Makalah Kambing Etawa
-
Upload
mohamadredzka -
Category
Documents
-
view
155 -
download
3
description
Transcript of Makalah Kambing Etawa
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Hematologi dan Kimia Klinik Darah Kambing
Peranakan Etawah yang Diberi Pakan Produk
Sampingan Pertanian dan Enzim Optizym
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan pada program studi Biologi Sains semester genap tahun ajaran 2013-2014
Dosen: Ucu Julita, M.Si.
Oleh:
Nama : Deydra Fitria Nur R (1127020011)
M Redzka Andika P (1127020037)
Semester/kelas : IV (empat)/A
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, kambing merupakan salah satu produk yang
menghasilkan daging dengan nilai gizi tinggi dan menghasilkan susu yang
mempunyai nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan susu sapi. Salah satu
kambing yang saat ini sering digunakan adalah kambing Peranakan Etawa
(PE). Kambing ini merupakan kambing hasil persilangan antara kambing lokal
(kambing kacang) dengan kambing import (kambing etawa). Walaupun dari
peranakan, kambing ini memiliki gen dari kambing etawa yang bbiasanya
berada di daerah dingin sehingga harus menyesuaikan adaptasi fisiologinya.
Di pulau Bali, populasi kambing peranakan etawa semakin banyak, hal ini
membuat pasokan makanan harus ditambah. Karena itu untuk dapat
mengatasinya dibuatlah pakan dari kualitas rendah namun dapat menjadi
kualitas tinggi dengan penambahan enzim Optizym.
Enzim Optizym akan lebih cepat memecah selulosa dan lignin yang
diperoleh dari makanan kambing tersebut dan akan diedarkan melalui sistem
peredaran darah dan membentuk sel-sel darah. Karena penggunaan pakan
yang berualitas rendah, makan akan mempengaruhi penyebaran makanan
tersebut di dalam darah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah hematologi dan kimia klinik darah kambing PE yang
diberi pakan limbah pertanian dan disuplementasi dengan enzim optizym?
1.3 Tujuan
Mempelajari hematologi dan kimia klinik darah kambing PE yang diberi
pakan limbah pertanian dan disuplementasi dengan enzim optizym.
BAB II
Hematologi dan Kimia Klinik Darah Kambing
Peranakan Etawah yang Diberi Pakan Produk
Sampingan Pertanian dan Enzim Optizym
2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil pesilangan dari
kambing Etawa (dari India) dan kambing Kacang (kambing lokal) yang sudah
lama beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia. Penyilangan tersebut
memiliki tujuan untuk memperoleh daging dan susu yang cukup untuk
digunakan.
Seperti diketahui bahwa kambing Etawa merupakan kambing dwiguna,
yakni kambing penghasil susu dan daging. Memiliki postur besar, telinga
panjang menggantung, bentuk muka cembung, serta bulu di bagian belakang
sangat panjang. Penggunaan kambing ini digunakan untuk persilangan
disebabkan karena laju pertumbuhan yang tinggi dan adaptasi yang baik pada
kondisi ekstrim.
2.2 Pemeliharaan Kambing Peranakn Etawa
Kambing PE sudah cukup lama dibudidayakan di Indonesia, salah satu
tempat pemeliharaan atau peternakan kambing ini berada di Provinsi Bali. Di
Bali terdapat sekitar 51,466 ekor kambing PE. Terlihat jumlah kambing PE ini
semakin banyak dengan terlihat sumber daya di Bali sedikit, untuk
mengantisipasi hal tersebut maka dibuat makanan dari bahan kualitas namun
dapat dijadan makanan berkualitas tinggi dengan bantuan enzim optizym.
Renzim ini merupakan enzim yang dapat mempercepat pemecahan selulosa
dan lignin pada tumbuhan sehingga makanan lebih cepat diserap.
Dengan penambahan enzim optizym, maka akan mempengaruhi
fisiologi yang ada pada kambng tersebut salah satunya adalah sistem
peredaran darah. Dengan penggunaan limbah sebagai pakan maka akan
mempengaruhi penyebaran nutrisi-nutrisi yang disebarkan dalam darah.
Dengan mempelajari hematologi dan klinik kimianya dapat diketahui apakah
penambahan enzim optizym dapat mempengaruhi sistem darah tersebut.
2.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel 9 ekor kambing
berumur 5-6 bulan yang dibagi menjadi tiga perlakuan yaitu tanpa
penambahan enzim optizym, 0,25 kg enzim optizym dan 0,5 kg enzim
optizym yang dicampurkan kedalam ransum basal (campuran dari bahan-
bahan limbah). Pemberian ransum basal ini diberikan secara ad-libitum dari
pagi sampai pagi lagi dengan kontrol yang teratur untuk mengindari kehabisan
ransum dan air minum.
Sebanyak 10 μl darah per ekor dari sembilan ekor kambing diambil
dari vena jugularis dengan menggunakan BD Vacutainer Serum REF376812
steril 4,0 μl yang mengandung antikoagulan heparin. Sampel darah disimpan
dalam termos es dengan suhu antara 4-6oC dan segera dibawa menuju
Laboratorium untuk diperiksa hematologi dan klinik darahnya.
2.4 Hasil dan Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut
Dari data yang didapat, terlihat bahwa secara umum kadar komponen-
komponen hematologi dan kimia klinik darah yang telah diberi enzim optizym
tidak mengalami perubahan yang sigifikan (rata-rata hasil yang didapatkan
hampir sama) namun ada beberapa komponen yang mengalami pertambahan
yaitu laju endapan darah, keatinin dan urea.
Apabila dilihat pada salah satu contoh saja (misalnya kandungan
glukosa) kandungan pada tiga perlakuan tersebut hampir sama (jumlanya tidak
berbeda nyata / P > 0,05). Artinya kadar glukosa pada kambing-kambing
tersebut tidak telalu berubah dan konstan.
Laju endapan darah pada kambing yang mendapatkan perlakuan
penambahan enzim optizym terlihat lebih tinggi (0,25 = 50 % dan 0,5 = 33,3
%) dibandingkan dengan yang tanpa penambahan. Hal ini disebabkan
meningkatnya volume cairan sel darah ekstraseluler kambing yang berasal dari
reaksi-reaksi pemecahan pada nutrisi, hal ini memungkinkan pergerakan
komponen darah yang padat dapat bergerak lebih cepat.
Kadar urea pada kambing yang mendapatkan perlakuan pun
mengalami peningkatan (perlakuan 0,5 paling besar penambahannya 14,28 %
pada yang tidak ditambah enzim dan 14,37 % pada penambahan 0,25 kg
enzim). Walaupun mengalami penambahan urea namun kambing masih
terlihat dalam keadaan sehat. Urea zat yang mudah larut dan dapat melalui
pori-pori dinding sel yang dalam konsentrasinya tinggi pun toleransinya
sangat baik pada berbagai hewan/ternak. Urea yang dihasilkan oleh
kebanyakan hewan/ternak digunakan terutama untuk mengeluarkan sisasisa
nitrogen yang tidak berguna bagi tubuh. Selama kecepatan ekskresi urea tidak
berubah zat tersebut memegang peranan penting sebagai penyeimbang zat-zat
lainnya yang ada dalam darah
Kreatinin pada kambing juga mengalami peningkatan. Kambing yang
mendapatkan perlakuan 0,50 kg optizym menghasilkan kreatinin 43,03% lebih
tinggi dibandingkan yang tidak mendapat perlakuan. Hal ini kemungkinan
karena molekul keratinin bereaksi dengan ATP sehinggak sebagian besar sisa
keratinin menjadi penghubung fosfor. Pada konsentrasinya yang sangat kecil
dalam sel-sel jaringan kemungkinan selanjutnya akan menjadi tiga sampai
enam kali konsentrasi ATP. Dalam proses biokimia tubuh, reaksi-reaksi
memerlukan protein atau enzim sebagai katalisator untuk mempercepat proses
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, suplementasi enzim
optizym pada pakan limbah hasil pertanian (inkonvensional) tidak
berpengaruh pada hematologi dan kimia darah. Terlihat bahwa yang
mengalami peningkatan adalah dari segi laju endapan darah, karad urea dan
kadar keratinin.
3.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik/akurat dari penelitian ini,
kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah ternak dan level
optizym yang lebih beragam atau bervariasi untuk mengetahui secara
keseluruhan pada level mana tampak secara signifikan terjadinya perubahan
konsentrasi komponen-komponen darah maupun kimia kliniknya.