Makalah Hidrocepalus Klp 4
-
Upload
afriliasafira -
Category
Documents
-
view
176 -
download
0
Transcript of Makalah Hidrocepalus Klp 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air dan "cephalus"
yang berarti kepala. Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang
tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular.
Kelainan ini terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam system ventrikel atau oleh
produksi likuor yang berlebihan. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
Insidensi kongenital hidrosefalus pada United States adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup;
insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti persis karena berbagai gangguan
yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. sekitar 100,000 shunts digunakan setiap tahunnya di
beberapa Negara, namun sedikit informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Insiden
hidrosefalus berdasarkan usia menyajikan kurva bimodal. Satu puncak terjadi pada masa bayi
dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan. Puncak lain yang terjadi di masa dewasa,
sebagian besar dihasilkan dari NPH. Hidrosefalus Dewasa dijumpai sekitar 40% dari total kasus
hidrosefalus. berdasarkan usia tidak dijumpai perbedaan insidensi hidrosefalus.
Jika hidrosefalus tidak ditatalaksana dan ditangani dengan baik, kematian dapat terjadi
akibat sekunder tonsilar herniasi akibat kompresi sel otak dan menyebabkan respiratory arrest.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai hidrosefalus dan bagaimana
penanganannya. Makalah ini disusun agar kita sebagai calon perawat dapat menerapkan
pengetahuan kita terkait kelainan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain :
a. Apa yang dimaksud hidrosefalus ?
b. Bagaimana insidensi dan penyebaran hidrosefalus saat ini ?
1
c. Apa-apa saja klasifikasi dari kelainan hidrosefalus ?
d. Apakah penyebab dari kelainan ini ?
e. Bagaimana proses terjadinya hidrosefalus dalam tubuh ?
f. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kelainan hidrosefalus ?
g. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa hidrosefalus ?
h. Bagaimana penatalaksanaan medis yang tepat bagi penderita hidrosefalus ?
i. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan kelainan ini ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Memahami pengertian hidrosefalus
b. Mengetahui bagaimana insidensi dan penyebaran kelainan hidrosefalus saat ini
c. Mengetahui pengelompokkan hidrosefalus berdasarkan berbagai faktor
d. Mengetahui penyebab terjadinya kelainan ini
e. Memahami bagaimana proses terjadinya kelainan ini di dalam tubuh
f. Mengetahui komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pada penderita hidrosefalus
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa hidrosefalus
h. Memahami penatalaksanaan medis yang tepat bagi penderita kelainan ini
i. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan gangguan
hidrosefalus
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidrocepalus
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air dan "cephalus"
yang berarti kepala. Sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air" adalah penyakit
yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal didalam ventrikel serebral,
ruang arachnoid, atau ruang subdural (cindy smith, 1998). Hidrocephalus adalah: suatu keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau
pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006).Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu
bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun
(DeVito EE et al, 2007:328).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang
dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi
CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
Ventricular (nining,2008).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Kepala
1. Anatomi kepala
a. Tengkorak
Terbagi atas :
1) Tengkorak Otak
Tengkorak otak menyelubingi otak dan alat pendengar. Tengkorak otak terdiri dari :
a) Kubah tengkorak
Kubah tengkorak yang berbentuk cembung menyelubungi rongga tengkorak dari atas dan
dari sisi. Kubah tengkorak terdiri atas beberapa tulang ceper yang dihubungkan oleh sutura
tengkorak. Dari depan ke belakang terdapat berturut-turut sebuah tulang dahi, sepasang tulang
ubun-ubun dan sebuah tulang belakang kepala. Pada dinding sisi kubah tengkorak terdapat
sepasang tulang pelipis. Tulang dahi, tulang belakang kepala turut pula membentuk dasar
tengkorak.
b) Dasar Tengkorak
Bagian dasar tengkorak dapat dibedakan 3 bagian, yaitu lekuk tengkorak depan, lekuk
tengkorak tengah dan lekuk tengkorak belakang. Bagian tengah dasar lekuk tengkorak depan
dibentuk oleh tulang lapisan yang mempunyai banyak lubang halus untuk memberi jalan kepada
serabut-serabut saraf penghidu, oleh karena itu bagian tulang lapisan tersebut dinamakan
lempeng ayakan yang merupakan atap bagi rongga hidung.
Lekuk tengkorak tengah terdiri dari atas bagian tengah dan dua bagian sisi, bagian tengah
adalah pelana turki. Dasar lekuk tengkorak belakang letaknya lebih rendah daripada dasar lekuk
tengkorak depan. Lekuk tengkorak belakang letaknya lebih rendah lagi daripada lekuk tengkorak
tengah.
2) Tengkorak Wajah
Tengkorak wajah letaknya di depan dan di bawah tengkorak otak. Lubang-lubang lekuk
mata dibatasi oleh lubang dahi, tulang pipi dan tulang rahang atas. Dinding belakang lekuk mata
juga dibentuk oleh tulang baji (sayap besar dan kecil). Dinding dalamnya dibentuk oleh tulang
4
langitan, tulang lapisan dan tulang air mata. Selain oleh toreh lekuk mata atas dan oleh lubang
untuk saraf penglihat maka dinding lekuk mata itu tembus oleh toreh lekuk mata bawah yang
terletak antara tulang baji, tulang pipi dan tulang rawan atas. Toreh itu mangarah ke lekuk wajah
pelipis. Tulang air mata mempunyai sebuah lekuk yang jeluk, yaitu lekuk kelenjar air mata yang
disambung ke arah bawah oleh tetesan air mata yang bermuara di dalam rongga hidung .
b. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan sebagai scalp, yaitu :
1. kulit
2. jaringan penyambung (connective tissue)
3. galae aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak.
4. Perikranium.
Kulit kepala banyak memiliki pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan akibat laserasi
kulit kepala akan mengakibatkan banyak kehilangan darah, (American College of Surgeons
1997)
c. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kalvakrium dan basis kranii. Rongga tengkorak dasar adalah
tempat lobus frontalis, fosa medis adalah tempat lobus temporalis dan fosa posterior adalah
ruang bagi batang otak bawah dan serebelum, (American College of Surgeons 1997)
d. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu dura
meter, arakhnoid dan pia meter. Dura meter adalah selaput keras terdiri atas jaringan ikat fibrosa
yang melekat erat dan tabula interna atau bagian dalam kranium. Di bawah dura meter terdapat
lapisan kedua yang tipis dan tembus pandang di sebut selaput arakhnoid. Lapisan ketiga adalah
pia mater yang melekat pada permukaan kortek serebri, (American College of Surgeons 1997).
e. Sistem Saraf Pusat (SSP)
5
Yang disebut sistem saraf pusat di sini adalah otak dan medula spinalis yang tertutup di
dalam tulang dan terbungkus dalam selapu-selaput (meningen) pelindung, serta rongga yang
berisi cairan.
1. Otak dan pembagiannya
Otak secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : serebrum, batang otak,
dan serebelum.
A. Serebrum
Setiap hemisfer dibagi atas empat lobus yaitu : lobus frontalis, parietal, oksipital,
temporalis. Fungsi dari setiap lobus berbeda-beda. Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi
lobus :
1. Lobus Frontalis, bagian depan bekerja untuk proses belajar, merancang, psikologi, lobus
frontalis bagian belakang untuk proses motorik termasuk bahasa
2. Lobus parietal, bekerja khusus untuk sensorik somatik (misal sensibilitas kulit) dan
peran asosiasinya, beberapa areanya penting bagi proses kognitif dan intelektual.
3. Lobus Oksipital, merupakan area pengoperasian penglihatan.
4. Lobus temporalis, merupakan pusat pendengaran dan asosiasinya, beberapa pusat bicara,
pusat memori. Bagian anterior dan basal lobus temporalis penting untuk indra penghidu.
B. Batang Otak
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata. Masing-masing struktur
mempunyai tanggung jawab yang unik dan fungsi ketiganya sebagai unit untuk menjalankan
saluran impuls yang disampaikan ke serebri dan lajur spinal.
1. Otak Tengah, merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya di atas pons.
Bagian ini terdiri dari bagian posterior yaitu tektum yang terdiri dari bagian bagian
kolikuli superior dan kolikuli inferior dan bagian anterior yaitu pedunkulus serebri.
kolikuli superior berperan dalam refleks penglihatan dan koordinasi gerakan penglihatan,
sedangkan kolikuli inferior berperan dalam reflek pendengaran, misalnya menggerakkan
kepala ke arah datangnya suara. Pedunkulus serebri terdiri dari berkas serabut-serabut
motorik yang berjalan turundari serebelum.
6
2. Pons, terletak diantara otak tengah dan medula oblongata. Pons berupa jembatan serabut-
serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum, serta menghubungkan
mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata bawah. Pons merupakan mata
rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer
serebri dan serebelum.bagian bawah pons berperan dalam pengaturan saraf kranial
trigeminus, abdusen dan fasialis.
3. Medula Oblongata, terletak diantara pons dan medula spinalis. Pada medula ini
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung. Vasokonstriktor,
pernapasan,bersin,batuk,menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
C. Serebelum
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang
menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang menisahkan dari bagian posterior serebrum.
Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dura hemisfer lateral. Serebelum dihubungkan
dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang dinamakan pedunkulus. Pendukulus serebeli
superior berhubungan dengan mesensefalon ; pendukulus serebeli media menghubungkan kedua
hemisfer otak ; sedangkan pendukulus serebeli inferior berisi serabut-serabut traktus spinosere
belaris dorsalis dan berhubungan dengan medula oblongata. Semua aktivitas serebelum berada di
bawah kesadaran. Fungsi utama serebelum adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi
dan memperluas gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
D. Medula Spinalis
Medula spinalis terletak di dalam kanalis neural dari kolumna vertebra, berjalan ke bawah
dan memenuhi kanalis neural sampai setinggi vertebra lumbalis kedua. Sepasang saraf spinalis
berada diantara pembatas vertebra sepanjang kolumna vertebra. Di bawah ujung tempat medula
spinalis berakhir. Di dalam ujung tempat medula spinalis terletak interneuron, serabut sensori,
asenden, serabut motorik desenden dan badan sel saraf dan dendrit somatik sekunder (volunter)
dan motor neurons otonom utama. Area sentral medula spinalis merupakan massa abu-abu yang
mengandung badan sel saraf dan neuron internunsial.
7
f. Sistem Saraf Tepi (SST)
Menurut Price & Wilson, (1995) susunan saraf tepi terdiri dari saraf kranial bervariasi,
yaitu sensori motorik dan gabungan dari kedua saraf. Saraf motorik dipersarafi oleh beberapa
percabangan saraf kranial, 12 pasang saraf kranial adalah :
Nervus I (Olfaktorius) : Sifatnya sensorik mensarafi hidung membawa rangsangan aroma
(bau-bauan) dari aroma rongga hidung ke otak.
Nervus II (Optikus) : Sifatnya sensorik, mensarafi bola mata membawa rangsangan
penglihatan ke otak
Nervus III (Okulomotorius) : Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola
mata) / sebagai pembuka bola mata.
Nervus IV (Trochlear) : Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital, sebagai pemutar bola
mata
Nervus V (Trigeminus) : Sifatnya majemuk (sensorik- motorik) bertanggung jawab untuk
pengunyah.
Nervus VI (Abdusen) : Sifatnya motorik, sebagai pemutar bola mata ke arah luar
Nervus VII (Fasial) : Sifatnya majemuk (sensorik- motorik), sebagai mimik wajah dan
menghantarkan rasa pengecap, asam, asin dan manis.
Nervus VIII (Vestibulokokhlearis) : Sifatnya sensorik, saraf kranial ini mempunyai dua bagian
sensoris yaitu auditori dan vestibular yang berperan sebagai penterjemah.
Nervus IX (Glosofharyngeal) : Berperan dalam menelan dan respons sensori terhadap rasa pahit
di lidah.
Nervus X (Vagus) : Sifatnya majemuk (sensorik- motorik) mensarafi faring, laring dan
platum
Nervus XI (Asesoris) : Sifatnya motorik, saraf ini bekerja sama dengan vagus untuk
memberi informasi ke otot laring dan faring.
Nervus XII (Hipoglosal) : Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot lidah.
g. Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem Saraf Otonom merupakan sistem saraf campuram. Serabut-serabut aferennya
membawa masukan dari organ-organ viseral (menangani pengaturan denyut jantung, diameter
pembuluh darah, pernafasan, percernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan dan
8
sebagainya). Saraf aferen motorik SSO mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar-
kelenjar viseral-SSO terutama menangani pengaturan fungsi viseral dan interaksinya dengan
lingkungan dalam.
Sistem Saraf Otonom dibagi menjadi dua bagian : Bagian Pertama adalah Sistem Saraf
Otonom parasimpatis (SSOp) dan Sistem Saraf Otonom simpatis (SSOs), bagian simpatis
meninggalkan sistem saraf pusat dari daerah thorakal dan lumbal (torakolumbal) medula spinalis.
Bagian parasimpatis ke luar otak (melalui komponen-komponen saraf karanial) dan bagian sakral
medula spinalis (kraniosakral).
Fungsi simpatis adalah peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan, serta
menurunkan aktivitas saluran cerna.tujuan utama fungsinya adalah mempersiapkan tubuh agar
siap menghadapi stress atau apa yang dinamakan respon bertempur/ lari.
Fungsi parasimpatis adalah menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernapasan dan
meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan.
Jadi saraf parasimpatis membantu konservasi dan hemostatis fungsi-fungsi tubuh.
Cairan Serebrospinal
Fungsi cairan serebrospinal adalah sebagai penahan getaran, menjaga jaringan SSP yang
sangat halus dari benturan terhadap struktur tulang yang mengelilinginya dan dari cedera
mekanik. Juga berfungsi dalam pertukaran nutrien antara plasma dan kompartemen selular.
Cairan serebrospinal merupakan filtrat plasma yang dikeluarkan oleh kapiler di atap dari
keempat ventrikel otak. Seperti yang telah disebutkan, ini serupa dengan plasma minus plasma
protein yang besar, yang ada di balik aliran darah. Sebagaian besar cairan ini dibentuk dalam
ventrikel bagian lateral, yang terletak pada masing-masing hemisfer serebri. Cairan mengalir dari
ventrikel lateral ini melalui duktus ke dalam ventrikel ketiga diensefalon. Dari ventrikel ketiga
cairan mengalir melalui aquaduktus Sylvius midbrain dan masuk ke ventrikel keempat medula.
Kemudian sebagian dari cairan ini masuk melalui lubang (foramen) di bagian atas dari ventrikel
ini dan masuk ke dalam spasium subarakhnoid (sejumlah kecil berdifusi ke dalam kanalais
spinalis). Dalam spasium subarakhnoid, CSS diserap kembali ke dalam aliran darah pada tempat
tertentu yang disebut pleksus subarakhnoid
Pembentukan dan reabsorbsi CSS diatur oleh tekanan osmotik koloid dan hidrostatik yang
sama yang mengatur perpindahan cairan dan partikel-partikel kecil antara plasma dan
9
kompartemen cairan interstisial tubuh. Secara singkat direview, kerja dari tekanan ini adalah
sebagai berikut : dua tim yang berlawanan dari tekanan mendorong dan menarik mempengaruhi
gerakan air dan partikel-partikel kecil melalui membran kapiler semipermiabel. Satu tim terdiri
atas tekanan osmotik plasma dan tekanan hidostatik CSS. Ini memudahkan gerakan air dari
kompartemen CSS ke dalam plasma. Gerakan air dari arah yang berlawanan dipengaruhi oleh
tim dari tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmotik CSS. Tim yang berpengaruh bekerja
secara simultan dan kontinu. Dalam ventrikel, aliran CSS menurunkan tekanan hidrostatik CSS.
Hal ini memungkinkan tim bersama mempengaruhi gerakan air dan partikel kecil dari plasma ke
ventrikel.
Tekanan hidrostatik darah yang rendah dalam sinus venosus bersebelahan dengan vili
arakhnoid menunjukkan skala untuk gerakan air dan terlarut dari kompartemen CSS kembali ke
dalam aliran darah. Kematian sel-sel yang melapisi kompartemen CSS akan mengeluarkan
protein ke dalam CSS. Ini akan meningkatkan tekanan osmotik CSS dan memperlambat
reabsorbsi (sementara juga mempercepat pembentukan bila kerusakan terjadi di dalam dinding
ventrikel). Peningkatan protein CSS karena hal ini atau penyebab lain dapat merangsang atau
mencetuskan kondisi kelebihan CSS yang disebut hidrosefalus.
Tekanan Intrakranial
Menurut American College of Surgeon, (1997) berbagai proses patologis yang mengenai
otak dapat mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial yang selanjutnya akan mengganggu
fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap kesudahan penderita. Dan tekanan
intrakranial yang tinggi dapat menimbulkan konsekuensi yang mengganggu fungsi otak dan
tentunya mempengaruhi pula kesembuhan penderita. Jadi kenaikan intrakranial tidak hanya
merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak tetapi justru sering merupakan masalah
utamanya. TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10 mmHg (136 mm H2O), TIK lebih tinggi
dari 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK lebih dari 40 mmHg termasuk dalam kenaikan
TIK berat. Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.
2.3 Epidemiologi Hidrocepalus
10
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital
adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus
serebri.
Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%
akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital
adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus
serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%
akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).
2.4 Klasifikasi Hidrocepalus
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus
obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala,
dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
11
aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan
atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua :
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :
a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya
tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu
oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital
dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak
ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada
aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam
12
jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage
subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada
sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada
sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia
12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–
gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan
tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada
beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
2.5 Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
13
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.
Ropper, 2005).
Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
1. Stenosis akuaduktus Sylvii
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-
90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih
sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
2. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
3. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif
dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya
sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
4. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi
14
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya
lebih tersebar.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat,
maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang
berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.6 Patofisiologi
Hidrocefalus disebabkan oleh berbagai keadaan; hidrocefalus dapat merupakan penyakit
congenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus/infeksi intrauteri), atau didapat
(neoplasma, perdarahan, atau infeksi)
Hidrocefalus merupakan gejala kelainan otak yang mendasar yang dapat mengakibatkan:
1. Gangguan absorbsi CSS dalam ruang subaraknoid (masih ada hubungan antar
ventrikel; hidrocefalus comunican
2. Obstruksi aliran CSS dalam ventrikulus (tidak ada hubungan antar
ventrikel; hidrocefalus non comunicans.
Setiap gangguan keseimbangan antara produksi dan absorbsi CSS menyebabkan
peningkatan akumulasi CSS dalam ventrikel yang kemudian mengalami dilatasi dan menekan
substansi otak ke tulang cranial yang keras di sekitarnya. Jika terjadi sebelum sutura cranial,
15
peristiwa ini akan menimbulkan pembesaran tengkorak selain dilatasi vetrikel. Pada anak-anak
yang berusia dibawah 10-12 tahun, garis sutura sagital, dapat mengalami proses diastatik atau
terbuka kembali. (Swaiman, 1994)
Sebagian besar kasus hidrocefalus nonkomunicans terjadi karena malformasi pada saat
perkembangan janin. Walaupun biasanya telah terlihat pada awal usia bayi, defek tersebut dapat
muncul setiap saat mulai dari periode prenatal sampai akhir masa kanak-kanak/awal usia dewasa.
Penyebab lainnya antara lain neoplasma, infeksi, dan trauma. Obstruksi pada aliran yang normal
dapat terjadi disetiap titik alur CSS sehingga menghasilkan peningkatan tekanan dan dilatasi alur
dibagian proksimal lokasi obstruksi.
Hidrocefalus sangat sering disertai dengan mielomeningokel sehingga semua bayi dengan
kelainan tersebut harus diamati untuk menemukan tanda-tanda hidrocefalus. Pada kasus-kasus
lainnya terdapat riwayat infeksi intrauteri, perdarahan perinatal, dan meningoensefalitis neonates.
Pada anak-anak yang lebih besar , hidrocefalus paling sering terjadi karena tumor atau SOL
(space-occupying lesion), infeksi intracranial, perdarahan, atau defek pertumbuhan dan
perkembangan yang sudah ada sebelumnya seperti stenosis akuaduktus atau malformasi Arnold-
Chiari (anomaly congenital dengan serebelum dan medulla oblongata memanjang ke bawah
melalui foramen magnum).(Wong, hal: 1262)
2.7 Manifestasi Klinis
1. Perubahan tanda-tanda vital (penurunan denyut apeks, penurunan frekuwensi pernafasan,
peningkatan tekanan darah)
2. Muntah
3. Peningkatan lingkar kepala
4. Iritabilitas
5. Letargi
6. Perubahan suara tangisan (bernada tinggi)
7. Aktivitas kejang
Bayi :
1. Pembesaran kepala secara progresif (diatas persentil ke-95)
16
2. Bagian frontal tengkorak menonjol
3. Frontanel tegang dan menonjol (khususnya yang tidak berdenyut)
4. Distensi vena superfisial kulit kepala
5. Transiluminasi melalui tengkorak meningkat secara simetris
6. Mata turun ke bawah (sunset eyes)
Anak Lebih Besar :
1. Sakit kepala didahi, mual, muntah
2. Anoreksia
3. Ataksia
4. Kekakuan ekstrimitas bawah
5. Kemerosotan prestasi sekolah atau kemampuan kognitif anak
Tanda dan gejala yang terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan
bervariasi berdasarkan usia anak dan kemampuan tengkorak untuk mengembang.
2.8 Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004) yaitu :
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
17
1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi
prosessus klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai
lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar
akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam
kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan
oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika
hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan
terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah
kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
18
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel
lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada
anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik
scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
2.10 Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrocephalus, menangani komplikasi,
mengatasi efek hidrocephalus atau gangguan perkembangan.
Penatalaksanaan terdiri dari :
1. Non Pembedahan : Pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemid mengurangi
produksi cairan serebrospinal
2. Pembedahan : Pengangkatan penyebab obstruksi misal neoplasma, kista, atau hematom ;
Pemasangan shunt bertujuan untuk mengalirkan cairan cerebospinal yang berlebihan dari
ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya ke rongga peritonium, atrium kanan, dan rongga
pleura.
Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrestetd hydrocephalus),
mungkin oleh reka nalisa ruang subaraknoid atau konpensasi pembentukan CSS yang berkurang
(Laurence, 1965).
19
Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya adalah
tumor yang masih dapat diangkat.
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:
1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan tindakan
reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat azeta
zolamid (diamox) dikatakan mempunyai hasiat inhibasi pembentukan CSS.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi yankni
menhubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Missal, ventrikulosisternostomi torkildsen
pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada
insufisiensi fungsi absorpsi.
3. Pengeluaran CSS kedalam organ ekstracranial.
a. Drainase ventrikulo-peritoneal
b. Drainase lombo-peritoneal
c. Drainase ventrikulo-pleural
d. Drainase ventrikul-ureterostomi
e. Drainase kedalam antrum mastoid
f. Cara yang kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (holter valve) yang memungkinkan pengaliran
CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan
pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan karena masih sering terjadi infeksi
sekunder dan sepsis.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang anak berumur 3 tahun dilarikan ke rumah sakit M.Djamil tanggal 6 November
2013 Jam 09.00 WIB dalam keadaan tidak sadar ( apatis ) ,muntah tidak proyektil, suhu tubuh
meningkat dari normal ( 38 C ), keadaan umum lemah, paralisa. Menurut pengakuan orang tua
sejak 5 bulan yang lalu anaknya pernah panas kemudian disertai mual dan kejang-kejang serta
terlihat kepala anaknya mulai membesar kemudian oleh keluarga anaknya diantar ke RSUD
DR.rasyidin kemudian dirawat selama 7 hari dan pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Data Pasien :
Nama : Ahmad
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Nama Ayah : Salman
Nama Ibu : Salimah
TD : 120/90 mmHg
Denyut Nadi : 88x/menit
21
RR : 28x/menit
Suhu : 380 C
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien kini dalam keadaan tidak sadar ( apatis ) ,muntah tidak proyektil, suhu tubuh
meningkat dari normal ( 380C ), keadaan umum lemah, paralisa.
2. Riwayat Kehamilan dan kelahiran
Prenatal : normal
Intranatal : perdarahan
Postnatal : tidak normal
3. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut pengakuan orang tua sejak 5 bulan yang lalu anaknya pernah panas kemudian
disertai mual dan kejang-kejang serta terlihat kepala anaknya mulai membesar kemudian
oleh keluarga anaknya diantar ke RSUD DR.rasyidin kemudian dirawat selama 7
hari dan pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit kronis.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Anak mengalami gangguan tumbuh kembang mengalami keterlambatan 25% atau lebih
pada satu atau lebih area social atau perilaku regulasi diri, atau pada ketrampilan kognitif,
bahasa, motorik kasar atau halus.
22
C. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital : dapat terjadi penurunan kecepatan denyut nadi (bradikardi), aritmi
a respirasi.
2. Tingkat kesadaran : dapat terjadi penurunan tingkat kesadaran, bahkan sampai koma.
3. Head to toe :
a. Kepala : Pembesaran kepala abnormal, kranium terdistensi ke semua arah
terutama bagian frontal, tulang kepala menjadi sangat tipis, vena di sisi samping
kepala tampak melebar, Kulit kepala licin dan mengkilap.
b. Mata : Bola mata terdorong kebawah, diplopia.
c. Leher : Identifikasi pembesaran kelenjar tyroid, KGB
d. Torak : Dapat terjadi aritmia respirasi.
e. Abdomen : Identifikasi distensi, bising usus.
f. Genitalia : Identifikasi kelengkapan dan hygiene.
g. Ekstremitas : identifikasi adanya edema, cyanosis, turgor kulit
D. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan : melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel.
CT (Computed Tomography) : melihat letak dan ukuran ventrikel
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) serta teknik-teknik lain untuk mengukur
besarnya tekanan dikepala.
3. Analisa CSS (Cairan Serebrospinal) : untuk mendeteksi adanya infeksi.
4. Kimia/ elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan
TIK.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hidrosefalus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak
(cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak
yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital. Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam
ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.
Ropper, 2005). Penatalaksanaan serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap kelainan ini tidak
mustahil akan menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa si penderita.
4.2 Saran
Kepada pembaca disarankan agar juga membaca sumber lain terkait dengan materi ini
sebagai referensi tambahan dalam melengkapi pengetahuan maupun asuhan keperawatan khusus
terhadap penderita hidrosefalus.
24