Makalah Kwh

11
MAKALAH JUAL BELI TAQSITH Disusun Oleh : Ade Sriwahyuni 140631002 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Makalah Kwh

MAKALAHJUAL BELI TAQSITH

Disusun Oleh :Ade Sriwahyuni140631002

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON2015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Jual Beli Taqsith. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan.Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa/i dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Cirebon, 11 April 2015

Penyusun,

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang Jual beli dalam fiqih Islam terkadang dilakukan dengan pembayaran kontan dari tangan ke tangan, dan terkadang dengan pembayaran dan penyerahan barang tertunda. Terkadang salah satu keduanya kontan dan yang lainnya tertunda. Pembayaran tertunda itu sendiri terkadang dibayar belakangan dengan sekali bayar sekaligus. Terkadang di-bayar dengan cicilan, yakni dibayar dengan jumlah tertentu pada waktu-waktu tertentu. Itu disebut jual beli baitaqsit atau kredit.Semakin bertumbuhnya penduduk dan kebutuhan yang semakin meningkat memaksa orang untuk melakukan jual beli dengan cara kredit. Salah satua alasana adalah kurangnya dana kontan untuk membeli atau dialokasikan untuk kebutuhan lain Makalah kali ini lebih mendalami tentang hokum kredit pembelian barang.B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian jual beli dalam islam? 2. Apa pengertian kredit ? 3. Bagaimana hukum kredit dalam islam?

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian KreditJual Beli Kredit dalam bahasa Arabnya disebut bai taqsith yang pengertiannya menurut istilah syariah, ialah menjual sesuatu dengan pembayaran yang diangsur dengan cicilan tertentu, pada waktu tertentu, dan lebih mahal daripada pembayaran kontan/tunai. Gambaran umumnya adalah penjual dan pembeli sepakat bertransaksi atas suatu barang (x) dengan harga yang sudah dipastikan nilainya (y) dengan masa pembayaran (pelunasan) (z) bulan. Harga harus disepakati di awal transaksi meskipun pelunasannya dilakukan kemudian. Perbedaan harga cicilan dari harga kontan, bukan termasuk riba. Itu merupakan keuntungan dalam jual beli barang sebagai kompensasi tertahannya hak penjual dalam jangka waktu tertentu. Aplikasi bai taqsith dapat mendatangkan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, karena banyak orang tidak mampu menyerahkan harga secara menyeluruh. Tetapi dengan cicilan, ia bisa memanfaatkan dan memiliki barang yang dibutuhkan

Hukum Jual Beli Kredit1. Jual beli kredit diharamkan Contoh : Ali menawarkan sepeda motor kepada Iwan dengan harga Rp. 12 juta. Iwan membayar dengan cicilan dengan ketentuan bahwa setiap bulan dia terkena bunga 2 % dari Rp. 12 juta atau dari sisa uang yang belum dibayarkan..Transaksi seperti ini termasuk dalam riba nasiah , karena kedua belah pihak tidak menyepakati harga dengan pasti, tetapi harganya tergantung dengan besar bunga atau presentase dan masa cicilan. Yang seperti ini jelas haram.Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda. (QS. Ali Imron: 130)Hukum Bunga menurut fatwa MUI:a.Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada jaman Rasulullah SAW, Ya ini Riba Nasiah. Dengan demikian, praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk Riba, dan Riba Haram Hukumnya.b.Praktek Penggunaan tersebut hukumnya adalah haram, baik di lakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadian, Koperasi, Dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.2. Jual beli kredit diperbolehkan Contoh : Ahmad menawarkan sepeda motor pada Budi dengan harga Rp. 12 juta. Karena Budi tidak punya uang tunai Rp.12 juta, maka dia minta pembayaran dicicil (kredit). Untuk itu Ahmad minta harganya menjadi Rp. 18 juta yang harus dilunasi dalam waktu 3 tahun. Harga Rp. 18 juta tidak berdasarkan bunga yang ditetapkan sekian persen, tetapi merupakan kesepakatan harga sejak awal. Transaksi seperti ini dibolehkan dalam Islam.a. Dalil-dalil yang memperbolehkan jual beli dengan pembayaran tertunda.Firman Allah Ta'alaHai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya (QS. Al Baqarah: 282).Hadits RasulullahDari Aisyah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah rnembeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran tertunda. Beliau memberikan baju besi beliau kepada orang tersebut sebagai gadai (HR. Bukhari 2068, Muslim 1603).Hadits ini tegas bahwa Rasululah mendapatkan barang kontan namun pembayarannya tertunda.b. Dalil-dalil yang menunjukkan dibolehkannya memberikan tambahan harga karena penundaan pembayaran atau karena penyicilan.Firman Allah Ta'alaWahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling mernakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (Q.S. An Nisa': 29).Keumuman ayat ini mencakup jual beli kontan dan kredit, maka selagi jual beli kredit dilakukan dengan suka sama suka maka masuk dalam apa yang diperbolehkan dalam ayat ini.Hadits RasulullahDari Abdullah bin Abbas berkata, Rasulullah datang ke kota Madinah, dan saat itu penduduk Madinah melakukan jual beli buah-buahan dengan cara salam dalam jangka satu atau dua tahun, maka beliau bersabda, "Barangsiapa yang jual beli salam maka hendaklah dalam takaran yang jelas, timbangan yang jelas sampai waktu yang jelas" (HR. Bukhari 2241, Muslim 1604).Pengambilan dalil dari hadits ini, bahwa Rasulullah membolehkan jual beli salam asalkan takaran dan timbangan serta waktu pembayarannya jelas, padahal biasanya dalam jual beli salam uang untuk membeli itu lebih sedikit daripada kalau beli langsung ada barangnya. Maka begitu pula dengan jual beli kredit yang merupakan kebalikannya yaitu barang dahulu dan uang belakangan meskipun lebih banyak dari harga kontan..Dalil Ijma.Sebagian Ulama mengklaim bahwa dibolehkannya jual beli dengan kredit dengan perbedaan harga adalah kesepakatan para ulama.Dalil qiyasSebagaimana yang telah lewat bahwasannya jual beli kredit ini diqiaskan dengan jual beli salam yang dengan tegas diperbolehkan Rosulullah, karena ada persamaan, yaitu sama-sama tertunda. hanya saja jual beli salam barangnya yang tertunda, sedangkan kredit uangnya yang tertunda. Juga dalam jual beli salam tidak sama dengan harga kontan seperti kredit juga hanya bedanya salam lebih murah sedangkan kredit lebih mahal.Dalil MaslahatJual beli kedit ini mengandung maslahat baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Karena pembeli bisa mengambil keuntungan dengan ringannya pembayaran karena bisa diangsur dalam jangka waktu tertentu dan penjual bisa mengambil keuntungan dengan naiknya harga, dan ini tidak bertentangan dengan tujuan syariat yang memang didasarkan pada kemaslahatan umat.Berkata Syaikh Bin Baz disela-sela jawaban beliau mengenai jual beli kredit,;"Karena seorang pedagang yang menjual barangnya secara berjangka pembayarannya setuju dengan cara tersebut sebab ia akan mendapatkan tambahan harga dengan penundaan tersebut. Sementara pembeli senang karena pembayarannya diperlambat dan karena ia tidak mampu mambayar kontan, sehingga keduanya mendapatkan keuntungan." (Ahkamul Ba'i, Syaikh Jarulloh, hal. 58).

BAB IIIPENUTUP

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jual beli merupakan pertukaran antara penjual dan pembeli baik berupa barang ke uang, ataupun barang ke barang. Jual beli kredit termasuk dalam jual beli umum yaitu menukar uang dengan barang, dan jual beli dengan pembayaran secara tertunda dan dalam bentuk cicilan dalam waktu-waktu yang ditentukan.. Jual beli kredit merupakan kebalikan dari jual beli salam, dimana salam adalah uang dimuka barang tertunda, sedangkan kredit barang dimuka uang tertunda. Dan penambahan harga pembayaran barang karena tertunda diperbolehkan dengan alasan suka sama suka dan saling menguntungkan serta mengandung maslahat bagi penjual dan pembeli. Pembeli bisa mengambil keuntungan dengan ringannya pembayaran karena bisa diangsur dalam jangka waktu tertentu dan penjual bisa mengambil keuntungan dengan naiknya harga.