Makalah ISD
-
Upload
salsabilaazis -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Makalah ISD
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
‘Perkembangan Masyarakat pada Percaturan Dunia dalam bidang Kebudayaan,'
'untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah ilmu sosial dasar.
Garis besar makalah ini meliputi pendahuluan, landasan teori,
pembahasan, dan penutup. Pendahuluan berisi latar belakang pembuatan makalah,
identifikasi problematika, rumusan masalah, tujuan pembuatan makalah dan
manfaat pembuatan makalah. Landasan teori memuat globalisasi, budaya,
pengaruh globalisasi dan perkembangan globalisasi di Indonesia. Pembahaan
berisi dampak-dampak kebudayaan akibat globalisasi, penegakan aturan yang
jelas dalam rangka menjaga identitas bangsa, dan pencegaha yang dapat
dilakukan. Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini. Penulis menyadari tidak ada sesuatu yang
sempurna di dunia ini begitu pula makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
mengenai perkembangan budaya dalam era globalisasi di Indonesia dan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Problematika.......................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.4 Tujuan Pembuatan Makalah..................................................................................................3
1.2 Manfaat..................................................................................................................................4
1.5.1 Manfaat Teoritis.............................................................................................................4
1.5.2 Manfaat Praktis..............................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Hukum.................................................................................................................5
2.2 Fungsi Hukum.......................................................................................................................5
2.3 Ciri-ciri Negara Hukum.........................................................................................................6
2.4 Mafia Hukum.........................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
3.1 Modus Mafia Hukum.............................................................................................................7
3.2 Undang – undang terkait mafia hukum..................................................................................7
BAB IV...............................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
4.2 Saran....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam definisi globalisasi menurut beberapa ahli, salah satunya
adalah Jan Aart Scholte mengatakan globalisasi adalah, “serangkaian
proses dimana relasi sosial menjadi relatif terlepas dari wilayah geografis”.
Mafia merupakan sebuah singkatan yang kemudian menjadi istilah
umum dan diidentikkan dengan gerombolan penjahat (Gangster). Istilah
mafia berasal dari Negara Italia. M.A.F.I.A adalah singkatan dari Morte
Alla Francia Italia Anela yang berarti Bunuh Orang-Orang Perancis adalah
Seruan Italia. Mafia merupakan organisasi gerakan politik patriotik yang
dibentuk di Kota Pallermo, Italia pada tahun 1928. Organisasi mafia
dibentuk dengan tujuan untuk membebaskan Sicilia dari penguasaan dan
dominasi orang asing, yakni Perancis. Belakangan organisasi mafia
mengembangkan kegiatannya dengan melakukan kejahatan.
Kini mafia juga telah hadir di Indonesia. Mafia hukum di Indonesia
memiliki banyak jenis dan bergerak di beberapa bidang. Diantaranya ada
yang dikenal sebagai mafia peradilan, mafia pajak dan lain sebagainya.
Permainan oleh mafia hukum akan membuat penegakan hukum di
Indonesia seperti panggung sandiwara. Kita akan melihat seolah-olah
proses penegakan hukum berjalan dengan baik, padahal itu semua hanya
merupakan simulasi dari para aktor mafia hukum yang merancangnya agar
terlihat indah. Masyarakat akan disuguhi tontonan mengenai keadilan yang
sedang berupaya diwujudkan oleh hukum, padahal itu sesungguhnya
adalah keadilan yang bias dan menyimpang. Mafia hukum akan
membangun citra yang baik mengenai hukum sehingga masyarakat
berharap kepadanya, meski di sisi lain akan tetap menjadi rahasia umum,
1
bahwa hukum itu dapat dibeli dan diatur sesuka hati oleh orang-orang atau
kalangan tertentu.
Tentunya kita masih ingat bagaimana fakta mengenai keberadaan
mafia pajakbaru terbongka saat kasus seorang Gayus Tmbuna yang
terkuak kedahapan publik. Hal serupa juga terjadi dalam dunia
peradilandiIndonesia. Mulai dari Pengadilan Negeri sampai di tingkat
MahkamahAgung tidak luput dari adanya modus atau praktek mafia
peradilan. Praktek mafia hukum ini sangat meresahkan bagi masyarakat
enganadanya keberadaan orang-orang atau kelompokyang dapat
menyebabkan terjadinya penyimpakan hukum yang merupakan ancaman
bagi terpenuhinya tujuan-tujuan hukum.
Di sisi lain, hal ini juga dapat menghilangkan harapan masyarakat
Indonesia dalam hal jaminan terhadap perlindungan hak-hak warga negara.
Mari kita berantas mafia hukum di Indonesia.
Untuk memberantas mafia hukum di Indonesia, Negara telah
membentuk satuan tugas pemberantasan mafia hukum atau yang lebih
dikenal dengan satgas pemberantasan mafia hukum bertugas untuk
memantau penyimpangan ketentuan hukum termasuk soal pelayanan
publik. Hal ini dikarenakan mafia hukum dalam pengertian yang
diberikan oleh satgas adalah “Semua tindakan oleh perorangan atau
kelompok yang terencana untuk kepentingan tertentu yang mempengaruhi
penegak hukum dan pejabat publik yang menyimpang dari ketentuan
hukum yang ada”. Sedangkan Mafia Hukum menurut KP2KKN (2006):
“Perbuatan yang bersifat sistematis, konspiratif, kolektif, dan terstruktur
yang dilakukan oleh aktor tertentu (aparat penegak hukum dan masyarakat
pencari keadilan) untuk memenangkan kepentingannya melalui penyalah
gunaan wewenang, kesalahan administrasi dan perbuatan melawan hukum
yang mempengaruhi proses penegakan hukum sehingga menyebabkan
rusaknya system hukum dan tidak terpenuhinya rasa keadilan”. Selain itu,
Presiden telah menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia yang
2
menjadi korban mafia hukum agar segera melaporkan diri dan memberi
keterangan melalui PO BOX 9949 Jakarta 1000.
1.2 Identifikasi Problematika
Identifikasi problematika berdasarkan latar belakang yang dapat
disimpulkan yaitu :
1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban
satgas mafia hukum dalam pemberantasan oknum-oknum terkait
sehingga menimbulkan keributan.
2. Penyampaian atau sosialisasi di Indonesia masih belum merata
tentang pemberian keterangan terkaitoknum-oknum mafia hukum.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun ruang lingkup pokok permasalahan yang akan dibahas,
terdiri dari :
1. Apa saja hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dalam
pemberantasan mafia hukum?
2. Apa penyebab kurang optimalnya pelaksanaan pemberantasan
mafia hukum di Indonesia?
1.4 Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban pihak-pihak terkait
dalam pemberantasan mafia hukum.
2. Untuk mengetahui hukum yang mengatur antara oknum dan satgas
mafia hukum.
3. Untuk mengetahui peyebab terjadinya mafia hukum di Indonesia.
3
1.2 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dalam rangke mengetahui
ilmu hukum dalam hal mafia hukum yang terjadi di indonesia, serta untuk
mendapatkan pemikiran dari teoritis dan praktik yang berkaitan dengan
upaya pemberantasan mafia hukum yang ada di Indonesia.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
langkah awal untuk memperbaiki permasalahan mengenai mafia hukum
yang terjadi di Indonesia.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Hukum
Menurut Beberapa Pakar Hukum Antara Lain :
1. Prof. Dr. P. Brost
Hukum ialah merupakan peraturan atau norma, yaitu petunjuk atau
pedoman hidup yang wajib ditaati oleh manusia. Dengan demikian
hukum bukanlah kebiasaan.
2. Prof. Dr. Vankan
Dalam bukunya “Inleiding tot de rechtsweter schap”, Hukum ialah
keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
3. Prof.Mr.Dr.L.J.Van Apeldoorn
Hukum mengatur perhubungan manusia atau inter hokum.
4. Kantorowich
Dalam bukunya “ The definition of law “ beliau mengatakan hukum
adalah keseluruhan peraturan-peraturan sosial yang mewajibkan
perbuatan lahir yang mempunyai sifat keadilan serta dapat dibenarkan.
2.2 Fungsi Hukum
Beberapa fungsi hukum :
1. Sebagai alat pengatur tata tetib hubungan masyarakat.
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin
3. Sebagai sarana penggerak pembangunan
4. Sebagai fungsi kritis
5
2.3 Ciri-ciri Negara Hukum
Negara Hukum memiliki cirri-ciri antara lain :
Pengakuan dan perlindungan hak-hak Azasi yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial ekonomi dan
kebudayaan.
Peradilan yang bebas dari pengaruh sesuatu kekuasaan atau kekuatan
lain dan tidak memihak.
Legalitas dalam arti hukum dalam bentuknya.
2.4 Mafia Hukum
1. Mafia Hukum menurut Satgas Mafia Hukum :
Semua tindakan oleh perorangan atau kelompok yang terencana
untuk kepentingan tertentu yang mempengaruhi penegak hukum dan
pejabat publik yang menyimpang dari ketentuan hukum yang ada
2. Mafia Hukum menurut KP2KKN (2006) :
Perbuatan yang bersifat sistematis, konspiratif, kolektif, dan
terstruktur yang dilakukan oleh aktor tertentu (aparat penegak hukum
dan masyarakat pencari keadilan) untuk memenangkan
kepentingannya melalui penyalah gunaan wewenang, kesalahan
administrasi dan perbuatan melawan hukum yang mempengaruhi
proses penegakan hukum sehingga menyebabkan rusaknya system
hukum dan tidak terpenuhinya rasa keadilan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Modus Mafia Hukum1. Sebelum Ada Perkara dengan Membangun Hubungan Baik dengan
Aparat penegak Hukum dan Hakim
2. Tahap Pra Penyelidikan dan Penyelidikan
3. Tahap Penyidikan
4. Tahap Pra Penuntutan dan Penuntutan
5. Tahap Persidangan dan Pemutusan Perkara
6. Tahap Eksekusi Putusan
7. Tahap Pemasyarakatan
3.2 Undang – undang terkait mafia hukum
Mafia hukum sangat merugikan bagi banyak pihak terutama
merugikan para pengusaha dan masyarakat Indonesia sendiri. Pada contoh
kasus di Bali, pengusaha yang dinyatakan pailit oleh pengadilan adalah jenis
usaha properti yang sebenarnya tidak demikian. Setelah pernyataan
pengadilan tersebut, pengusaha harus merelakan penjualan asetnya bahkan
pelelangan dari asetnya tersebut. Pengusaha harusnya lebih berani dalam
menghadapi mafia-mafia hukum seperti itu. Biasanya mafia hukum memang
sudah mengincar dan melihat kondisi dari perusahaan yang menurutnya
menguntungkan sehingga saat didapatkan keadaan yang tepat, pengusaha
akan dibuat pailit oleh pengadilan. Bagi masyarakat, hal tersebut sangat
merugikan karena pada contoh properti tersebut kepengurusan dokumen-
dokumen kepemilikan dari masyarakat yang memiliki aset dalam properti
dalam perusahaan tersebut. Hak masyarakat yaitu mendapatkan keadilan
seadil-adilnya. Jika kesalahan terdapat pada pengusaha yang belum
melepaskan asetnya makan pengusaha tersebut harus dihukum seadil-adilnya.
Sedangkan jika masalah tersebut disebabkan oleh mafia hukum, pengadilan
atau pihak yang telah membeli aset tersebut dan terjadi kelalaian dalam
7
kepengurusannya. Pengawasan hukum yang ada, harus didukung dari
Pemerintah. Salah satunya adalah KPK.
Pemberatasan Mafia Hukum yang kurang optimal akan memberikan
efek terus berkembangnya mafia-mafia hukum di Indonesia. Lemahnya
penegak hukum menjadi penyabab utama dalam terhambatnya
pemberantasan mafia hukum di Indonesia. KPK juga dijadikan sebagai salah
satu badan yang memberantas mafia hukum tetapi keterbatasan pengawasan
dari KPK menghambat optimalnya pemberantasan mafia-mafia hukum.
Selain itu Pemerintah telah membentuk Satgas Satuan Pemberantasan Mafia
Hukum (disingkat Satgas PMH) yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden Republik Indonesia melalui Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP). Satgas PMH
bertugas melakukan koordinasi, evaluasi, koreksi, dan pemantauan agar
upaya pemberantasan mafia hukum dapat berjalan efektif. Lembaga ini
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2009 tanggal 30
Desember 2009, namun dalam aplikasinya Satgas PMH ini tidak
menghasilkan hasil yang optimal. Pengawasan terhadap penyelewengan
hukum masih tidak dapat diatasi oleh Pemerintah. Satgas PMH bekerja
dengan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Polri, Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan
Korupsi, Komisi Kepolisian Nasional, Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Organisasi
Profesi Advokat, Organisasi Profesi Notaris, Organisasi Profesi Pejabat
Pembuat Akta Tanah, dan lembaga negara lainnya dalam upaya
pemberatasan mafia hukum.
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1
ayat (3), Indonesia adalah negara hukum. Artinya, negara Indonesia tidak
hanya berdasarkan pada kekuasaan belaka (machstaat), tetapi berdasarkan
hukum (rechtstaat). Negara hukum menjadikan hukum sebagai panglima,
segala tindakan pemerintahan harus berdasarkan hukum untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat dan terciptanya pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Negara hukum terdiri dari dua macam, yaitu Rechstaat dan Rule of Law.
8
Rechstaat berkembang di negara Eropa Kontinental, sedangkan Rule of Law
berkembang di negara Anglo Saxon (Amerika).
Hukum yang mengatur mafia hukum bergantung pada kesalahan
dari mafia hukum tersebut. Banyak dari mafia hukum melakukan
pelanggaran hukum yang bertujuan untuk keuntungan materi semata. Hal
tersebut dapat diatur melalui undang-undang tipikor (tindak pidana korupsi)
bergantung pada jenis korupsinya. Ada pula yang orang-orang yang
menyalahgunakan orang lain dalam menutupi tindak korupsinya seperti
tindak pencucian uang. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang RI Nomor
8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang, dimana pencucian uang dibedakan menjadi 3 tindak pidana
yaitu:
1. Aktif, yaitu setiap orang yang memberikan uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan dan menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).
2. Pasif, yaitu setiap orang yang menerima uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1). Hal tersebut dianggap juga sama dengan proses pencucian uang.
Namun, dikecualikan bagi pihak pelapor yang melaksanakan kewajiban
pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 5 UU RI
No.8 Tahun 2010)
3. Dalam pasal 4 UU RI No.8/2010, dikenakan bagi mereka yang menikmati
hasil tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang
yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas
Harta kekayaan yang diketahuinya.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Bahwa apa yang terjadi di negara kita adalah bukan masalah sistem hukum
semata tapi lebih kepada mental para penegak hukum yang merusak sistem
hukum itu. Untuk itu kita semua punya tugas besar untuk mengembalikan
kepercayaan seluruh masyarakat terhadap hukum sehingga rasa keadilan
itu memang terwujud dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.
2. Mafia peradilan adalah momok yang menakutkan dan terus akan
menjadikan negara ini menjadi terpuruk baik dari segi hukum maupun segi
kehidupan lain, karena hukum di sebuah negara akan mempengaruhi
seluruh bidang kehidupan yang ada di negara itu. Untuk itu tidak ada
tawar menawar dalam menghadapi yang namanya mafia peradilan ini.
4.2 Saran1. Pemerintah juga harus memulai dari diri sendiri untuk memberikan contoh
positif bagi rakyatnya dalam hal ketaatan pada hukum dan menunjukkan
komitmennya terhadap penegakan supremasi hukum di negara ini.
Berikutnya, para penegak hukum yang selama ini bermain di balik “ meja
hijaunya “ harus sadar dan memberikan segala potensinya untuk
terwujudnya supremasi hukum dan mengembalikan kepercayaan
masyarakat untuk taat hukum sehingga kehidupan yang berkeadilan serta
terwujudnya masyarakat sejahtera bukan menjadi cita – cita belaka.
2. Pemerintah harus mulai melakukan perombakan besar – besaran terhadap
hukum negara ini. Tidak hanya perombakan dari sisi hukumnya saja, tapi
perombakan yang dilakukan harus secara luas dan integral dan mencakup
sistem hukum secara keseluruhan, yaitu meliputi substansi hukum, struktur
hukum dan budaya hokum.
10
DAFTAR PUSTAKA
Atikoh. 2011. Makalah ketidakadilan hukum di Indonesia. Yogyakarta.
http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/viewFile/6613/4931, diakses
pada 07 Januari 2015 pukul 20.00 WIB.
Mustafa, Marni Emmy. Membongkar Praktik Mafia Hukum, Peluang,
Tantangan dan Solusi. Sumatera Utara.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEAQFjA
E&url=http%3A%2F%2Fwww.pt-medan.go.id%2Fimages%2Ffile
%2FPRAKTEK%2520MAFIA%2520HUKUM
%25281%2529.ppt&ei=fzStVICFDMO-
uASe1YLwDg&usg=AFQjCNGD7iLQbLCjW0mr-
ti2k57K3CBM7g&bvm=bv.83134100,d.c2E, diakses pada 07 Januari 2015 Pukul
20.30 WIB.
Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum. 2010. Mafia Hukum. Jakarta.
http://badilag.net/data/e-dokumen/FA-ISI-MAFIA-HUKUM-FINAL.pdf, diakses
pada 07 Januari 2015 pukul 20.40 WIB
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_cintent&task=view&id=4225http://cipukoya.blogspot.com/2012/03/pemberantasan-mafia-hukum-repost.htmlhttp://statushukum.com/mafia-hukum.html
11
12