makalah korupsi
description
Transcript of makalah korupsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata korupsi mungkin tak asing lagi didengar dalam kehidupan
sehari-hari dan bahkan hampir setiap detik dan menit kata korupsi selalu
kita mendengarkannya baik secara media on line, media cetak maupun
lewat media elektronik/televisi. Mungkin kita sering bertanya seperti apa
korupsi itu sebenarnya? Korupsi bukanlah hanya mengelapkan uang
Negara tetapi korupsi juga bisa dikatakan ketika kita tidak tepat waktu
misalnya, ketika kita membuat sebuah kesepatan dalam jadwal pertemuan
didalam forum atau membuat janji terhadap orang lain tapi kita terlambat
datang , secara tidak langsung kita telah melakukan korupsi yang namanya
“KORUPSI WAKTU”. Apalagi kalau kita nantinya berbicara korupsi
uang Negara yang akan mengakibatkan terjadi kemiskinan Bangsa ini
secara perlahan-lahan. Dalam memberantas kasus korupsi untuk
membantu para penegak hukum peran mahasiswa sangatlah dibutuhkan
guna membantu penegak hukum memberantas Korupsi dalam
menyelamatkan uang rakyat dari tangan para Koruptor seperti yang terjadi
akhir-akhir ini dan juga menjaga kedaulatan bangsa didalam
mengantisispasi terjadinya kemiskinan terhadap Bangsa ini. Didalam
sejarah mecatat bahwa Mahasiswa sangatlah memiliki peran yang sangat
signifikan dalam sejarah Indonesia. Dimulai dari sejarah perjuangan
kemerdekaan hingga sampai pada fase mengisi kemerdekaan dan
mengawal keutuhan Bangsa. Mahasiswa juga selalu siap untuk maju
kedepan jika ternyata pemegang amanat rakyat tidak menjalankan
amanatnya dengan baik. Orde Lama ditumbangkan oleh kekuatan
mahasiswa dan orde baru pun juga ditumbangkan oleh kekuatan
mahasiswa sehingga melahirkan reformasi. Terakhir menurut penulis
1
2
gerakan mahasiswa kembali mencapai puncaknya dalam mempertahankan
keutuhan KPK dan menghentikan kriminalisasi pimpinan KPK Bibit
Chandra.
Namun apakah peran mahasiswa saat ini hanya sampai batas dalam
tataran aksi terutama untuk kasus korupsi? Memang mahasiswa saat ini
banyak terjebak dalam tindakan responsif bersifat aksi ketika terdapat
pelanggaran oleh aparatur negara. Bahkan kondisi yang sangat
menyedihkan adalah Mahasiswa saat ini terjebak dalam pragmatisme
sehingga mampu dijadikan alat kekuasaan sehingga menghilangkan
kekritisannya terhadap korupsi, justru menjadi aktor penikmat hasil
korupsi. Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut dalam makalah ini akan
diuraikan mengenai peran mahasiswa dalam gerakkan anti korupsi yang
meliputi pengertian, ciri, modus, dampak korupsi, upaya pemberantasanya
serta peran mahasiswa dalam gerakkan anti korupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari korupsi?
2. Apa sajakah ciri-ciri korupsi?
3. Bagaimanakah dampak dari korupsi?
4. Bagaimana peran mahasiswa dalam gerakkan anti korupsi pada tingkat
lokal dan nasional?
5. Bagaimana Upaya pemberantasan Korupsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengetian korupsi.
2. Menjelaskan ciri-ciri korupsi.
3. Mengetahui dampak dari korupsi.
3
4. Mengetahui peran mahasiswa dalam gerakkan anti korupsi pada
tingkat lokal dan nasional.
5. Menjelaskan upaya pemberantasan korupsi.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea,
1951) atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya,
disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere—satu kata
dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut, kemudian
dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption (Prancis), dan
“corruptic/korruptie” (Belanda). Indonesia kemudian memungut kata ini
menjadi korupsi. Arti kata korupsi secara harfiah adalah “sesuatu yang
busuk, jahat, dan merusakkan” (Dikti, 2011). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi yaitu
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi
diturunkan dari kata korup yang bermakna 1) buruk; rusak; busuk; 2) suka
memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok
(memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).
Selain itu, ada kata koruptif yang bermakna bersifat korupsi dan
pelakunya disebut koruptor. Menurut Black’s Law Dictionary, korupsi
adalah perbuatan yang dilaku- kan dengan maksud untuk memberikan
suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara
salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu
keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan
kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain. Syed Hussein Alatas, pakar
sosiologi dari negeri jiran, menyebutkan adanya benang merah yang
menjelujur dalam aktivitas korupsi, yaitu subordinasi kepentingan umum
di bawah kepentingan tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran
norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, diikuti dengan kerahasiaan,
4
5
pengkhianatan, penipuan, dan kemasabodohan yang luar biasa akan akibat
yang diderita oleh masyarakat. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pem- berantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi
dikategorikan sebagai tindakan setiap orang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah
tindakan menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat busuk,
jahat, dan merusakkan karena merugikan negara dan masyarakat luas.
Pelaku korupsi dianggap telah melakukan penyelewengan dalam hal
keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan amanat terkait pada tanggung
jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya, serta pelanggaran
hukum.
B. Ciri-ciri Korupsi
Untuk pemahaman lebih lanjut, perlu Anda ketahui tentang ciri-ciri
korupsi agar dapat mengidentifikasi hal apa saja yang termasuk tindakan
korup. Syed Hussein Alatas dalam Sumarwani S. (2011), mengemukakan
ciri-ciri korupsi sebagai berikut.
1. suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan. Seseorang yang diberikan
amanah seperti seorang pemimpin yang menyalahgunakan
wewenangnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau
kelompoknya.
2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, atau
masyarakat umumnya. Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan
mengatasnamakan suatu lembaga tertentu seperti penipuan
memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan, padahal perusahaan
yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan undian.
6
3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus. Contohnya, mengalihkan anggaran keuangan yang semestinya
untuk kegiatan sosial ternyata digunakan untuk kegiatan kampanye
partai politik.
4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan ketika orang-orang
yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu. Korupsi
biasanya dilakukan secara tersembunyi untuk menghilangkan jejak
penyimpangan yang dilakukannya.
5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak. Beberapa jenis korupsi
melibatkan adanya pemberi dan penerima
6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau
yang lain. pemberi dan penerima suap pada dasarnya bertujuan
mengambil keuntungan bersama.
7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki
keputusan yang pasti dan mereka yang dapat memengaruhinya.
Pemberian suap pada kasus yang melibatkan petinggi Mahkamah
Konstitusi bertujuan memengaruhi keputusannya
8. adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk
pengesahan hukum. Adanya upaya melemahkan lembaga
pemberantasan korupsi melalui produk hukum yang dihasilkan suatu
negara atas inisiatif oknum-oknum tertentu di pemerintahan.
C. Dampak dari korupsi
1. Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar
bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan
pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat
7
luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan
yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-
perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya
mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.
2. Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di
dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di
badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat.
Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari
pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan
pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan
nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
3. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Chetwynd et al (2003), korupsi akan menghambat
pertumbuhan investasi. Baik investasi domestik maupun asing. Mereka
mencontohkan fakta business failure di Bulgaria yang mencapai angka
25 persen.
Maksudnya, 1 dari 4 perusahaan di negara tersebut mengalami
kegagalan dalam melakukan ekspansi bisnis dan investasi setiap
tahunnya akibat korupsi penguasa. Selanjutnya, terungkap pula dalam
catatan Bank Dunia bahwa tidak kurang dari 5 persen GDP dunia
setiap tahunnya hilang akibat korupsi. Sedangkan Uni Afrika
8
menyatakan bahwa benua tersebut kehilangan 25 persen GDP-nya
setiap tahun juga akibat korupsi.Menurut Mauro (2002),Setelah
melakukan studi terhadap 106 negara, ia menyimpulkan bahwa
kenaikan 2 poin pada Indeks Persepsi Korupsi (IPK, skala 0-10) akan
mendorong peningkatan investasi lebih dari 4 persen. Sedangkan
Podobnik et al (2008) menyimpulkan bahwa pada setiap kenaikan 1
poin IPK, GDP per kapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7
persen setelah melakukan kajian empirik terhadap perekonomian dunia
tahun 1999-2004. Menurut Gupta et al (1998). Menyatakan fakta
bahwa penurunan skor IPK sebesar 0,78 akan mengurangi
pertumbuhan ekonomi yang dinikmati kelompok miskin sebesar 7,8
persen. Ini menunjukkan bahwa korupsi memiliki dampak yang sangat
signifikan dalam menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
4. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam
menjalankan program pembangunan.
Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah,
layanan publik cenderung lebih baik dan lebih murah. Terkait dengan
hal tersebut, Gupta, Davoodi, dan Tiongson (2000) menyimpulkan
bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan memperburuk layanan
kesehatan dan pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan
kematian bayi mengalami peningkatan.Sebagai akibat dampak pertama
dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya pengentasan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Terkait dengan hal ini, riset
Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa peningkatan IPK sebesar 2,52
poin akan meningkatkan koefisien Gini sebesar 5,4 poin. Artinya,
kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin akan
semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya
aliran dana dari masyarakat umum kepada para elit, atau dari
kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.
5. Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.
9
Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain
meningkatkan ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan
kekayaan korupsi juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan
kepedulian terhadap sesama. Rasa saling percaya yang merupakan
salah satu modal sosial yang utama akan hilang. Akibatnya, muncul
fenomena distrust society, yaitu masyarakat yang kehilangan rasa
percaya, baik antar sesama individu, maupun terhadap institusi negara.
Perasaan aman akan berganti dengan perasaan tidak aman (insecurity
feeling). Inilah yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan sebagai
libaasul khauf (pakaian ketakutan). Fakta bahwa negara dengan
tingkat korupsi yang tinggi memiliki tingkat ketidakpercayaan dan
kriminalitas yang tinggi pula. Ada korelasi yang kuat di antara
ketiganya.
6. Mempersulit Pembangunan Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi
kualitas pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan
yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam
negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi,
konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan
sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan
hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga,
korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang
memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya
mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. Korupsi
menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana
10
sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah
kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek
korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi
juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan,
lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi
kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.Para pakar ekonomi
memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan
pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah
korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan
perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri,
bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang
sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank
di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang
sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok),
namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui
investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari
Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai
1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187
triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri.
(Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan)
telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur
Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-
stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering
menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi.
Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan
mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa
depan.
7. Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan
menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan.
11
Terkait dengan hal ini, riset Gupta et al (1998) menunjukkan bahwa
peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini
sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan
kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh
semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada para
elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi.
8. Korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan.
Peningkatan IPK sebesar 2,52 poin akan meningkatkan koefisien Gini
sebesar 5,4 poin. Artinya, kesenjangan antara kelompok kaya dan
kelompok miskin akan semakin melebar. Hal ini disebabkan oleh
semakin bertambahnya aliran dana dari masyarakat umum kepada para
elit, atau dari kelompok miskin kepada kelompok kaya akibat korupsi
D. Peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada tingkat lokal dan
nasional
1. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi bertujuan
mencegah terjadinya perilaku korup dan berkembangnya budaya
korupsi di tengah masyarakat. Dalam gerakan antikorupsi ini
mahasiswa dapat menjadi pemimpin (leader), baik di tingkat lokal
maupun nasional serta memiliki kesempatan untuk memberikan
rekomendasi kepada pemerintah. Kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa dimulai dari lingkungan kampus yaitu dengan
menyosialisasikan nilai-nilai antikorupsi, kemudian menyosialisasikan
ke luar lingkungan kampus atau perguruan tinggi lainnya dengan
dukungan BEM. Mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi internet
dan media sosial dengan mengadakan situs opini antikorupsi atau
menciptakan komunitas-komunitas antikorupsi di dunia maya. Contoh
lain khusus Poltekkes, disisipkannya materi tentang gerakan
12
antikorupsi pada kegiatan latihan dasar kepemimpinan di BEM
Politenik Kesehatan Kemenkes, pembuatan poster dan spanduk
antikorupsi, serta mengadakan gerakan jujur dalam ujian. Hal yang
penting adalah dimilikinya integritas oleh mahasiswa. Integritas adalah
salah satu pilar penting sebagai pembentuk karakter antikorupsi.
Secara harfiah, integritas bisa diartikan sebagai selarasnya antara
ucapan dan perbuatan. Jika ucapan mengatakan antikorupsi, perbuatan
pun demikian. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa
pula diartikan sebagai kejujuran (KPK, t.t.). Bagaimana cara agar
integritas dapat ditanamkan?
a. Mendalami dan menerapkan nilai-nilai agama dan etika
Menerapkan nilai-nilai agama dan etika menjadi filter bagi setiap
individu. Manusia menyadari ada kehidupan setelah kematian, dan
setiap orang akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan
yang dilakukan. Perbuatan korupsi adalah dosa, harta hasil korupsi
adalah barang haram, yang akan membawa akibat yang tidak baik
bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Akibat tersebut bisa
langsung terasa di dunia, atau mungkin nanti berupa siksa di
neraka. Kesadaran akan hal ini, membuat setiap orang lebih
berhati- hati, dan tidak terjebak ke dalam perilaku korupsi.
b. Belajar dari tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi Banyak
tokoh bangsa yang memiliki integritas, seperti Muhammad Natsir,
Mohammad Hatta, Jenderal Sudirman, dan Hoegoeng. Mahasiswa
perlu membaca kisah atau biografi tokoh tersebut untuk menjadi
pelajaran dan contoh keteladanan.
c. Berlatih dari hal-hal yang kecil Jangan berbicara tentang korupsi
jika masih suka melanggar aturan lalu lintas, membuang sampah
sembarangan, menyontek, melanggar hal-hal lain yang dianggap
“sepele”. Bagaimana mungkin bisa memberantas korupsi yang
demikian masif jika kita tidak bisa mengatasi keinginan untuk
13
melakukan pelanggaran “kecil”? Integritas harus ditanamkan
secara bertahap, mulai dari yang kecil dan terdekat dengan diri
kita. Melanggar aturan lalu lintas bisa menjadi bibit perilaku
korup. (Sumber: yustisi.com)
d. Mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama Gerakan
berintegritas harus menjadi gerakan massal dan menyebar.
Integritas parsial tidak akan membantu banyak perubahan.
Masyarakat harus memiliki budaya malu jika mereka
mengabaikan integritas. Karena itu, mahasiswa dapat mengajak
lingkungan terkecilnya yaitu keluarga untuk menjunjung tinggi
integritas.
e. Melakukannya mulai dari sekarang Lakukan mulai dari sekarang
juga, dan tidak ditunda. Mulai dari yang kita bisa. Korupsi sudah
menggurita dari masa ke masa maka apabila dibiarkan berlarut-
larut dan berurat akar dapatlah kita bayangkan bagaimana masa
depan Indonesia kelak. Anda sebagai mahasiswa akan
merasakannya, begitu pula adik-adik dan anak-anak Anak kelak
akan menjadi generasi yang sudah tidak bisa menikmati apa-apa
lagi dari Bumi Pertiwi tercinta ini. Mengapa? Karena semua
kekayaan Indonesia sudah dijarah oleh para koruptor dan
ditempatkan di negara-negara lain. Hal inilah yang harus kita
cegah bersama sekarang juga.
E. Upaya Mahasiswa dalam pemberantasan korupsi
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita,
korupsi merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi
juga masyarakat. Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah
mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan bertindak. Adapun
upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus
14
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa
yaitu menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak
boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan
sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen
kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada
para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola
pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih
parah adalah menjadisebuahkarakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga
harus memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga
tidak memberikan peluang kepada pihak-pihak yang ingin
mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika penerimaan
mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus
kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk
mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang
jelas dan hal lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai
pengontrol kebijakan internal universitas.
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai
pihak pengontrol kebijakaninternal kampus maka bisa menekan jumlah
pelaku korupsi. Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari
korupsi di lingkungan kampus adalah mahasiswa bisa membuat
koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih
mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan
kampus.Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau
komunitas intra kampus yang berprinsip pada upaya memberantas
tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut diharapkan bisa
menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya
korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat
pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.
15
Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM
(semacam BEM) ITB 2006/2007 lalu sudah membuat embrio
gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, anggota SACW
dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula
mereka yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi
terhadap rektorat mereka yang ternyata memang terjerat kasus korupsi.
2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan
korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada
nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat
sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam
menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi
yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat
dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang
relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan
dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya
bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.
3. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu
untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak
memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya
dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan
jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
4. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan
kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.
5. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
6. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari
pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
16
7. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang
penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
8. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan
aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan
masyarakat luas.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena
mengancam keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu
peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa adalah salah satu
bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam
memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan
masyarakat yang lain. Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih
efektif. Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa adalah menciptakan
lingkungan bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan
kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi
alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. Maka mahasiwa harus
lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya upaya mereka
berjalan semaksimal mungkin.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi “jalan
tak ada ujung”, melainkan “jalan itu harus lebih dekat ke ujung
tujuan”. Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat
ditinjau dari struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi
etika atau akhlak manusia.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa itu korupsi yang
meliputi pengertian, ciri, modus, dampak, peran mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi, dan upaya pemberantasanya. Diharapkan juga
masyarakat mampu mengaplikasikan hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kritik
dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
20
18
DAFTAR PUSTAKA