mereka kembangkan meliputi :
a) Model aktivitas- pasivitas
Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan
pasif. Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam
keadaan darurat. Dokter berada pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai
kekuasaan, dan identitas pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan
paternalistic.
b) Model hubungan membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau praktik
kedokteran. Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan
dan perawat atau dokter yang mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan
pasien. Perawat dan dokter memberi bantuan dalam bentuk perlakuan/ perawatan atau
pengobatan. Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati
anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa
yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas
yang lain. Model ini bersifat paternalistik walau sedikit lebih rendah.
c) Model partisipasi mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan
antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi
dasar dari proses demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan
yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan
kepuasan kedua pihak. Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada
layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalama model ini adalah membantu pasien
menolong dirinya sendiri. Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini
penting untuk mengenal dari pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini
menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yang unik, berbeda
satu sama lain dan membantu kemampuan dalam menentukan dan mengatur diri
sendiri ( Bandman and Bandman,1999. dikutip dari American Nurses Assocication,
Nursing: Asocial Policy. Kansas City. MO: 1980. hal:6 ).
2. Hubungan Perawat dan Pasien dalam Konteks Etis
Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu. Seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan tertentu.
Kondisi yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap pasien
( Husted dan Husted, 1990 ). Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat
digunakan kerangka yang mengacu pada pandangan dasar Helldegard .E Pepley, tentang
hubungan perawat dan pasien dalam asuhan keperawatan, merupakan rasa percaya,
pengukuran pemecahan masalah (Problem Solving), dan kolaborasi. Dalam konteks
hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan Sebagai konselor pada saat pasien
mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Perawat juga dapat berperan
sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman
bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.
3. Penerapan Hubungan Antara Perawat dengan Pasien, Perawat dengan Perawat,
Perawat dengan Profesi Lain, dan Perawat dengan Masyarakat
Bentuk-bentuk penerapan, Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat
dapat berperan Sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan
tentang penyakitnya. Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama
pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-
perasaannya. Perawat dan perawat memiliki etika khusus mengatur tanggung jawab
moral perawat yang disusun oleh organisasi perawat itu sendiri. berdasarkan suatu
sumber yang ada dilingkungan baik lingkungan kesehatan, lingkungan konsumen dan
lingkungan Komunitas Keperawatan. Contoh penerapannya yaitu :
a) Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal :
1) Pemberian O2 -> diteruskan / di stop.
2) Program pengobatan diteruskan / tidak
3) Suport terapi ( RJP ) sampai kapan.
4) Dalam kondisi MBO.
b) Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent.
1) Pasien teriminal
2) Status vegetative
3) Pasien HIV /AID
4) Pasien mendapat terapi diet
5) Pasien menghadapi tindakan medic
6) Operasi, pemakaian obat yangharganya mahal dll.
c) Bioetika :
1) Aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ dll.
2) Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.
3) Permintaan informasi data pasien,
4) Catatan medik,
5) Pembicaraan kasus pasien.
Penerapan hubungan antara perawat dan profesi lain yang memiliki bidang
kesehatan yang saling berketergantungan satu sama lain misalnya seorang dokter pasti
membutuhkan, perawat, apoteker dan lain-lain , yang saling berkaitan satu sama lain.
Selain penerapan-penerapan dengan perawat dan profesi lain, perawat juga harus
menerapkan hubungan antara perawat dan masyarakat Perawat mengemban tugas
tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan medukung berbagai
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.dan tetap menghargai privasi
yang ada dalam masyarakat berupa Privasi pasien. Menghargai harkat martabat pasien,
sopan santun dalam pergaulan, saling menghormati, saling membantu, peduli terhadap
lingkungan.
E. TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan langsung dengan
pemberian pelayanan kesehatan dan penerapannya pada Hukum Perdata, Hukum Pidana,
serta Hukum Administrasi. Pengertian peraturan hukum tidak hanya mencakup peraturan
perundang-undangan dan peraturan internasional saja, tetapi juga mencakup pedoman
internasional, hukum kebiasaan, dan yurisprudensi (HJJ. Leenen, 1972 ).
Hukum Kesehatan dapat dirumuskan sebagai kumpulan peraturan yang berkaitan
langsung dengan pemberian perawatan dan penerapannya kedalam Hukum Pidana, Hukum
Perdata, dan Hukum Administrasi (Prof. Van der Mijn).
Health law is laws ordinances or codes prescribing sanitary standards and regulations,
designed to promote and reserve the health of the community (Black's Law Dictionary,
1979).
Tenaga kesehatan dan sarana kesehatan (sebagai subjek hukum), memiliki tanggung
jawab hukum atas semua tindakannya dalam upaya melaksanakan tugas profesinya, yang
tidak luput dari kesalahan profesi. Tanggung jawab hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan profesi, masih dapat dibedakan terhadap ketentuan-ketentuan profesional (kode
etik), dan tanggung jawab terhadap ketentuan hukum yang meliputi hukum perdata, hukum
pidana dan administratif.
1. Tanggung Jawab Hukum Perdata
a) Pasal 1354 KUHPerdata :
“Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-
diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut
hingga orang yang mewakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu”
b) Pasal 1356 KUHPer :
“Ia (pemberi bantuan) wajib dalam melakukan pengurusan tersebut memenuhi
kewajiban sebagai seorang bapak rumah yang baik”
2. Tanggung Jawab Hukum Pidana
Hukum pidana mengatur hubungan antara manusia/masyarakat dengan negara.
“Azas nullum delictumnulla poena sine praevia lege poenali” yang artinya
seseorang hanya dapat dihukum apabila telah ada ketentuan hukum yang mengatur
perbuatan itu terlebih dahulu.
Ketentuan hukum pidana dapat diberlakukan dengan keharusan memenuhi 2 persyaratan :
a) Adanya suatu perbuatan/tindakan yang dilakukan oleh seseorang dan yang melanggar
ketentuan hukum pidana, sehingga memenuhi rumusan delik sebagaimana yang diatur
dalam hukum pidana yang berlaku.
b) Pelanggar hukum pidana mampu mempertang- gung jawabkan perbuatannya
Sumber Hukum Pidana :
a) KUHP
b) Diluar KUHP (UU Tipikor, UU Terorisme dll)
c) UU Non Pidana (UU Kesehatan, UU Rumah Sakit)
Beberapa delik yang dapat diancam kepada tenaga kesehatan :
a) Pasal 242 KUHPidana : “Keterangan palsu/keterangan tidak sesuai dengan fakta,
dipidana 7 tahun”
b) Pasal 304 KUHPidana : “Meninggalkan orang yang perlu ditolong dipidana 2 tahun 8
bulan”
c) Pasal 322 KUHPidana : “Membuka rahasia pasien dipidana 9 bulan”
d) Pasal 333 KUHPidana : “Menahan seorang secara melawan hukum, pidana 8
tahun/RS menahan pasien belum bayar”
e) Pasal 338 KUHPidana : “Sengaja merampas nyawa orang lain, diancam dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun”
f) Pasal 344 KHUPidana (euthanasia): “Merampas nyawa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, pidana penjara paling lama 12 tahun”
g) Pasal 359 KUHPidana : “Karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahunn”
h) Pasal 360 KUHPidana :
1) Karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, 5 tahun”
2) Karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka sehingga
timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan pidana penjara 9 bulan.
i) Pasal 361 KUHPidana :
“Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu
jabatan atau pencaharian maka pidana ditambah 1/3 dan yang bersalah dapat dicabut
haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan dan hakim
dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan”
3. Tanggung Jawab Hukum Adsmintratif
Pasal 188 ayat (3) UU No.Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan sebagai berikut :
“Tenaga Kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan yg diatur
dalam UU dapat diambil tindakan administratif berupa:
a) Peringatan secara tertulis;
b) Pencabutan izin sementara atau izin tetap.
Pasal 33 ayat (2) UU No 32 Tahun 1996, tindakan disiplin dapat berupa :
a) Teguran (lisan atau tertulis)
b) Pencabutran izin untuk melakukan upaya kesehatan
F. PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KESEHATAN
1. Tinjauan UU No.36/2009 Tentang Kesehatan
2. UU No.44/2009 Tentang Rumah Sakit
3. PP NO.32/1996 Tentang Nakes
Perlindungan hukum tenaga kesehatan antara lain :
1. Nakes berhak mendapatkan perlindungan hukum (pasal 27)
2. Nakes yang diduga melakukan kelalaian, maka terlebih dahulu harus diselesaikan melalui
mediasi (pasal 29).
3. Memiliki Izin
4. Melaksanakan tugas sesuai SP,SPO, Etika
5. Menghormati hak pasien
6. Menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien
7. Memberikan informasi dan tindakan yg akan dilakukan
8. Meminta persetujuan thdp tindakan yg akan dilakukan
9. Membuat dan memelihara rekam medis
G. PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN
Syarat yg harus dipenuhi adanya perbuatan melawan hukum (pasien menggugat tenaga
kesehatankes dan/atau Rumah Sakit/Sarana Pelayanan Kesesehatan lainnya) :
1. Pasien harus mengalami kerugian
2. Ada kesalahan atau kelalaian pada dokter dan/atau Saryankes
3. Ada hubungan kausul antara kerugian dan kesalahan
4. Perbuatan tersebut harus melanggar hukum.
Perlindungan hukum terhadap pasien :
1. Menerima dan menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yg akan diberikan
kepadanya setelah menerima penjelasan
2. Hak menerima dan menolak tidak berlaku :
a) Penderita penyakit menular
b) Tidak sadarkan diri
c) Gangguan mental berat
BAB III
SIMULASI/CONTOH KASUS
A. Simulasi Kasus
B. Analisa Kasus
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA